REKAN SEKERJA ALLAH
(GOD’S FELLOW-WORKERS)
Dr. W. A. Criswell
22-05-55
1 Korintus 3:1-9
Di dalam seri khotbah kita melalui Firman Allah, kita telah tiba di surat 1 Korintus pasal 3. Dan itu akan menjadi berkat dan keuntungan bagi anda, jika anda berpaling ke dalamnya dan melihatnya, saat kita membacanya dan merusaha untuk mengkhotbahkan pesan Allah dari bagian itu untuk hati kita pada hari ini.
Surat 1 Korintus, pasal tiga, dan khotbah pada pagi hari ini berasal dari ayat sembilan. Dan kemudian pada malam hari ini saya akan mengambil ayat sepuluh dan seterusnya. Pesan pada malam hari ini adalah “Api Pengujian,” “Diuji oleh Api.”
Lalu, pada pagi hari ini, khotbah kita adalah: “Rekan Sekerja Allah.” Dan kita membaca sembilan ayat yang pertama dari 1 Korintus pasal 3:
Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam.
Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya.
Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?
Karena jika yang seorang berkata: "Aku dari golongan Paulus," dan yang lain berkata: "Aku dari golongan Apolos," bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan, diakonoi, yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya.
Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan.
Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Lalu, bagian yang akan kita bahas.
Kita akan mulai dari ayat pertama:
Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras.
Itu bukanlah celaan terhadap masa kanak-kanak. Tetapi seorang anak kecil yang berusia 40 tahun merupakan hal yang menyedihkan. Orang-orang Korintus ini adalah orang Kristen. Mereka telah dilahirbarukan. Mereka adalah anak-anak kerajaan. Tetapi mereka masih bayi. Dan mereka masih tetap bayi setelah bertahun-tahun. Dan Paulus berkata bahwa itu karena materialitas kamu, keduniawian kamu. Kamu adalah manusia daging. Kamu telah memberikan dirimu kepada hal-hal yang bersifat kedagingan.
Lihat ke dalam ayat tiga: “…Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan.” Itu berarti kamu belum dewasa di dalam anugerah. Kamu bukanlah orang Kristen dewasa. Orang Kristen dewasa tidak saling berselisih satu sama lain.
Kita mungkin berperang dengan iblis. Dan kita mungkin terkurung dalam peperangan melawan dosa. Tetapi, bagi orang Kristen untuk menjadi iri hati dan berselisih di dalam roh mereka satu sama lain, itu berarti dia masih remaja, masih kekanak-kanakan dan belum dewasa.
Kemudian ayat keempat—Mereka telah jatuh ke dalam kecendrungan faksi Yunani. Jika anda pernah membaca tentang sejarah Yunani, anda tidak akan menemukan sebuah kelompok kecil yang bergabung bersama-sama, tetapi mereka semua jatuh ke dalam unit-unit antagonis yang terpisah-pisah: Attika Kecil melawan Lacedaemonia, dan kedunya melawan Thrace, dan mereka semua melawan Volitia, dan seluruh liga itu melawan Makedonia. Dan itu adalah kisah dari republik dan demokrasi Yunani kuno.
Lalu, kedagingan yang sama itu, kelemahan yang sama itu, ditemukan di dalam jemaat Korintus. Setiap faksi itu hanya percaya kepada pengajar favorit mereka. “Aku adalah seorang pengikut dari Rasul Paulus,” kata seseorang.
“Tidak, aku adalah seorang pengikut dari Apolos yang fasih,” kata yang lainnya.
Dan di dalam pasal pertama, anda menemukan beberapa orang lainnya yang berkata: “Saya adalah pengikut dari Simon Petrus.”
Dan beberpa orang lainnya berkata: “Sebuah tanda di atas seluruh rumahmu. Aku adalah pengikut dari Yesus Kristus.” Jadi mereka memiliki sebuah partai Kristus dan sebuah partai Kefas dan sebuah partai Apolos dan sebuah partai Paulus, semua berada di dalam satu jemaat.
Lalu, Apolos dan Paulus—mereka sangat berbeda seperti malam yang berbeda dengan siang. Apolos adalah seorang ahli pidato. Apolos adalah seorang orator. Apolos adalah seorang yang sangat fasih. Paulus adalah seorang teolog. Dia adalah seorang pemikir. Dia adalah seorang yang sangat mengandalkan logika. Dan orang-orang yang ada di sana, ketika mereka berkumpul bersama-sama dan berbicara dan melihat dan membandingkan—dan anda tahu, membandingkan pengkhotbah adalah salah satu hal yang paling umum di atara kita dan salah satu hal yang sangat disesalkan. Dan hal itu tidak memiliki akhir yang baik dan tidak memiliki dampak yang baik yang pernah saya dengar—akan tetapi mereka melakukan hal itu di dalam jemaat.
Dan beberapa dari mereka berkata: “Kamu tahu, saya memberitahukan kamu, Apolos.”
Dan yang lain berkata: “Kamu tahu, saya memberitahukan kamu, Paulus.”
Dan mereka saling membandingkan dan berkata dan mengadu domba tentang kefasihan melawan hal-hal logis. Mereka membandingkan antara logika dan pidato.
Anda tahu, hal itu tidak perlu terjadi terhadap keduanya, sebab mereka membutuhkan keduanya. Anda membutuhkan logika. Anda membutuhkan retorika. Anda membutuhkan pengkhotbah yang fasih. Anda juga membutuhkan seseorang yang muncul dengan pemahaman terhadap agama dunia secara umum.
Saya senang untuk mendengarkan seorang pengkhotbah yang fasih. Beberapa dari mereka—saya agak lelah dengan hal itu: hanya kata-kata yang indah dan bahasa tinggi yang mengalir dan pidato penutup yang hebat. Tetapi saya menyukainya. Saya menyukainya. Dan saya juga menyukai logika. Saya suka untuk mendengar teolog. Kita membutuhkan mereka semua.
Setiap orang memiliki talentanya sendiri. Seseorang dapat berbicara seperti Apolos. Bernafas ke dalam kefasihan Apolos. Dan nafasnya harum semerbak seperti Taman Eden. Dia dapat menyampaikan kalimat-kalimat yang semarak dan kata-kata yang indah.
Hal itu sangat indah. Semoga Allah memberkati setiap orang yang memiliki karunia berpidato. Tetapi itu tidak berarti bahwa orang itu yang hanya langsung ke persoalan, hanya berpikir melalui garis lurus dan apa yang harus dia sampaikan tidak memiliki pemikiran yang dalam—itu tidak berarti bahwa dia tidak meliki sebuah tempat juga di dalam kerajaan Allah.
Kita membutuhkan mereka semua, setiap tipe manusia. Kita membutuhkan mereka semua di dalam jemaat ini—setiap tipe orang. Kita semua tidak dibuat sama, syukur kepada Tuhan. Kita semua dibuat berbeda. Itu baik. Itu baik.
Bagaimana senadainya anda semua jatuh cinta dengan wanita yang sama? Bukankah itu akan sangat mengerikan? Bukankah itu akan menjadi bencana?
Bagaimana seandainya seluruh wanita jatuh cinta kepada pria yang sama? Kita berbeda. Anda mencintai wanita yang di sana. Kadang-kadang saya tidak melihat bagaimana atau mengapa, tetapi Allah memberkati anda karena melakukan hal itu. Semua itu baik.
Tuhan membuat kita jalan-jalan yang berbeda. Semua itu baik. Kita seharusnya tidak iri terhadap orang lain. Kita seharusnya tidak cemburu kepada orang lain. Saya tidak dapat bernyanyi. Hal itu tidak menjadi masalah. Saya dimuliakan di dalam seseorang yang dapat bernyanyi.
Saya mungkin tidak memiliki sebuah talenta yang dimiliki oleh orang lain. Ketika saya pergi ke pertemuan para pendeta dan mendengarkan beberapa pendeta itu, ah, saya berharap memiliki talenta-talenta itu. Tetapi saya tidak memilikinya. Dan saya tidak iri hati terhaadap orang-orang ini dan menjadi pencari masalah dan pencela dan kritis. Ah, biarlah kita bersukacita di dalam kemuliaan Allah ketika orang-orang itu mengekspresikan taalenta mereka dan menundukkan mereka seperti pelangi melintasi pertemuan yang mulia itu.
Itulah yang Paulus sampaikan di sini. Kemudian dia meneruskannya:
Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus? Pelayan-pelayan Tuhan, diakonoi, yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut jalan yang diberikan Tuhan kepadanya?
Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan.
Orang yang menanam, dia bukanlah apa-apa. Orang yang menyiram, dia bukanlah apa-apa. Hanya Allah yang segala-galanya. Paulus mungkin telah mengolah bumi ini sedikit. Apolos mungkin telah menyiram bumi ini sedikit. Dia tidak pernah menciptakan bumi. Paulus dan Apolos mungkin telah menaburkan banyak benih. Mereka tidak membuat benih. Mereka memperolehnya dari simpanan Allah. Itu adalah kebenaran Allah, hikmat Allah, terang Allah, dunia Allah, jemaat Allah, cara Alllah, kebaikan Allah yang tidak terbatas. Semuanya adalah Allah.
Jadi Paulus berkata ketika anda sedang membandingkan dan berbicara tentang siapa yang lebih besar—Paulus atau Apolos—Paulus bukanlah apa-apa. Apolos bukanlah apa-apa. Jadi mengapa berdebat tentang siapa yang lebih besar?
Kemudian dia berkata: “Dia yang menanam dan dia yang menyiram adalah satu.” Kita adalah rekan. Kita tidak ditetapkan untuk saling mengadu domba satu sama lain. Kita berusaha untuk melakukan hal ini untuk Tuhan.
Saya telah mendengarkan Ian Patterson rabu malam. Saya tinggal di rumahnya ketika saya telah selesai di Ibadan. Itu adalah kota terbesar dari penduduk asli berkulit hitam di dunia, yang luasnya hampir sama dengan Dallas. Dia tinggal di Ibadan dan dia mengepalai misi kita di Afrika Barat.
Saya telah mendengar dia berbicara pada rabu malam.
Dan Badan Misi Luar Negeri Baptis kita telah meminta dia untuk pergi ke Afrika Timur. Kita telah membuka sebuah pekerjaan di Rhodesia Selatan, sama baiknya seperti di Nigeria. Tetapi Konvensi kita juga sedang berpikir untuk membukan sebuah pekerjaan misi di Kenya, di Tanganyika dan di Uganda, Afrika Tengah yang luas yang telah dibuat menjadi terkenal oleh David Livingstone.
Jadi dia telah pergi ke sana dan tinggal di sana untuk waktu yang lama. Dan dia telah disambut dengan meriah. Mereka adalah koloni-koloni, seperti yang anda tahu, mereka adalah koloni dari Kerajaan Inggris. Dan sejak awal, Gereja Inggris telah berada di sana. Saya katakana, misionaris Baptis Selatan kita telah disambut dengan meriah oleh Gereja Anglikan.
Dan ketika mereka telah menjelajah melalui wilayah itu—melihat penganiayaan yang mengerikan dari Mumu, dan hidup yang mengerikan dari orang-orang Kristen di sana yang darahnya ditumpahkan—lalu, mereka duduk di sekita meja pertemuan dengan orang Kristen Inggris, dan bertanya kepada mereka, “Apa pendapat anda?” Kata perwakilan Baptis Selatan kita, Dr. Patterson, “Apa pendapat anda tentang kedatangan kami ke Uganda dan ke Kenya dan ke Tanganyika?”
Dan dengan sebuah usapan dari tangannya, perwakilan Gereja Anglikan berkata:Saudaraku, di seluruh wilayah yang luas dari Afrika Timur ini, kami tidak memenangkan lebih dari sepuluh persen orang-orang ini kepada Kristus. Tentu saja,” kata perwakilan mereka, “Dari 90 persen lainnya, ada sebuah ruangan untuk anda. Datanglah dan kami menyambut anda.”
Saya menyukai itu. Saya menyukai hal itu. Dari semua orang di dunia ini yang terhilang, sisa dari mereka saling berkelahi satu sama lain dan saling memukul satu sama lain serta saling mencari kesalahan satu sama lain. Oh, itu merupakan hal yang kerdil.
Saya tidak sedang berkata bahwa kita harus tidak memberitakan apa yang kita percayai. Allah menolong kita untuk melakukan hal itu. Allah menolong mereka untuk melakukan hal itu juga. Jika seseorang jujur dan tulus dan sungguh-sungguh dan penuh doa terhadap firman Allah ini, seperti yang saya lihat. Allah memberkatinya. Saya mungkin tidak melihat dalam cara itu. Saya ingin dia berkhotbah sebagaimana dia melihatnya. Dan kemudian, saya ingin supaya dia memberikan keistimewaan bagi saya untuk mengkhotbahkannya seperti yang saya lihat. Tetapi itu tidak berarti bahwa kami akan saling membenci satu sama lain, bahwa kami akan menganiaya orang lain. Tidak, tidak. Dunia ini terlalu besar dan terlalu banyak orang yang hilang. Kebanyakan dari dunia ini tidak pernah mendengar nama Yesus dan bahkan tidak mengenal siapakah Dia. Tidak, “dia yang menanam” dan “dia yang menyiram” adalah rekan-rekan. Dan setiap orang akan menerima upahnya berdasarkan pekerjaannya sendiri.
Lalu inilah teks saya. Itu adalah pengatar saya. Inilah teks saya, terberkatilah hati anda: “Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.”
Lalu, ketika hal itu dibaca dalam bahasa aslinya dan akan sangat indah jika diletakkan secara bersama-sama. Saya akan membacanya untuk anda. Sekarang, anda perhatikan kata pertama yang saya bacakan. Itu akan menjadi kata yang sama. Theou sunergoi, theou georgion, theou oikodome. Apakah anda memperhatikan kata theou? Theou. Theou.
Baiklah, sekarang, biarkan saya menterjemahkan hal itu secara literal. Kami adalah “rekan sekerja Allah.” Kamu adalah—dan anda anda memiliki terjemahan “ladang Allah.” “Kita adalah rekan sekerja Allah.” “Kita adalah ladang Allah. Kita adalah bangunan Allah, rumah Allah, kuil Allah, gedung Allah.” Dan inilah terjemahamn yang tepat dari Paulus: “Kita adalah rekan sekerja Allah. Kita dalah ladang Allah. Kita adalah bangunan Allah.”
Kata “ladang itu,” dalam versi KJV diterjemahkan dengan, “pertanian Allah” yaitu dari g-e-o-r-g-I-o-n. Dan jemaat mula-mula menyebut kata itu “tanah Allah, ladang Allah.” Dan itulah sebabnya beratus-ratus tahun yang lalu, jemaat mula-mula mereka banyak memberi nama anak mereka dengan nama George. G-e-o-r-g, dan dalam sebuah akhiran dalam bahasa Inggris: George. George berarti “tanah Allah, ladang Allah, pertanian Allah.”
Ketika Virgil menulis puisi pastoral yang indah itu, dia menyebutnya Georgics, yaitu “bagian-bagian ladang.” “Sebab, kita adalah rekan sekerja Allah. Kita adalah ladang Allah. Kita adalah bangunan Allah.” Kita adalah milik Tuhan.
Lalu, itu adalah khotbah saya. Yang pertama dari semua. Allah membutuhkan kita. Dia dapat memilih, saya duga, melakukannya oleh Dia sendiri. Saya tidak masuk ke dalam hikmat dari nasehat dari Yang Mahatinggi. Segala sesuatu yang saya ketahui adalah Dia tidak memilih untuk melakukan hal itu. Allah melakukan pekerjaanNya dengan kita. Dan tanpa kita, pekerjaan itu tidak selesai.
Dalam kisah lama, ketika pengkhotbah berdiri di samping taman yang indah—itu adalah caranya, suatu ketika saya telah mendengarnya—di samping ladang yang indah—itu adalah cara saya mendengarnya pada waktu yang lain—dan, dia berkata kepada tukang kebun kebun—dia berkata kepada petani: “Bagiamana Allah telah memberkati.”
Dan petani serta tukang klebun menjawab: “Pendeta, anda seharusnya telah melihat bidang tanah ini ketika Allah telah melakukannya oleh diriNya sendiri.”
Lalu, hal itu benar. Allah membutuhkan kita. Dia tidak dapat mengerjakan pekerjaanNya tanpa kita. Poin itu diletakkan di mulut Stradivarius, orang tua Italia yang merupakan pembuat biola, inilah yang dia katakan: “Bahkan Allah tidak dapat membuat biola Stradivarius tanpa Stradivarius.” Allah tidak dapat membuat biola Stradivarius tanpa Stradivarius. Itu benar. Dia membutuhkan anda. Dan Allah tidak dapat melakukan pekerjaanNya tanpa anda. Dia membutuhkan kita.
Yesus di atas salib berkata: “Sudah selesai. Sudah selesai.” Itu benar. Karya penebusan Kristus adalah sebuah pekerjaan yang sempurna. Kita tidak dapat menambahkannya. Kita tidak dapat mengambilnya. Tetapi mediasi dari pelayanan itu, pemberian pesan itu, pemberitaan injil itu, adalah milik kita untuk harus dilakukan.
Hal itu seperti pemberian vaksin polio untuk mencegah kelumpuhan. Di suatu tempat dalam laboratorium-laboratorium, mereka membuat bahan-bahan itu bergalon-galon. Tetapi hal itu harus dimediasi bagi orang-orang. Hal itu harus dibawa kepada orang-orang atau ia tidak memiliki kegunaan atau nilai. Jika dia hanya di laboratorium maka ia tidak bermakna apa-apa. Melayani anak-anak yang untuk mereka kita berdoa agar menghindari dari kelumpuhan kematian, bagi mereka itu adalah kehidupan itu sendiri.
Itu adalah pesan injil. Ia sudah selesai. Pekerjaan itu telah sempurna. Tetapi hal itu harus dimediasikan ke Uganda, ke Tanganyika, ke Indonesia, ke rumah-rumah kita dan keluarga-keluarga kita, adalah tanggung-jawab kita. “Kita adalah rekan sekerja Allah. Kita adalah ladang Allah. Kita adalah bangunan Allah.”
Baiklah. Ada hal lain di dalam bagian itu: Kemudian kita salaing membutuhkan satu sama lain, kita tidak dapat melakukannya sendirian. Kita harus memiliki pertolongan satu sama lain. Dan hal itu menciptakan kekuatan yang besar di dalam jemaat. Atau kesalahan dari hal itu: Membuat sebuah kelemahan atau kegagalan dari jemaat, yaitu ketika gereja tercerai berai.
Jemaat, saya tidak tahu, seberapa sering saya melihat para penddeta—dan saya telah menyebutkan hal ini seringkali—saya tidak dapat menyebutkan kepada anda seberapa sering saya melihat pendeta yang melihat diaken-diaken mereka sebagai musuh-musuh mereka. Diaken berada di sana, dan pendeta berada di sebelah sini. Dan apa pun yang ingin dia lakukan, dia berpikir bahwa dia mendapat sebuah penjegalan. Dia berpikir dia mendapat sebuah rintangan. Dia berpikir dia mendapat musuh di luar sana, yaitu diaken-diaken.
Jadi, pendeta berada di sisi ini dan para diaken berada di sisi yang lainnya. Dan dia tidak menyadari hal itu, sepanjang waktu, setiap diaken yang telah dipanggil Allah hanya memiliki sebuah doa di dalam hatinya: “Tuhan, tolong kami untuk membangun jemaat itu. Tuhan, tolong kami untuk maju di dalam pelayanan kami. Tuhan, tolong kami untuk melakukan kehendakMu dan pekerjaanMu di dunia ini.”
Dan jika dia mendapat seorang pendeta yang setengah-setengah, diaken harus selalu berdoa di dalam hatinya: “Tuhan, tolong kami untuk memegang tangan pendeta sehingga dia dapat melakukan yang baik, bahwa dia berkhotbah dalam sebuah kuasa yang sungguh-sungguh dari Roh Kudus dan orang-orang diselamatkan ketika dia membuat panggilan bagi jiwa-jiwa kami.”
Mereka adalah rekan sekerja kita. Saya tidak pernah melihat diaken saya sebagai musuh saya. Mengapa, karena saya tidak memiliki mereka, saya akan sangat kehilangan di dalam pelayanan ini, saya tidak akan tahu apa yang harus saya lakukan. Kami berbicara atas pekerjaan ini. Kami merencanakan program ini. Kami membuat seruan ini.
Orang kadang-kadang datang kepada saya dan berkata, “Bagaimana mungkin di dunia ini anda memiliki program keuangan di sini di dalam gereja yang anda miliki? Anda harus berkhotbah tentang uang sepanjang waktu. Anda harus berkhotbah setahun penuh untuk memperoleh dana yang luar biasa ini.”
Saya beritahukan kepada mereka, seringkali bahkan saya lupa untuk menyebutkannya. Kadang-kadang, setahun telah berlalu dan saya merasa sukar untuk merujuk kepada hal itu, karena saya sedang berkhotbah melalui kitab per kitab dalam Alkitab. Dan jika hal itu disebutkan dalam kitab yang sedang saya bahas, maka saya akan menyampaikannya. Jika kitab itu sedang berbicara tentang darah Yesus atau sesuatu yang lain, maka saya bahkan tidak memikirkan tentang hal itu.
Kalau begitu, mengapa? Saya beritahukan kepada anda mengapa. Kebulatan suara yang terbesar dari hati dan roh di dalam jemaat ini membuat hal ini seperti tali-tali baja. Ia memiliki kekuatan. Ia memiliki kuasa. Dan itu terus berlanjut. Para pria membuatnya maju. Doa para wanita membuatnya maju. Kita membuatnya maju—bukan hanya satu—kita semua yang melakukannya: rekan sekerja Allah. Dan kita salaing membutuhkan satu sama lain, dan itu adalah kekuatan jemaat.
Ketika saya masih kecil—saya telah melihat hal itu ribuan kali—ketika saya masih kecil di kota tua tempat saya dibesarkan, setiap orang membenci orang lain. Orang Baptis membenci orang Metodis dan orang Metodis membenci orang Baptis. Saya dibawa ke dalam kasih Allah dan membenci orang Metodis. Itulah sebabnya mengapa saya berhenti mendadak. Dan pedagang ini membenci pedagang yang lain. Dan baik keduanya membeci yang lainnya juga. Itulah cara saya dibesarkan.
Lalu, seseorang datang ke kota untuk melihat apakah dia dapat menyatukan kumpulan kami bersama-sama, jadi mereka akan membangun komunitas. Dan dia membawa bersamanya kartun yang sangat lama dan dia menempatkannya di seluruh kota. Saya dapat mengingat hal itu dengan sangat baik. Anda tahu. Kartun yang lama itu adalah ini: Ada dua keledai—masing-masing berjalan dengan empat kaki—ada dua keledai. Dan mereka diikat bersama-sama dengan satu tali. Dan ada sebuah setumpuk jerami di sebelah sana dan ada setumpuk jerami di sebelah lainnya. Dan keledai-keledai ini berusaha dengan segenap kemampuannya untuk mendapat tumpukan jerami itu. Dan mereka berusa dengan keras dan bercucuran keringat dan melakukan segala sesuatu yang dapat mereka lakukan untuk melawan satu samaa lain dan melawan tali itu, seekor keledai berusaha untuk memakan tumpukan jeramai yang beraada di sebelah sana dan keledai yang lain juga berusaha untuk makan jerami di sebelah lainnya.
Lalu gambar berikutnya adalah: baik kedua keledai itu pergi ke sebelah sana bersama-sama dan makan tumpukan jerami itu. Dan kedua keledai itu beranjak ke sebelah lainnya untuk makan tumpukan jerami itu bersama-sama. Itulah caranya. Seperti itulah caranya.
Saya telah melihat sebuah kartun pada suatu waktu, seseorang berada di sebelah luar pintu—di bagian tengah pintu itu—setengah beraada di luar dan setengah berada di dalam, di sana ada seorang dengan sebuah kotak yang sangat besar. Dan mereka sedang mendorong dan menarik dan berkeringat dan berusaha untuk bekerja dan berusaha supaya kotak itu beranjak.
Dan akhirnya mereka duduk dan salah satu dari mereka berkata, “Teman, saya tidak percaya bahwa kita tidak dapat memasukkan kotak ini ke bagian dalam pintu ini.”
Dan yang lainnya menjawab, ke dalam? Teman, saya pikir kita sedang berusaha untuk mengeluarkannya.” Itulah jemaat dan apa yang terjadi kepada kita: Ketika seseorang menarik ke arah ini, seseorang berusaha menarik ke arah yang lainnya, seseorang berusaha untuk beranjak melalui jalan itu dan yang lainnya berusaha untuk pergi melalui jalan itu.
Itulah yang dimaksudkan Paulus di sini ketika dia berkata: “Kamu masih bayi di dalam Kristus, ketika kamu melakukan hal itu. Kamu bertindak seperti anak kecil. Kamu adalah manusia duniawi.”
Negeriku, sekarang sudah hampir jam dua belas? “Kamu tidak melakukan yang baik,” kata Paulus. “Kamu tidak melakukan hal yang baik. Kamu tidak beranjak ke mana-mana. Kamu masih tetap berdiri.”
Kamu tidak bertumbuh, sebab jalan untuk memiliki jemaat yang besar dan sebuah pelayanan yang besar adalam saling mengasihi satu sama lain, dan saling bekerja satu sama lain dan saling menolong satu sama lain. Saya tidak peduli seberapa lemah mungkin gembalanya, tidak pantas seseorang berkeliling dan berbicara tentang gembalanya. Saya berkata seperti itu bukan karena saya adalah seorang gembala. Saya menyampaikan hal itu karena hal itu akan membuat gereja menjadi lemah.
Sama seperti ibu anda. Saya mengenal ibu saya dengan baik. Dia memiliki sebuah kelemahan. Dia menunjukkan sikap memihak kepada anak-anaknya dan itu terjadi pada saya—yang merupakan baik bagi saya tetapi tidak baik bagi anak-anak lainnya—dan dia akan menampar saya, jika dia tahu saya menyampaikannya pada pagi hari ini—Tetapi saya tidak akan berkeliling untuk menemui orang lain dan menyampaikan kelemahan ibu saya. dalam faktanya, hal itu akan membawa sebuah kelemahan bagi saya: hal itu akan membuat saya tampak gila. Saya justru tidak suka orang lain berkeliling dan menemukan kesalahan ibu saya, terberkatilah ibu saya. Dengan segala kelemahannya, dia adalah ibu saya. Dan kebajikannya jauh dan sangat jauh lebih berat dibandingkan dengan kelemahannya.
Hal itu sama dengan gereja kita ini: Saya tidak suka mendengar orang pergi berkeliling dan mengeluarkannya. Saya tahu mereka hanyalah manusia biasa, sama seperti saya adalah manusia biasa. Kita semua hanyalah manusia biasa. Beberapa dari kita memiliki sebuah jenis kelemahan seperti ini. Dan beberapa yang lainnya memiliki jenis kelemahan yang lain. Dan beberapa dari kita memiliki jenis kelemahan yang lainnya. Kita hanyalah manusia biasa.
Apa yang disampaikan oleh bagian yang telah kita baca pada pagi hari ini? Inilah yang disukai Allah, ketika anda saling mengasihi satu sama lain. Mengasihi saya ketika saya tidak mengasihi. Berdoa untuk saya ketika saya tersandung dan jatuh, menolong saya keluar jika saya membuat kesalahan.
Oh, apakah yang dilakukan hal itu bagi jiwa, bagi jemaat. Hal itu mengikat kita bersama-sama—ia mengikat kita bersama-sama dengan tali-tali baja. Kita bersama dengan Allah, dapat melakukan segala sesuatu. Kita bisa. Satu orang dari kita tidak dapat melakukannya. Tetapi kita bisa bersama dengan Allah.
“Rekan sekerja Allah. Ladang Allah. Tanah Allah. Pertanian Allah. Bait Allah. Rumah Allah.” Kita adalah milikNya. Dan di dalam Dia, kita saling memiliki satu sama lain. Seperti yang disampaikan oleh rasul Yohanes yang sudah tua: “Anak-anakku, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih berasal dari Allah dan Allah adalah kasih.”
Baiklah, mari kita menyanyikan lagu kita. Dan ketika kita menyanyikannya, bagi anda yang berada di atas balkon atau di mana saja, seseorang dari anda yang ingin menyerahkan hati anda kepada Tuhan. Datanglah dan berdiri di dekat saya. Seseorang dari anda, letakkanlah hidup anda di dalam jemaat ini.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.