KESETIAAN: SALAH SATU SYARAT ALLAH

(FAITHFULNESS: GOD’S ONE REQUIREMENT)

 

Dr. W. A. Criswell

 

I Korintus 4:2

12-06-55

 

Pada malam hari ini, kita akan memulai dari bagian yang telah kita tinggalkan ketika saya berkhotbah di sini, yaitu Kitab 1 Korintus pasal tiga. Khotbah kita yang terakhir merupakan bagian penutup dari pasal itu dan malam ini kita akan mulai dari pasal empat. Dan teks kita diambil dari dua ayat yang pertama dari 1 Korintus pasal empat:  “Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai” [1 Korintus 4:1, 2]. 

Jika saya dapat menerjemahkannya dengan sedikit lebih baik, “Inilah seharusnya bagaimana orang memandang kami.” “Inilah yang seharusnya bagaimana kamu harus memandang tentang kami. Kami adalah hamba-hamba Kristus. Kami adalah pelayan-pelayan dari rahasia Allah.” Jadi, itu adalah sebuah kata yang menarik, kata yang dia gunakan di sini: “Inilah kami dan inilah bagaimana kamu harus memandang kami.” Anda lihat, beberapa dari mereka, ada yang berkata, “Kami menyukai Apolos dan kami adalah golongan Apolos.” Yang lainnya, “Kami menyukai Paulus dan kami adalah golongan Paulus.” Dan yang lainnya, “Kami menyukai Kefas dan kami adalah golongan Kefas.” Dan mereka memiliki semua jenis perselisihan di dalam jemaat. Dan demikianlah ketika Paulus menulis tentang hal itu; dia berkata: “inilah bagaimana kamu harus memandang tentang kami.” Paulus, Apolos, Kefas, kami semua; inilah kami, kami adalah huperetes Kristus. Dan kata huperetes , kata itu secara literal bermakna, kami adalah “pendayung-pendayung.” Tidakkah anda pernah melihat lukisan dari perahu Romawi kuno—“jenis perahu kuno” itulah yang mereka sebutkan. Dan di lantai paling bawah dari perahu itu, mereka menggunakan budak untuk mendayungnya. Tidakkah anda pernah melihat lukisan itu? Dan mereka akan memiliki seorang pendayung dan seorang pendayung, sebuah dek yang penuh dengan para pendayung. Dan para pendayung itu disebut  huperetes.  Lalu, dia berkata, kami adalah “para pendayung” dari Kristus. Kami bukanlah Tuhan. Kami bukanlah tuan-tuan. Kami tidak memiliki apa pun di dalam diri kami. Kami hanyalah hamba, para pendayung yang taat kepada Kristus.

Dan dia berkata: “kami adalah oikonomous dari rahasia Allah”—kami adalah “pelayan-pelayan’ dari rahasia Allah. Kembali ke masa lalu, seseorang yang kepadanya seorang tuan memberi seluruh hartanya dipercayakan untuk diurus disebut sebagai seorang “pelayan.” Apakah anda mengingat bacaan yang ada di dalam Kitab Kejadian, Eliezer, yang merupakan pelayan dari Abraham? Seluruh harta benda Abraham berada di dalam tangannya. Apakah anda mengingat kisah yang ada di dalam Kitab Lukas pasal sembilan belas ketika Tuhan memberitahukan tentang kisah uang mina? Dia berbicara tentang bangsawan yang pergi ke sebuah negeri yang jauh untuk menerima sebuah kerajaan. Dan dia memberikan seluruh harta bendanya di dalam tangan para hambanya dan berkata: “Usahakanlah ini, sampai aku datang kembali” (Lukas 19:13). Mereka adalah pelayan-pelayan yang mengurus harta benda, barang-barang milik dari tuan mereka. Lalu, Paulus berkata, bahwa kami adalah para pendayung Kristus, hanya itu. Dan kami adalah para pelayan, bukan pemilik. Kami tidak memiliki apa-apa di dalam diri kami. Kami adalah pelayan-pelayan dari rahasia Allah. Lalu sebuah rahasia tidak bermakna sebuah hal yang tidak dapat dimengerti. Sebuah rahasia berarti sesuatu yang tidak dapat ditemukan oleh kecerdasan manusia—tidak dapat menggambarkannya keluar. Tetapi hal itu datang kepada kita melalui wahyu Allah. Dan kami adalah pelayan-pelayan dari wahyu Allah yang luar biasa.

Kemudian dia menambahkan teks saya: dan itu adalah yang diperlukan di dalam pelayan—orang yang memiliki kekayaan di dalam tangannya yang telah diberikan oleh orang lain. “Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai” [1 Korintus 4:2].  Hanya itu satu-satunya syarat. Dan tanggung-jawab menekankan kesetiaan. Dan hanya ada satu-satunya syarat. Bahwa seorang pelayan harus setia. Bahwa dia harus jujur. Bahwa dia harus benar. Bahwa dia harus memberikan kemampuan terbaiknya untuk memberikan nilai yang baik dari apa yang telah ditempatkan Allah di dalam tangannya, di dalam penatalayanannya.

Kemudian, itu adalah sebuah presentasi yang tidak kunjng habis. Syarat dari penatalayaan, dari kesetiaan. Di dalam perumpamaan tentang talenta, Tuhan berkata bahwa ada seorang yang diberikan lima talenta dan yang lainnya dua talenta, dan yang lainnya satu talenta. Dan ketika sang tuan kembali, tentu saja, orang yang memiliki satu talenta telah membuang kesempatannya. Tetapi orang yang memiliki lima talenta telah memperoleh lima talenta lainnya. Dan orang yang memiliki dua talenta telah memperoleh dua talenta lainnya. Dan ketika sang tuan memberikan pujian, orang yang memiliki lima talenta dan dua talenta, dia memberikan pujian yang sama kepada mereka. Apakah anda mengingat apa yang mereka sampaikan. Dia berkata: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” [Matius 25:21]. 

Dan dia menyampaikan hal yang sama kepada orang yang memiliki dua talenta, yang telah menghasilkan dua talenta lainnya. Allah tidak membuat sebuah perbedaan antara manusia di dalam upah besar yang akan dibuat. Allah tidak membuat sebuah perbedaan antara manusia—yaitu manusia yang memiliki sepuluh talenta atau lima talenta atau dua talenta—dan menjadi setia di dalam hal itu, dia telah diberikan di dalam pandangan Allah sebuah upah yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang memiliki talenta yang kurang dari orang yang setia di dalam keeputusannya. Tetapi Allah memberikan pujian yang sama kepada mereka. Sebab salah satu prinsip yang terbesar atau penghakiman Allah terhadap kita bukanlah berdasarkan karunia kita, tetapi berdasarkan kesetiaan kita di dalam apa yang telah dipercayakan Allah kepada kita. Hal terpenting yang sangat luar biasa di dalan kehidupan Allah—di dalam pandangan Allah bukanlah apa yang anda miliki, tetapi bagaimana anda menggunakan apa yang anda miliki—untuk setia—untuk jujur—untuk didedikasikan—untuk memberikan kepada Allah hal terbaik dari apa yang telah diberikan Allah kepada anda.

Di dalam Talmud, saya membaca sebuah kalimat yang luar biasa tentang Daud. Kitab Yahudi kuno ini berkata: tentang Daud, “Allah telah mempercayakan kepadanya beberapa domba di padang liar. Dan karena dia setia dan berani dan merawat mereka, Tuhan mengambil Daud dan memberikan kepadanya di dalam perawatannya kawanan domba Israel. 

Jadi, itu adalah karakter kesetiaan—nilai dari seorang pelayan yang layak, yang merupakan hal yang paling berharga dari seluruh karakteristik. Hal itu dihargai oleh manusia di dalam dunia yang kita tinggali ini—di dalam kota dan di antara orang-orang dengan orang yang bersama dengan  mereka kita melakukan urusan kita sehari-hari. Bank kita yang berada di sana—dan kebanyakan dari kita memiliki sebuah bank—kita mengambil sedikit yang kita punya dan meletakkannya di dalam bank. Dan di sana hanya ada satu hal penting yang sangat luar biasa yang ingin kita ketahui tentang orang-orang yang kepada mereka kita percayakan sejumlah kecil yang kita miliki. Dan hal itu adalah, bahwa mereka jujur terhadap kita. Bahwa mereka akan setia terhadap kita. Bahwa mereka akan berlaku benar terhadap apa yang telah kita percayakan, yang telah kita simpan kepada mereka. Satu-satunya hal yang kita minta—kesetiaan. Jika mereka tidak jujur, jika mereka tidak benar, jika mereka tidak sungguh-sungguh di dalam tugas mereka, jika mereka tidak menjaga apa yang kita punya, maka semua iman dan kepercayaan yang olehnya kita dapat melihat atas sebuah bank sebagai seorang sahabat dan sebagai sesuatu yang dihancurkan. Hal itu tidak bermakna apa-apa. Kandungan yang tidak ternilai, kandungan yang paling berharga yang membuat kemungkinan sebuah bank hanyalah satu hal. Mereka adalah pelayan yang setia. Mereka setia di dalam pelayanannya.  

Itu adalah hal yang sama dengan sebuah perusahaan asuransi. Tahun demi tahun, kebanyakan dari kita membayar premium kepada sebuah perusahaan asuransi. Ada sesuatu yang kecil yang kita letakkan di dalam perawatan mereka dan terhadap hari-hari dimana kita menjadi tua dan pensiun, kita memiliki sesuatu yang sedikit. Atau jika kita meninggal, keluarga akan diperhatikan. Kita hanya meminta satu hal dari perusahaan asuransi itu, supaya mereka benar terhadap beban yang telah kita simpan di dalam tangan mereka—bahwa mereka menjadi pelayan yang setia dari keyakinan kita dan apa yang telah kita berikan kepada mereka tahun demi tahun. 

Hal itu, saya katakan merupakan hal yang paling bernilai di dalam setiap departemen kehidupan. Itu adalah pengharapan saya bahwa ketika kita membuat perjalanan ke Italia sehingga kita dapat pergi ke Pompeii yang  berada di dekat sisi Vesuvius. Tempat itu terletak antara Vesuvius dan Naples. Saya telah terbang di atas Vesivius sebanyak dua kali. Saya pernah terbang di atas Teluk Naples. Saya telah terbang di atas Capri. Tetapi saya tidak pernah berada di sana secara pribadi. Tetapi saya ingin pergi ke Pompeii. Saya ingin melihat reruntuhan itu ketika gunung Vesuvius meledak. Puncak dari gunung itu meledak dan kota Pompeii terkubur di bawah debu. Kehidupan yang ada di sana, ketika digali dan ditunjukkan, tetap sama ketika lahar dan lava serta debu datang ke atasnya. 

Salah satu hal yang saya baca tentang apa yang terjadi di Pompeii adalah hal ini: seorang prajurit Roma tidak pernah meninggalkan posnya hingga dia dibebaskan. Dan para prajurit itu, di dalam ledakan yang mengerikan itu dan menguburkan kota itu di bawah debu yang jatuh—para prajurit Roma itu mati dalam tugas mereka karena tidak ada seorang pun yang menggantikan mereka. Hal itu  yang dapat membuat sebuah pasukan menjadi besar—pelayanan, kesetiaan. Orang-orang ini tetap bertahan di pos mereka hingga mati.

Kemudian, Itu merupakan karakteristik yang berharga di dalam dunia bisnis, di dalam pasukan, di dalam seluruh kehidupan, itu merupakan karakteristik yang berharga dalam peninggian jemaat dari Yesus Kristus. Tidak semuanya dari kita yang memiliki banyak karunia. Tentu saja termasuk saya. Tidak banyak dari kita yang dapat bernyanyi, dengan luar biasa. Tidak semuanya dari kita yang memiliki bakat yang luar biasa yang kita lihat dimiliki oleh orang lain yang memiliki talenta yang luar biasa kepada Tuhan. Tetapi bukan bakat yang hebat yang membuat kita dapat membuat gereja menjadi besar. Jika nyanyian dapat membuat gereja yang luar biasa, saya dapat memperoleh dana anggaran yang banyak untuk pergi ke Kota New York dan menyewa penyanyi terbaik di negeri ini dan membawa mereka ke sini dan membiarkan mereka bernyanyi. Tetapi nyanyian yang hebat tidak dapat membuat gereja yang besar. Saya mengenal beberapa pengkhotbah yang luar biasa. Dan mereka sangat fasih. Dan beberapa dari antara mereka dapat dibawa kemari. Sekarang saya sedang memikirkannya, dan mereka memiliki karunia yang luar biasa. Tetapi hanya dengan berkhotbah tidak dapat membuat sebuah gereja. Kefasihan, pidato, ikhtisar tidak dapat membuat sebuah gereja. 

Kita dapat memikirkan semua hal-hal yang luar biasa yang kita miliki di dalam administrasi ini. Kita dapat menyewa guru-guru yang memiliki bakat yang luar biasa dalam mengajar. Dan para pemain yang memiliki bakat yang liar biasa dalam memainkan instrument yang tidak biasa. Tetapi hal-hal ini, di dalam bakat-bakat mereka tidak dapat membuat kerajaan Allah. Ada sebuah kualitas di dalam nyanyian, di dalam khotbah, di dalam pesan, di dalam permainan musik, di dalam pengkotbah, di antara orang-orang, ada sebuah kualitas di dalamnya, jika bukan di sana, hak itu ada di dalam debu tanah yang ada di tangan kita. Dan hal itu merupakan sebuah penghinaan yang nyata kepada Allah. Hal yang membuat sebuah roh yang luar biasa dan sebuah jemaat yang hebat, sebuah komitmen yang luar biasa, kesetiaan yang dalam di dalam hal yang telah ditetapkan Allah bagi kita.

Corts Redford merupakan kepala dari Rumah Badan Misi kita. Dan dia memiliki sebuah kisah favorit dan  itu terjadi kepadanya. Sebuah hal terjadi kepadanya ketika dia datang ke Misouri. Di sebuah tempat kecil, yang dia kunjungi pada suatu kali, di tanah kelahirannya. Dan dia berada sebuah desa yang kecil dan gereja yang kecil. Hari itu merupakan hari yang biasa, bukan hari minggu aatau hari rabu, dan dia ingin pergi. Dan mereka membujuk Dr. Redford untuk tetap tinggal di sana. Dan berkhotbah bagi orang-orang yang ada di sana. Kemudian dia melakukannya. Dan malam itu, mereka memiliki sebuah ruangan yang penuh dengan orang-orang. Itu merupakan hari selasa malam atau hari kamis malam.   

Tetapi ketika pergi ke dalam gereja dan naik ke atas mimbar dan melihat ke dalam kumpulan jemaat, di sana ada seorang bocah, seorang pemuda. Dan dia memiliki sebuah pita panjang yang tertempel di mantelnya dan di atasnya ada dua inisial yang besar: “B. R.”—B. R; di atas pita panjang yang terpasang di aatas mantelnya. Hal itu merupakah hal yang tidak biasa, kemudian dia berbisik kepada gembala jemaat dan berkata, “Anda melihat orang muda yang ada di sana dengan pita panjang dengan B.R, di atasnya. Untuk apakah B.R. itu?” 

Dan sang gembala berbisik kepadanya dan berkata, “Dr. Redford, itu artinya dia adalah petugas yang membunyikan lonceng. Anak itu adalah orang yang membunyikan lonceng gereja dan dia tidak begitu cemerlang dan dia memakai tanda itu. Dia sangat bangga dengan kenyataan bahwa dia adalah orang yang membunyikan lonceng gereja. Dan dia memakai pita dengan B.R., di atasnya.”

Lalu, hal itu akan menjadi sesuatu yang menarik bagi seseorang, saya yakin, termasuk anda. Demikian juga dengan Dr. Redford.  Jadi setelah selesai ibadah, dia menahan anak itu dan berbincang-bincang dengan dia. Dan dia berkata, “Nak, apakah engkau yang bertugas membunyikan lonceng? Bahwa B. R.,  itu artinya, yang membunyikan lonceng?”

“Oh, ya” kata anak yang setengah lucu itu, “Ya, tuan, saya adalah petugas yang membunyikan lonceng gereja.” Lalu, dia berkata, “Hal itu sangat baik. Sangat baik.”

Dan anak setengah lucu itu berkata, “Saya membunyikan lonceng malam ini untuk anda, jadi jemaat kami mau datang ke gereja.”

Dan Dr. Redford berkata, “Itu sangat luar biasa nak, itu sangat baik sekali.”   

Dan bocah itu berkata, “Bukan hanya itu yang saya lakukan, bukan hanya itu yang saya lakukan.” Dia berkata, “Saya tidak hanya membunyikan lonceng gereja, tetapi saya datang ke gereja ini dan saya menyapunya hingga bersih untuk jemaat.”

Dan Dr. Redford berkata: “Itu sangat luar biasa nak. Itu sangat luar biasa.” 

“Tetapi bukan hanya itu saja,” kata anak yang membunyikan lonceng itu, dia berkata, “Bukan hanya itu saja yang saya lakukan. Saya datang ke gereja ini dan membuat api di perapian itu, sehingga mereka dapat menghangatkan jemaat ketika mereka datang.”

Dan Dr. Redford berkata kepada anak yang setengah lucu itu, dia berkata, “Itu sangat luar biasa nak.”

Dan anak yang setengah lucu itu berkata, “Tetapi bukan hanya itu, bukan hanya itu yang telah saya lakukan.”

Dia berkata, “Anda tahu, saya pergi menelusuri jalanan kota kami dank e seluruh tetangga dan saya mengetuk pintu orang-orang dan memberitahukan kepada mereka nbahwa anda akan berkhotbah pada malam ini, sehingga orang-orang dapat datang ke gereja.”

Dan Dr. Redford berkata ketika dia pergi, dia hanya memiliki keputusan di dalam hatinya dan pikirannya bahwa jika dia adalah gembala di sebuah gereja, dia akan sangat senang untuk memiliki sebuah gereja yang penuh dengan anak-anak seperti anak setengah lucu itu yang memiliki B.R., di atas mantelnya, yang artinya bahwa dia adalah petugas yang membunyikan lonceng.” 

Dan saya juga akan memiliki pikiran yang sama. Saya senang memiliki sebuah jemaat yang tidak memiliki perasaan yang lain selain dari pada setia kepada Tuhan dan melakukan apa yang dapat mereka lakukan untuk Kristus. Bukankah itu akan sangat luar biasa? Sekalipun mereka cemerlang atau tidak. Saya akan mengangkat topi atas mereka. Sekalipun mereka memiliki sepuluh talenta atau tidak, saya tidak akan mengangkat kelingking saya. Tetapi jika mereka setia, bukankah itu sangat luar biasa? Dan setiap orang di tempat ini, melakukan apa yang dapat dia lakukan untuk Allah, betapa merupakan berkat yang luar biasa. Itu aadalah syarat dari pelayan, hanya satu hal yang akan didapati oleh seseorang, yaitu setia. Hanya itu. Sebagaimana adanya anda, melakukan hal yang dapat anda lakukan.

Lalu, dalam waktu yang singkat, bolehkan saya berbicara sesuatu dari pelayanan ini? Itu adalah syarat di dalam pelayan yang ditemukan setia. Saya pikir bahwa Firman Allah berkata agar kita jangan menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita bersama-sama. Ketika Hari Tuhan tiba, kita harus berada di rumah Allah ini. Dan ketika pagi datang, pada pukul 7:30 kita harus kembali berada di rumah Allah. Tidak ada Sesuatu yang lebih mengesankan bagi orang-orang yang mengunjungi konggregasi seperti kumpulan jemaat yang kita miliki di sini pada hari minggu malam. Sebab, bagi kebanyakan gereja-gereja, mereka tidak merasa terganggu jika mereka tidak hadir. Mereka melihat melalui televisi. Mereka bersenang-senang di rumah mereka. Mereka berada di pameran lukisan, atau mengendari mobil di wilayah pedesaan. Mereka melakukan hal-hal lainnya, tetapi mereka tidak pergi ke gereja. Dan gereja lemah serta kurang darah. Salah satu gereja di kota kita telah menghentikan ibadah malam mereka. Mereka memiliki ibadah yang yang sedikit pada pukul 5:00.  Orang-orangnya tidak mendukung pelayanan pemberitaan injil Anak Allah.

Ah, bagian itu yang membuat sebuah gereja menjadi besar. Pada Hari Tuhan, ketika pintu tertutup, saya akan berada di sana Pendeta. Saya mungkin tidak bisa melakukan banyak hal. Tetapi selama saya masih bisa berjalan, selama saya masih dapat datang, saya akan berada di deretan bangku itu, berdoa bersama dengan anda, mendengarkan khotbah pemberitaan injil dan memohon kepada Allah untuk menyelamatkan yang hilang. Ah, betapa merupakan sebuah jemaat yang setia yang akan membangun sebuah mercu suar yang besar untuk Yesus. Dan setiap orang dari kita, kebanyakan dari kita dapat melakukannya. Dan kita harus setia di dalam pelayanan, di mana kita berusaha untuk peduli terhadap anak-anak kita dan orang-orang muda kita.

Anak-anak kita adalah sebuah warisan dari Tuhan. Jika kita memiliki sebuah jemaat di hari esok, itu adalah mereka pada hari ini. Dan dalam setiap cara yang dapat kita lakukan dan setiap jalan yang mungkin, kita harus melakukan pelayanan bagi anak-anak kita dan orang-orang muda kita. Berapapun biayanya dan bagaimanapun program itu berkembang, apapun yang dapat dilakukan, kita harus duduk dan memiliki tujuan, dan dengan sungguh-sungguh, di dalam hikmat Tuhan, kita harus memelihara anak-anak kita dengan luar biasa. Jika kita ingin memiliki pengkhotbah di hari esok, diaken di hari esok, anggota jemaat di hari esok, setiap misionaris di hari esok, hal itu teletak di tangan-tangan mereka yang masih kecil dan di dalam jiwa-jiwa mereka yang mulia. Setia di dalam pemeliharaan dan pelatihan anak-anak kita.

Dan kita harus setia kepada Allah di dalam tanggung jawab kita terhadap kota kita yang hilang. Dan di dalam hal itu, bolehkah saya menyampaikan hal yang membuat saya sungguh-sungguh bangga di dalam sesuatu yang saya pikir dapat kita lakukan dengan jauh lebih baik. Saya sangat bersyukur kepada Allah atas program misi dari gereja ini. Tidak begitu lama, hingga enam misi kita mulai bersinar dari dasar dan terwujud serta terbentuk di Singleton Boulevard di dalam proyek penginapan yang besar di sebelah Edison School. Saya tidak pernah berada di dalam suatu ibadah yang begitu menggerakkan hati saya lebih dari pada ibadah Jumat, seminggu yang lalu, ketika pemimpin misi kita berada di dalam perjamuan makan di gereja kita. Dan Saudara O. C. Robinson, yang memimpin program misi kita, melakukan sebuah hal yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Dia memiliki dua orang dari setiap misi itu untuk berdiri dan menyampaikan apa yang telah Allah lakukan untuknya. Di sana ada seorang pria yang dahulunya adalah seorang pemabuk. Dan sering memukuli istrinya dan anak-anaknya. Dan dia berdiri serta berkata, “Tetapi enam bulan yang lalu, saya menemukan Tuhan di …”

[akhir dari transkrip]

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.