SIAPAKAH YANG MENGANGGAP ENGKAU BEGITU PENTING?

(WHO MAKETH THEE TO DIFFER?)

 

Dr. W. A. Criswell

1 Korintus 4:6-7

19-6-55

 

Sekarang di dalam seri khotbah kita melalui Firman, pagi ini kita tellah meninggalkan surat 1 Korintus pasal empat ayat lima. Dan bagi anda yang memiliki Alkitab, anda dapat membuka bagian itu, dan malam ini, kita akan mulai dari 1 Korintus pasal empat ayat enam. Dan teks kita terdapat di dalam ayat tujuh. Dan sekarang anda dapat membaca kedua ayat itu—1 Korintus 4:6-7:

 

Saudara-saudara, kata-kata ini aku kenakan pada diriku sendiri dan pada Apolos, karena kamu, supaya dari teladan kami kamu belajar apakah artinya ungkapan: "Jangan melampaui yang ada tertulis", supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.

Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?

 

Lalu itu adalah teks kita, dan khotbah pada malam ini didasarkan atas 1 Korintus pasal empat ayat tujuh.

Kemudian, saya mengingatkan anda kembali tentang peristiwa yang menyebabkan Paulus menulis kata-kata ini. Ada orang-orang di dalam jemaat yang terpecah-pecah. Dan Hatfields memandang rendah atas McCoys, dan McCoys melihat dengan sikap menghina atas  Hatfields. Dan beberapa dari mereka menjadi sombong dan tinggi hati. Mereka merasa lebih baik, mereka “sombong,” seperti yang dikatakan oleh Paulus. Dan mereka berbahagia bahwa mereka tidak menjadi anggota keluarga itu atau mereka berbahagia tidak berlari bersama dengan orang banyak itu. Dan mereka mereka justru merasa lebih banyak dari yang lainnya.

Dan mereka menjadi tinggi hati. Beberapa dari antara mereka sangat berbakat dan mereka memandang rendah terhadap orang-orang yang tidak memiliki bakat yang banyak. Beberapa dari mereka memiliki talenta yang luar biasa dan mereka memandang dengan rendah dan menghina orang-orang yang tidak memiliki banyak talenta.

Lalu Paulus berkata dia sedang memindahkan semuanya itu bagi dia dan Apolos. Mereka suka untuk membandingkan kedua pengkhotbah itu dan mereka suka untuk mengolongkan hal itu. “Aku adalah seorang pengikut Apolos” dan “Aku adalah seorang pengikut Paulus.” Lalu, Paulus berkata bahwa mereka bukanlah apa-apa, hanya hamba-hamba Kristus, pelayan-pelayan dari rahasia Allah, dan kamu janganlah berpikir di atas apa yang telah ditulis tentang setiap orang, “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting dari yang lain?”

Kita sungguh berbeda. Setiap pelayan berbeda dari setiap pelayan lainnya. Dan semua orang di dalam jemaat ini berbeda dari setiap orang yang lain.  “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri?”—mengapa engkau sombong—“ seolah-olah engkau tidak menerimanya?”—seolah-olah itu adalah milikmu dan bukan merupakan karunia Allah.

Lalu, kita akan berbicara tentang hal-hal yang membanggakan pada malam ini: tentang kesombongan, tentang tinggi hati, melihat diri kita sebagai orang yang lebih baik, atau lebih berbakat, atau lebih dikasihi, dari pada orang lain. 

Sekarang kita akan memulainya dengan sebuah jawaban terhadap sebuah hal yang seringkali timbul. Dari manakah dosa berasal? Dimanakah ia dilahirkan? Bagaimana kejahatan berada di dalam dunia ini? Siapa yang membawanya dan siapa yang menyebabkannya?

Anda memiliki sebuah jawaban yang jelas terhadap hal itu di dalam Kitab Allah. Dosa telah lahir, dosa datang dari hal ini, sebuah hati yang sombong, sebuah roh yang tinggi hati. Di dalam Kitab Yesaya pasal empat belas dan di dalam Kitab Yehezkiel pasal dua puluh delapan, di kedua tempat itu, anda memiliki sebuah gambaran tentang dia yang merupakan bapa kejahatan dan permulaan dari ketidakbenaran. Yang pertama, dengarkanlah apa yang ada di dalam Kitab Yesaya:

 

Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!

Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.

Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!

Sebaliknya, ke dalam dunia orang mati engkau diturunkan, ke tempat yang paling dalam di liang kubur.

Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang,  yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah?

 

Dari sanalah hal itu berasal. Lalu, anda menemukan gambaran yang sama dari makhluk sorgawi yang cemerlang itu. Sekarang, dengarkanlah firman Tuhan di dalam Yehezkiel pasal dua puluh delapan. “Gambar dari kesempurnaan engkau…” —sedang berbicara tentang Lucifer yang sama, putra fajar:

 

Gambar dari kesempurnaan engkau, penuh hikmat dan maha indah. Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya diperbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu. Kuberikan tempatmu dekat kerub yang berjaga, di gunung kudus Allah engkau berada dan berjalan-jalan di tengah batu-batu yang bercahaya-cahaya.

Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu….

Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu.

 

Saya duga, itu mustahil bagi seseorang yang memiliki bakat yang luar biasa, keindahan di dalam tubuhnya, simetris dalam bentuknya, saya duga, adalah mustahil baginya untuk tidak meninggikan dirinya. Tetapi itu adalah kutukan yang datang ke dalam dunia melalui hal ini “Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu … Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu.”  Karunianya merupakan sebuah kutukan kepadanya dan sebuah hukuman:

 

Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya.

Dengan banyaknya kesalahanmu dan kecurangan dalam dagangmu engkau melanggar kekudusan tempat kudusmu. Maka Aku menyalakan api dari tengahmu yang akan memakan habis engkau. Dan Kubiarkan engkau menjadi abu di atas bumi di hadapan semua yang melihatmu.  Semua di antara bangsa-bangsa yang mengenal engkau kaget melihat keadaanmu. Akhir hidupmu mendahsyatkan dan lenyap selamanya engkau.

 

Dari sanalah dosa dimulai, di dalam sorga, sebelum dunia dijadikan. Allah menciptakan sebuah kerub, Allah menciptakan sebuah keberadaan malaikat, indah di dalam bentuk dan hikmat yang mulia, seperti cahaya matahari, sebuah ciptaan yang cemerlang. Dan dia telah menjadi sombong atas keindahannya, dan dia menjadi tinggi hati di dalam kecerdasaannya, dan dia berkata di dalam hatinya, “Aku akan menjadi sama seperti Allah; aku akan mengambil takhta Allah.”

Dan di sanalah dosa dimulai. Dan dilemparkan dari sorga, dia datang ke firdaus, yang mana di dalamnya Allah telah menempatkan orang tua kita yang pertama. Dan mencobai Hawa, dan melalui Hawa kepada Adam, menghasilkan kejatuhan kita yang pertama dan seluruh kemalangan yang memenuhi bumi kita sejak saat itu. Dosa dimulai dari hati yang ditinggikan, sombong terhadap Allah.

Lalu, itu merupakan sebuah hal yang aneh bahwa dosa kesombongan dan meninggikan diri sepertinya tidak bisa dipisahkan dari umat manusia, ketika anda membaca kisah-kisah Alkitab, anda akan jelas melihat hal itu. Firaun, raja Mesir, sekalipun Allah mengirim sembilan tulah untuk merendahkan hatinya, Firaun tetap mengeraskan hatinya terhadap Allah. Firaun tidak bersujud di hadapan Allah sekalipun tulah yang mengerikan meliputi hidupnya.

Saya telah pergi ke penjara ini. Saya telah berbicara dengan orang-orang ini. Merupakan sebuah hal yang jarang di mana anda akan menemukan orang yang akhirnya merendahkan hatinya oleh terror yang mengerikan yang menyusul dia karena kekotorannya dan kejahatan-kejahatan yang gelap.

Seperti itulah Firaun. Dia tidak merendahkan dirinya di hadapan Allah. Hatinya keras dan rohnya menjadi tinggi hati, sekalipun tulah-tulah yang mengerikan telah datang. 

Anda mendengar kisah Absalom, Absalom merupakan pria yang paling tampan di Israel. Rambutnya sangat indah, mukanya sangat cemerlang untuk dilihat. Daud mengasihi dia. Absalom seharusnya menjadi raja yang baru. Dia akan duduk di atas takhta Daud; Absalom, putra Daud yang indah dan tampan, dan cemerlang. Tetapi kemuliaannya dan keindahannya telah memalingkan hatinya, meninggikan dirinya, menyombongkan dirinya, sedemikian rupa, sehingga dia berusaha untuk meruntuhkan kerajaan Daud, ayahnya.

Itulah yang menjadi masalah bagi orang Yahudi. Mereka datang untuk mendengar Yohanes Pembaptis berkhotbah, dan Yohanes menghina mereka. Itu karena mereka berkata di dalam hati mereka, “Kami adalah anak-anak Abraham.”

Tetapi Yohanes Pembaptis berkata, “Setiap orang dari mana saja berada di luar kovenan Allah. Setiap orang dari mana saja harus bertobat dan di atas dasar itu, ia harus dibaptis, bersiap untuk kerajaan yang akan datang.”

Dan orang Farisi berkata, “Bertobat? Anjing-anjing bangsa-bangsa lain itu butuh pertobatan. Orang banyak itu yang ada di sana, para pemungut cukai dan orang-orang berdosa, mereka butuh untuk bertobat, tetapi kami, kami orang-orang Farisi?”

Dan Alkitab berkata mereka menolak bagi diri mereka sendiri baptisan Yohanes dan juga kerajaan kebenaran di dalam Kristus Yesus. Bangga telah melakukannya, “lebih baik dari engkau” telah melakukannya; sebuah roh tinggi hati telah melakukannya.

Dan saya berkata bahwa itu tampaknya menjadi sebuah dosa yang melekat di dalam seluruh umat manusia, dan itu menjadi karakteristik kita. Ah, sangat mudah sekali untuk memandang diri anda lebih baik dari orang lain. Lihat orang Meksiko yang berada di sana? Lihat orang berwarna yang berada di sana, lihat orang Negro yang berada di sana? Lihat kelompok minoritas yang berada di sana?  Kita lebih baik dari mereka; kita telah menjadi kesayangan Allah. Mereka memiliki sebuah kulit yang berwarna, kita adalah orang-orang kulit putih; kita lebih baik, kita entah bagaimana lebih dikasihi oleh Allah. Dan anda melihat orang yang berada di sana? Saya senang bahwa Allah telah menjadikan saya terlihat lebih baik dari dia.

Dan roh kesombongan berada di dalam kita. Dan kemudian, ketika anda memiliki talenta dan berbakat—ketika anda dapat bernyanyi, atau anda dapat berbicara, atau anda dapat melakukannya, atau anda dapat memberi—dan ketika mereka tidak mengenali talenta anda dan bakat-bakat anda, maka anda mendapat luka. Anda merasa remuk dan anda menjadi gila, anda menjadi terluka dan anda mendapati semuanya bersalah. Dan mesin yang berada di dalam anda tidak klik dan anda menadapai semuanya terlepas keluar, karena anda tahu, anda melihat atas diri anda sebagai seseorang yang dikasihi, seseorang yang terpisah, seseorang yang harus mendapat perlakukan khusus, seseorang yang sedikit lebih berbeda dari orang lain. Dan kesombongan masuk ke dalam diri anda dan hal itu merusak kita dan hal itu merusak hidup kita. Dan hal itu tetap merusak kita juga.

Sekarang kita akan melihat ke dalam diri kita hanya dalam beberapa saat. yang pertama dari semuanya, siapa yang menciptakan kita? Siapa yang membentuk kita? Kita tidak menciptakan diri kita. Ketika anda pergi ke rumah tukang tembikar—dan itu merupakan sebuah hal yang menarik untuk dilakukan—ketika anda pergi ke rumah tukang tembikar dan seperti yang telah mereka lakukan selama ribuat tahun di atas sebuah roda, dia akan membentuk dan mencetak bejana itu. Dan ketika bejana itu dibuat dengan indah dan luar biasa, mungkinkah anda menerima perkataan dari bejana itu, “Ah, lihatlah ke arahku, betapa sempurna, simetris yang indah, warna yang indah, dekorasi yang indah, semarak yang ada padaku.” Tetapi, bejana itu tidak pernah membentuk dirinya. Jika ada kemuliaaan yang menjadi hak sesuatu, hal itu menjadi hak dari tukang tembikat yang membentuknya.

Demikian juga dengan kita. Kita tidak membuat diri kita sendiri. Kita bukanlah apa-apa selain dari pada gumpalan tanah liat yang dihidupkan. Allah telah membentuk kita. Dan ini adalah alasan mengapa seseorang tidak harus meninggikan dirinya, tidak peduli bagaimana dia telah dibentuk atau bakat apa yang dia miliki.

 

Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?

 

Hal-hal yang berada di dalam kita, Allah yang telah membuatnya. Dan setiap bakat yang ada di dalam kita berasal dari dia. Apakah anda cantik? Allah telah membuat anda seperti itu. Anda tidak membuat diri anda seperti itu. Apakah anda memiliki mata yang indah? Apakah anda memiliki rambut yang indah? Apakah anda memiliki tubuh yang indah? Apakah anda memiliki sebuah pembawaan yang lemah lembut? Apakah anda memiliki sesuatu di dalam itu, ketika orang bersama dengan anda, mereka tertarik kepada anda—apa yang anda sebuat personalitas? Anda tidak membuat hal itu, hal itu telah diberikan kepada anda oleh Tuhan Allah.

Dan semakin banyak diberikan kepada anda, maka anda semain berhutang. Pernahkah anda mendengar seseorang menyombongkan diri karena mereka memiliki hutang? Misalkan, saya berhutang $1,000; saya berhutang $1,000,000; Saya berhutang $5,000,000; Saya bangkrut. Anda tidak pernah mendengar seseorang menyombongkan diri tentang hal itu. Saya tidak pernah mendengar seseorang menyombongkan diri tentang hutang mereka di dalam hidup saya.

Jika Allah memberikan hal-hal ini kepada anda, anda berada di dalam hutang. Allah telah memberikannya kepada anda. Mereka adalah milik anda oleh karena anugerah karunia Allah. Dan kita tidak boleh menyombongkan diri kita atas hutang yang kita miliki. Karunia apapun yang kita miliki, itu bearsal dari Tuhan. Itu berasal dari tanganNya yang pemurah.

Lalu, pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan, itu adalah hal yang paling mudah di dalam dunia untuk jatuh ke dalam kesombongan atas pekerjaan-pekerjaan kita. Lihat apa yang saya lakukan, dan lihat berapa banyak yang sudah saya lakukan. Dan kita menyombongkan pekerjaan kita bagi Allah.

Saya percaya tentang kerusakan total, sebab tidak ada alasan lain selain dari pada hal ini, bagaimanapun anda bekerja dan apapun yang anda lakukan, di sana ada sebuah unsur dari kekurangan di dalamnya. Ada sebuah elemen kesalahan di dalamnya. Ia tidak pernah mencapai kesempurnaan. Ia tidak pernah melakukannya. 

Bagaimanapun pekerjaan kita dan bagaimanapun baiknya hal itu; hal itu tidak cukup dari apa yang Allah lakukan bagi diriNya sendiri. Ia tidak pernah mencapai ukuran yang penuh dari Allah; tidak juga dengan khotbah yang pernah dikhotbahkan oleh para pengkhotbah, juga tidak dengan jumlah yang pernah dinyanyikan oleh paduan suara, pelajaran yang yang diajarkan oleh para pengajar, juga bukan hal-hal yang pernah dilakukan gereja. Di dalamnya selalu memiliki unsur  kelemahan, kekurangan, ketidaksempurnaan. Ia tidak pernah mencapai ukuran bagi kemuliaan Allah yang penuh.

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca tentang pria yang bernama Samuel Morse. Dia adalah seorang pelukis, hingga dia berusia sekitar empat puluh tahun. Hanya setelah dia berusia empat puluh tahun dia berpaling ke dunia ilmu pengetahuan dan kemudian menemukan magnet telegraf. Pada saat dia masih muda, orang-orang memujinya karena lukisannya. Dan ketika dia berusia dua puluh tahun, ayahnya memutuskan untuk mengirim dia ke London, sehingga dia dapat bekerja di Royal Academy, sehingga dia dapat menjadi seorang pelukis yang hebat.

Lalu, dia mengambil lukisannya yang terbaik dan pergi ke sana dan mempersembahkannya kepada Benjamin West yang sudah tua, seniman terkemuka yang merupakan presiden dari Royal Academy. Dan ketika, dia mempersembahkan lukisannya dengan sangat bangga kepada Benjamin West, orang tua yang hebat itu melihatnya dan dia berkata, “Nak, itu sudah cukup baik. Tetapi, pergilah dan selesaikanlah.”

Dan orang muda itu membalas, “Mengapa tuan, saya telah menyelesaikannya.”

“Oh tidak,” kata seniman tua itu, “Lihat di sini dan sini dan di sini.”

Dan kemudian, pemuda itu pergi. Samuel Morse pergi dan dia mengerjakannya dengan cermat untuk minggu berikutnya, dan dia membawa kembali lukisannya kepada presiden dari Royal Academy.

Dan presiden Royal Academy melihatnya dan berkata, “Kamu telah melakukannya dengan sangat baik, anakku. Tetapi selesaikanlah lukisan itu. Pergi dan selesaikanlah.”

Dan pemuda itu membalas, “Tetapi tuan, saya telah menyelesaikannya.”

Dan seniman terkemuka itu berkata, “Lihat di sini, artikulasi dari otot ini. Lihat ini, tanda-tanda dari sambungan ini dan di sana serta di sana. Pergi, selesaikanlah itu.”

Kemudian Samuel Morse mengambil lukisannya dan mengerjakannya selama tiga hari dan membawanya kembali.

Dan presiden dari Royal Academy melihatnya dan berkata, “Lukisan itu hampir selesai dengan sempurna. Sudah sangat baik. Tetapi kamu harus menyelesaikannya.”

Dan orang muda itu membalas, “Tuan, saya tidak dapat menyelesaikannya.”

Dan ketika dia menyampaikannya, seniman tua itu meletakkan tangannya di bahu anak muda itu dan berkata, “Nak, aku telah cukup menguji kamu. Kamu telah belajar sebuah pelajaran bahwa kamu tidak akan pernah memiliki pelajaran seandainya kamu telah membuat seribu permulaan. Bagaimanapun anda melakukannya, betapapun baiknya dan betapapun bagusnya, hal itu akan tetap cukup jatuh untuk membuat kita rendah hati.”

Saya dapat melakukannya dengan lebih baik. Tuhan hal itu belum selesai. Hal itu tidak pernah selesai, sebagaimana hal itu tidak pernah selesai. Khotbah yang terbaik belum pernah saya khotbahkan. Dengan anugerah Allah dan pertolonganNya, ketika saya mencapai usia 95 atau 110, mungkin saya akan mencapainya. Tetapi saya belum sampai ke sana. Dan lagu yang terbaik belum dinyanyikan. Dan puisi yang terbaik belum ditulis. Dan pekerjaan yang terbaik belum dilakukan. Di sana, tidak dibutuhkan untuk menjadi sombong dan tinggi hati. Hal itu tetap belum dilakukan.

 

Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?

 

Lalu di dalam sebuah cara yang sedikit berbeda bolehkah saya menyampaikan dua atau tiga hal? Salah satunya adalah hal ini, kita adalah orang yang telah diselamatkan, kita adalah orang-orang Kristen, dan orang yang terhilang yang belum diselamatkan dan mereka yang bukan orang-orang Kristen. Saya melihat mereka sepanjang waktu. Mereka bukanlah anak-anak Tuhan, mereka belum bertobat; hati mereka keras; jiwa mereka seperti besi. Itu seperti tetesan embun yang jatuh di atas batu karang yang tandus. Anda dapat bernyanyi kepada mereka, tetapi telinga mereka tuli. Anda dapat berseru kepada mereka, tetapi jiwa-jiwa mereka mati. Dan kita telah diselamatkan. Kita adalah orang-orang Kristen. Mengapakah anda telah diselamatkan dan berada di dalam kerajaan Allah, dan mereka tidak? Apa yang membuat anda berbeda?

Saya ingat ketika saya mendengar injil disampaikan—saya tetap berada di dalam cara itu—jika seseorang memberitakan injil dengan kuasa yang besar dan Roh Allah berada di atasnya, jiwa saya akan merespon seperti senar sebuah harpa, yang akan bergetar kepada tangan musik itu. Ketika saya mendengarkan injil seperti seorang bocah, seringkali saya tertunduk di antara lorong bangku itu untuk menyembunyikan wajah saya karena saya malu untuk dilihat orang lain, untuk melihat seseorang yag memandang saya ketika saya menangis. Hati saya tersentuh dan jiwa saya penuh. Dan ketika saya masih bocah dan Pendeta membuat sebuah seruan untuk datang kepada Yesus, saya menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya.

Dari manakah hal itu berasal? Yohanes 6:44, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku.” Allah yang melakukannya untuk anda; Allah yang telah menyelamatkan anda; Allah yang mebuat anda menjadi orang Kristen. Dan jika itu bukan karena anugerah Allah, anda masih tetap terhilang, hati anda keras dan jiwa anda mati di dalam pemberontakan dan di dalam dosa. Bahwa kita telah diselamatkan, bahwa kita adalah orang-orang Kristen, yang merupakan hak untuk kasih dan anugerah dan kemurahan Allah.

Lalu, cara yang lainnya: lihat seluruh peristiwa yang ada di sekitar kita. Ah, betapa banyaknya mereka? Saya dapat membayangkan kembali ke belakang, salah satu sahabat sekolah saya, salah satu rekan terbaik yang pernah anda kenal, mengucapkan selamat tinggal kepada saya pada suatu hari, yang pergi menyelam ke dalam sebuah pesta kecil dan tenggelam. Mengapa saya tidak mengalami peristiwa tragis yang sama? Saya tidak lebih baik dari orang muda itu; dia justru lebih baik dari saya.

Saya membayangkan kembali tentang salah satu sahabat terbaik saya yang lainnya yang memanjat sebuah pohon kemiri, menggoncangkan ototnya jatuh dan mematahkan punggungnya menjadi dua. Dan sejak saat itu hingga hari ini, bagian bawah dari tubuhnya lumpuh. Saya tidak lumpuh, tetapi saya tidak lebih baik dari orang muda itu. 

Dan saya membayangkan tentang salah satu lainnya. Tepat ketika memulai pekerjaannya sebagai orang muda, sahabat saya, baik kami berdua berada di dalam sekolah bersama-sama, dia meninggal karena sebuah serangan jantung. Saya tidak memiliki suatu penyakit seperi itu.

Dan saya membayangkan tentang hal lainnya, dan yang lainnya dan yang lainnya. Mengapa peristiwa-peristiwa itu tidak menimpa saya? “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting?” Pemeliharaan Allah, Allah yang telah melakukannya. Tuhan yang melakukannya.

Dan lihat di sekitar kita. Lihat sekeliling kita. Saya tidak tahu sebuah pandangan yang menakutkan di dunia selain dari pada pergi ke sebuah rumah sakit veteran. Oh, beberapa dari mereka kelihatannya tidak begitu sakit. Tetapi, saya ingin supaya anda tahu bahwa beberapa orang dari mereka kelihatannya seperti sampah masyarakat dan  orang-orang yang terbuang, sakit, sakit, sakit. Dan orang lain, yang berusia sepuluh, dua puluh dan mungkin tiga puluh tahun tidak pernah mengenal hari yang baik, sakit, sakit, sakit dan sakit. Ah, peristiwa hidup. Mengapa bukan anda yang sakit? Mengapa bukan anda yang dilanda hal itu?

Kembali ke kolam baptisan itu, ketiga orang muda yang membantu saya dengan sangat ramah bertanya kepada saya tentang orang muda lainnya yang berada di gereja ini. Orang muda itu—dan orang muda itu, lebih muda dari saya dan lebih muda dari ketiga orang itu, orang muda itu memiliki sebuah pendarahan otak, beberapa waktu yang lampau. Dan sebagian besar dari fungsi vital dari hidupnya telah lumpuh. Dia masih muda. Mengapa hal itu tidak terjadi kepada tiga orang muda itu? Mengapa bukan kepada anda? 

Dan kemiskinan yang berada di dunia ini. Mengapa saya tidak lahir di sana, di salah satu kemah orang Arab di mana mereka hidup seperti binatang? Mengapa saya tidak lahir di India, di mana saya melihat anak-anak tumbuh, hanya untuk kelaparan, atau di suatu tempat di dunia ini, di mana mereka tidak hidup, mereka hanya bertahan?

Oh, anda berkata, alasannya adalah, saya memilih untuk dilahirkaan di Amerika. Anda tahu, anda tidak mengenal saya Pendeta, saya memilih untuk dilahirkan di Amerika Serikat. Saya memilih untuk dilahirkan di sini, di tengah-tengah kemakmuran, di mana kita memiliki sebuah rumah yang menyenangkan dan sebuah mobil dan semua hal ini.

Tidak, bukan anda yang melakukannya; Allah melakukannya bagi anda. “Sebab siapakah yang menganggap anda begitu penting?” Allah yang melakukannya.

Menelusuri pelayanan yang saya miliki di kota ini, di sana saya melihat seorang pecandu narkoba. Apakah anda berpikir bahwa dia akan menjadi pecaandu? Apakah anda berpikir ketika dia tumbuh besar, dia memaandang ke depan kepada hari ketika dia akan menjadi seorang pecandu narkoba? Lihatlah dia, sungguh-sungguh menderita sengsara.

Di sini ada anak muda lainnya. Dia adalah seorang pecandu alkohol. Dia adalah seorang budak dari kutukan yang mengerikan itu. Anda pikir, dia berencana untuk menjadi seperti itu?

Di sini ada beberapa orang lainnya. Kebanyakan dari mereka terlihat baik, tetapi mereka adalah pelacur. Dan mereka tinggal di dalam sarang dan ampas dari penyakit sosial yang buruk dan kehidupan dunia ini.

Lalu, mengapa bukan kita yang seperti itu? Mengapa saya bukanlah seorang pecandu narkoba? Dia tidak pernah merencanakannya. Mengapa saya bukan seorang pecandu Alkohol? Dia tidak pernah merencanakan untuk menjadi seorang pecandu alcohol? Mengapa bukan anda yang menjadi seorang pelacur? Apakah anda menduga bahwa ketika mereka besar, mereka merencanakan untuk hidup dengan begitu mengerikan? Berpikir demikian? “Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting?”

Anda tahu, saya bukanlah John Newton, sahabat Cowper, yang menulis “There Is a Fountain Filled with Blood.” Dia adalah orang yang telah diselamatkan dengan luar biasa dari dirinya sendiri yang merupakan seorang hamba menjadi seorang pedagaang budak. Ah, hidupnya begitu gelap dan hitam. Dan berkhotbah pada suatu kali di Inggris kepada sebuah kumpulan jemat yang terbuka, mereka sedang memimpin seseorang yang akan digantung, dihukum oleh pengadilan. dan John Newton menunjuk jarinya ke arah orang itu dan berkata, “Ke sana, tetapi karena anugerah Allah, John Newton dilepaskan.”

Dan anda dapat menyampaikan setiap dosa yang anda lihat di dalam hidup anda. Tetapi, oleh anugerah Yesus, anda, anda, anda telah dibebaskan. Hanya kebaikan Allah yang telah memisahkan anda dan melepaskan anda kedalam hidup yang indah dan mulia, yang anda nikmati paada malam ini.

 

Sebab siapakah yang menganggap engkau begitu penting? Dan apakah yang engkau punyai, yang tidak engkau terima? Dan jika engkau memang menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri, seolah-olah engkau tidak menerimanya?

 

Bagaimanapun, Tuhan, jika garis telah jatuh di dalam tempat yang menyenangkan di dalam hidup saya, itu karena kebaikanMu. Jika saya sehat, Allah yang telah memberikannya. Jika saya telah diselamatkan, Allah yang telah menyelatkan saya. Jika kita berjalan di jalan yang indah, Allah di dalam kebaikanNya telah memilih jalan setapak bagi kita. Jika kita memiliki talenta dan karunia, bukan kita yang membuat talenta-talenta itu. Mereka berasal dari tanganNya yang mulia. Apapun yang kita punya, kita berhutang kepadaNya, yang membuat kita seharusnya tidak menjadi sombong atau tinggi hati, sama sekali tidak boleh.  

O kemuliaan bagi Allah atas kebaikanNya kepada kita! Dan semoga kemurahanNya abadi atas kita selamanya!

Sekarang, saya telah selesai dengan khotbah saya. Saya ingin memberi sedikit tambahan, anda tahu, seperti anda akan membaca sebuah buku dan mereka akan memiliki sebuah apendiks di sana? Anda menulis dan meletakkan sebuah catatan kecil. Saya ingin meletakkan sebuah catatan kecil di dalam khotbah ini; saya ingin berpaling kepada hal-hal yang di sekeliling.

Apapun yang telah dilakukan Allah bagi kita, saya bersukacita dan berbahagia di dalamnya. Saya mungkin tidak memahaminya. Saya mungkin tidak dapat menjelaskannya. Tetapi peristiwa hidup yang datang kepada saya, apapun itu—jika saya harus buta dan saya tidak dapat melihat, jika saya harus tuli dan tidak dapat mendengar, jika saya menjadi lumpuh dan berbaring di tempat tidur saya, atau peristiwa apapun yang akan melanda saya—saya akan mengambilnya seolah-olah saya menerima dari Allah. Itu berasal dari tanganNya.

Dan ini adalah sebuah kisah kecil yang telah anda dengar yang memiliki banyak arti bagi saya. Sebuah truk sedang lewat dan berhenti, dan tepat ketika kondektur mulai berjalan, dia mendengar suara yang anak kecil yang cempreng dari jalan dan berkata,  “Tuan Kondektur, Tuan Kondektur, tunggu. Tunggulah saya!” Dan di atas truknya yang terikat dia melangkah ke atas truk dan masuk ke dalam truk dan duduk di samping seorang pria yang duduk di atas truk itu, dan anak kecil itu sangat berseri-seri dan sangat bahagia. Dan pria yang duduk di samping anak kecil itu dan melihat bocah itu; seseorang yang menderita cacat sangat berseri-seri dan bahagia, anda tidak dapat menolong tetapi memperhatikan mereka. Dan orang yang duduk di dekat bocah laki-laki itu melihatnya dan berkata, “Nak engkau kelihatan sangat gembira.”

Dia menjawab, “Iya pak.”

Orang itu penasaran—Dia berkata, “Bagaimana kamu sangat gembira padahal kamu tidak dapat berjalan dan tidak memiliki tongkat penyangga?”

“Oh,”  kata bocah kecil  kepada orang asing itu—“Oh,” katanya, “Ayah saya berkata kepada saya bahwa Allah selalu melakukan yang terbaik bagi kita.” Ayah saya berkata, “Ayah saya berkata ini adalah yang terbaik bagi saya. Dan bukankah anda pikir, Tuan, bahwa saya harus bergembira untuk yang terbaik?” Allah memberkati hatinya, itu adalah keyakinan yang hebat!

Hal-hal ini berasal dari tangan Allah, baik dan buruk. ‘Itu adalah sebuah teologi yang gila Pendeta, tetapi saya mempercayainya sama.” Di dalam kehendak Allah hal-hal ini berasal dari tanganNya dan Dia mengetahui yang terbaik. Jika saya dapat berjalan, “Terima kasih Tuhan, karena saya dapat berjalan.” Jika saya tidak dapat berjalan, “Terima kasih Tuhan, bahwa saya dapat memuji Engkau, sekalipun tidak dapat berjalan.” Apapun yang mungkin datang, tangan Allah berada di dalamnya, Rohnya sedang menuntun dan umatNya memuliakan Dia ketika mereka meninggikan namaNya; apapun peristiwa hidup yang mungkin akan datang. 

Baiklah, itu adalah catatan kecil tambahan dari saya. Sekarang, Mr. Souder, kita akan menyanyikan pujian kita, dan ketika kita menyanyikannya, seseorang dari anda, serahkanlah hati anda kepada Yesus. Seseorang dari anda, letakkanlah hidup anda di dalam jemaat ini. Bagaimanapun Allah akan menyampaikan firman dan membuat seruan. Sebuah keluarga dari anda, letakkanlah hidup anda di sini bersama dengan kami ketika Tuhan berbicara ke dalam hati anda, membuat seruan bagi jiwa anda, anda boleh datang dan berdiri dekat saya. “Pendeta, inilah saya, hari ini saya menerima Yesus sebagai Juruselamat saya” atau “Pendeta, inilah saya, kami meletakkan hidup kami di dalam gereja ini.” Ketika Allah akan menyampaikan firman, anda boleh datang saat kita berdiri dan menyanyikan lagu.  

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.