PERSEKUTUAN DARI ORANG-ORANG YANG TELAH DISELAMATKAN
(THE COMMUNION OF SAVED MEN)
Dr. W. A. Criswell
1 Korintus 10:1-6, 16-17
08-01-67 7:30 p.m.
Kami mengucapkan selamat datang baagi anda semua yang sedang mendengarkan siaran radio WRR, anda sedang bergabung dengan ibadah dari Gereja First Baptist Dallas, dan ini adalah pendeta yang sedang menyampikan khotbah malam yang berjudul Persekutuan Dari Orang-Orang Yang Telah Diselamatkan. Jika anda sedang mendengarkan siaran radio, bergabunglah bersama dengan kami di dalam Alkitab anda yaitu dalam surat 1 Korintus pasal sepuluh. Kita akan membaca enam ayat yang pertama, kemudian kita akan membaca ayat 16 dan 17. Kita semua dapat berbagi Alkitab dengan teman terdekat kita dan kita akan membaca surat 1 Korintus pasal 10 dalam enam ayat yang pertama. Jika kita telah menemukan bagian itu dan kita semua telah melihat Firman itu bersama-sama, mari kita membacanya dengan nyaring; 1 Korintus pasal 10, di enam ayat yang pertama:
Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.
Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.
Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun. Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,
Sekarang kita berpaling ke dalam ayat 16 dan 17, yang merupakan teks dan substansi dari khotbah pada malam hari ini. Mari kita membaca ayat 16 dan 17 secara bersama-sama: “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.”
Dan anda dapat melihat judul dari khotbah, Persekutuan Dari Orang-Orang Yang Telah Diselamatkan, “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah koinonia?” Itu adalah sebuah kata dalam Perjanjian Baru, sebuah kata yang penting dan memiliki konotasi rohani. “Bukankah itu, adalah koinonia dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah koinonia dengan tubuh Kristus?” Makna sebenarnya dari kata itu adalah “saling berbagi, sebuah partisipasi, sebuah persekutuan.” Dan anda dapat menggantinya dengan salah satu makna dari kata itu dan hal itu akan merefleksikan konotasi yang nyata dari firman yang diinspirasikan. “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan, saling berbagi, mengambil bagian dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah saling berbagi, mengambil bagian, bersekutu, berpartisipasi, persekutuan dengan tubuh Kristus?”
Lalu, di dalam hal itu ada tiga hal yang langsung menekan ke dalam jiwa kita. Yang pertama di dalam persekutuan ini, di dalam saling berbagi ini, di dalam partisipasi ini, hal pertama yang ada di dalam bagian kita adalah sebuah pengakuan yang sederhana dan kepercayaan. Hal itu harus dilakukan dengan dosa-dosa kita. Jika seseorang bukanlah seorang pendosa, jika dia tidak mau mengakui dosa-dosanya, di sana tidak ada injil; di sana tidak ada pesan dari Krisitus. Pesan injil dari Yesus dimulai dalam hal ini: “Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita berdasarkan Kitab Suci.” Pesan injil dimulai di dalam hal ini: bahwa kita telah terhilang dan kita menghadapi hukuman maut yang tidak daapat dihindarkan. Dan apa yang harus saya lakukan? Saya tidak dapat membasuh dosa-dosa saya, saya tidak dapat membersihkan jiwa saya dari nodanya, dan tarikan dari perbuatan jahat yang ada sejak dari lahir bersamaa saya selamanya. Saya tidak dapat melarikan diri ke mana pun, karena saya membawanya ke mana saja. Bahkan kebaikan saya dan kemuliaan saya tidak dapat mengangkat saya dari hal itu. Saya berdosa; apa yang harus saya lakukan?
Persekutuan ini, koinonia ini, yang pertama dari semua adalah sebuah pengakuan yang menjadi bagian kita bahwa kita telah tersesat, terhilang dan menghadapi hukuman maut. Ini adalah Injil Anak Allah, untuk pengakuan orang berdosa bahwa Yesus telah mati sehingga kita dapat selamat; bahwa darah penebusanNya, anugerah, kasih karunia, pengangpunan dariNya, dapat membasuh keluar noda dari jiwa-jiwa kita. Dan orang-orang yang berdosa ini diundang untuk datang, dan untuk berpartisipasi, untuk berbagi, untuk bersekutu, di dalam persekutuan, koinonia dari orang-orang yang telah diselamatkan. Dan jika anda bukan orang berdosa hal itu tidak memiliki pesan; dan jika anda tidak terhilang, Dia bukanlah seorang Juruselamat. Itu adalah pengakuan yang pertama dalam bagian kita, “Tuhan, Aku tidak layak, Aku adalah orang berdosa.”
Di dalam salah satu gereja-geraja saya yang ada di desa, di mana saya menjadi gembalanya, saya mengenal mereka semua dengan intim, dan salah satu guru kelas Alkitab tidak pernah mengambil Perjamuan Tuhan. Saya kemudian menemuinya dan berbicara kepadanya tentang hal itu. Dan saya berbicara kepadanya di dalam nada ini, bahwa teladan yang dia lakukan tidak menjadi sebuah berkat bagi jemaat. Menjadi pengajar kelas Alkitab pria dan kita memiliki Perjamuan Tuhan, dan jemaat memperhatikan bahwa dia tidak pernah mengambil roti, atau minum dari cawan anggur. Dan saya berkata, “Saya datang untuk berbicara dengan anda tentang masalah tersebut.” Dan dia menjawab serta berkata, “Pendeta, saya merasa tidak layak. Saya tidak layak.” Dan dia berkata, “Berdasarkan Firman Allah, seseorang harus menguji dirinya dan dia harus layak untuk dapat mengambil bagian dari Perjamuan Tuhan. Dan saya adalah seorang pendosa, dan saya tidak layak.”
“Baiklah,” saya menjawabnya, seperti yang telah saya usahakan untuk mengajar anda dengan sunguh-sungguh, “Alkitab tidak menyampaikan apa-apa tentang kelayakan kita.” Kata yang digunakan adalah sebuah kata keterangan dan bukan sebuah kata sifat. Sebuah kata sifat memodifikasi sebuah substansif, sebuah kata benda; sebuah kata keterangan memodifikasi sebuah kata kata kerja. Kata itu tidak memiliki kaitan dengan kelayakan saya, kata itu berkaitan dengan “bagaimana” kata kerja. Sebuah kata keterangan memodifikasi sebuah kata kerja. “Kelayakan” yang harus dilakukan berkenaan dengan kebiasaan kita dalam mengambil bagian di dalam Perjamuan Tuhan.
Jemaat Korintus yang merupakan tujuan dari surat Paulus dalam pasal sebelas ini adalah jemaat yang kacau, mengubahnya menjadi sebuah pesta pora, seperti yang anda lihat di sebuah Bacchanalia, atau sebuah Libernalia, atau Saturnalia. Dan Paulus menulis kepada mereka, “Barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan”— sebuah kata keterangan, dalam sebuah kebiasaan yang tidak layak—“ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan,” —membuat sebuaah pesta pora dari hal itu—“makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri.” Ketaatan kita terhadap ordinansi kudus ini harus dilakukan dalam penghormatan yang dalam dan kerendahan hati; dalam sebuah kebiasaan yang layak.
Tetapi kelayakan tidak memodifikasi kita; sebab siapakah yang dapat bersujud di hadapan Tuhan dan berkata, “Tuhan, saya layak terhadap kemurahan Allah; saya saleh dan mampu mempertahankan integritas saya, Tuhan, semua orang lain mungkin jatuh ke dalam pelanggaraan dan kesaalahan, tetapi saya tidak Tuhan”? Hal yang seperti itu tidak akan pernah dekat kepada Allah. Semakin dekat anda kepada Allah, anda akan semakin merasa tidak layak.
Seperti Yesaya: “Celakalah aku! Sebab mataku telah melihat Raja, Tuhan semesta alam. Aku binasa, sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir. Celakalah aku!” Atau seperti Simon Petrus, “Tuhan pergilah dariku. Karena aku orang yang berdosa.” Semakin kita mendekat kepada Allah, semakin kurang kecendrungan kita untuk berbangga atas kesalehan kita, dan Yesaya berkata bahwa kesalehan kita adalah seperti kain usang di hadapanNya. “Bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmatNya,” Allah telah menyelamatkan kita. Syarat yang pertama untuk datang ke Meja Tuhan adalah saya mengaku bahwa saya adalah orang yang berdosa. Dan ketika kita mengambil roti itu dan memakannya, itu adalah sebuah tindakan pengakuan: “Tuhan berbelaskasihanlah kepadaku, seorang yang berdosa.”
Pengakuan yang kedua: Di dalam koinonia ini “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah saling berbagi, persekutuan, ikut ambil bagian, dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah koinonia, ikut ambil bagian, dengan tubuh Kristus?” Sikap kita yang kedua terhadap meja Tuhan adalah hal ini: Ini adalah sebuah penerimaan yang sederhana dari provisi Allah atas pengampunan kita.
Di dalam tanganku tiada jasa kubawa
Hanya pada salibmu, aku memohon
Apa yang dapat membasuh dosa-dosaku.
Tiada yang lain selain darah Yesus
Yang mengalir dengan berharga
Apa yang dapat membuatku pulih kembali?
Tiada lain selain darah Yesus.
[“Nothing but the Blood of Jesus,” Robert Lowery]
“Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.” [Matius 26:27]. Itu adalah penerimaan, penerimaan yang sederhana dari provisi Allah untuk pengampunan kita, kesembuhan kita, keselamatan kita.
Itu adalah hal yang sama yang terdapat dalam Yohanes 3:14: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya—yang memandangNya—tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” Ketika orang-orang diremukkan dan digigit dan sekarat karena gigitan ular, Musa meninggikan sebuah ular tembaga di tengah-tengah perkemahan, sehingga setiap orang yang melihatnya akan hidup. Di dalam melihat itu, itu adalah sebuah tindakan moral, pengakuan seseorang bahwa dia sedang sekarat, di dalam melihat itu, dia menerima provisi Allah; dan saat dia melihatnya, dia memiliki iman untuk percaya dan jaminan dari sorga bahwa Allah akan memberikan kepadanya janji kesembuhan, penerimaan jalan, keselamatan dan provisi Allah.
Ada sebuah kehidupan dalam pribadi yang tersalib
Ada sebuah kehidupan dalam momen ini untuk engkau
Lalu, pandanglah, orang-orang berdosa, pandanglah kepadaNya dan selamatlah,
Bagi Dia Yang telah dipaku di atas salib.
[“There is Life for a Look at the Crucified One,” Amelia Matilda Hull]
“Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah koinonia, persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah koinonia, persekutuan dengan tubuh Kristus?” Itu adalah penerimaan kita yang sederhana dari apa yang telah Allah lakukan untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita.
Dan sekali lagi, itu bukan hanya pengakuan kita, “Tuhan, aku adalah orang yang berdosa, dan terhilang,” itu bukan hanya penerimaan kita, “Tuhan, hal ini telah Allah sediakan sehingga aku dapat selamat; dan aku menerimanya, dari kemurahanMu dan tanganMu yang mulia. Aku minum cawan ini, berbagi koinonia, dari darah Kristus. Aku mengambil roti, berbagi dalam persekutuan tubuh Tuhanku. Aku berada di dalam keselamatan itu dan penebusan itu, tersembunyi di dalamnya.”
Batu zaman yang teguh, tempatku bernaung
Yang menyembunyikan diriku di dalamMu
Biarkan darah dan air
Yang mengalir dari lukaMu
Karena dosa menjadi obat yang ganda
Yang menyelamatkanku dari murka dan membuatku suci
[“Rock of Ages,” Isaac Watts]
Koinonia dari tubuh dan darah Kristus. Kemudian yang ketiga dan yang terakhir, itu adalah persekutuan umat Allah di dalam jemaat. “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” Dan apa yang dimiliki Paulus di dalam pikirannya adalah hal ini: latar belakang dari pasal ini adalah identifikasi para penyembah berhala dengan berhala ketika dia makan persembahan, dengan tindakan memakan makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala dia diidentifikasikan sebagai pemuja dari berhala itu. Jadi Paulus berkata bahwa kita tidak makan dan minum di dalam persembahan kepada roh-roh jahat. “Aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.” Kita seharusnya tidak berada di kuil-kuil berhala, makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala-berhala, kepada roh-roh jahat, Paulus menyebutkan bahwa persekutuan kita adalah bersama dengan Tuhan, koinonia kita adalah bersama dengan Juruselamat kita yang mulia. Kemudian dia menyampaikan sesuatu: “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.”
Lalu, dapatkah saya menyampaikan hal yang sama secara matematika? Ketika saya pergi ke sekolah dan membaca buku-buku itu dan mengerjakan masalah-masalah itu, geometri dan trigonometri, salah satu aksioma yang mendasar adalah hal ini: hal-hal yang setara kepada hal yang sama adalah setara untuk tiap bagian lainnya. Lalu, hal itulah yang secara tepat dibicarakan oleh Paulus di sini. Jika saya berada di dalam koinonia Yesus, di dalam persekutuan dan partisipasi dari Yesus; dan jika anda berada di dalam koinonia, di dalam persekutuan dan partisipasi, di dalam hidup dan pengampunan dari Tuhan Yesus yang mulia—lihat sekitar anda, saudaraku, lihat sekitar anda. Anda akan menemukan diri anda satu dengan saya. Bukankah itu merupakan sebuah hal yang luar biasa? Kita tidak pernah memulai seperti itu. Kita tidak pernah berpikir seperti itu, atau kita tidak datang kepada Allah dengan itu bahwa kita akan menjadi sebuah kebersamaan yang sangat besar di dalam organisasi apapun itu, yang anda sebut; milik kita, sebuah “jemaat.” Tetapi kita menemukan diri kita seperti itu: mengasihi Allah, kita mulai saling mengasihi satu sama lain, kita menemukan diri kita bersekutu dengan Allah, kita menemukan diri kita saling bersekutu satu sama lain, dan memiliki banyak persekutuan bersama dengan Tuhan, koinonia, kita menemukan diri kita bersekutu satu sama lain.
Dan itu adalah koloni sorga yang kita sebut jemaat yang mulia ini. Bergabung bersama dengan Dia, mengasihi Dia, memandang Dia, saya dan anda. Dan inilah kita, satu roti, diri kita sendiri, satu tubuh, diri kita sendiri; sebab kita telah dibuat menjadi bagian dari satu penebusan itu. Apa yang telah Yesus lakukan untuk saya, apa yang telah Yesus lakukan untuk anda, apa yang telah Yesus lakukan untuk kita semua; koinonia, persekutuan, bergabung di dalam Tuhan kita. Dan itu membuat kita satu di dalam Dia..
Anda tidak dapat menggambarkan dari sebuah buku sejarah, pemujaan terhadap pahlawan Inggris yaitu Duke of Wellington yang membebaskan daratan Eropa dan Inggris dari Irlandia, dari momok Napolen. Duke of Wellington, seperti yang anda tahu memimpin pertempuran Waterloo di mana Napoleon dibuang selamanya, dan membebaskan Inggris. Dia adalah pahlawan dari seluruh dunia yang berbahasa Inggris dan dari peradaban dunia. Dan berdasarkan ritual Gereja Inggris, ketika mereka mengadakan Perjamuan Tuhan—komuni—mereka datang dan berlutut dan pendeta tinggi akan memberikan mereka unsur-unsur perjamuan. Dan Iron Duke of Wellington maju ke depan di dalam ibadah, dan pendeta tertinggi melayani dia dengan roti dan cawan anggur. Dan di sisinya berdiri seorang pria miskin yang berasal dari jalanan. Dan ketika pendeta tertinggi melihat pria gelandangan itu, dia berkata, “Tuan, dapatkah anda pindah? Anda menyingkirlah. Tidakkah anda tahu bahwa anda berlutut di sisi dari Duke Wellington yang agung? Menyingkirlah.” Dan sang Duke mendengar apa yang disampaikan oleh pendeta tertinggi. Dan pahlawan Inggris yang hebat itu berkata, “Tuan, biarkanlah. Biarkan dia seperti itu. Kita semua sama di sini.” Dan dia menambahkan, “Semuanya sama tinggi pada salib.” Mungkin ada beberapa yang hebat di dalam mata manusia, dan kecil di mata manusia, tetapi di mata Allah, kita semua sama. Mungkin beberapa orang ada yang dihormati dan beberapa orang lainnya tidak dihormati, tetapi di dalam pandangan Allah, kita semua miskin, orang berdosa yang terhilang, dan semuanya sama ketika kita datang kepada Yesus yang mulia.
“Tuhan, buatlah hal-hal ini terbuka dan terlihat di hadapan mataMu. Tuhan, ampunilah saya, berkati saya, selamatkan saya, tolong saya, Tuhan, angkatlah saya, berdirilah di dekat saya sekarang dan pada saat kematian saya.” Itulah artinya menjadi orang Kristen. Itulah artinya diselamatkan; dan untuk hidup di dalam koinonia, persekutuan dari kasih dan kemurahan Yesus.
Sekarang, ketika kita menyanyikan himne seruan kita, seseorang dari anda, dalam iman, di dalam penerimaan, datanglah kepada Tuhan, berdirilah di dekat saya, saya akan berada di depan, di dekat meja persekutuan ini. Dan ketika kita menyanyikan himne seruan ini, bagi anda yang berada di atas balkon, atau yang berada di lantai bawah, mari datanglah, “Pendeta, malam ini, saya menerima Yesus sebagai Juruselamat saya, dan saya datang sekarang. Saya mengakui dosa-dosa saya kepadaNya, saya minta kepadaNya untuk mengampuni saya, dan inilah saya.” Atau sebuah pasangan dari anda, letakkanlah hidup anda di dalam gereja ini; atau sebuah keluarga dari anda, “Pendeta, ini istri saya, dan ini anak-anak kami, kami semua datang pada malam hari ini.” Ketika Roh Kudus akan menekankah seruan itu ke dalam hati anda, buatlah sekarang, datang;ah sekarang, putuskanlah sekarang. Dan pada baris yang pertama dan bait yang pertama, ketika kita bernyanyi, datanglah, melangkahlah di dalam lorong bangku itu atau turunlah melalui tangga itu, “Pendeta, inilah saya, saya menyerahkan tangan saya kepada anda, saya menyerahkan hati saya kepada Allah.” Lakukanlah, lakukanlah sekarang, saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.