KEBEBASAN HATI NURANI

(FREEDOM OF CONSCIENCE)

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Korintus 10:23-32

30-10-55

 

          Tadi pagi kita telah meninggalkan surat 1 Korintus pasal sepuluh ayat dua puluh tiga. Jadi sekarang, kita akan mulai di ayat dua puluh tiga hingga ayat yang terakhir dari pasal itu, yaitu surat 1 Korintus pasal sepuluh.  

            Maukah anda membacanya—kita semua? Bergegaslah dan temukan bagian itu. Saya tidak dapat menunggu anda terlalu lama. 1 Korintus pasal sepuluh. Kita akan membaca teks itu bersama-sama. Jika anda semua sudah mendapatkannya, mari kita mulai baca dari ayat dua puluh tiga. Setiap orang bersama-sama:

"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.

Jangan seorangpun yang mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain.

Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.

Karena: "bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan."

 Kalau kamu diundang makan oleh seorang yang tidak percaya, dan undangan itu kamu terima, makanlah apa saja yang dihidangkan kepadamu, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani.

Tetapi kalau seorang berkata kepadamu: "Itu persembahan berhala!" janganlah engkau memakannya, oleh karena dia yang mengatakan hal itu kepadamu dan karena keberatan-keberatan hati nurani.

Yang aku maksudkan dengan keberatan-keberatan bukanlah keberatan-keberata hati nuranimu sendiri, tetapi keberatan-keberatan hati nurani orang lain itu. Mungkin ada orang yang berkata: "Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?

Kalau aku mengucap syukur atas apa yang aku turut memakannya, mengapa orang berkata jahat tentang aku karena makanan, yang atasnya aku mengucap syukur?"

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.

Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. 

            Lalu, khotbah saya malam ini berasal dari bagian itu dan kita tidak dapat mengkhotbahkan semuanya; kita hanya akan mengambil sebuah bagian kecil dari pasal itu. Ketika kita membahas Alkitab ini, meskipun nampaknya membutuhkan waktu yang kekal untuk membahas seluruh Alkitab ini, sekalipun saya sangat dekat, sedekat yang saya mampu. Sepertinya ada sebuah samudera di dalam Alkitab ini. Anda tidak akan pernah mampu menyelami seluruhnya. Anda tidak akan pernah  menduga kedalamannya.

            Lalu, dari bagian yang telah kita pada malam ini, saya akan mengambil sebuah subyek dan sebuah teks yang  merupakan sesuatu  yang meragukan yang tidak pernah dipikirkan oleh seseorang. Hal itu terdapat dalam ayat dua puluh sembilan: “Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?”

Dan itu adalah sebuah pertanyaan retorikal. Jawabannya adalah: “Jadi, bukankah demikian. Allah membuatnya dalam cara itu; bukankah demikian.”

            Lalu, inilah pemikirannya. Inilah yang disampaikan oleh rasul. Dia berkata dalam seluruh pasal ini, pasal sembilan dan dimulai dari pasal delapan. Pasal delapan, sembilan dan sepuluh, ketiga pasal itu, seluruhnya, dia sedang berbicara tentang memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, yang merupakan masalah besar pada zamannya. 

            Lalu, di dalam pasal sebelas, yang akan kita mulai hari Minggu berikutnya, dia memulai dalam hal yang lain: Masalah-masalah yang mereka alami dalam jemaat, bagaimana berpakaian dalam jemaat. Itu merupakan sebuah subyek yang menarik bagi pendeta. Saudara, jika pendeta ingin memperoleh segala jenis kesulitan, biarkan dia memberitahukan sesuatu kepada wanita, setidaknya, bagaimana dalam hal berpakaian.

            Baiklah, itu yang akan bahas hari Minggu selanjutnya, dan kita tidak akan berpikir tentang hal yang menakutkan itu yang terbentang di hadapan kita hingga hari Minggu berikutnya tiba. Kembali ke sini, apa yang kita bahas pada hari ini. Dia sedang berbicara tentang memakan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala-berhala, yang saya sebutkan merupakan sebuah hal yang luar biasa yang mereka hadapi pada masa itu.

            Lalu, subyeknya, seluruh tujuan dari apa yang ditulis oleh Paulus adalah hal ini: Itu adalah kebebasan Kristen. Dia memiliki kemerdekaan. Allah di dalam Kristus telah membebaskannya dan membuat dia menjadi bebas. Tetapi, Paulus berkata, demi orang yang lebih lemah, demi hati nurani orang lain, kita secara sukarela membatasi kebebasan kita. Kita secara sukarela  tidak memakan makanan itu. Sekalipun Paulus berkata bahwa sebuah berhala bukanlah apa-apa, dan makanan yang dipersembahkan kepada berhala itu bukanlah apa-apa, dan makanan itu sama baiknya dengan makanan lain jika tidak busuk, anda dapat makan makanan itu. Adalah baik untuk memakan makanan itu dan yang lainnya.

            Tetapi dia berkata, jika di sana ada seseorang yang berkata: “Makanan itu telah dipersembahkan kepada berhala-berhala, lembu itu telah dibunuh di atas altar, dan bagian dalam serta lemaknya telah dibakar kepada dewa dan kemudian daging itu telah dimasak dan dijual atau diberikan kepada orang lain.” Dan jika anda mengambil bagian atas hal itu, bagi dia merupakan sebuah dosa yang mengerikan, karena itu merupakan cara mereka menyembah berhala: mereka memakan makanan perjamuan, makanan yang telah dipersembahkan kepada dewa.

            Lalu, Paulus berkata: Demi orang itu, kamu seharusnya tidak memakannya. Apapun yang kamu lakukan, hal itu telah menyakiti dia, karena itu jangan lakukan.”             Sekarang saya telah besedia untuk berkhotbah atas bagian itu, Itulah alasan yang saya sampaikan pada malam ini, bahwa kita akan melakukan sesuatu yang seringkali ingin anda lakukan. Saya akan mengkhotbahkan bagian pertama dari hal itu: Bahwa seseorang di dalam Kristus adalah bebas, bahwa Allah di dalam Kristus telah membuat kita bebas.

            Jawaban terhadap pertanyaan retorikal ini: “Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?”  Tidak. Saya mutlak bebas dan tidak dapat disentuh oleh setiap orang, yang pernah hidup, yang hidup, atau yang akan hidup. Jika kita membatasinya, kita melakukannya secara sukarela. Dan itulah yang Paulus sampaikan: “Kamu tidak perlu. Kamu bebas.” Tetapi apa yang kita lakukan untuk orang lain karena kita melakukannya dengan sukarela. Kita membatasi kebebasan kita. Kita menarik apa yang dapat kita lakukan bagi dia yang mungkin lebih lemah dan mungkin tersakiti dengan apa yang kita lakukan. 

           Lalu, tentang hal kemerdekaan ini, dari kebebasan ini, dari kebebasan hati nurani dan kemerdekaan ini, tidak dipertanggungjawabkan kepada siapa pun, tidak dipertanggungjawabkan kepada gereja, tidak dipertanggungjawabkan kepada institusi, tidak dipertanggungjawabkan kepada hirarki. Hanya dipertanggungjawabkan kepada Allah saja. Paulus berbicara tentang hal yang sama di dalam rujukan tentang makan daging juga. Di dalam Kitab Roma pasal empat belas ayat empat, Paulus bertanya tentang pertanyaan retorikal lainnya: “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri.”  

            Lalu, dia mengulang hal yang sama di dalam ayat sepuluh: “Tetapi engkau, mengapakan engkau menghakimi saudaramu? Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus.” Kemudian dia mengulangnya lagi di dalam ayat dua belas: “Demikian setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya kepada Allah.”

            Lalu, hal yang sama, yang sedang dia bicarakan di sini: “Mengapa kebebasanku harus ditentukan oleh keberatan-keberatan hati nurani orang lain?”  Paulus berkata, dan premis dari apa yang dia tuliskan adalah hal ini: Bahwa kita hanya bertanggung-jawab kepada Allah saja. Kita tidak mempertanggungjawabkan jiwa kita kepada siapa pun di dunia ini. Tidak seorang pun. Tidak kepada anggota keluarga, institusi, jemaat. Tidak kepada apapun, setiap saat, setiap waktu. Tanggung jawab kita hanya kepada Allah saja, dan setiap orang di dalam hati nuraninya dan di dalam jiwanya bebas secara mutlak. Dia memiliki kemerdekaan.

            Itu berarti bahwa di sana tidak pernah ada pemaksaan di dalam suatu kepercayaan. Bahwa tidak ada tidak pemaksaan dari moral manusia atau keyakinan agama. Dia bebas untuk memilih, untuk percaya atau tidak percaya, untuk mengasihi atau untuk membenci, untuk datang atau untuk pergi. Itu adalah perbedaan besar antara Muhammad dan Yesus Kristus. Muhammad menasehatkan para pengikutnya untuk menyebarkan iman Islam dengan pedang. Dan mereka menyebarkan Muhammadisme dengan pedang, dengan kekuatan, dengan memaksa, dengan pasukan dan dengan pertempuran.

            Kristus tidak menghendaki orang-orang yang bertobat, jika pertobatan itu dimenangkan dengan kekerasan atau pemaksaan. Roh Kristuslah yang membuat seseorang itu datang kepadaNya dengan sukarela. Dia harus datang dengan keputusan jiwanya sendiri. Hal itu tidak akan pernah menjadi sebuah pemaksaan atau dengan kekerasan.

            Lalu, hal itu tidak pernah dicatat di dalam jemaat Kristen. Dan kapan saja jemaat Kristen, umat Allah, ketika mereka beranjak dari semangat kekebaasan jiwa, dari kemerdekaan beragama dan di dalam pilihan, kapan saja orang Kristen, umat Allah beranjak dari kebebasan dan kemerdekaan yang telah diberikan Allah, itu merupakan sebuah lembaran yang tragis dan menyedihkan di dalam sejarah umat Allah. Ketika anda kembali ke sana dan berpaling melalui lemberan-lembaran sejarah itu, beberapa kegelapan, noda yang tragis di atas bumi ini ditulis oleh umat Tuhan.  

            Nampak bagi saya bahwa umat Allah, umat Kristus, jemaat Kristen, dapat menjadi orang yang paling tidak toleran dan pendendam yang paling jahat dan penganiaya yang paling mengerikan di dunia ini. Bukankah itu merupakan sebuah perkembangan yang paling aneh? Sebagai contoh, di dalam pembelajaran saya dalam mempersiapkan khotbah pada malam ini, minggu ini saya telah melintasi sebuah surat dari seorang pendeta kepada seorang pelayan yang menjadi bawahannya. Dan saya tidak suka untuk menyebutkaannya.

            Saya membaca surat yang ditujukan kepada bawahannya, dan pelaayan yang menjadi bawahannya ini telah bertobat dan mengkhotbahkan iman injili. Dan inilah surat dari atasannya itu yang ditujukan kepadanya. Sekarang, anda dengarkanlah isi surat itu:

Semoga Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus mengutuk engkau. Semoga para malaikat kudus mengutuk engkau. Semoga seluruh nabi-nabi, imam-imam, dan anak-anak Allah mengutukmu. Semoga engkau terkutuk di dalam pekerjaanmu atau tidurmu, saat engkau makan atau minum, berdiri atau berlari. Semoga engkau terkutuk di dalam keturunanmu dan anak cucumu, darah dagingmu dan darahmu.

Semoga engkau terkutuk di dalam tangan dan kakimu, dalam pembicaraanmu dan keheninganmu, di dalam otaakmu dan seluruh anggota tubuhmu. Semoga engkau terkutuk dan terbakar abadi kecuali engkaau bertobat dan membuat ganti rugi.

            Itu adalah tipikal dari umat Allah. Saya tidak bermaksud bahwa tipikal itu ditulis lima puluh tahun yang lalu dari seorang pendeta Amerika. Saya tidak bermaksud bahwa itu hanyalah potongan kecil dari kisah sejarah. Yang saya maksudkan adalah seluruh sejarah. Pemaksaan dan kekerasan di dalam keyakinan:

 

 

 

 

 

Dan di dalam penilaian dan keyakinan saya yang sederhana, Allah mengutuk Prancis dan selalu demikian. Saya pikir Allah tidak akan memaafkan pembantai orang Huguenot dan pembakaran orang-orang Huguenots. Hal itu menghancurkan kelas perdagangan Prancis, dan mereka menjadi sebuah bangsa yang semakin merosot sejak saat itu dan sekaarang ini. Anda dapat memperjuangkan sebuah pertempuran dengan seekor kutu sama baiknya ketika anda dapat memperjuangkan sebuah pertempuran dengan Prancis. Ia tidak memiliki integritas moral pada hari ini, kemarin atau besok. Itu adalah kutukan dari Allah karena mereka telah membantai dan membakar orang-orang Huguenots.

            Allah tidak pernah memaafkan Israel karena dosa-dosa Manasye. Allah berfirman, “Aku tidak akan memaafkan.” Ada beberpa hal yang tidak dilewatkan oleh Allah. Mereka tertulis di dalam KitabNya dengan sebuah pena kemarahan dan mereka tetap tertulis di sana.

            Hal-hal ini tidak hanya berasal dari gereja besar yang sudah sangat mapan tetapi:

 

 

 

 

            Berdasarkan Alkitab, saya menyampaikannya pada malam ini, saya hanya mengkhotbahkan premis pertama dari Paulus—berdasarkan Alkitab, Allah telah membuat setiap orang berada dalam kebebasan hati nurani, dan dia tidak seharusnya dihakimi oleh orang lain, apapun yang dia percaya, apapun itu. Kita bebas di hadapan Allah.

            Jika Robert G. Ingersoll masih hidup pada haari ini dan datang ke Dallas dan berbicara kembali tentang ketidakpercayaannya, kita seharusnya tidak berusaha untuk mendiamkan dia. Kita seharusnya tidak berusaha untuk menganiaya dia. Kita seharusnya tidak berusaha untuk membunuhnya. Allah telah memberikannya kebebasan itu. Itu adalah sebuah keistimewan Allah dan preogratif Allah tanpa memaksa seseorang untuk mempercayai apa yang dia inginkan untuk dipercayai.

            Satu-satunya pagar dari karunia Allah yang luar biasa itu terletak di dalam moral publik berdasarkan undang-undang yang telah dibuat oleh negara anda. Pembunuhan, pencurian, kekerasaan, hal-hal yang telah diatur oleh negara, jika sebuah hati nurani dapat diciptakan.

           Negara dapat mengatur poligami, sebagai contoh, di dalam gereja Mormon dan wilayah Utah. Tetapi hal-hal ini terletak di dalam providensi dari sebuah hati nurani publik yang besar, yang terkait kepada wewenang yang luas, dan kesejahteraan. Tetapi mengenai seseorang yang beragama atau yang tidak beragama, mengenai seseorang yang percaya atau tidak percaya, mengenai seseorang yang beriman dan tidak beriman, tidak berada di bawah kondisi apapun. Itu adalah kebebasan yang penuh tanpa adanya pemaksaan dari tangan yang lain atau negara atau hukum atau manusia. Kita berada di dalam kebebasan hati nurani, yang hanya dipertanggungjawabkan kepada Allah.

            Jika anda tidak ingin pergi ke gereja, seharusnya tidak ada hukum di dalam negeri untuk membuat anda datang ke gereja. Jika anda ingin mengajar anak-anak anda menjadi orang ateis dan kafir, seharusnya tidak ada hukum di negara yang akan menghentikan anda. Jika anda ingin mengajar anak-anak anda untuk mengutuk Allah, seharusnya tidak ada hukum negara yang menghentikan anda untuk mengajar anak-anak anda untuk mengutuk Allah. Anda benar-benar bebas seperti yang anda inginkan. Benar-benar bebas. Allah telah membuat kita dengan jalan itu.

            Pendeta, apa yang anda sampaikan bahwa anda berpikir bahwa ada sebuah jenis premi bagi seseorang untuk berpaling dari iman yang utama, dari ajaran Kristus dan kepercayaan serta perintah Yesus.

            Tidak! Tidak! Khotbah saya berbicara tentang hal itu. Ini hanya sebuah pemberitahuan kepada anda tentang kebebasan beragama, hanya itu. Itulah yang dimaksudkan oleh khotbah saya: Setiap orang bebas untuk percaya atau tidak percaya, untuk dibaptis atau untuk tidak dibaptis, untuk memilih ya kepada Kristus atau tidak. Dia memiliki kebebasan—Allah telah membuatnya dalam jalan yang seperti itu.

            Tetapi saya tidak bermaksud bahwa ateisme dan kekafiran sama baiknya dengan imat yang taat dan iman yang sederhana di dalam Kristus. Saya tidak bermaksud bahwa di luar gereja sama baiknya dengan di dalam gereja; bahwa di luar Kristus sama baiknya dengan di dalam Kristus; bahwa orang yang mengutuk Allah sama diberkati dengan orang yang mengasihi Allah. Tidak. Saya tidak percaya sesuatu tentang hal seperti itu.

            Saya berpikir tentang kebenaran bahwa setiap orang di dunia harus mengasihi dan mengikuti, saya berpikir bahwa kebenaran sangat menarik dan sangat sempit. Saya tidak berpikir bahwa di sana hanya ada kedamaian, mungkin di sana, atau dalam garis batas di masa lampau. Saya pikir itu sangat sempit dan saya pikir itu sangat menarik.

            Saya pikir itu sama sempit dan sama menarik seperti table penjumlahan itu sendiri. Dua ditambah dua tidak sama dengan tiga dan sembilan,  bahkan tidak sama dengan empat dan enam, dan bahkan tidak setara dengan empat dan sebuah  pecahan atau empat. Dua ditambah dua sama dengan empat, dan hanya itu.

            Itulah seluruh kebenaran Allah, dan cara itulah yang ada di dalam seluruh kebenaran Allah. Kita tidak beranjak dan hidup dalam sebuah perkiraan tentangnya, bahkan juga bukan sebuah hal bahwa seseorang mungkin memilih atau tidak memilih. Hal itu adalah sebuah wahyu dari Allah dan kita dapat memperluasnya berkenaan dengan hal itu.

            Seseorang harus menjadi orang Kristen. Seseorang harus diselamatkan. Seseorang harus meminta Allah untuk mengampuni dosa-dosanya. Seseorang harus dibaptis. Seseorang harus berada di gereja. Seseorang melakukan hal hal ini. Dia berada di dalam kebebasan untuk tidak melakukannya, tetapi dia harus melakukannya.  Dan kita tidak berkuasa dalam apa yang harus dilakukan oleh seseorang.

            Inilah yang telah saya salin dari Spurgeon.  Beberapa orang berpikir bahwa tidak masalah doktrin apa yang anda percayai; bahwa tidak penting gereja apa yang anda kunjungi; bahwa semua denominasi sama dan kekafiran memiliki nilai yang sedikit lebih rendah dari pada iman, jika tulus hati. Jadi, Spurgeon berkata: “Saya tidak menyukai  ‘Mrs. Bigotry’ di atas hampir semua orang yang ada di dunia ini, dan saya tidak pernah memberikan pujian kepadanya. Tetapi ada wanita lain—saya tidak tahu mengapa ia membuat mereka sama seperti perempuan—tetapi ada wanita lain yang sangat saya benci, dan ia adalah ‘Mrs. Latitudinarianism.’"

            Lalu, kata yang paling panjang dalam bahasa Inggris adalah anti-latitudinarianism.  Lalu, di sini dia berkata, itu adalah "Mrs. Latitudinarianism," sebuah karakter yang baik.  

            Saya ingin tahu jika Spurgeon berkhotbah di sini pada malam hari ini jika dia berkata bahwa "Mrs. Latitudinarianism," sebuah karakter yang baik. Kembali ke masa Spurgeon, mereka menggunakan kata  "latitudinarian" untuk merujuk kepada seorang liberal. Kita akan menyebut dia seorang modernis pada hari ini, seseorang yang tidak percaya terhadap apapun: “Oh, saya akan berada di sana, sama seperti saya  berada di sini. Dan jika anda percaya hal itu, sama baiknya untuk mempercayai hal itu, tidak lebih dari hal itu.” 

Jadi pada masa Spurgeon, mereka menyebut hal itu dengan latitudinarianism.  Lalu, dia berkata: “Saya tidak sering menggunakan kata ‘Mrs. Bigotry (Nyonya Fanatik),’ tetapi saya tidak lebih kurang menggunakan kata  ‘Mrs. Latitudinarianism,’ yang telah menemukan bahwa tidak banyak pilihan antara kebenaran dan kesalahan.”

            Lalu, itulah hal yang tidak ingin kita daftarkan.  Kita berkata berdasarkan Firman Allah, Allah berkata bahwa di dalam hati nurani, kita bebas. Di dalam jiwa kita, kita merdeka. Kita tidak pernah dipaksa. Apa yang seseorang lakukan dengan agama yang harus dia lakukan berasal dari kepenuhan jiwanya dan di dalam hatinya sendiri. Itu harus menjadi pilihannya. 

            Tetapi pada saat yang sama, kita berkata bahwa itu tidak berarti bahwa seseorang yang menjadi orang kafir sama baiknya dengan seseorang yang menjadi orang Kristen. Itu tidak berarti bahwa seseorang yang berada di luar gereja dapat menjadi sama baiknya dengan seseorang yang yang berada di dalam jemaat. Kita tidak berkata bahwa seseorang yang dapat menolak dan menghujat Allah dan mendapat kemurahan dari sorga yang memberikan hidupnya kepada Allah.

            Apa yang kita sampaikan adalah bahwa anda bebas untuk memilih. Itu adalah milik anda di dalam jiwa anda dan hati anda. Tetapi kita juga berkata bahwa kebenarannya adalah hal ini: hal itu berada di dalam Allah. Hal itu berada di dalam Kristus. Datanglah, datanglah dan terimalah kebenaran yang agung dan wahyu dari Anak Allah.

            Bolehkah saya mengaplikasikan hal itu semampu yang dapat saya lakukan untuk sejenak? Bolehkah saya mengaplikasikan hal itu? Ada banyak kitab suci di dalam dunia. Dan anda dapat membacanya, dan anda memiliki kebebasan untuk memeluk iman mereka dan doktrin mereka. Di dalam perpustakaan saya, saya memiliki beberapa kitab suci itu: Alquran, anda membaca Alquran dan anda dapat menjadi pengikut Muhammad. Anda dapat menjadi Islam. Anda dapat membaca Bhagavad Gita atau himne Veda atau Upanisad, dan anda dapat menjadi orang Hindu. Anda dapat membaca Dharma Pada tulisan yang kudus dari seseorang yang telah mendapat pencerahan, dan mengikuti Budha Gautama.  Anda dapat membaca buku-buku Konfusius dan menjadi seorang pengikut Konghucu.

           Tetapi saya katakana kepada anda, bahwa ketika orang percaya kepada Alquran, peradaban mereka adalah sebuah  peradaban Alquran. Ketika mereka mengikuti Upanisad dan Veda dan Bhagavad Gita, peradaban mereka adalah peradaban Hindu. Dan ketika anda mengikuti Dharma Pada, anda memiliki sebuah peradaban Budhha; atau Konfusius, peradaban Konfusius.

            Dan seluruh peradaban itu tidak dapat disentuh oleh agama Krsiten adalah seperti ini: Mereka mengambil anak-anak mereka dan melemparkan mereka ke dalam Sungai Gangga. Mereka merebahkan diri mereka di hadapan kereta yang besar yang berada di atas mereka dan meremukkan mereka sampai mati. Seseorang akan menggantung sebuah kaitan di belakang punggungnya dalam waktu setahun penuh, berharap untuk mendapat  rasa simpati dari dewanya. Tidak dapat disentuh oleh peradaban Kristen, seperti yang terdapat di India, ketika seorang suami meninggal dan api pembakaran melalap tubuhnya, istrinya juga harus dibakar dalam api yang telah membakar tubuh suaminya itu. Itu adalah peradaban yang tidak dapat disentuh oleh pesan Kristus.   

            Kita bebas! Kita bebas, tetapi pada saat yang sama, kita katakan bahwa kebenaran terletak di dalam Anak Allah. Hal itu terletak di dalam wahyu dari Yesus Kristus.

            Beberapa orang berkata: Saya adalah seorang yang taat terhadap cahaya alam. Allah saya berada di luar pintu yang besar dan bintang-bintang yang di atas dan di dalam jamrud dunia bawah, dan saya dapat menyembah allah di luar sana di dalam cahaya alam. Itu merupakan sebuah hal yang indah dan itu adalah alasan yang paling bagus untuk pergi memancing pada hari minggu dan pergi dari rumah Allah di dunia. Alam yang menjadi allah, itulah allah saya. Itulah agama saya. Itu merupakan sebuah hal yang luar biasa. Ini adalah hal yang luar biasa yang telah diciptakan oleh Allah.  

Tetapi sebelum zaman David Livingston, sebagai contoh, semua suku-suku primitif di Afrika memiliki cahaya alam, tetapi pikiran mereka gelap dan dipenuhi dengan takhyul. Cahaya alam—anda dapat melihat bintang-bintang itu sampai selamanya dan pepohonan di dunia tanpa akhir dan tidak pernah mengetahui Allah yang sejati. Anda tidak akan pernah dapat mempelajariNya.

            Salah satu hal yang saya lewati dalam kehidupan David Hume, dia adalah seorang filsuf dan sejarahwan Skotlandia yang hebat, dan dia percaya dan berkata bahwa dia adalah pengikut cahaya alam. Jadi, setiap orang di Skotlandia, seperti yang anda tahu, memiliki beberapa orang yang religius. Jadi di dalam kota kecil yang ada Skotlandia, di mana dia tinggal, dia pergi untuk menemui pendeta, dan itu terjadi pada saat malam. Dan setelah dia selesai berkunjung, dia mengucapkan selamat tinggal dan hendak pergi. Dan pendeta menemui dia di pintu untuk menawarkan lampu, dan berkata “Mr. Hume, ambillah lampu ini. Bawalah lampu ini bersama dengan anda.”

            “Oh, tidak,” kata David Hume—seseorang yang kafir, yang tidak percaya kepada agama dan Kristus yang berkata bahwa dia hidup hanya berdasarkan cahaya alam. Dan hal itu memberi kesempatan kepada David Hume, sejarahwan yang hebat itu, kesempatan untuk berbagi kata-kata dengan pendeta. Dia berkata, “Tidak, saya tidak membutuhkan lampu sama sekali.” Dia berkata, “Saya berjalan berdasarkan cahaya alam. Dan lihat cahaya bulan. Bulan bersinar!”

Dan itu merupakan cahaya yang sangat indah. Lalu pendeta itu mengucapkan selamat tinggal kepadanya dan membawa lampu itu ke dalam rumah. Dan David Hume mulai melangkah. Dan ketika dia melangkah, sebuah awan yang besar menutupi bulan.

            Dan ketika dia menjejakkan langkahnya yang kedua, dia jatuh ke tanah. Dan pendeta itu mengambil lampunya dan datang dengan buru-buru dan melangkah ke tempat di mana David Hume berbaring di tanah. 

            Dan berkata kepadanya, “Oh, Mr. Hume, Mr. Hume, ketika anda dapat berjalan dengan sebuah cahaya yang terang, mengapa anda berusaha untuk berjalan dengan cahaya alam yang tidak pasti?”

            Itu adalah kebenaran Allah. Anda tidak akan menemukan sebuah hal yang pokok di dalam alam. Tidak akan pernah!  Jika kita dapat mengenal Allah, hal itu terletak di dalam diri Allah sendiri. Kita katakan ini adalah kebenaran. Tepat seperti itu.

            Oh, saya harus bergegas, saya katakan, ada seseorang yang berkata: “Pendeta saya adalah seorang penggemar ilmu pengetahuan. Saya adalah seorang yang tunduk kepada ilmu pengetahuan.” Oh, hal itu kedengarannya sangat terpelajar dan intelektual. “Saya adalah seseorang yang taat kepada ilmu pengetahuan. Saya tidak percaya terhadap segala sesuatu kecuali hal itu menjadi sebuah hukum utama yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan.”  

            Hal itu sangat baik. Seperti itulah semua professor, yang memiliki jenis dan jalur tertentu, itulah yang mereka sampaikan. Dan mereka melewatkan gereja dan mereka melewatkan Kristus dan mereka melewatkan wahyu Allah. Mereka menyembah ilmu pengetahuan dan mereka bersujud di bawah kaki ilmu pengetahuan. Hal itu tampaknya sangat baik. Satu hal tentang hal itu adalah hal ini: Ketika seseorang menyembah ilmu pengetahuan, dia akan menjadi sama seperti apa yang dia ikuti? Karena buku-buku ilmu pengetahuan pada hari ini, teksbook pada hari ini, tidak akan sama dengan teksbook yang sepuluh tahun dari sekarang, jika kita dapat menilainya dari masa lalu. Setiap teksbook yang ditulis sepuluh tahun yang lalu sudah kadaluarsa. Mereka bahkan tidak hidup di dalam dunia kita, tidak di dalam dunia atom. Dan ilmu pengetahuan adalah sebuah hal yang berubah, dan anda tidak akan pernah tahu seperti apakah kebenaran finalnya.

           Tidak seperti yang disampaikan oleh Lukas: Pengobatan adalah sebuah ilmu pengetahuan. Anda para dokter yang berada di sini, jiwaku, mereka  dijejalkan ke dalam tengkorak anda, mereka menjejalkan begitu banyak kimia dan anatomi serta fisik dan saya tidak tahu apa yang anda semua tahu ketika anda menjadi seorang dokter. Baiklah, mari kita lihat ke dalam diri anda, sebagai contoh. Mari kita melihat ke dalam anda. Ketika saya masih anak-anak, bagiamana pengobatan ini berubah, bahkan dalam masa hidup saya. Ketika saya masih anak-anak, setiap kali saya sakit, ibu saya mengambil botol minyak jarak, dan pergi ke toko untuk mengambil satu atau dua botol sari jeruk, dan menaruh minyak jarak ke dalamnya. Satu-satunya waktu di mana saya masih kanak-kanak pernah merasakan jeruk dengan minyak jarak di dalamnya. Saya pikir itu adalah rasa dari jeruk itu. Dan bertahun-tahun yang lalu, saya mendapat fakta bahkan bau dari sebuah jeruk membuat saya muntah.

            Baiklah. Hal yang lainnya, ketika saya masih anak-anak, setiap musim semi datang, dokter datang ke rumah kami dan memberikan kepada saya sebuah bagian dari minyak calo. Terima kasih Tuhan, anda orang muda di sini tidak tahu apakah minyak calo itu. Itu adalah hal yang paling buruk sekali dan mengerikan serta menjengkelkan dari semua pengobatan bagi orang sakit di dunia. Tidak ada yang seperti itu. Tidak ada yang seperti itu. Jika dokter tidak memiliki praktek yang lain, dia akan membuat anak-anak menjadi praktek. Dia akan membuat dia sebagai praktek dengan memberikan minyak calo.

            Saudara, tahukah anda bahwa saya tidak sedang berbicara tentang orang lain? Saya, pada musim semia, saya telah makan tetesan tebu bercampur dengan belerang hingga hal itu hampir membuat saya sakit. Tidakkah anda tahu bahwa saya telah minum teh dari sejenis pohon bunga-bungaan untuk membuat darah saya encer pada musim semi? Tidakkah anda tahu bahwa ketika saya pergi ke sekolah mengenakan asam di leher mereka untuk menghindarkan serangga? Oh, ilmu pengetahuan dari pengobatan. Apakah anda pernah mendengar hal ini? Seorang ibu menyuruh anaknya pergi ke toko obat untuk memperoleh asam seharga satu nikel. Lalu dia pergi ke apoteker dan berkata: “Ibu saya menyuruh saya untuk membeli asam seharga satu nikel.”  

            Kemudian apoteker mengambil sedikit asam dan memberikannya kepada anak laki-laki itu. Dan bocah itu berkata: “Berikan tagihannya.”

            Lalu orang itu berkata: “Baiklah, kepada siapa saya harus menagihnya? Siapakah nama ayahmu dan alamatnya?”

            Dan bocah itu berkata: “Berikan tagihannya kepada Mr. Ibanhumono Sakififendiker, yang tinggal di 1816 Front Martin Boulevard.” 

            Dan ketika apoteker itu mulai menulis asam seharga satu nikel itu, dan dia tersandung kepada nama yang panjang itu, dia berkata, “Dengar Nak, ambillah. Harganya tidak lebih banyak dari pada harus menuliskan nama yang panjang itu.”

            Itulah pengobatan yang digunakan. Lalu, bagi anda semua dokter yang telah dilatih dengan luar biasa yang ada di sini pada malam hari ini, ketika saya menyebutkan hal-hal itu, anda tertawa terhadap para dokter tua itu yang tinggal di wilayah yang kecil di mana dia berusaha untuk membuat saya sehat. Anda menertawai hal itu. Biarkan saya memberitahukan anda sesuatu: Lima puluh tahun dari sekarang, pengobatan yang dilakukan oleh para dokter ini akan dianggap gila, dan menggelikan dan sukar untuk dipercayai, dan heran terhadap ketidaktahuan yang banyak dari pendidikan kesehatan yang mengajarkan kepada anda untuk melakukan hal yang sedang anda lakukan sekarang.  

           Itulah Ilmu pengetahuan. Dan ketika anda mengikuti hal itu, anda mendapat sebuah cahaya untuk pergi, tetapi anda tidak tahu kemana anda akan dituntunnya, karena itu belum final. Ia tidak bersifat menyeluruh. Itu tetap sesuatu yang lain dan terus berlangsung.  

            Saudara yang terkasih, kita tidak diselamatkan oleh alasan. Kita tidak diselamatkan oleh cahaya alam. Kita tidak diselamatkan oleh psikologi. Kita tidak diselamatkan oleh kejiwaan. Kita tidak diselamatkan oleh institusi-institusi. Kita tidak diselamatkan oleh pembelajaran. Hal-hal ini bukan untuk menyelamatkan jiwa. Mereka menolong kita. Seandainya tidak ada orang-orang saleh kita yang berdedikasi di dalam ilmu pengetahuan, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita.  Mereka mencari hal itu setelah kebenaran yang utama. 

            Dan hal-hal yang luar biasa ini mereka temukan dalam kebiasaan manusia dan tingkah laku dan bagaimana menolong kita di dalam kepala kita dan hati kita dan di dalam tubuh kita serta institusi-institusi kita, semuanya itu sangat hebat. Tetapi Allah tidak pernah memaksudkan hal itu untuk menyelamatkan jiwa. Allah memiliki sesuatu yang lain bagi seseorang agar ia diselamatkan.

            Lalu apakah itu? Apakah itu? Itu bukanlah kekafiran. Itu bukanlah yang tanpa iman. Hal itu tidak berada di luar gereja dan di luar Allah, sekalipun Tuhan telah membuat kita bebas untuk memilih. Lalu apakah hal itu, yang olehnya Allah telah bermaksud untuk menyelamatkan jiwa kita dan mengampuni dosa-dosa kita? Inilah dia. Dengarlah apa yang disampaikan oleh Alkitab: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita diselamatkan.” Inilah dia. “Apa yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” Dan mereka berkata, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kritus dan engkau akan selamat.” Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan anda akan selamat.

           Saya tidak diselamatkan oleh cahaya alam. Saya tidak diselamatkan oleh kekafiran atau atheisme. Saya tidak diselamatkan oleh ilmu pengetahuan dan pembelajaran. Saya diselamatkan dengan datang kepada Yesus, dengan memandang kepada Allah, dengan percaya di dalam Dia. Ia adalah seseorang yang telah mati untuk kita. Ia adalah seseorang yang telah bangkit kembali untuk kita. Ia adalah seseorang yang ada di sorga menjadi pengantara bagi kita. Ia adalah seseorang yang akan datang kembali untuk kita. Ia adalah Yesus. Dia menyelamatkan kita. Kita diselamatkan  oleh sebuah pilihan bebas dan sebuah  penguburan diri kita secara bebas kepada Dia.

            Ketika kita menyanyikan lagu kita pada malam ini, ketika Allah akan meletakkannya di dalam hati anda, seruan dari sebuah komitmen dari hidup anda di dalam iman dan di dalam keyakinan kepada Yesus, maukah anda datang dan berdiri di dekat saya? “Pendeta, inilah saya, dan saya datang. Inilah seluruh keluarga saya. Kami datang pada malam hari ini.” Atau seseorang dari anda, siapa saja dari anda. Ketika kita membuat seruan ini, ketika kita menyanyikan lagu, setiap orang boleh datang kepada Tuhan, datanglah kepada kami?

            “Pendeta, hal-hal yang di luar sana bukanlah untuk saya. Saya dapat memilih hal-hal yang ada di luar sana, tetapi saya tidak memilihnya. Saya memilihnya bersama Allah. Saya memilihnya bersama Kristus. Saya memilihnya bersama umat Tuhan. Inilah saya dan saya datang. Sebagaimana Allah akan menolong saya dan sebagaimana Allah akan menuntun kita, inilah saya dan saya datang.”

            Maukah anda melakukannya pada malam hari ini? Maukah anda melakukannya sekarang, saat kita berdiri dan saat kita menyanyi?

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.