MENGIKUTI JEJAK LANGKAH KRISTUS

(FOLLOWING IN THE FOOTSTEPS OF CHRIST)

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Korintus 11:1

 

11/18/87

 

Sekali lagi, kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio, ini dalah Pendeta dari Gereja First Baptist Dallas, yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Mengikuti Jejak Langkah Kristus. 

Siapakah yang akan kita ikuti? Siapakah yang akan kita dengarkan? Konselor-konselor radio yang memberitahukan kita bagaimana kita harus hidup. Pengkhotbah-pengkhotbah tv yang memberitahu kita bagaimana untuk memberikan uang kita. Para politisi yang memberitahu kita bagaimana untuk memilih dalam kepercayaan. Para penghibur dan para atlet yang memberitahu kita bagaimana untuk sukses. Editorial-editorial, dan dengan majalah-majalah dan koran-koran dan bersama dengan radio dan televisi—disana ada pencurahan sebuah aliran yang sangat deras secara konstan dari nasehat yang memberi tahu kita,  bagaimana kita bertindak, untuk berpikir, di mana kita harus berpaling, pilihan yang harus dibuat—itu adalah dunia tanpa akhir.

Tetapi Alkitab menasehatkan kita bahwa seseorang yang harus didengarkan dan seseorang yang harus diikuti adalah Tuhan Yesus yang mulia. Di dalam 1 Petrus: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.”  Dan Korintus 11:1—Paulus menulis yaitu, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.”  

Dia adalah teladan kita yang agung dan itu adalah nasehat bagi kita. Ketamakan tidak pernah menyentuhNya. Kekuasaan tidak pernah merusakNya. Keduniawian tidak pernah menjangkau Dia. Ketidakcakapan tidak pernah menyebabkan Dia tersandung. Ambisi pribadi tidak pernah mengayunkanNya. Keegoisan tidak pernah merantaiNya. Dia layak sebagai teladan kita, pemimpin kita, seseorang yang harus diikuti. 

Jika kita mengikuti Kristus dan berusaaha untuk berjalan dalam jejakNya, hal-hal apakah yang akan menjadi karakteristik dari langkah kehidupan kita? Akan seperti apakah kita? 

Inilah beberapa karakter itu: Yang pertama, kita akan menjadi orang yang penuh belas kasihan. “Yesus tergerak oleh belas kasihan,”  itu adalah namaNya yang penuh kasih. Di dalam Matius 9:35-38:  Saat Ia melihat orang banyak tanpa seorang gembala, “Maka tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka.” Di dalam Matius 20:29-24: Di dalam belas kasihan, Dia menyembuhkan dua orang buta di jalan dekat Yerikho. Di dalam Lukas 3:11-17: Di dalam belas kasihan, Dia membangkitkan anak dari seorang janda Nain. Di dalam Yohanes 19:25-27: Dia meminta Rasul Yohanes untuk merawat ibunya, saat Dia disalibkan. Jika kita mengikuti jejak langkah Kristus, hati kita digerakkan oleh belas kasihan, atas orang-orang yang akan diberkati oleh pemberian kita atau oleh doa kita, atau oleh ingatan kita, atau oleh dorongan kita. Menjadi seseorang yang sensitif bagi yang terluka dan bagi orang lain yang membutuhkan, dalam hal itulah kita menjadi sama seperti Tuhan kita.

Hal yang kedua yang saya ambil adalah salah satu hal yang tidak akan anda pikirkan dan hal itu berkaitan dengan bermasyarakat, dalam kehidupan sosial. Di dalam Matius 11:18-19, Dia mengkontraskan diriNya sendiri dengan Yohanes Pembaptis, yang merupakan seorang pertapa, yang hidup terpisah dan terpisah dari orang banyak dan dari barisan umat manusia dari dunia ini. Yesus selamanya berada di pusat dan di tengah-tengah gerakan umat manusia.

Sebagai contoh, Yesus tidak pernah berpaling dari sebuah makan malam. Jika anda menginginkan Yesus datang dan makan bersama dengan anda, semua hal yang harus anda lakukan adalah mengundang Dia dan Dia akan berada di sana, tidak peduli siapa pun anda. Dia bahkan menerima undangan dari musuh-musuhNya. Di dalam Lukas 7:36-50 dan Lukas 11:37-54 dan Lukas 14:1-24:  “Dia pergi untuk makan malam dengan orang Farisi.” Dan orang Farisi mengndang Dia hanya untuk satu tujuan. Dan hal itu adalah untuk menemukan kesalahanNya, untuk mengkritik Dia, untuk mencela Dia. Tetapi Dia pergi ke situ.

Saya ulangi. Tidak ada pernah sebuah contoh ketika Yesus diundang untuk makan malam dengan seseorang dan Dia tidak menerima undangan itu. Lukas 15—pasal yang sangat indah tentang anak yang pemboros dan seluruh ilustrasi yang indah itu dari kepedulian Allah terhadap kita—Di dalam Lukas 15, dua ayat yang pertama dimulai seperti ini:

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. 

Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia—houtos, seseorang yang dipandang rendah, sebuah perkataan kutukan, houtos, orang ini—menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."

Di dalam Yohanes pasal 4, di dalam keseluruhan pasal itu, kita mendapati Yesus berbaur dengan seorang perempuan Samaria yang ditolak, yang telah memiliki lima suami. Dan pria yang sekarang tinggal bersama dengan dia, adalah pria yang tidak menikah dengannya. Dia menikah dan meninggalkan suaminya itu satu persatu, menceraikan mereka satu persatu, hingga akhirnya dia bahkan tidak menikah dengan pria yang hidup bersamanya. Dia hanya tinggal bersama dengan mereka. Dia merupakan seorang contoh dari bagaimana seharusnya seorang perempuan yang dapat anda temukan di seluruh dunia.

Dan akan tetapi, seluruh pasal empat dari Injil Yohanes menulis tentang  percakapan Yesus dengan wanita yang ditolak itu. Ketika murid-murid datang, mereka terkejut karena Dia berbicara dengan perempuan itu. Khotbah terbesar yang pernah disampaikan tentang penyembahan rohani, disampaikan oleh Tuhan kepada perempuan Samaria itu. Dia adalah seorang pribadi yang luar biasa: Tuhan Yesus.

Saya ingin memberikan kepada anda contoh yang lain. Di dalam Markus 1:40-45 menyampaikan kisah tentang Yesus dan orang yang sakit kusta. Kemana saja orang yang sakit kusta pergi dia harus menutupi wajahnya,  dengan tangan di atas matanya dan dia disebut “najis.” Mereka harus berseru, “Najis! Najis!” Dan kemana pun dia pergi ada sebuah lingkaran terbuka di hadapannya. Orang sakit kusta dapat berjalan ke mana saja dan setiap orang akan menghindarinya. Karena itu ia dapat berjalan ke mana saja dia inginkan. 

Lalu Tuhan Yesus dikerumuni oleh sekumpulan orang yang mendesaknya dari berbagai sisi—ini adalah gambaran dari permulaan Injil Markus—Akan tetapi orang kusta datang menghampiriNya. Orang kusta dengan tangan yang menutupi wajahnya, berseru “Najis! Najis!” Dan setiap orang menjauh darinya. Ada sebuah lingkaran besar yang terbuka yang dapat dia jalani.

Lalu, apakah Yesus menghindar darinya? Tidak, Yesus berdiri di sana. Dan itulah sebabnya mengapa orang sakit kusta itu, di tengah-tengah kerumunan orang banyak dapat menghampiri Yesus, hanya berjalan kepada Yesus. Dia hanya berjalan tepat menghampirinya. Orang banyak menghindar ketika dia berteriak “najis.” Dia bergerak menghampiri Yesus dan Yesus tidak pernah bergerak. 

Dan ketika Dia datang mendekat kepada Yesus, Alkitab berkata Tuhan mengulurkan tanganNya dan menyentuh Dia. Saya dapat mendengar hembusan nafas orang banyak itu ketika Tuhan mengulurkan tanganNya dan menjamah orang sakit kusta itu.

Saudara yang terkasih, tentu saya ini adalah tambahan kecil dari saya—ini adalah keyakinan pribadi saya, tetapi saya membayangkan setengah penyembuhan, ketika Tuhan menyembuhkan dia dan membuatnya tahir—saya membayangkan setengah penyembuhan adalah sentuhan yang penuh belas kasihan atas orang yang dibuang itu. Dia tidak pernah merasakan kehangatan, dan sentuhan tangan yang penuh simpati dari seseorang, hingga Yesus mengulurkan tanganNya dan menyentuh dia.   

Itulah Tuhan kita. Seperti itulah Dia. Dan merupakan sebuah teladan yang luar biasa bagi kita. Tidak masalah siapa pun dia, tidak masalah apapun yang mereka telah lakukan, tidak masalah apapun latar belakang mereka, mereka dekat kepada Allah dan dekat kepada kita. 

Saya tidak dapat membayangkan hal lain yang lebih manis dari seluruh pelayanan jemaat kita yang banyak ini selain dari pada pelayanan yang manis dari 28 kapel yang kita miliki. Dan dari 28 kapel itu, yang paling saya sukai adalah misi dalam kota kita. Orang-orang jalanan itu, yang hina dan buruk dan gelandangan serta terbuang—hanya gerak tubuh yang baik bagi mereka di dalam nama Tuhan, adalah sebuah refleksi kecil dari Juruselamat kita. Dia sama seperti itu. 

Mengikuti jejak langkah Tuhan kita di dalam pelayanan. Yohanes 13:5: “Kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.”  Kemudian, ayat 14: Dia berkata kepada mereka, “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.” 

Alasan kita tidak melakukan hal itu sebagai sebuah ordinansi di dalam jemaat adalah, apa yang kita lakukan di dalam jemaat dalam mengikuti ordinansi, sesuatu yang  telah Tuhan tetapkan.

Apa yang kita lakukan di dalam jemaat adalah sama seperti apa yang telah mereka lakukan di dalam Alkitab. Dan jemaat-jemaat di dalam Perjanjian Baru, tidak melaksanakan hal ini sebagai sebuah ordinan. Jadi kita tidak melaksanakannya sebagai sebuah ordinan: membasuh kaki. Tetapi saya dapat memberitahukan kepada anda hal ini: ada jemaat-jemaat Baptis yang sungguh-sungguh membuat hal ini menjadi ordinansi ketiga. Mereka adalah Primitif Baptis. Mereka adalah jemaat-jemaat Baptis yang membasuh kaki. Mereka adalah jemaat yang anda sebut dengan jemaat-jemaat Baptis yang keras.

Dan saya telah berada di dalam ibadah itu. Dan jika anda pernah berada di dalam salah satu ibadah mereka, itu merupakan sebuah hal yang sangat mengesankan yang pernah anda lihat di dalam hidup anda. Orang-orang luar melihatnya dengan pikiran yang sempit, membuat sebuah lelucon atau lawakan untuk membicarakan jemaat primitif itu, pembasuhan kaki di dalam jemaat-jemaat Baptis di dalam melaksnakan ordinansi itu. Tetapi ketika anda mengunjungi ibadah itu, jika anda memiliki kesempatan untuk melakukannya dan anda duduk di sana dan menyaksikannya, itu adalah sebuah pengalaman yang mengesankan.

Saya katakan, kita tidak melakukannya di dalam jemaat kita, karena jemaat-jemaat Perjanjian Baru tidak melaksanakannya sebagai sebuah ordinansi. Tetapi semangat dari hal itu, di dalam mengikuti teladan Tuhan kita, itu merupakan sebuah hal yang luar biasa di dalam kehidupan manusia. Jika saya dapat menolong anda, saya akan sangat senang untuk mencobanya. Jika di sana ada sebuah pesan bagi anda untuk saya jalankan, saya senang untuk mencobanya. Jika ada sesuatu yang dapat saya lakukan sebagai dorongan atau pertolongan, saya adalah pelayan anda. Itu merupakan sebuah hal yang luar biasa untuk dapat dilakukan. Dan itulah teladan dari Tuhan kita: bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani, bukan untuk melayani saya, tetapi saya adalah pelayan mereka—sebuah teladan yang indah dan mulia di dalam Juruselamat kita. 

Atau hal lainnya tentang Tuhan kita: Di dalam menghadapi Setan, Dia mengikuti kehendak Allah. Di dalam Matius 4:1, “Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.”

Lalu bagaimana Tuhan kita menghadapi dakwaan dan pencobaan dari Setan? Tanpa pengecualian, Dia melakukannya sesuai dengan Firman Allah. Di dalam Matius Matthew 4:4 dan 7:4 dan 10:4, Yesus menjawab dia dan berkata, “Ada tertulis. Ada tertulis.” Dia dipenuhi dengan pengetahuan dari Firman Allah yang kudus.

Dan sebagai sebuah sampingan, bolehkan untuk sejenak saya menyampaikan bagaimana Yesus menggunakan Kitab Suci? Hal itu secara konstan keluar dari mulutNya. Mengutip Kitab Suci: Dia menggunakan Kitab Suci untuk mengoreksi kesalahan. Mengutip Yesaya 56 dan Yeremia 7:11, Dia membersihkan Bait Allah. Dia mengutip Kitab Suci dalam mengajar orang-orang. Di sinagog Nazaret, Dia membaca pasal itu, dalam Yesaya 6:1 dan seterusnya. Dan ketika Tuhan mengutip Ulangan dan Imamat dan hukum yang terutama, hal itu terjadi ketika Yesus menyampaikan kisah tentang orang Samaria yang baik hati. Dia menggunakan Kitab Suci untuk menjawab para pengkritikNya.

Dia mengutip Yesaya 6:6: “Aku menghendaki belas kasihan dan bukan korban bakaran.” Dia mengutipnya lagi dalam Matius 12:7, kata itu ada lagi, sehubungan dengan makan bulir gandum pada hari Sabat. Dan Dia menggunakan contoh Daud sebagai contoh yang makan roti sajian. Hal itu terus menerus. Tuhan kita mengenal Kitab Suci. Dia benar-benar mengenal mereka dan mereka adalah kekuatan dalam hidupNya. 

Dan bolehkah saya memberi tambahan tentang Tuhan kita, Dia berdiri bersama dengan kita di dalam semua pergantian dan peruntungan dari hidup kita. Di dalam Ibrani 2:18: “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita oleh pencobaan.” 

Tidak ada sesuatu yang pernah anda hadapi dalam hidup anda yang tidak pernah dihadapi Tuhan terlebih dahulu. Tidak ada percobaan yang pernah anda hadapi, tidak ada rasa sakit dan pencobaan, yang tidak diketahui oleh Yesus dan Dia adalah sahabat anda. Dia bukan musuh anda. Dia adalah sahabat anda. 

Dan yang lainnya: Yesus dan doa. Yesus berdoa di hadapan umum. Yohanes 12:28: “Ketika orang Yunani datang untuk menemui dia, dia berdoa di sana di hadapan Allah Bapa, dimana seluruh orang banyak dapat mendengarnya”—doa di hadapan umum. Ada sebuah tempat di dalam penyembahan Allah bagi doa umum dan di dalam hal itu, kita semua dapat memiliki sebuah bagian. Saya senang kita semua berlutut di gereja ini. Dan kita berdoa dengan nyaring  di hadapan umum.Saya menyukai hal itu. 

Doa pribadi: di atas bukit, di padang liar, di tempat-tempat sunyi lainnya. Tuhan kita berdoa. Markus 1:35” Dia sedang berdoa di pagi hari kepada Allah.

Dalam Lukas: Dia sedang berdoa di padang sunyi. Di dalam Lukas 6:12: Dia sedang berdoa semalam-malaman kepada Allah. Di dalam Yohanes 16: Dia sedang berdoa di atas sebuah gunung ketika orang banyak ingin menjadikan Dia seorang raja.

Anda tahu, hal itu persis sama dengan yang ingin anda ketahui—hal itu sangat basi bagi saya untuk menyampaikannya, tetapi tidak ada akhir terhadap kedalaman dari pujian penyembahan yang datang ke dalam hati anda ketika anda membaca tentang Tuhan Yesus yang mulia. Bagaimana mungkin seseorang dalam daging bisa seperti itu?

Lalu, inilah salah satunya: Mereka berusaha membuat Dia menjadi seorang Raja. Hal itu gampang untuk dilihat. Di sini ada seseorang yang dengan sedikit prajurit Dia dapat menaklukkan dunia, karena jika prajuritNya terbunuh, Dia dapat membangkitkan mereka dari kematian. Bayangkanlah hal itu. Bayangkanlah, seorang jenderal dengan pasukannya dan para prajuritnya terbunuh. Dan ia dapat membangkitkan mereka dan begitu seterusnya. 

Tidak hanya itu tetapi di sini ada seseorang yang dapat memberi makan 5000 orang dengan sedikit ikan dan sedikit biskuit kecil. Bayangkanlah, memberi makan sebuah pasukan—“Sebuah pasukan berbaris di atas perutnya,” kata Napoleon—bayangkanlah seseorang, dengan sejumlah kecil makanan di tangannya. Dan di sini ada sebuah masyarakat yang ditekan oleh pemerintahan Roma. Memahkotai Dia sebagai seorang Raja, membuat Dia menjadi Jenderal, memimpin kepada kemenangan, dan bayangkanlah tentang namaNya dan kemuliaanNya di atas setiap bibir.   

Itu adalah pencobaan Tuhan. Mereka mencoba untuk memahkotai Dia sebagai Raja, untuk membuat Dia menjadi jenderal. Sebaliknya, Dia tetap teguh menetapkan wajahnya kepada salib untuk menderita dan untuk mati. Bagaimana mungkin seseorang di dalam daging manusia seperti itu? Tetapi  itulah Tuhan kita. Itulah Yesus. Saya ulangi, semakin banyak anda membaca tentang Dia dan melihat Dia, anda akan semakin bersujud dan menyembah serta berkata, “Tuhanku dan Allahku.”

Berdoa, tidak hanya di hadapan umum, tetapi doa pribadi, tetapi berdoa dengan sahabat-sahabat dekat, ketika Dia menghadapi pencobaan dan kematian di Getsemani. Matius 26:36-46: Dia berada di sana bersama dengan Petrus, Yakobus dan Yohanes. Berikan saya sebuah kekuatan—bagi anda, di dalam hidup anda—jika anda berdoa melalui sebuah pencobaan dengan seseorang yang anda kasihi dan percayai, berdoa bersama dengan mereka.

Lalu, apa yang Yesus doakan ketika Dia berdoa? Yang pertama, Dia memuji Allah. Lukas 10:21: Saat Dia kembali ke Getsemani, inilah doa pembukaanNya, “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi.”  Memuji Allah, mengangkat hati kita di dalam pujian yang penuh kasih dan ucapan syukur kepada Allah. Dia berdoa bagi yang lain. Doa pengantara di dalam Yohanes 17 merupakan salah satu pesan yang paling mengesankan di dalam sastra manusia. Dan Dia berdoa di dalam ketundukan terhadap kehendak Allah: Tuhan, sekiranya cawan ini lalu dari padaKu…tetapi kehendakMulah yang jadi.”

Saudara yang terkasih, saya beritahukan kepada anda, berdasarkan Firman Allah—ini bukan sebuah penilaian yang menjadi bagian saya, ini adalah Firman Allah. Bukan kehendak Allah  bahwa kita akan kaya, bahwa kita akan baik, bahwa kita tidak akan sakit, bahwa kita tidak akan dicobai. Semua hal-hal ini berasal dari kehendak Allah. Saya tidak ada orang lain yang lebih terluka dari Tuhan Juruselamat kita, lebih banyak menangis dibanding dengan Tuhan kita, lebih banyak menderita dibangding Tuhan kita, mati dengan kematian yang paling penuh siksaan dari yang dapat dibayangkan oleh pikiran.

Tidak pernah ada sebuah pelaksanaan hukuman yang pernah dipikirkan yang di dalamnya ada rasa sakit yang menakutkan dari sebuah penyaliban. Kadang-kadang, jiwa yang malang itu yang dipakukan ke atas salib hidup selama tujuh hari di dalam rasa sakit yang sukar untuk diungkapkan. Dan merupakan kehendak Allah bagi kita untuk menderita.

Mungkin Allah ingin mengajar kita hal-hal yang kita tidak mengetahui jalan yang lain dari pada melalui pencobaan kita dan rasa sakit kita dan penderitaan kita. Perbedaannya terletak di dalam ketaatan kita terhadap kehendak Allah: “Tuhan, jika ini adalah kehendakMu bagiku maka aku akan tunduk dan taat. Dan semoga aku dapat belajar dari apa yang Allah cari bagiku di dalam pencobaan ini.” 

Bolehkah saya menutup di dalam cara bagaimana Yesus mengajar kita untuk berdoa? Di dalam Lukas 11:1, disebutkan—ketika Yesus selesai berdoa, murid-murid berkata, “Tuhan, ajarlah kami berdoa.”  Dan inilah doa yang Dia ajarkan: “Yang pertama, dikuduskanlah nama-Mu.”  Doa adalah penyembahan. Jika anda ingin menyembah Allah, cara terbaik untuk melakukannya adalah berdoa. 

“Datanglah Kerajaan-Mu. Jadilah kehendakMu.”  Doa adalah meminta Yesus untuk datang: “Tuhan-Tuhan, di dalam dunia yang penuh dosa dan yang telah dikutuk ini, datanglah Tuhan Yesus.”  Doa adalah meminta Allah untuk kebutuhan kita, hingga akhir masa ketika Dia datang: “Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya.” 

Berdoa adalah untuk meminta pengudusan: “Ampunilah kami akan dosa kami.”  Dan doa adalah sebuah pengakuan bahwa kita tidak setara dengan Setan. Allah harus menolong kita: “Tuhan, janganlah membawa kami ke dalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat.”   Dan doa adalah sebuah pengakuan kemenangan tentang kekuasaan dan kemuliaaan Allah. Kita tidak tahu siapakah itu, tetapi seorang ahli tulis menambahkan kepada Doa Tuhan dalam Matius  6:13: “Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

Tuhan Allah, supaya aku semakin berkurang dan supaya semakin sama dengan Engkau. Betapa mulianya hal itu, mengikuti jejak langkah dari Juruselamat kita yang mulia.

Sekarang, Doug, kita akan menyanyikan sebuah lagu dan saya akan berdiri di sebelah sana. Jika ada seseorang pada malam hari ini, yang mau memberikan dirinya kepada Juruselamat, atau sebuah keluarga yang ingin masuk ke dalam persekutuan jemaat kita yang terkasih, atau untuk menjawab sebuah panggilan dari Roh Allah di dalam hati anda—ketika kita menyanyikan bait ini, anda boleh datang dan berdiri di dekat saya. Tuhan akan memberkati anda sepanjang jalan, saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.