JANGAN SAMPAI KITA LUPAKAN
(LEST WE FORGET)
Dr. W. A. Criswell
09-09-79
1 Korintus 11:24
Kami menyambut anda semua yang mendengarkan ibadah ini melalui siaran radio KCBI, station radio dari Institut Alkitab kita dan melalui radio KRLD, jaringan yang terbesar di barat daya. Ini adalah pendeta dari Gereja First Baptis Dallas yang sedang menyampaikan khotbah.
Khotbah kita didasarkan dari Kitab 1 Korintus pasal 11 ayat 23 hingga ayat 26. Dan khotbah kita berjudul: Jangan Sampai Kita Lupakan.
Ini merupakan sebuah bagian yang sangat familiar bagi kita, karena ini adalah salah satu bagian yang selalu saya baca sebelum kita memperingati Perjamuan Tuhan. 1 Korintus, pasal 11 ayat 23 hingga 26. Dan kami mengundang anda yang sedang berada di jalan untuk membacanya dengan nyaring, bersama-sama dengan kami yang berkumpul di dalam ruangan dari Gereja First Baptist Dallas.
Kita semua, bersama-sama kita membaca 1 Korintus 11 ayat 23 hingga 36, mari kita membacanya dengan nyaring:
Sebab apa yang telah ku teruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Dan yang menjadi teks kita:
Perbuatlah ini, menjadi peringatan akan Aku. Dan lagi, minumlah, kamu semua, menjadi peringatan akan Aku. Inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu. Inilah darahKu yang ditumpahkan bagimu.
Alasan untuk melaksanakan pelaksanaan Perjamuan Tuhan sangat jelas: Sangat mudah bagi kita di dalam kelemahan manusia kita untuk melupakan pengorbanan orang lain yang telah dilakukan bagi kita.
Saya melihat hal itu di dalam setiap area kehidupan. Dan saya melihatnya di dalam kehidupan saya sendiri. Sangat mudah bagi anak kecil untuk melupakan harga dan pengorbanan orang tua mereka yang telah melahirkan mereka, sehingga mereka memiliki pengasuh di dunia.
Dan seringkali, anak-anak melupakan pengorbanan yang telah dibuat oleh orang tua kepada mereka.
Saya sedang membayangkan hidup saya, dan saya tidak memikirkan hal ini selama bertahun-tahun. Ketika saya berumur lima tahun, saya tiba di suatu tempat di mana saya tidak dapat berjalan. Ada sebuah bisul yang sangat besar di bawah kaki kanan saya dan meluas hingga ke bawah kaki saya. Dan ibu saya membawa saya di dalam pangkuannya ke atas kereta api. Dan karena kami tinggal di tempat yang sangat jauh, yaitu di timur laut Teksas, rumah sakit yang terdekat ada di Trinidad, Colorado.
Dia membawa saya di dalam pangkuannya ke Trinidad Colorado. Dan di dalam operasi itu, ketika mereka harus mengalirkan darah kotor dari bisul itu, mereka membuat sebuah rongga yang sangat besar. Dan mereka mengisinya dan memenuhinya dengan kain kasa yang tipis. Dan setiap hari, dokter akan datang dan mengeluarkan kain kasa itu melalui kulit dan luka yang terbuka itu. Dan ibu saya akan memegangi saya, dan saya akan menangis dan menjerit karena merasa nyeri dan kesakitan.
Kemudian dia mendekap saya kembali dan membawa saya pulang ke rumah peternakan kami di bagian timur laut Teksas. Dan saya ingat, ketika dia membawa saya pulang di dalam pangkuannya—saya mengingat perkataannya, “Lihatlah dia. Dia sangat malang.”
Hanya sebuah peristiwa kecil di dalam kehidupan ibu saya yang terkasih. Betapa mudahnya bagi anak-anak untuk melupakan kenangan yang penuh kasih, pemeliharaan yang sangat lembut, kasih sayang dari orang tua kita. Jangan sampai kita melupakannya.
Betapa mudahnya bagi warga negara untuk melupakan pengorbanan para pendiri negara ini untuk mereka. Di dalam perjalanan saya mengelilingi dunia, suatu ketika saya sangat terkejut ketika saya menemukan sebuah pemakaman untuk militer Amerika di tempat yang tidak pernah terpikirkan. Saya melihatnya jauh di atas, yaitu di Appenines di Petramalaya, Italia, sebuah pemakaman yang luas bagi tentara Amerika, yang dipenuhi dengan orang-orang yang telah menyerahkan nyawa mereka bagi kita di Perang Dunia Kedua. Saya juga menemukan pemakaman lainnya di Kepulauan Filipina. Dan musim panas yang terakhir, saya juga melihat pemakaman bagi tentara Amerika di Singapura.
Mereka ini adalah orang-orang yang di dalam Perang Dunia Kedua membangun sebuah layar perlindungan di sekitar kita dengan nyawa mereka. Dan betapa mudah bagi kita untuk melupakannya.
Sangat mudah bagi kita yang merupakan orang-orang Kristen untuk melupakan bapa-bapa leluhur kita yang telah mati martir. Saya mengambil sebuah buku Inggris yang sudah lama, dan di dalamnya penuh dengan ukiran-ukiran kayu, lukisan yang telah mereka buat bertahun-tahun yang lalu. Dan di dalam salah satu bagian buku itu dipenuhi dengan lukisan tentang pembakaran orang-orang Baptis di Smithfield. Salah satu lukisan itu adalah seorang ibu yang diikat ke tiang pembakaran bersama dengan anak gadisnya yang masih kecil karena mereka adalah orang-orang Baptis.
Dan ketika saya berada di Colchester, di Essex, di bagian timur Inggris, di sana terdapat sebuah tanda peringatan yang besar kepada orang-orang yang martir di Colchester. Dan salah satu di antaranya terdapat daftar dari seorang ayah dan seorang ibu dan dua orang putrinya, mereka berempat dibakar karena mereka adalah orang-orang Baptis. Betapa mudah bagi kita untuk melupakan hal itu.
Kadang-kadang, mungkin seringkali, sangat mudah bagi sebuah bangsa untuk melupakan hutang ucapan syukur mereka kepada Allah. Pada tanggal dua puluh dua Juni 1897, Rudyard Kipling menulis puisinya yang terkemuka yang berjudul “Arak-Arakan Kebesaran.” Ada sebuah alasan untuk judul puisi itu: Mereka sedang merayakan pesta permata Ratu Viktoria. Pada masa itu, matahari tidak pernah menyerang bendera Inggris. Itu merupakan masa dari kekuatan dan kekuasaan Inggris yang sangat besar.
Orang-orang yang berada dalam perayaan itu adalah: Raja-raja dan para ratu dan pasukan serta angkatan laut yang berasal dari ujung bumi. Dan di dalam peristiwa yang besar itu diakhiri dengan arak-arakan kebesaran yang terbesar yang pernah dilihat oleh dunia, kemudian Rudyard Kliping menulis puisinya:
Tuhan Allah balatentara sorga,
Sertailah kami selalu.
Jangan pernah kami lupakan.
Jangan sampai kami lupakan.
Betapa mudah sebuah bangsa melupakan hutang ucapan syukurnya kepada Allah. Karena itu Tuhan kita memperingati perjamuan ini, agar kita jangan melupakan harga dari penebusan kita.
Betapa merupakan sebuah hal yang tidak biasa, hal yang dilakukan Tuhan ketika Dia mengumpulkan murid-muridNya, kedua belas muridNya, kedua belas rasulNya, dan melaksanakan perjamuan yang sederhana itu, memecahkan roti dan membagi cawan. Dan setiap elemen merepresentasikan sebuah segi permukaan yang luar biasa dari ketaatan hidupNya.
Inilah tubuhNya: “Tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku.” Dia datang ke dunia untuk mempersembahkan diriNya sebagai korban bagi dosa-dosa kita. Sebuah roh tidak dapat melakukan hal itu. Dia telah berinkarnasi untuk tujuan itu: Bahwa Dia menjadi sebuah korban bagi dosa-dosa kita.
Dan dunia ini tidak akan sama lagi, karena darahNya, benang merah dari hidupNya, tercurah atasnya. Jangan sampai kita lupakan.
Pastilah ada sesuatu yang salah dengan tragis, beberapa bencana penghukuman yang sukar untuk dipercayai yang menanti kita, sehingga hal itu menyebabkan Anak Allah, Penguasa para malaikat turun dari takhta kemuliaan untuk menderita dan mati bagi kita.
Pastilah ada sebuah hukuman yang hebat yang menunggu kita sehingga sebuah pengorbanan seperti itu dibuat untuk kita.
Dan, itulah yang terjadi secara tepat. Hal itu karena resiko yang menimpa kita dan hukuman maut yang menunggu kita sehingga Tuhan kita turun dari sorga untuk mati: Sehingga kita dapat diselamatkan.
Di kota kecil tempat saya dibesarkan, ada sekelompok kuda sedang menarik sebuah kereta dengan sangat cepat dan seorang pria pemilik kereta kuda itu berlari di depannya dan merebut kendalinya—kendali dari kuda yang terlepas—dan berusaha menghentikannya. Tetapi ketika dia berusaha menghentikan kuda yang terlepas itu, dia terluka dan terinjak serta berdarah kemudian meninggal. Dan penduduk kota yang menyaksikan itu berkumpul di sekelilingnya dan bertanya mengapa dia melakukan hal itu, mengorbankan hidupnya untuk menghentikan kereta kuda itu.
Dan di dalam perkataannya yang terakhir pria itu berkata, “Lihatlah ke dalam kereta.” Dan mereka melihat ke dalam kereta dan di dalamnya terdapat bayi laki-laki yang merupakan anaknya yang sedang tertidur pulas. Dia mati untuk itu. Pasti ada sebuah resiko besar yang kita hadapi, sehingga Seseorang harus turun dari sorga untuk membuat pengorbanan atas kita.
Dan hukuman yang menanti kita sangat jelas disingkapkan bagi kita di dalam Firman Allah. Yehezkiel 18, ayat 4: “Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.” Roma 6:23: “Upah dosa adalah maut.”
Saya mati dalam dua cara ketika saya berdosa: Tubuh saya mati. Jika saya tidak berdosa, saya tidak akan pernah mati. Karena dosa maka tubuh saya mati. Tetapi, saya mati dalam cara yang kedua: Jiwa saya mati ketika saya berdosa. Saya dilemparkan dari hadirat kekudusan Allah. Jiwa saya mati.
Alkitab menyebutnya neraka. Tetapi, neraka adalah sebuah kata kutukan yang telah kehilangan makna rohaninya. Alkitab juga menyebutnya sebagai kematian yang kedua. Dan saya menghadapi hal itu karena saya adalah seorang yang berdosa. Dan saya menghadapi hal itu karena saya adalah seorang yang berdosa. Saya menghadapi hukuman maut di dalam tubuh saya yang fana. Dan saya menghadapi hukuman yang kedua untuk dijauhkan dari Allah sampai selama-lamanya. Dan karena resiko dan hukuman itu maka Tuhan Yesus turun ke dunia ini.
Dan, ini karena sebuah prinsip moral yang besar, yang olehnya Allah mengatur alam semestaNya. Yang pertama, sebuah hukum moral yang tidak dapat saya hindarkan: Ketika saya berdosa, saya mati. yang kedua: Allah memiliki sebuah prinsip moral bahwa ada sebuah kemungkinan dan kemampuan dari penggantian. Seseorang dapat mati dalam posisi saya.
Itulah seluruh pesan dari kisah penebusan yang terdapat dalam Alkitab. Di dalam Perjanjian Lama, ketika seseorang telah berdosa, dia membawa sebuah korban, sebuah persembahan ke Bait Allah. Dan persem,bahan itu, korban itu, diikat ke tanduk-tanduk altar. Dan di atas korban itu—itu dapat seekor lembu jantan, dapat seekor anak domba—di atas kepala korban itu, orang berdosa meletakkan tangannya. Dan dia mengakui seluruh dosanya di atas binatang yang dikorbankan itu.
Dia mengidentifikasikan dirinya dengan korban itu. Dan korban itu diidentifikasikan dengan dirinya. Setelah pengakuan dosa, korban itu dibunuh dan darahnya dicurahkan di bawah altar, dan tubuhnya dipersembahkan sebagai sebuah korban kepada Allah.
Apakah di sana ada sebuah makna di dalam hal itu? Apakah Allah memiliki tujuan dalam symbol lukisan itu? Lihatlah hal itu kembali. Di dalam pelaksanaan dari korban Paskah, Tuhan berkata bahwa anak domba yang dipilih untuk korban itu harus dipelihara oleh keluarga selama empat hari.
Mengapa begitu? Hal itu supaya anak domba itu dapat diidentifikasikan dengan keluarga. Selama empat hari, anak domba Paskah itu harus dipelihara dalam lingkaran rumah dan keluarga. Kemudian, ketika korban itu, anak domba Paskah itu dibunuh, itu adalah sebuah bagian dari keluarga: darah dicurahkan untuk kepentingan rumah ini—keluarga ini dan umat ini—Allah telah memiliki lukisan bagi kita sebuah penebusan yang luar biasa.
Kemudian akhirnya, di dalam Yesaya pasal lima puluh tiga, nabi menjelaskannya dengan mulia dan sangat indah:
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
"Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.
Itulah Allah.
Dan ketika setelah genap waktunya, tubuh telah dipersiapkan bagi Dia—pada hari itu dari semua hari, mereka membawa dia ke Golgota, Kalvari. Dan, di sana, antara bumi dan langit, mereka menaikkan Dia, di dalam tanganNya dan lambungNya dan kakiNya. Dan ketika tombak Roma itu ditikam ke dalam jantungNya, darah dari hidupNya tercurah keluar. Dia menundukkan kepalaNya dan berseru: “Sudah selesai.”
Dan kemudian, untuk mengingat: Dia telah melakukan hal itu kepada anda, untuk kita. Dan tidak ada orang yang pernah hidup untuk melakukan itu untuk anda, telah Dia lakukan untuk anda. Itu adalah sebuah korban penebusan bagi setiap orang dari kita. Keluarga demi keluarga, anak domba Paskah. Individu demi individu, hal itu selalu bersifat personal.
Kapan saja kita berpikir untuk mendefinisikan agama di dalam kumpulan orang banyak, di dalam kesimpang-siuran, kita justru terpisah dari pikiran dan tujuan Allah: Selalu itu adalah anda. Dia mengenal nama anda. Dia mengenal segala sesuatu tentang anda. Dan, Dia menyerahkan hidupNya supaya anda dapat diselamatkan. Dan seandainya tidak ada orang lain di dunia ini yang pernah berdosa, Dia akan tetap mati untuk anda, anda secara individu. Dan itu adalah makna dari pesanNya: “Perbuatlah ini, menjadi peringatan akan Aku.”
Apakah anda memiliki seorang anak? Apakah anda memiliki anak laki-laki yang masih kecil atau anak perempuan yang masih kecil? Atau apakah mereka telah tumbuh besar?
Apa yang anda harapkan dari mereka? Apakah anda pernah memanggil mereka, dan berkata, “Aku ingin kamu duduk di sana. Aku telah menyiapkan sebuah daftar tentang hal-hal yang telah aku lakukan untuk kamu: Melahirkan kamu—Ibu ini yang telah pergi ke dalam lembah bayangan kematian dan di dalam rasa sakit, memberikan hidup kamu—dan ini dan ini dan hal-hal ini.
Lalu, pada sisi lain, kami telah menggambarkan betapa besar kami memikirkan harga itu. Inilah yang telah kami pikirkan dari nilai kelahiran kamu, yang terdiri dari ribuan dolar. Inilah yang kami pikirkan, untuk waktu selama kamu tidak baik. Dan hal itu senilai dengan ribuan dolar dan kami telah menambahkannya di sini. Sekarang, kami ingin supaya kamu membayarnya kepada kami.”
Apakah anda pernah mendengar hal itu di dalam hidup anda? Apakah anda pernah memikirkan sesuatu yang seperti itu di dalam hidup anda? Maukah anda melakukan hal seperti itu dalam hidup anda? Itu adalah hal yang tidak dapat dipikirkan dan tidak masuk akal.
Anda tahu apa yang anda lakukan? Dan kita semuanya saya, setiap orang dari kita. Apakah anda memiliki seorang anak? Apakah anda memiliki seorang anak laki-laki atau anak perempuan yang sedang bertumbuh? Satu-satunya yang pernah anda anada minta—hanya satu hal—adalah supaya mereka mengingat ketaatan yang penuh kasih dari anda. Hanya itu. Hanya itu. Anda tidak dapat membeli pengorbanan dengan uang—tidak dapat melakukan hal itu.
Dan, itulah sebabnya mengapa Yesus membingkai peringatan itu seperti ini. Kita tidak dapat membeli keselamatan kita. Kita tidak cukup kaya. Kita tidak layak. Kita tidak cukup baik.
Itu adalah sebuah hadiah cuma-cuma. Dan, semua yang Dia minta untuk mengembalikannya adalah untuk mengingat, untuk mengasihi, untuk dipenuhi dengan ucapan syukur dan terima kasih.
Oh, terima kasih Tuhan, bahwa Engkau telah memberikan hidupMu bagi saya! Terima kasih Tuhan. Engkau telah menyelamatkan saya dari penghukuman dan jurang neraka. Terima kasih Tuhan. Engkau telah berjanji untuk berdiri di dekat saya pada hari penghukuman besar. Dan, terima kasih, Yesus yang luar biasa, bahwa Engkau juga telah menyediakan sebuah rumah bagi saya di dalam sorga.
Itulah artinya menjadi seorang Kristen, Itulah artinya untuk mengasihi Yesus. Itulah artinya untuk menyerahkan hati anda kepadaNya. Tuhan, Tuhan, betapa baiknya Engkau bagi saya!
Bolehkah kita berdiri bersama-sama? Tuhan kami, ketika kami berpikir tentang hal-hal ini, Tuhan, betapa tidak layaknya kami. Sungguhkah Yesus datang ke dalam dunia ini untuk mati bagi saya?
Sungguhkah Juruselamatku telah mencucurkan darah,
Dan apakah penguasaku telah mati?
Akankah Dia mencurahkan kepala yang suci itu
Bagi seekor cacing seperti aku?
Untuk kejahatan yang telah aku lakukan
Dia tergantung di atas kayu?
Belas kasihan yang luar biasa! Anugerah yang tak dapat terselami
Dan kasih yang melebihi segalanya!
Tetapi tetesan kedukaan takkan pernah mampu membayarnya
Hutang kasih yang aku miliki
Inilah aku Tuhan, kuberikan seluruh hidupku,
Hanya ini yang dapat aku lakukan.
[Isaac Watts, “At the Cross”]
Semua dunia
Dari natur yang menjadi milikku
Ada sebuah hadiah
Yang terlalu kecil
Kasih yang sangat menakjubkan,
Sangat Ilahi
Sangat disukai jiwaku
Hidupku, keseluruhanku.
[Isaac Watts, “When I Survey the Wondrous Cross”]
Yesus yang terkasih, bukan oleh paksaan, bukan oleh hukuman, rasa takut atau murka. Tetapi, Tuhan Yesus, hanya dari kasih yang berasal dari dalam hati, kami meninggikan Engkau. Terpujilah Allah karena Engkau. Kami menyanyikan namaMu dengan kebahagiaan dan kasih dan ketaatan, dan berjalan dalam pengembaraan, untuk disebutkan oleh namaMu, untuk mengikuti Engkau—Tuhan, betapa merupakan sebuah ucapan syukur, sebuah pintu terbuka dan sebuah keistimewaan. Dan Juruselamat kami: Keajaiban hidup yang telah kami temukan di dalam Engkau. Tuhan, semoga kami dapat membaginya dengan seluruh dunia sehingga mereka juga dapat untuk mengenal Engkau sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Dan di dalam momen ketika kita berdiri di hadapan Tuhan, di dalam keheningan dan di dalam doa, di dalam permohonan, di dalam seruan, seseorang dari anda, pada malam hari ini:
“Saya menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya. Inilah saya. Saya menyerahkan hati saya dan hidup saya kepadaNya. Inilah saya datang, turunlah melalui salah satu tangga ini, atau berjalanlah melalui salah satu lorong bangku ini.”
“Pendeta, seluruh keluarga saya, kami datang semua pada malam hari ini.” Sebuah pasangan atau hanya seseorang dari anda. Ketika kita menunggu, ketika kita berdoa: Buatlah keputusan pada malam hari ini.
Dan ketika kita menyanyikan himne seruan ini, kami akan berada di sini, dengan penuh kasih, menyambut anda dan bersyukur kepada Allah untuk anda. Lakukanlah sekarang, saat kita berdiri, saat kita bernyanyi.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.