SEANDAINYA BANGSA-BANGSA MEMILIKI SUATU PENGHARAPAN

(IF THE NATIONS HAVE ANY HOPE)

 

Dr. W. A. Criswell

 

13-11-55

 

1 Korintus 12:3

 

Di dalam seri khotbah kita melalui Firman, kita berada di dalam surat 1 Korintus pasal dua belas. Dan khotbah kita pada malam hari ini didasarkan dari yang kedua: “Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.”  Itu adalah kalimat pengantar dari Paulus, ketika dia mulai berbicara kepada saudara-saudara di Korintus: “Kamu tahu, bahwa dahulu kamu adalah bangsa-bangsa lain—kamu adalah para penyembah berhala, yang telah tersesat, bahkan kamu mengikuti berhala-berhala ini yang tidak dapat mendengar, yang tidak dapat berbicara, bahkan tanpa berpikir kamu ditarik kepada mereka.” 

Hal itu ditulis pada waktu yang lampau, hampir dua ribu tahun yang lalu. Dan tragedi dari dunia pada hari ini adalah bahwa setelah dua ribu tahun, ada lebih banyak orang yang ditarik kepada penyembahan berhala dibandingkan dengan masa Rasul Paulus. Lebih banyak orang yang terhilang di dunia pada hari ini dari pada ketika Yesus hidup di dunia ini. Lebih banyak orang yang berada di luar kerajaan pada hari ini dibandingkan dengan  pada masa rasul-rasul. Dan apa yang disampaikan Paulus tentang bangsa-bangsa pada hari ini adalah benar dari jumlah ras yang banyak dan suku bangsa yang mendiami bumi ini pada masa yang sekarang: “Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.” 

Setengah dari jumlah penduduk dunia mengalami kelaparan setiap hari, sepanjang waktu. Setengah dari penduduk dunia ini menderita penyakit setiap hari dan sepanjang waktu. Lebih dari setengah penduduk dunia ini tidak pernah memiliki pakaian yang layak dan tidak pernah memiliki rumah yang layak.

Apakah itu karena bumi ini mandul: karena tidak, tidak dapat mendukung masyarakat dan peningkatan populasi dari dunia? Tidak sama sekali. Dunia ini, bumi ini. kesuburan dari wilayahnya, sumber daya makanan yang luar dari lautnya, memiliki persediaan yang cukup untuk mendukung jumlah orang yang mendiami permukaaannya. 

Lalu, mengapa dunia ini mengalami kelaparan dan menderita penyakit dan hampir telanjang dan hampir tidak memiliki kenyamanan dalam hidup? Itu karena mereka tidak memiliki Allah di dalam hati mereka.

Lalu, bagaimana mungkin dengan memilki Allah di dalam hati seseorang dapat memberi makan mulutnya dan menutupi tubuhnya dan memberikannya sebuah tempat perlindungan untuk tinggal? Saya dapat mengilustrasikan hal itu di dalam apa yang disampaikan oleh Dr. Henry Bennet, yang merupakan pemimpin dari pergutuan tinggi A&M, putra dari seorang pengkhotbah Baptis, yang ditunjuk oleh pemerintahan Amerika Serikat untuk mengatur dukungan bagi asisten teknikal program  kepada seluruh bangsa-baangsayaang serba kekurangan di dalam dunia.

Dia telah terbunuh dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang di Teheran, ibukota Iran. Pada suatu hari saat memberikan laporan kepada umatnya, Dr. Bennet berkata: “Bagaimana anda dapat meningkatkan produksi daging sapi ketika setiap ekor lembu adalah seorang dewa? Bagaimana anda dapat memproduksi daging babi ketika setiap babi betina adalah seorang iblis? Bagaimana anda dapat meningkatkan produksi negeri ketika penggunaan sebuah bajak kayu merupakan sebuah materi suci dari sebuah perayaan keagamaan? Apa yang dibutuhkan oleh dunia adalah sebuah Allah yang baru, sebuah iman yang baru. Apa yang dibutuhkan oleh dunia adalah Tuhan Yesus Kristus.”

Saya telah berbicara kepada seorang sahabat dekan dari Presiden Amerika Serikat yang terdahulu yaitu, Franklin Delano Roosevelt. Dan pria ini, yang bekerja di dalam pemerintahan dan merupakan sseorang sahabat Presiden, berkata kepada saya, Dia berkata, Dia berkata, “Hal ini tidak pernah pernah dirujuk dan saya tidak pernah mendengar hal itu disebutkan. Tetapi,” katanya, “Presiden dari Amerika Serikat di dalam istila keempat dalam kediamannya di Gedung Putih.” Dan pria ini berkata bahwa dia pikir hal itu muncul disebabkan oleh sebuah kekecewan yang luas di Rusia. 

Presiden Roosevelt berkata, “Saya telah tiba ke dalam kesimpulan akhir bahwa satu-satunya pengharapan bagi dunia ini terletak di dalam kelahiran barunya. Hal itu terletak dalam imannya yang baru. Hal itu terletak dalam program misionari dari Tuhan Yesus Kristus.” 

Dunia pada hari ini adalah “para penyembah berhala dan mereka tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.”  Dan dunia pada hari ini adalah sebuah dunia yang terhilang dan ini adalah sebuah dunia yang sakit, karena ia tidak memiliki Allah, iman, Tuhan Yesus Kristus, yang kita miliki ada di dalam hati kita dan di dalam negara kita.”

Apa yang dapat saya lakukan? Dan kemana saya harus berpaling? Inilah yang dapat kita lakukan. Beberapa dari kita Allah akan panggil untuk pergi. Tuhan Allah berkata kepada Musa:

Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.

Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.

Di suatu tempat, Tuhan Allah berkata kepada PutraNya, Yesus Kristus: “Dunia luas yang telah hilang ini, Engkau harus menyelamatkannya.” Dan di dalam Kitab Ibrani pasal sepuluh ayat tujuh, Tuhan Yesus menjawab: “Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku, untuk melakukan kehendakMu ya AllahKu.” Panggilan Tuhan Allah.

Dan ada beberapa orang yang telah diutus. Ada beberpa orang yang pergi. Di dalam Surat Roma pasal pertama, Paulus berkata: “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar.”  Paulus berkata di dalam ayat selanjutnya: “Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.”  Dan Paulus berkata di dalam ayat selanjutnya: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya... .”

“Aku adalah seorang yang berhutang—Kristus membuat dia menjadi seorang yang berhutang—“Aku telah siap. Aku mau pergi, sebab aku tidak malu akan injil Kristus.”

Di dalam pasal sembilan dari 1 Korintus ini, dari surat yang sedang saya khotbahkan, Rasul yang sama berkata: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.”  Ada beberapa orang yang dipanggil Allah. Ada beberapa orang yang diutus Allah. Ada beberapa orang yang memberikan respon seruan utama dari Kristus untuk memperkenalkan kebenaranNya dan pesanNya di dalam dunia.

Dan itulah yang dapat kita lakukan: Beberapa dari kami dapat pergi. 

Apa yang dapat kita lakukan? Beberapa dari kita dapat memberi. Beberapa dari kita dapat pergi. Dan beberapa dari kita dapat memegang tali, sementara beberapa dari kita pergi.

Salah satu garis besar terbaik yang pernah saya dengar dari Perumpamaan Orang Samaria Yang Baik Hati adalah hal ini: Pria itu dirampok dan ditinggalkan sendirian  setengah mati. Dan seorang imam melewatinya dan seorang Lewi melewatinya. Dan orang Samaria berhenti dan melayani kebutuhan saudara yang malang dan yang telah jatuh itu.

Dan kemudian, garis besarnya adalah seperti ini: Dan perampok itu datang, dan dia berkata: “Apa yang merupakan milikmu adalah milikku dan aku akan mengambilnya.”

Kemudian sang imam dan orang Lewi melewatinya. Dan mereka berkata, “Apa yang menjadi milikku adalah milikku, dan aku akan tetap memegangnya.”

Dan, orang samaria yang baik hati ini melewatinya, dan dia berkata: “Apa yang menjadi milikku adalah milikmu dan kita akan membaginya.” Saya menyukai hal itu.

Itulah Roh Kristus dan itu adalah kebenaran dari pesan Tuhan Yesus. Beberapa dari kita dapat pergi sementara yang lain pergi. Ketika kita menundukkan kepala kita dan berdoa, “Tuhan yang terkasih, kami bersyukur kepadamu karena kami memiliki makanan untuk dimakan,” apakah ini yang kita maksudkan “Tuhan, aku bersyukur kepadaMu bahwa aku memiliki makanan sementara setengah dunia kelaparan?”   

Tidak, kita seharusnya tidak berpaling seperti itu dan tidak memiliki maksud yang seperti itu. Inilah yang kita maksudkan ketika kita berdoa: “Tuhan, aku bersyukur kepadaMu karena aku memiliki makanan untuk dimakan, sehingga aku dapat berbagi dengan orang-orang yang kelaparan. Terima kasih Tuhan, bahwa aku memiliki berkat—bukan karena orang lain yang miskin dan kekurangan, tetapi supaya aku dapat berbagi dengan apa yang telah diberikan Allah kepadaku dengan mereka.” Apa yang saya miliki adalah milik Allah. Apa yang saya miliki adalah milik kita. Dan kita akan membaginya dengan dunia. Beberapa dari kita dapat memberi.

Apa yang dapat kita lakukan? Kita dapat membangun, di Amerika ini, sebuah benteng iman dari injil Tuhan Yesus Kristus. Dalam Perang Dunia yang terakhir, Presiden Amerika Serikat telah memanggil negara kita dan membuatnya menjadi sebuah gudang senjata demokrasi. Dengan seperti itu, dia bermaksud bahwa bangsa-bangsa yang miskin dan yang tidak berdaya dan tidak dapat menemukan persenjataan untuk bertahan dalam perang—Amerika dapat membantu mereka untuk menyediakan pasukan dan persenjataan sehingga mereka dapat mempertahankan  rumah-rumah dan sumber minyak mereka.

Sama seperti sebuah hal yang saya bandingkan dengan negara Amerika kita. Negara kita dapat menjadi sebuah banteng bagi injil Tuhan Yesus Kristus. Ketika kita melihat dunia di sekeliling kita, seluruh bangsa-bangsa di bumi ini, setengah dari mereka telah dimateraikan oleh komunisme:  Soviet di Rusia dan Rejim Merah di Cina. Setengah dari populasi dunia ini telah di luar batas iman Kristen: Tanpa misionaris, tanpa pengkhotbah, tanpa pesan injil. Mereka telah dimateraikan, dan mereka telah diajarkan untuk tidak mengakui Allah, dan mereka telah diajarkan materialisme dan mereka telah diajarkan apa yang menjadi kebalikan dan kejahatan dan antagonistik terhadap segala sesuatu yang kita percayai di dalam Kitab ini dan di dalam pesan Kristus ini. Setengah dari dunia ini telah dimateraikan untuk jauh dari injil dan Anak Allah.  

Apa yang terjadi di Spanyol untuk penginjilan dunia? Spanyol bahkan menolak untuk mengizinkan delegasi mereka meski hanya satu orang, untuk meninggalkan pantai mereka dan mengunjungi Baptist World Alliance kita di London. Digenggam di dalam tangan seorang diktator yang kejam dan  bengis, pengharapan apa yang ada di sana untuk sebuah kelahiran baru dan sebuah kebangkitan dan penginjilan dunia di Spanyol? 

Apa yang dapat kita harapkan di Prancis? Sama seperti pemerintahannya yang tidak stabil, demikian juga dengan kehidupan moral dan ekonominya, tidak ada apaun yang dapat diharapkan di Prancis, tidak ada permulaan dari sebuah pengharapan, untuk penginjilan dunia.

Ingggris sangat sulit untuk didedikasikan. Gereja-gereja di Inggris kosong. Prosesi yang indah, barisan orang yang berjalan di lorong bangku itu akan disaksikan oleh sedikit orang. Sebuah kelompok yang sangat kecil, yang sangat sedikit, persentase yang kecil, Inggris tidak memiliki suatu dedikasi untuk penginjilan dunia.

Ke mana anda akan berpaling? Kepada siapa anda akan berseru? Di mana anda akan menemukan suatu pengharapan, di mana saja, di suatu bangsa, di suatu bahasa, di suatu keluarga, di suatu negara?

Saudara yang terkasih, jika kita gagal, jika terang itu padam di dalam kita, seluruh dunia ini jatuh ke dalam sebuah kegelapan yang luas dan tidak dapat ditembus. Mercusuar injil dari Kristus, jika ia membakar semuanya, harus terbakar di daratan ini. Ia harus bersinar di bangsa ini. Dan di dalam bangsa ini, ia harus bersinar dengan berkobar-kobar dan terang benderang serta berkilauan, di sini, di kota ini dan di gereja ini. Betapa merupakan sebuah kesempatan. Betapa merupakan sebuah tanggung-jawab. Betapa banyak Allah telah meletakkannya di atas kita. 

Apa yang yang dapat kita lakukan? Salah satu hal lainnya yang dapat kita lakukan: Kita dapat bergandengan tangan di dalam sebuah persekutuan, di dalam sebuah doa, di dalam sebuah ketentuan, di dalam sebuah persekutuan yang luas. Kita dapat bergandengan tangan dengan saudara-saudara yang berada di seberang lautan, di belahan dunia yang lain, dalam setiap daratan dan belahan bumi lainnya. Kita dapat menggabungkan tangan kita dan hati kita serta doa kita bersama dengan mereka, di dalam permohonan untuk menyelamatkan masyarakat dan bangsa-bangsa di bumi.

Ketika saya pergi ke Jepang, ketika saya pergi ke Kumamoto, saya berkata, “Saya ingin melihat  Paul Kanabury. Apakah Paul Kanabury masih hidup?” Dia adalah seorang pemberita injil yang sangat luar biasa. Hidup sampai usia tua, seorang tua, yang hampir membuat sebuah bangsa berpaling kepada Kristus. Saya ingin melihat Paul Kanbury. Dan saya bertanya di Kumamoto, “Di manakah saya dapat menemuinya? Apakah dia masih hidup? Di manakah saya dapat mengunjunginya?”   

Dan saya diberitahukan oleh orang-orang Kristen di Kumamoto, bahwa sekitar empat atau lima tahun sebelumnya, Paul Kanabury telah mengasingkan diri ke sebuah goa, dan berdoa di sana, siang dan malam untuk sebuah kebangunan rohani di bumi dan dia telah meninggal, saat berada di goa itu, saat sedang berdoa supaya sebuah kebangunan rohani datang ke dunia. Oleh pengkhotbah yang saleh itu, dan oleh orang lain yang sama seperti dia, kita harus menggabungkan hati kita dan tangan kita di dalam permohonan doa supaya Allah akan menurunkan tanganNya untuk menyelamatkan bangsa-bangsa: supaya mereka dapat mendengar injil, supaya masyarakat kita dapat mengalami kebangunan rohani, supaya kita dapat mengirimkan misionaris yang lebih banyak, supaya mereka memiliki kesempatan untuk memperkenalkan nama Yesus yang menyelamatkan di setiap lidah dan setiap bahasa di bawah matahari. Betapa merupakan sebuah dedikasi, sebuah pentahbisan, sebuah komitmen yang harus ada di dalam hati kita, ketika kita bergandengan tangan dengan mereka di dalam komitmen mereka dan di dalam permohonan doa mereka.

Ini adalah salah satu hal yang paling kudus dari semua yang yang kudus dalam hidup saya. Tempat terakhir di mana saya pergi dalam sebuah pelayanan pemberitaan injil, sebuah misi, sebuah misi pemberitaan injil di Jepang—tempat terakhir yang saya kunjungi berada adalah pulau bagian selatandi Kyusu. Itu adalah sebuah kota kecil, yang penduduknya sekitar 18.000 orang, tempat yang bernama Ijuime. Di sana terdapat sebuah gereja Baptis dengan seorang pendeta Baptis yang saleh dan setia, seorang pemberita injil. Itu merupakan tugas terakhir saya di dalam perjalanan mengelilingi dunia. 

Dan sekalipun saya merasa sangat capek, melampaui dari apa yang dapat saya gambarkan, hati saya dipenuhi dengan ucapan syukur atas respon yang sangat luar biasa, respon yang sukar dipercayai terhadap pesan injil ketika saya berkhotbah terhadap pesan injil itu di Ijuime. Dan di malam terakhir dari kebangunan rohani itu, dan setelah ibadah selesai dan orang-orang telah bubar, kumpulan dari orang-orang Kristen yang setia yang telah berada di sana selama bertahun-tahun berkumpul di sekeliling saya dan ingin tahu apakah saya tetap tinggal bersama dengan mereka di sebuah ruangan sekolah Minggu yang kecil yang berada di belakang ruangan gereja itu dan berbicara kepada mereka.

Jadi, saya pergi ke belakang ruangan itu dan duduk bersama dengan mereka. Dan ruangan itu dipenuhi dengan orang-orang yang setia dan penuh pengabdian. Dan saya berbicara kepada mereka hingga lewat tengah malam. Mereka memiliki minat yang tinggi. Mereka ingin tahu bagaimana menjalankan sebuah sekolah Minggu, dan bagaimana membangunnya, dan bagaimana memiliki sebuah serikat pelatihan, bagaimana untuk memiliki sebuah WMU.  Mereka ingin tahu bagaimana memiliki sebuah program kebangunan rohani, bagaimana untuk memiliki Perjamuan Tuhan, memiliki ordinansi-ordinansi. Ada segala sesuatu yang dapat anda pikirkan di dalam jemaat yang ingin mereka ketahui, untuk bertanya kepada saya bagaimana untuk melakukannya. Bagaimana kita telah melakukannya dan bagaimana Allah telah memberkati kita di dalam semuanya itu? 

Saya sangat letih. Saya sangat capek, bahkan saya merasa sukar untuk menahan kepala saya. Saya membayangkan tentang Paulus yang mengajar di Troas hingga lewat tengah malam. Itu adalah satu-satunya dan yang terakhir kali dia berada di sana. Dan dia sangat setia dalam menjawab orang-orang dan memberitahukan  kepada mereka tentang iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan bagaimana memimpin dan mengatur serta mengadakan pujian di dalam jemaat Juruselamat. Jadi, saya duduk di sana dan berbicara kepada mereka hal-hal yang ada di dalam jemaat hingga lewat tengah malam. 

Kemudian, akhirnya ketika hal-hal itu telah selesai dan pertanyaan terakhir mereka telaah didiskusikan dan saya menjawabnya dengan kemampuan saya yang terbaik, seorang pemuda, anak dari keluarga Kristen pertama di Ijuime—namanya adalah Odori—pemuda yang menjadi pengawas dari Sekolah Minggu mereka, berdiri di depan saya dan membuat sebuah pembicaraan yang sungguh-sungguh kepada saya di dalam bahasa Jepangnya. Dia tidak pernah menunggu professor bahasa Inggris dari sekolah tinggi, untuk menafsirkan apa yang saya sampaikan. Dia hanya mencurahkan isi hatinya, dan dia sangat terkesan sampai dia menangis.

Saya tidak tahu apa yang dia sampaikan. Jadi ketika dia selesai berbicara dan duduk, guru bahasa Inggris dari sekolah tinggi itu berdiri dan menterjemahkan apa yang telah disampaikan oleh anak muda itu. Dan inilah yang disampaikan oleh pemuda itu kepada saya. Dia berkata, “Selama Perang Dunia yang terakhir ini, kami memiliki sebuah masa yang tragis dan mengerikan.”  Dia berkata, “Kami tidak pernah dianggap baik. Kami bukan penganut Shinto. Kami bukan penganut Budha. Kami menyembah Yesus. Kami adalah orang-orang Kristen, Kami tidak pernah dianggap baik. Dan jemaat kami sangat kecil dan para petobat kami sangat sedikit.”

Dia berkata, “Selama perang, kami mengalami penganiayaan yang sangat mengerikan. Orang-orang menganggap kami sebagai mata-mata asing. Orang-orang berpikir bahwa kami tidak patriotik, bahwa kami menentang pemerintah kami, bahwa kami adalah orang-orang Amerika yang kejam, bahwa kami dipandang sebagai orang yang mengkhianati tanah kelahiran kami.” Dia berkata, “Kami memiliki sebuah masa yang sukar.” Tetapi dia berkata, “Kami tetap setia kepada Kristus. Dan Kristus telah menolong kami dan Tuhan tetap memperhatikan kami

Lalu, dia berkata, “Saya pikir masanya akan datang ketika kami akan memiliki penderitaan dan penganiayaan lagi.” Dia berkata, “Saya pikir, hal itu akan datang kembali di Jepang, di mana orang Kristen akan mengalami penganiayaan dan mungkin kehilangan harta dan nyawa.” Tetapi pemuda itu berkata kepada saya, ‘Saya ingin anda tahu, ketika anda kembali ke Amerika, supaya kami tetap setia kepada Kristus sampai mati. Kami tidak akan pernah meninggalkan iman. Kami akan tetap setia, sekalipun harus membayarnya dengan nyawa kami. Dan ketika anda memberitakan injil di Amerika. kami akan setia, berusaha untuk memberitakan injil di Jepang ini. Dan sementara anda bekerja untuk Yesus, di Amerika sana, kami akan bekerja untuk Yesus di Jepang. Dan kami minta,’ katanya “supaya anda berdoa bagi kami yang beraada di Jepang sama seperti kami berdoa untuk anda yang ada di Amerika.”

Itu adalah kebenaran internasional. Itu adalah pengharapan bangsa-bangsa di dunia. Jika kita memiliki suatu takdir, jika kita memiliki suatu masa depan, hal itu teletak di dalam dedikasi dan pengabdian dari jemaaat jika terhadap komitmen yang besar itu, yang kita miliki di dalam iman kita kepada Tuhan kita yang hidup.

Ketika kita hidup pada malam hari ini, matahari akan bersinar atas Odori di Jepang. Allah memberkati dia di sana sementara dia bekerja, sementara kita beristirahat dan tidur. Kemudian pada pagi hari, dia akan beristirahat pada saat malam di Jepang. Dan kita akan bangun untuk mengerjakan tugas harian kita dan tugas mingguan kita di Amerika ini. Dan semoaga Allah memberikan kepadanya ketenangan sementara dia sedang tidur di Jepang, ketika kita menghadapi tugas harian dan tugas mingguan kita. Inilah Allah. Inilah Kristus. Inilah kerajaan. Inilah iman. Bukan sesutau yang tertutup. tetapi terbuka dengan sangat lebar seluas dunia ini, sama besarnya seperti hati Allah. Dan ketika kita berada di dalamnya, kita berada di dalam rencana dan tujuan dan takdir yang telah Allah pilih untuk menyelaamatkan dunia.

Sekarang, kita akan menyanyikan himne kita. Dan ketika kita menyanyikannya, seseorang dari anda, serahkanlah hati anda kepada Tuhan. Seseorang dari anda, letakkanlah hidup anda di dalam jemaat ini. Ketika kita menyanyikan himne kita, telusurilah lorong bangku itu dan maju ke depan dan berdirilah di dekat saya dan katakan: “Pendeta, malam ini, hal tebaik yang saya tahu, bagaimana saya menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya, dan inilah saya datang. Dan, Pendeta, inilah seluruh keluarga kami, kami semua datang pada malam hari ini untuk meletakkan hidup kami di dalam jemaat ini”—dengan pengakuan iman, dengan baptisan, dengan surat, mari datanglah, bagaimana pun Allah akan menyampaikan firman dan menuntun anda di jalan itu. 

Sementara kita membuat seruan ini dan saat kita bernyanyi, maukah anda datang pada malam hari ini? Dan membuatnya diketahui, ke dalam lorong bangku itu dan maju ke depan: “Pendeta, inilah saya”—pada baris yang pertama dan bait yang pertama—“Inilah saya dan saya datang segera.” Maukah anda? Maukah anda membuatnya sekarang? Lakukanlah sekarang, saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.

 

Alih Bahasa: Wisma Pandia, Th.M.