KESEMPURNAAN DAN PENGETAHUAN

(IMMORTALITY AND RECOGNITION)

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Korintus 13:9-12

 

08-01‑56

 

 

Dalam seri khotbah kita melalui Firman Allah, kita telah tiba di bagian yang terakhir dari surat 1 Korintus pasal tiga belas. Dan judul dari khotbah kita adalah Keabadian dan Pengenalan, atau jika saya dapat menempatkannya dalam sebuah bentuk pertanyaan, “Akankah Kita Saling Mengenal Satu Sama Lain Di Dalam Sorga?” Lalu bacaan teks kita dimulai dari ayat sembilan sampai ayat dua belas dari surat 1 Korintus pasal tiga belas:

 

Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.

Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.

Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.  Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

 

Paulus memulai pasal tiga belas ini dengan sebuah perbandingan tentang hal yang paling utama dari seluruh anugerah-anugerah Allah. Anda tahu, surat 1 Korintus pasal dua belas merupakan sebuah penjelasan dari perbedaan karunia-karunia Roh: karunia berbahasa Roh, karunia melakukan mujizat-mujizat, karunia penyembuhan, karunia melayani, karunia memerintah, karunia menafsirkan—semuanya itu merupakan karunia-karunia Roh yang berbeda.

Tetapi di ayat penutup dari pasal dua belas, dia berkata, “Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.” Sebab dia dia berkata—dan inilah cara dia memulia pasal ini—sebab dia berkata, “Karunia-karunia dari Roh Allah ini, mereka diberikan kepada orang yang berbeda. Seseorang memiliki karunia ini dan yang lainnnya memiliki karunia yang lain, tetapi kasih Allah dapat dimiliki oleh setiap orang.” Dia berkata di dalam pasal dua belas bahwa karunia seseorang cocok untuk pelayanan ini dan karunia yang lainnya cocok untuk pelayanan yang lain, tetapi karunia kasih Allah dapat menjadi sebuah bintang yang bersinar di dada setiap orang, kita semuanya dapat memilikinya.

Dia berkata bahwa karunia-karunia Roh Kudus ini—karunia melakukan mujizat-mujizat dan memerintah dan berbahasa lidah dan bernubuat—dia berkata bahwa semua karunia ini bersifat temporal. Kita dapat memilikinya hanya untuk sejenak, kemudian seperti sebuah awan, mereka akan lenyap, tetapi karunia dari anugerah Allah ini dankasih Tuhan, ini adalah sebuah karunia kekal. Kemudian dia menguraikan hal itu secara panjang lebar dan dari situlah bagian ini berasal, sebab dia berkata, “nubuat akan berakhir.” Tepat seperti itu, karunia bernubuat yang diberikan kepada seseorang hanya bersifat sementara, kemudian akan berakhir. Sebagai contoh, antara Maleakhi dan kedatangan Yohanes Pembaptis selama 400 tahun tidak ada nubuatan sama sekali. “Nubuat akan berakhir”: Nabi hanya untuk sementara, kemudian dia akan pergi, dan nubuatannya hanya untuk sebuah wahyu, kemudian itu akan terlaksana.

Atau, “bahasa roh akan berhenti.” Ungkapan mulia yang memuji Tuhan ini hanyalah untuk sementara, kemudian akan hilang selamanya. Atau “pengetahuan akan lenyap.” Apa yang dia maksudkan adalah, kita hanya mengetahui sepenggal, sebagian, hanya sedikit, tetapi ketika masanya datang, ketika kita mengetahuinya secara penuh semua bagian yang sedikit ini, mereka akan tidak berguna dan lenyap, sebab—dan dia menguraikannya—“pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna,” hanya bagian kecil. Tidak seorang pun yang mengetahui pengetahuan dan wahyu Allah secara penuh, hanya sebuah segi permukaan. Tetapi, “ketika yang sempurna itu tiba,” seluruh kemuliaan dan pengetahuan dan wahyu Allah yang penuh itu tiba, ketika kita melihatnya secara penuh dan mengetahuinya secara sempurna, masa bagian-bagian yang kecil ini akan lenyap.  

Dan dia mengilustrasikannya, “Ketika aku kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak,” hanya berpikir sedikit, “aku berkata-kata seperti kanak-kanak,” hampir dapat bercakap-cakap, “tetapi sesudah aku menjadi dewasa,” pemahaman saya jauh lebih luas dan besar dan “aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.”

Dan kemudian dia menyamakannya dengan pertumbuhan rohani kita dan kesadaran dalam Allah, sebab sekarang dia berkata, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar.” Mereka tidak memiliki cermin seperti cermin transparan yang kita miliki, tetapi sebuah jenis cermin—satu-satunya yang mereka miliki kemudian atau ketahui kemudian—sama seperti pasir yang dipadukan bersama-sama. Hal itu tampak buram, sebab sekarang, dia berkata, “hal itu sama seperti melihat melalui cermin yang samar-samar, gelap, lemah, hanya sebuah garis besar, hanya sebuah bayangan, tetapi pada suatu hari, muka dengan muka.” 

Seperti yang disebutkan 1 Yohanes, “Kita akan melihat Dia sebagaimana adanya Dia,” di dalam seluruh kemuliaan dan keindahan pribadiNya, “kemudian muka dengan muka; sekarang aku mengetahui hanya sebagaian, betapa sedikit, hanya sepenggal, betapa kecil, sekarang aku hanya mengetahui sebagian, tetapi pada suatu hari aku akan mengetahui sama seperti aku sendiri dikenal,” bahkan sama seperti Allah mengenal aku. Kemudian aku akan mengetahui sama seperti Allah mengenal seluruh kebenaran, seluruh pemahaman, seluruh wahyu, seperti yang kita nyanyikan di dalam nyanyian, “And We Will Understand It Better Bye and Bye.”  [ Rev. Charles A.Tindley]

  Jadi itulah yang dimaksud oleh bagian itu. Sekarang kita akan berbicara tentang hal itu: akan kita saling mengenal dalam kemuliaan? Saya telah mengikuti seorang pelayan injil yang mulia di Muskogee, Oklahoma: Dr. A. N. Hall. Untuk sementara dia adalah gembala dari Gereja Gaston Avenue Church di Dallas. Dia adalah gembala dari gereja yang luar biasa itu selama 29 tahun, dan pada hari kematiannya, mereka meminta saya untuk datang dan berkhotbah di  mimbarnya. Dan saya mengingat sesuatu yang dia sampaikan. Suatu hari seseorang bertanya kepadanya, “Dr. Hall, Pendeta, akankah kita saling mengenal satu sama lain di dalam sorga?” Dan dia menjawab penuh dengan iman dan dari Roh Kudus, dia menjawab, “Tuan, kita tidak saling mengenal satu sama lain, hingga kita tiba di sorga.”

“Tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal,” sebab hal-hal ini bersifat fana dan pengenalan ini tidak dapat dicerna secara logika. Setiap alasan atau argument atau suatu wahyu yang akan memperkuat sesuatu juga akan memperkuat yang lainnya. Dan merupakan sebuah penihilan bagi kita dalam untuk menggambarkan sorga sebagai sebuah tempat pembuangan, sebagai sebuah timbunan, tanpa pengetahuan, tanpa respon, tanpa perasaan, tanpa pengenalan. Penihilan merupakan sesuatu yang buruk, sama seperti kebaikan itu sendiri.

Untuk dikenal, untuk diketahui, merupakan hal yang paling esensi dari kekekalan itu sendiri. Jika hidup ini berkelanjutan maka hal itu akan berlangsung dengan seluruh keberadaan anda, dan kita akan menjadi diri kita sendiri dan saya akan menjadi saya. Jika saya bukanlah saya, dan anda bukanlah anda, dan jika kita hanya terhilang di dalam sebuah keberadaan yang mekanik, maka saya katakan, itu adalah penihilan, lewat ke dalam ketiadaan, keberadaan yang diam, akan sama seperti itu.

Lalu, bagaimana dengan penihilan, bagaimana tentang masuk ke dalam ketiadaan, bagaimana tentang kematian dan mati selamanya? Bagaimana tentang hal itu? Untuk satu hal, selalu ada di dalam jiwa manusia di dalam setiap generasi, dan setiap abad dan di setiap suku bangsa, betapa pun rendah atau primitifnya mereka, selalu ada di dalam jiwa manusia keyakinan bahwa hidup manusia tidak pernah berakhir, manusia bersifat kekal. Dan saya katakan bahwa dalam naluri manusia sekali pun mereka sangat primitive, hal itu bersifat dominan dan universal.

Berjalan menyusuri sarkofagus, kuburan batu di dataran kuno Mesir, anda akan terkejut. Sukar bagi anda untuk mempercayai dengan rasa sakit yang tidak terbatas itu bahwa mereka mempersiapkan persediaan untuk kehidupan di dunia yang akan datang. Di sini ada keretanya, perahunya, dan seluruh perlengkapan untuk kehidupan yang akan datang—sebuah perkembangan peradaban yang tinggi, Mesir kuno.

Ketika anda pergi ke Mesa Verde di bagian barat daya Colorado dan melihat sisa-sisa karang tempat tinggal orang-orang Indian, di sana terdapat hal yang sama. Ini adalah busur Indian, anak panah Indian dan hal-hal lainnya yang sangat penting untuk hidupnya di dunia yang lain. Hal itu berasal dari naluri yang paling primitif dari jiwa.

Dan hal itu besifat primitif. Plato, seorang filsuf, merasakan hal itu. Virgil, penyair Latin tanpa tanding, menyanyikan hal itu. Saat saya sedang membaca salah satu buku ilmu pengetahuan, yang paling mengejutkan saya, di bagian akhir buku itu—dia adalah seorang ahli matematika dan salah seorang yang terkemuka pada masanya, seorang professor di universitas—di dalam bagian yang terakhir dari bukunya itu, buku matematika, entah bagaimana, dia berbicara tentang ketidakpercayaannya di dalam kekekalan dan kehidupan yang akan datang. Kemudian pria ini berkata, “Ibu saya meninggal dan kemudian ayah saya meninggal.” Dan dia menambahkan, ‘Untuk beberapa alasan yang tidak dapat dijelaskan saya tiba ke dalam kepercayaan bahwa ibu saya dan ayah saya tetap hidup. Saya tidak memiliki alasan untuk hal itu; saya tidak dapat menjelaskannya. Semua yang saya ketahui hanyalah bahwa saya merasakan hal itu, saya hanya memiliki keyakinan atas hal itu, saya hanya percaya di dalam hati saya. Mereka tidak meninggal; di suatu tempat, mereka masih hidup.” Hal itu sangat primitif, itu adalah naluri tentang kekekalan.  

Bagaimana tentang penihilan? Lebih banyak tentang hal itu. Bagaimanakah tentang tujuan hidup, jika ketika kita berdiri di hadapan sebuah kuburan yang terbuka dan menguburkan orang-orang yang kita kasihi dan akhirnya jatuh ke dalam jurang diri anda yang terbuka? Apakah seperti itu? Berpikir, hidup, bernafas, sekarat, dan semuanya itu berlipat ganda karena kapasitas kita untuk melihatnya dan merasakannya dan untuk disentuh oleh kengerian hal itu dan air matanya serta penderitaannya.

Apakah itu kehidupan? Seperti itukah, semua keberadaan yang luar biasa kaya ini, lajur yang mengesankan dari pemahaman intelektual dan semuanya berbaris menjauh dari ketiadaan? Hidup, hanya sebuah kilatan meteorik, hidup hanya sebuah selingan yang aneh dalam sebuah nyanyian yang tidak pernah dinyanyikan, apakah itu maknanya dan tujuannya? Lalu, bukankah akan lebih baik untuk tidak hidup? Bukankah lebih baik tidak pernah dilahirkan daripada dilahirkan untuk tragedi, untuk kecewa dan menjadi frustasi, lahir untuk menderita, kepada kesia-siaan, kepada kehampaan, kepada kekosongan, lahir untuk ke kuburan dan hanya itu saja, hanya untuk itu semua?

Bagaimana pun juga, saya katakan jiwa manusia yang ada di sini, nada dari sebuah nyanyian, yang tidak pernah dinyanyikan secara penuh hingga hari yang lain dan dunia yang lain, hidup ini tampaknya menjadi sebuah latihan untuk sebuah konser yang akan dimainkan. Ini adalah permulaan dan persiapan untuk sebuah kemuliaan yang luas yang akan datang. 

Bagaimana tentang penihilan? Lebih banyak tentang hal itu. Jantung yang utama dari agama, dan secara khusus iman Ibrani dan iman dari penerus mereka di dalam wahyu Allah—jemaat-jemaat Kristus, orang-orang Kristen—jantung utama dari iman Kristen, dari agama itu sendiri, saya katakan, hal itu diikat dan dibungkus di dalam doktrin tentang kehidupan yang akan datang.

Dengarkanlah di dalam doa berkat, “Kasih Allah Bapa kita, dan anugerah dari Kristus Juruselamat kita, dan persekutuan Roh Kudus menyertai engkau sekarang …,” dan berapa lama: sampai ikatan dari kematian mengatupkannya dan mematahkannya dan menghancurkannya? Itukah agama, dan itukah kasih Allah, dan itukah anugerah Kristus dan itukah kemampuan Roh Kudus: hingga kematian akan mematahkan dan menghancurkan benang yang rapuh itu? Jika kehidupan anak-anak Allah tidak mampu dipelihara di balik dari hari-hari yang lemah dan sukar ini, apakah iman dan apakah kepercayaan dan apakah Allah dan apakah Tuhan dan Juruselamat kita? Dengarkanlah, dengarkanlah apa yang disampaikan dalam Kitab Kejadian pasal dua puluh tiga. Di situ disebutkan :

 

“Sara hidup seratus dua puluh tujuh tahun lamanya; itulah umur Sara—istri Abaraham yang terkasih yang dia cintai—Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham datang meratapi dan menangisinya.

Sesudah itu Abraham bangkit dan meninggalkan isterinya yang mati itu, lalu berkata kepada bani Het: "Aku ini orang asing dan pendatang di antara kamu; berikanlah kiranya kuburan milik kepadaku di tanah kamu ini, supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang mati itu."

 

Tidak ada pria yang pernah mengasihi seorang wanita lebih dari pada Abraham mengasihi Sara, dan Sara mengasihi Abraham. Tetapi harinya tiba ketika Abraham berdiri dari perkabungannya dan ratapannya, sambil berkata, “supaya kiranya aku dapat mengantarkan dan menguburkan isteriku yang mati itu.” Waktu yang tidak dapat dielakkan itu datang ke setiap rumah dan setiap keluarga dan setiap sahabat dan setiap lingkaran: supaya kiranya aku dapat menghantarkan putraku dari pandanganku; supaya aku dapat menguburkan orang-orang yang aku kasihi yang telah meninggal; supaya aku dapat menguburkan ayahku dan ibuku dari pandanganku. Aku tak dapat lagi memikul pandanganku terhadap mereka. Itulah kematian; itulah kematian.

Kemudian bagaimana? Lalu apa? Saya katakan dasar dari agama adalah hal ini, dengarkanlah hal ini, “Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.” [Mazmur 27:10]. Ketika hidupku adalah sebuah beban, dan kematianku adalah kesusahan dan kehancuran dan membusuk, lalu bagaimana? Kemudian Tuhan menyambut kita. Itulah iman, itulah kepercayaan. Itulah kasih Allah dan anugerah dari Tuhan kita Yesus Kristus dan persekutuan dengan Roh Kudus. Ikatan itu tidak dapat dipatahkan; mereka dibentuk dalam kebangkitan dan menjangkau melampaui kematian dan kuburan ke dalam hidup yang akan datang.

Baiklah, bagaimana tentang pengenalan? saya telah katakan bahwa ada dua hal yang tidak dapat dicerna oleh logika. Apapun juga yang memperkuat kekekalan akan memperkuat pengenalan. Jika ada sebuah kekekalan, maka itu adalah kekekalan dimana kita akan menjadi seorang pribadi, bahwa kita akan menjadi manusia seutuhnya, bahwa kita akan memiliki nama, anda akan menjadi anda, saya akan menjadi saya dan kita akan menjadi diri kita sendiri.

Pendeta, apakah hal ini pasti? Ada begitu banyak jaminan, ada begitu banyak kepastian, sebagaimana saya memulainya dengan teks saya. Anda dengarkanlah teks itu, “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar,” hanya sebuah bayangan, tetapi pada suatu hari, sebagaimana Allah akan memandang kita, kita akan memandang Allah “tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”  

Apakah anda memperhatikan hal itu, tiga kali disebutkan di sana, “Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal,” tepat seperti itu, hati anda. Apakah anda tahu kata itu? Saya dapat menerjemahkannya lebih baik dari itu; sekalipun tanpa tempat, tepat seperti itu, dalam kedua tempat hal itu diterjemahkan sama seperti ini. Kata itu adalah  epignōskō.

Bisakan saya menerjemahkan epignōskō bagi anda dalam sebuah cara supaya anda melihat bagaimana anda melakukannya bagi diri anda sendiri. Di dalam Kitab Lukas pasal dua puluh empat, anda memiliki apa yang disebut Renan sebagai kisah yang paling indah di dunia. Ada dua orang murid yang sedang berjalan ke Emaus dengan kepala mereka yang tertunduk, penuh dengan kesedihan, Yesus telah disalibkan dan dikuburkan dan setiap pengharapan yang pernah mereka miliki telah jatuh ke tanah. Dan ketika mereka berjalan dan dengan penuh kesedihan, kisah itu berkata bahwa Yesus mendekati mereka dan melangkah bersama dengan mereka, berjalan bersama dengan mereka. Kemudian Alkitab berkata, “Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat epignōskō Dia.” Sekarang anda menerjemahkannya, dan di dalam Alkitab, “sehingga mereka tidak mengenali Dia,” tetapi di dalam bahasa Yunani, kalimat itu adalah, “epignōskō Dia.”  Baiklah, lalu kata yang sama itu digunakan kembali. Dengarkanlah:

 

Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya—ketika mereka berpaling menuju rumah mereka di Emaus—

Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka.

 

Dan kemudian kisah itu berkata,

 

Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka,

Ketika itu terbukalah mata mereka, dan mereka pun epignōskō Dia.

 

Sekarang anda terjemahkan. Cara yang paling sederhana untuk menerjemahkannya adalah bahwa mereka “mengenal” Dia. Dia pergi bersama dengan mereka. Dan mereka tidak epignōskō Dia, mereka tidak mengenali Dia. Kemudian ketika Dia mengucap berkat, dan mata mereka terbuka, dan mereka epignōskō Dia, “dan mereka pun mengenal Dia.” Tepat seperti itu, mereka mengenal Dia—semua hal-hal dan kenangan itu. Itu adalah Yesus, itu adalah Dia, itu adalah Dia. Kata itu yang terdapat dalam kalimat ini, “Sekarang, aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”

Pengenalan di dalam kemuliaan: sekarang, saya sampaikan, ada banyak hal tentang hal itu. Untuk satu hal, orang-orang yang berdiam di sorga memiliki nama. Mereka adalah seorang pribadi. Pada suatu kali Yesus berkata di dalam Kitab Yohanes pasal sepuluh, Dia berkata, “Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa.” Yesus adalah seorang pribadi. Dia berada dalam kemuliaan dan pengenalanNya sangat jelas, sangat nyata.

 Mereka mengenal Dia melalui suaraNya—Maria mengenal Dia dengan cara seperti itu. Maria mengenal Yesus dari cara Yesus mengucapkan namanya. Itu adalah cara Yesus mengucapkannya; itu adalah suaraNya yang kudus.

Mereka mengenal Dia melalui tubuhNya yang mulia. Tubuh itu memiliki tanda-tanda di atasnya: ada bekas paku di tanganNya; ada bekas luka di lambungNya. Itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Dan Dia berkata kepada salah satu muridNya yang ragu, “Taruhlah jarimu di sini dan  lihatlah tanganKu, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu, dan jangan engkau tidak percaya lagi. Dan roh tidak memiliki tulang dan daging seperti yang kamu lihat ada padaKu.” Itu adalah Tuhan, itu adalah Tuhan.

Itu sama seperti seruan Yohanes kepada Simon Petrus ketika di dalam cahaya gunung yang samar-samar menerangi hari yang berkabut, hanya ada bayangan di atas pantai. Tetapi ketika mujizat terjadi, intuisi Yohanes berkata kepada Simon, “Simon, siapakah itu?” “Itu adalah Tuhan. Itu adalah Tuhan.” Tepat seperti itu, dia mengenali Dia, “Itu adalah Yesus, itu adalah Tuhan. Ada seseorang yang berada di sana.”

Di dalam Kitab Lukas pasal pertama, ketika Gabriel berdiri di samping mezbah emas, dia memperkenalkan dirinya sama seperti saya memperkenalkan diri saya kepada orang asing, “Anda belum pernah melihat saya sebelumnya. Saya adalah gembala dari Gereja First Baptist Dallas, saya sangat sedang mengenal anda, demikian seterusnya.” Gabriel memperkenalkan dirinya, “Aku adalah Gabriel.” Dia berkata, “Akulah Gabriel yang melayani Allah.” Gabriel, sebuah nama; dia adalah seorang pribadi. Mikhael, penghulu malaikat, Mikhael, dia memiliki sebuah nama dan dia berperang untuk Allah dan dia berdiri untuk umat Allah. Tetapi dia memiliki sebuah nama, namanya adalah Mikhael.

Apa yang disampaikan oleh Kitab Yohanes pasal sepuluh tentang kita? Yesus berkata tentang kita, berkata tentang domba-dombaNya, Dia berkata, “Aku memanggil domba-dombaKu menurut namanya masing-masing,’ oleh namanya. Saya tidak dapat membayangkan sebuah keluarga, dan seorang ayah dan seorang ibu yang melihat anak-anaknya sebagai sebuah kumpulan, dan mereka hanyalah sekelompok umat manusia bagi mereka. Tidak, mereka adalah anak-anak saya. Itu adalah Jim; saya dapat memberitahukan kepada anda segala sesuatu tentang Jim. Itu adalah Tom; dan saya dapat memberitahukan kepada anda segala sesuatu tentang Tom. Dan ini adalah Mary, dan ini adalah Elizabeth. Oh, betapa berartinya nama-nama mereka bagi kita! Dan kita mengenal mereka: Ini adalah Jim dan Tom dan Mary. Dan kita sama seperti itu di hadapan Allah—tidak terhilang di lautan umat manusia, tidak dalam sebuah kumpulan atau timbunan, tetapi kita berharga di mataNya. Dan Dia memanggil kita dengan nama kita, dan kita mengenal Dia dan Dia mengenal kita.  

Diberkatilah hati anda, bagi saya esensi yang paling dasar dari kehangatan dan kekayaan hidup itu sendiri adalah pengenalan yang timbal balik ini. Itulah yang seharusnya; yaitu hidup itu sendiri. Jika sebuah pengenalan hanya dari satu sisi dan bukan dari yang lain, maka hal itu tidak berarti sama sekali. Tetapi apa yang membuat hidup indah dan berharga adalah hubungan yang timbal balik itu, hubungannya, dan kemampuan reaksinya. Ini adalah ayah dan ibu, dan mereka bersama-sama. Ini adalah suami dan istri, dan mereka bersama-sama. Ini adalah orang tua dan anak-anak, dan mereka bersama-sama. Ini adalah seorang gembala dan jemaatnya, dan mereka bersama-sama. Ini adalah dua sahabat dan mereka bersama-sama. Apa yang membuat hidup begitu kaya adalah respon mereka: Untuk dikasihi dan mengasihi, untuk memberi dan menerima, untuk berbicara dan seseorang yang mendengarkan, untuk membuat sebuah  lagu pembukaan dan di sana ada sebuah respon—itu adalah kehidupan itu sendiri. Dan saya katakan, tanpa hal itu, itu bukanlah kehidupan, bukan kehidupan yang sesungguhnya.

Dapatkah saya mengilustrasikannya? Ada seorang naturalis, seorang ilmuwan yang luar biasa, yang terpelajar dan terlatih, dan dia mengetahui segala sesuatu tentang dunia yang kita tinggali ini. Dia mengetahui usia dari bebatuan dan dia dapat memberitahukan kepada anda tentang kisahnya. Dan dia mengetahui sungai-sungai dan pegunungan-pegunungan dan padang rumput dan daratan serta serangga-serangga. Dan dia mengetahui segala sesuatu tentang mereka. Tetapi yang menjadi tragedi adalah, mereka tidak mengenali dia. Tidak ada padang rumput dan daratan dan bebatuan dan sungai-sungai serta gunung-gunung yang dapat merespon; mereka tidak pernah dapat mengenalnya. Dan kecerdasannya sendiri berbicara kepada sebuah kepasifan dan tanpa respon serta dunia yang tidak mengenalnya.

Itu adalah alasan bagi saya yang merupakan argumen terbesar Allah atas campur tangan Allah di dalam sejarah manusia di dalam planet yang kecil ini, bahwa bintang-bintang Allah tidak mengenal Allah, samudera Allah dan planet-planet Allah tidak mengenal Allah. Hanya manusia yang dapat mengetahui pikiran Allah dan yang mengasihi Allah adalah umat Allah. Itu adalah alasan sehingga Dia peduli kepada kita, itu adalah alasan kasihNya bagi kita; bahwa kita dapat mengasihi Dia kembali. Dan bagi saya, itu adalah alasan Allah menciptakan kita; sehingga kita dapat berbicara kepadaNya dan memberikan respon kepadaNya dan menunjukkan kepadaNya kasih dan kehangatan dan kasih sayang.

Itu sama seperti segala sesuatu yang anda inginkan untuk anak-anak anda sendiri. Anda tidak menginginkan apa yang mereka miliki. Allah, Dia ingin berbicara dengan kita. Kita berbicara kepadaNya, kita mengasihi Dia, dan Dia mengasihi kita. Itulah hidup, itu adalah hubungan yang timbal balik dari hal itu, itu adalah pengenalan dari hal itu. Tepat seperti itu.

Bagaimanakah tentang hal pengenalan ini? “Tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”Berapa kali Alkitab justru berbicara tentang hal itu?  

Ketika tukang sihir Endor itu membangkitkan Samuel, dan di dalam providensi Allah—saya tidak mengetahui segala sesuatu, saya hanya membacanya dari Alkitab, saya hanya membacanya dari firman dan heran serta terkejut tentang hal itu—Allah, ketika, tukang sihir Endor itu membangkitkan Samuel, dan Tuhan mengizinkan dia kembali, Saul segera mengenalinya. Di sana ada Samuel nabi Allah, dan Saul segera mengenalinya.

Saya tidak memahami hal-hal ini, tetapi di atas gunung Tarnsfigurasi, Petrus, Yakobus, dan Yohanes, dan Tuhan ditinggikan dan dimuliakan—sebuah pemandangan tentang kemuliaan Tuhan yang akan datang—di atas gunung itu nampak Yesus bersama-sama dengan Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. Bagimanakah Petrus dan Yakobus dan Yohanes mengenal Musa? Dan bagaimana mereka mengenal bahwa itu adalah Elia? Saya tidak tahu, saya tidak mengerti; segala sesuatu yang saya baca adalah bahwa mereka mengenal kedua orang itu: itu adalah Musa dan itu adalah Elia. Mereka mengenal kedua orang itu. Itu adalah pengenalan; itu adalah hidup yang akan datang.

Di dalam kisah tentang orang kaya dan Lazarus, mereka mengenal Abraham dan mereka saling mengenal satu sama lain. Tuhan Yesus berkata kepada Maria dan Marta ketika mereka berseru, “Maria, Marta, saudaramu hidup kembali.” Apakah anda melihat, “Saudaramu hidup kembali, saudaramu hidup kembali”—“saudaramu.”

Ketika Daud berkabung atas anak yang sekarat itu, yang diambil Tuhan, ketika dia diberitahukan bahwa anak itu telah meninggal, dia bangkit dan berkata, “Tidak lagi dibutuhkan untuk berkabung, tidak lagi dibutuhkan ratapan; dia tidak akan kembali kepadaku, tetapi akun akan pergi kepada dia”—“pergi kepada dia.”

Tuhan Yesus berkata kepada penyamun yang bertobat, Dia berkata kepadanya, ketika penyamun itu berkata, “Tuhan, ingatlah aku sang penyamun ini, ingatlah aku,” Tuhan berkata, “Hari ini, engkau akan bersama-sama dengan Aku di Firdaus.” Perkiraan yang paling mendasar adalah hal ini: bahwa penyamun itu akan mengenal Dia; jika tidak, kalimat itu tidak berarti sama sekali. Penyamun itu akan mengenal Dia dalam kemuliaan, di dalam dunia yang akan datang. Pengenalan di dalam sorga, “Tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.”

Dapatkah saya menutup khotbah ini—menit-menit ini berlalu begitu cepat—dapatkah saya menutupnya? Hanya satu hal yang lainnya: pernahkah anda berbicara kepada sahabat dekat anda, atau anda sendiri berada di sana, ketika salah satu orang kudus Allah diubah ke dalam kemuliaan? Apakah anda pernah melihat atau mendengar tentang hal-hal ini? Masanya telah tiba ke dalam rumah ini, kedukaan dan air mata untuk mengubah tubuh ini yang dibuat oleh tangan dari sorga, dan seorang kudus yang terkasih melihat melalui gerbang kemuliaan. Dan betapa merupakan hari yang mulia, mereka akan melihat ke sana dan mereka akan menyebutkan nama seorang anak, seorang sahabat, seseorang yang dikasihi.

Apakah anda mengingat hari-hari terakhir dari kehidupan Lottie Moon—seorang misionaris yang sangat luar biasa dan penuh dedikasi—di atas kapal yang berlayar pulang? Meninggal di atas kapal; tetapi pada saat yang terakhir, misionaris wanita yang kecil dan kurus itu mulai mendekap tangannya ke dadanya dan melepaskan dekapan itu, mendekap dan melepaskannya, itu merupakan salam orang Cina. Dan dia mulai memanggil nama-nama orang Kristen Pingtsu yang telah meninggal bertahun-tahun sebelumnya. Apa yang sedang dia lakukan? Dia sedang memberi salam bagi sahabat-sahabat Cina itu ketika dia memandang gerbang kemuliaan dan dia mulai memanggil nama-nama mereka dan mendekap tangannya untuk memberi salam.

Ini bukanlah sebuah doktrin teologia, ini bukanlah sebuah fakta yang tandus dan kering, ini adalah pesan injil, ini adalah karya Allah melalui kita, ini adalah pengharapan di dalam Kristus Yesus, inilah sorga. Dengar! Dengarkanlah, dan jika anda mau, anda dapat mendengar aktivititas musik yang memenuhi jalan-jalan Yerusalem Baru. Dengar! Dengarkanlah! Anda dapat mendengar bunyi langkah mereka di atas trotoar emas itu. Dengar! Dengarkanlah! Anda dapat mendengarkan teriakan anak-anak, laki-laki dan perempuan ketika mereka bermain bersama-sama. Dengar, dengarkanlah! Anda dapat mendengar para malaikat bernyanyi, “O, kudus, kudus, kudus! O mulia, mulia, mulia!”

Bagimanakah hal itu terjadi? Saya tidak perlu tahu, saya tidak mengerti. Seorang ibu dan anaknya; saya tidak tahu, saya tidak perlu tahu, saya hanya percaya kepada apa yang disampaikan oleh Firman ketika ia berkata, “Sekarang aku melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, sangat lemah, aku hanya mengenal sedikit; tetapi pada suatu hari itu akan menjadi sama seperti bagaimana Allah telah membuatnya.” Menakjubkan, luar biasa, melampaui apa yang pernah dilihat oleh mata atau yang pernah didengar oleh telinga atau apa yang pernah dipikirkan oleh manusia; sebab, nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Sekarang, mari kita menyanyikan lagu pujian kita, dan kekita kita bernyanyi, seseorang dari anda, berikanlah hati anda kepada iman ini dan keyakinan ini, “Saya akan menerima Tuhan sebagai Juruselamat saya. Saya akan memberikan kepadaNya hati saya dan hidup saya. Dan inilah saya datang dan inilah saya.” Seseorang dari anda, letakkanlah hidup anda ke dalam jemaat ini, ketika Allah berfirman dan memimpin jalan. Ketika Roh Kudus memanggil saat kita menyanyikan seruan ini, anda datanglah. Berikanlah tangan anda kepada pendeta, serahkanlah hati anda kepada Allah, “Pendeta, inilah kami sekeluarga, kami semua datang pada hari ini.” Ketika kita menyanyikan lagu ini, dari mana saya, anda datanglah saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.