TENTANG LAKI-LAKI, WANITA, BERBICARA DALAM BAHASA LIDAH
(MEN, WOMEN, SPEAKING IN TONGUES )
15-01-56
I Korintus 14:9-40
Ini bukanlah apa-apa tetapi hanya koreksi saja ketika saya membuat pengakuan kepada anda bahwa tugas berkhotbah melalui Alkitab, akan telah kita selesaikan selama sepuluh tahun—tahun-tahun yang padat—dan kita akan selesai melakukannya di akhir bulan ini.
Dan kita akan memulai tahun yang ke-sebelas pada tahun berikutnya. Tugas ini, tugas berkhotbah melalui Alkitab kadang-kadang merupakan hal salah satu hal yang lain sulit bahwa setiap orang dapat bergumul dengan hal itu.
Dan hal itu tentu saja benar di dalam khotbah yang diusahakan untuk disampaikan pendeta anda dari dan tentang hal itu pada hari ini.
Sebab saya telah tiba di surat 1 Korintus pasal 14, dan hari Minggu malam yang terakhir merupakan khotbah yang pertama dari pasal itu, dan khotbah pada hari ini merupakan khotbah yang lain dari pasal itu.
Dan kemudian pada malam ini di dalam pasal 15 kita akan mulai dari pasal 14, hanya untuk mengingatkan, pada Minggu malam yang terakhir saya telah meninggalkan ayat 8. Baiklah. Dengarkanlah kepada bacaan Firman, dan kemudian tetaplah sadar dan dengarkanlah kepada penjelasan pendeta anda tentang salah satu hal yang paling sulit di dalam Alkitab ini.
I Korintus 14:34-35: Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat.
Saudara, jangan hentikan pengkhotbah itu. Tetapi, saya tidak akan menjauhkan diri dari hal itu atau melupakan hal itu. Saya menetapkan diri saya untuk berkhotbah melalui Alkitab sebagaimana ia datang, ayat dan pasal. Dan saya beritahukan kepada anda, saya belajar banyak hal ketika saya melalui hal itu.
Lalu, ketika kita memulai sebuah pembelajaran seperti ini, konteks dari suatu bagian menentukan semuanya. Salah satu dari ahli homelitik ini berkata suatu teks tanpa sebuah konteks adalah preteks.
Itu adalah sebuah subjek yang di dalam sebuah teks yang ditemukan semuanya sangat penting dari teks itu sendiri. Anda tidak dapat mengambil sebuah teks keluar dari konteksnya dan mencucukkannya sendiri dan mengetahui makna yang sebenarnya. Anda harus mengetahui apa yang sedang disampaikan oleh orang itu dan apa yang dia bicarakan untuk memahami makna kalimat itu atau apa yang dirujuk oleh paragraf itu.
Lalu, salah satu kejahatan dari pemahaman kita terhadap dalam Alkitab terletak di dalam hal itu. Kita mengambilnya keluar dari konteks mereka dan mereka boleh dipalingkan dalam cara yang lain di dalam dunia. Dan mereka tidak memiliki makna pokok yang sesungguhnya.
Seseorang mengambil Alkitab sebagai dorongan. Dia membukanya dan membacanya: Dan Yudas pergi serta menggantung dirinya.
Hal itu tidak mendorong dirinya, jadi dia membukanya kembali dan membaca sebagai sebuah dorongan, dan di situ dikatakan: Dan pergilah, lakukan apa yang engkau ingin lakukan.
Dan hal itu tidak menolong dia. Jadi dia membuka Alkitab untuk yang ketiga kalinya dan di situ dikatakan: Apa yang ingin engkau lakukan, lakukanlah dengan segera.
Anda tidak dapat melakukannya dengan cara itu. Hal itu tidak bekerja. Salah satu cerita yang pernah saya dengar dari apa yang dibicarakan oleh beberapa orang muda ini setahun yang lalu adalah seperti ini.
Seorang pengkhotbah selatan yang sudah tua membuka Alkitabnya untuk membaca teksnya, dan dia tidak tahu bahwa beberapa anak nakal telah merekatkan beberapa halaman bersama-sama.
Lalu dia membuka Alkitabnya dan membacanya: Setelah Nuh berumur seratus dua puluh tahun, ia mengambil seorang istri baginya.
Dan kemudian dia berpaling, apa yang dia pikirkan merupakan sebuah pasal dan melanjutkannya: Dan tingginya sekitar tiga puluh hasta dan tiga ratus hasta panjangnya dan panjangnya tiga ratus hasta, dibangun dari kayu gofir dan menutupnya dengan palka dari luar dan dari dalam.
Pengkhotbah selatan yang tua itu melihat ke dalam teks dan dia berkata, “Saudara-saudaraku, itu adalah pertama kalinya saya melihat hal itu dalam Alkitab, tetapi jika hal itu terdapat dalam Alkitab, dan Alkitab menyampaikannya, saya mempercayainya.”
Kemudian ia menggaruk kepalanya dan menambahkan, “Dan hal itu justru membuktikan bagian yang lain dalam Alkitab dimana disitu disebutkan: Saudara-saudara, kita dibuat dengan takut dan luar biasa.”
Lalu, anda tidak dapat mengambil sebuah teks keluar dari konteksnya dan membuatnya memiliki arti terhadap segala sesuatu terhadap apa yang Allah maksudkan. jadi ketika saya membaca dalam Alkitab, dan saya melewati beberapa bagian ini yang hampir keluar dari apa yang saya pikirkan, saya harus melihatnya.
Lalu, saya menemukan beberapa hal tentang ini. Yang pertama adalah, saya hanya membaca dari sini dan berkhotbah pada hari Minggu dari surat 1 Korintus pasal 11 ayat 5, dimana Paulus memberikan perintah tentang bagaimana seharusnya seorang perempuan harus berpakaian ketika dia berdoa atau bernubuat di hadapan umum.
Lalu, saya hanya membaca melalui itu dan berkhotbah tentang hal itu, bagaimana seorang perempuan harus berpakaian ketika dia datang ke gereja dan ketika dia berdoa atau bernubuat di hadapan umum, di dalam ibadah.
Kemudian saya tiba di pasal 14, dan saya membaca di mana Paulus berkata: Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Ketika dia telah berkata bagaimana mereka harus berpakaian ketika mereka berdoa dan bernubuat di hadapan jemaat.
Lalu, untuk memulainya, saya memiliki sebuah materi eksegetikal yang berada di depan saya. Tetapi ketika saya mempelajarinya dan membacanya, dan meminta Allah untuk menolong saya, hal itu terbuka dengan jelas. Sekarang, mari kita mulai.
Surat 1 Korintus pasal 14 berbicara tentang bahasa lidah. Seluruh pasal itu membahas hal itu, berbicara tentang bahasa lidah. Lalu, bahasa lidah merupakan sebuah urusan fenomena menarik. Ketika anda berpaling ke dalam pasal empat belas, yang sedang saya khotbahkan ini, anda dapat membukanya dan melihatnya.
Di dalam ayat 2 anda memiliki kalimat: Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh (bahasa lidah).
Sekarang, lihat di dalam ayat 4: Sebuah bahasa lidah.
Lihat di dalam ayat 13. Sebuah bahasa lidah. Lihat di dalam ayat 27. Sebuah bahasa lidah.
Lalu ketika anda melihat kata itu di dalam Alkitab versi King James yang anda miliki, kata itu ditulis dengan huruf miring (italic).
Lalu di dalam King James anda itu berarti bahwa kata itu bukanlah original. Kata itu tidak ada dalam bahasa Yunani, yang merupakan bahasa asli surat itu ditulis.
Tetapi mereka menyediakan hal itu. Jadi, untuk memulainya, merupakan sebuah keraguan yang tinggi apakah para penterjemah Alkitab memiliki sebuah hak untuk meletakkan kata itu di sana atau tidak: Ia yang berkata-kata dengan bahasa lidah.
Mereka memiliki kata yang tidak diketahui. Apa yang ditulis Paulus adalah: Dia yang berkata-kata dalam bahasa lidah.
Lalu, kata itu “lidah,” yang dalam bahasa Yunani kata itu adalah glossa, g-l-o-s-s-a. Glossa adalah sebuah kata yang tidak akan anda pahami, sebuah terminology teknikal. Dan di belakang sebuah buku teknikal dan di belakang sebuah kamus, anda akan memiliki sebuah glossary, yang merupakan sebuah daftar kata-kata yang panjang yang ada dalam bahasa lain—mereka adalah bahasa Prancis atau Latin atau Yunani atau Jerman, atau mereka adalah kata-kata tekhnikal yang tinggi dan glossary menjelaskan kata-kata itu kepada anda.
Itulah kata glossa dalam bahasa Yunani, yang artinya lidah, yang merupakan kata asli untuk lidah.
Lihatlah ke dalam surat 1 Korintus pasal 14 ayat 9 ini. Itu adalah kata-kata glossa: Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh (bahasa lidah): jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan?
Kata glossa di sana memiliki makna lidah, alat di dalam mulut anda. yang olehnya anda berbicara, yaitu lidah. Lalu kata itu di dalam bahasa Yunani juga mengacu kepada sebuah bahasa.
Sebuah bagian yang sama tentang kata ini terdapat dalam Wahyu pasal 5nayat sembilan: Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."
Lalu kata lidah di sana memiliki arti bahasa. Karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu. Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
Lalu, ada banyak komentator yang cerdas dan sarjana Alkitab yang berkata bahwa kata glossa di dalam Perjanjian Baru, di dalam bahasa Yunani, tidak memiliki makna yang lain kecuali lidah, alat fisik dari pembicaraan, atau sebuah bahasa.
Dan hal itu tidak pernah memiliki arti sebagai bahasa yang meracau, bahasa roh, berbahasa lidah, seperti beberapa sekte Kristen yang memberikan diri mereka terhadap hal itu. Lalu, hal yang sama terdapat di sini. Sebagai contoh, Jamison, Fawcett, dan Brown, beberapa komentator terkemuka sepanjang masa, para sarjana ini berkata bahwa kata “tidak diketahui” harusnya tidak berada di sana.
Mereka meletakkan kata itu di sana, tetapi mereka seharusnya tidak meletakkan kata itu disana. Karena dimana saja kata glossa ditemukan—dan kata itu banyak digunakan dalam Perjanjian Baru—kata itu selalu merujuk kepada lidah itu sendiri atau kepada sebuah bahasa. Dan tidak pernah kepada kata-kata yang meracau atau berbicara dalam sebuah bahasa roh.
Sebagai contoh, di dalam pasal 14 ayat 10, Paulus berkata tentang bahasa-bahasa yang mereka sebuah sebagai bahasa yang tidak dikenal, dia berkata: Tidak ada satu pun di antaranya yang tidak berarti.
Lidah yang sedang dia bicarakan itu adalah sebuah signifikasi jika seseorang dapat memahaminya. Dan di dalam ayat 23. Dia berkata jika seseorang datang ke dalam jemaat, dan orang-orang yang tidak terpelajar itu, mereka tidak mengetahui apa yang anda bicarakan itu, tetapi jika mereka adalah orang-orang yang terpelajar di dalam bidang bahasa, anda akan mengetahui apa yang dibicarakan oleh orang itu.
Jika kita mengadakan sebuah ibadah umum di sini, dan pengkhotbah berdiri dan dia berbicara dalam bahasa Jerman atau dia berbicara dalam bahasa Afganistan atau dia berbicara dalam bahasa Ibrani, bagi anda yang berada di sini, kebanyakan dari kita, tidak akan memahami apa yang disampaikan oleh pengkhotbah. Jadi, berbahasa lidah yang disampaikan dalam Alkitab ini, jelas-jelas berbicara tentang berbicara dalam suatu bahasa. Tetapi bukan ungkapan-ungkapan yang tidak dapat dipahami.
Lalu, hal itu dapat dilihat lebih jauh di dalam Perjanjian Baru dimana bahasa lidah disebutkan. Yang pertama terdapat dalam Kisah Rasul pasal 2, pada saat Pentakosta, di mana disebutkan: Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya.
Dan orang-orang yang berkumpul disana berkata, bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita?
Kemudian di situ disebutkan enam belas bahasa yang berbeda: Parthia, Media, Elam, Kapodokia, Pontus, Asia, Frigia, Pamfilia, Mesir, Lybia, Kirene, Roma, Yahudi proselit, Kreta, Arab. Mereka semua berbicara dalam sebiuah bahasa.
Tidak ada ucapan-ucapan yang meracau. Itu bukan lidah yang tidak dikenal, kecuali seseorang tidak memahami bahasa orang lainnya. Tetapi pada saat Pentakosta, ketika hal itu disebutkan: Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan Roh Kudus kepada mereka untuk mengatakannya. Itu berarti bahasa-bahasa.
Lalu, contoh kedua di dalam Alkitab, dimana bahasa lidah itu disebutkan datang setelah Pentakosta adalah di Pentakosta bangsa-bangsa non Yahudi—di daerah Kaisarea.
Ketika Simon Petrus sedang berkhotbah di rumah Kornelius, ketika Petrus selesai mengucapkan perkataan itu, Roh Kudus turun atas mereka semua yang mendengar perkataan itu.
Dan orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Simon Petrus terkejut atas bangsa-bangsa lain yang juga mengalami pencurahan dari karunia Roh Kudus. Sebab mereka berbicara dalam bahasa lidah dan memuliakan Allah. Lalu, apakah itu sebuah ucapan meracau yang tidak dikenal? Baiklah, inilah yang terjadi di sana.
Saya telah membaca di dalam Psikologi. Dan saya mengingatnya beberapa kali. Ini bukanlah hal-hal yang lama, tetapi sebuah pengamatan hidup. Saya telah membaca di dalam psikologi bahwa setiap orang yang berada di bawah tekanan emosi yang hebat, ketika dia berbicara—dia sedang berbicara di dalam terror atau ketakutan atau rasa takut yang hebat, atau dalam sukacita yang meluap-luap dan kegembiraan yang sukar untuk dilukiskan, dia akan berbicara dalam bahasa ibunya tanpa dapat dihindari.
Dia mungkin seorang Jerman yang tinggal di Jerman tiga puluh tahun yang lalu, yang datang ke Amerika ini dan telah tinggal selama lima tahun. Tetapi jika dia diliputi oleh sebuah emosi yang luar biasa, ketika dia berseru, dia tidak berseru dalam bahasa Inggris, tetapi dia akan berseru dalam bahasa tanah kelahirannya, yaitu dalam bahasa Jerman.
Dan saya pikir, itulah yang telah terjadi di dalam rumah Kornelius, ada beberapa orang yang mungkin berbahasa Latin. Ada beberapa orang yang mungkin berbahasa Yunani. Ada yang mungkin berbicara dalam bahasa Aramik.
Dan kemudian, semenjak dia menjadi seorang prajurit dan seorang petugas dan memiliki budak dari seluruh kekaisaran, mungkin dia memiliki orang Firgia, dan Kapodokia. Mungkin di sana ada orang Gaul dan mungkin dia memiliki orang Kirene.
Jadi, apa yang telah terjadi adalah, ketika Roh Kudus Allah turun atas bangsa-bangsa non Yahudi itu, mereka kemudian bertobat dan mereka dipenuhi dengan Roh Kudus dan sukacita yang sukar untuk dilukiskan, kemudian ketika seseorang memuji Allah, ketika dia menyorakkan kegirangannya, dia melakukannya dalam bahasa tanah kelahirannya.
Orang Kapadokia melakukannya dalam bahasa Kapadokia, dan orang Roma melakukannya dalam bahasa Latin. Dan orang Yunani melakukannya dalam bahasa Yunani dan orang Ibrani atau orang Palestina melakukannya dalam bahasa Aramik. Jadi ketika mereka berbicara dalam bahasa lidah, berdasarkan Alkitab itu merupakan bahasa, bahasa yang nyata dan bukan ucapan yang meracau.
Lalu, contoh lain dalam Alkitab di dalam Kisah Rasul pasal sembilan belas dan tepat seperti itu. Orang-orang berbicara dalam bahasa-bahasa.
Lalu, di sana ada banyak orang, sekte orang Kristen yang berbeda—ada banyak orang yang berkata tanda-tanda dipenuhi Roh Kudus adalah pemujaan, sukacita atau berbicara dalam bahasa lidah.
Dan mereka berdoa dan mereka berusaha mencapai kondisi emosional, hingga mereka berbicara dalam apa yang mereka sebut sebagai bahasa lidah.
Lalu, hal ini tidak berdasarkan Alkitab. Ini tidak berdasarkan firman. Sebagai contoh, secara praktis, semua orang yang berada di Alkitab yang dipenuhi Roh Kudus Allah tidak berkata-kata dalam bahasa lidah.
Mereka tidak berkata-kata dalam sebuah bahasa. Yohanes Pembaptis dipenuhi oleh Roh Kudus, seperti yang disebutkan oleh Alkitab, tetapi dia tidak berbicara berkata-kata dalam bahasa lidah.
Yesus, Tuhan kita, dipenuhi oleh Roh Kudus, dibaptis oleh Roh Kudus. Tetapi dia tidak berkata-kata dalam bahasa lidah. Stefanus, seperti yang disampaikan Alkitab, dipenuhi oleh Roh Kudus. Dia tidak berkata-kata dalam bahasa lidah.
Mereka memiliki sebuah Pentakosta yang besar di Samaria, tetapi orang-orang Samaria tidak berkata-kata dalam sebuah bahasa lidah. Banyak kali di dalam Alkitab yang berbicara tentang orang yang dipenuhi oleh Roh Kudus seperti Barnabas, tetapi tidak pernah disebutkan bahwa mereka berkata-kata dalam bahasa lidah.
Untuk berkata bahwa berbicara dalam bahasa lidah merupakan tanda dari kunjungan Roh Tuhan adalah tidak berdasarkan Alkitab..
Lalu, usaha-usaha untuk berkata-kata dalam bahasa lidah merupakan sesuatu yang Then, dilihat Paulus dengan rasa curiga yang besar. Jadi, itulah yang dia tuliskan dalam surat 1 Korintus pasal 14 ini.
Lalu, jemaat Korintus merupakan tipikal jemaat yang duniawi. Mereka memiliki sebuah keinginan yang besar, mereka memiliki hasrat yang besar, mereka mendambakan supaya mereka dapat melampaui jemaat-jemaat Yesus di dunia.
Mereka tinggal dalam sebuah jenis kota yang seperti itu. Jika disana ada sebuah tempat maka tempat itu akan dipenuhi ornamen-ornamen, jika anda pergi ke Korintus, anda akan melihat hal itu. Orang-orang Korintus, tiang-tiang mereka penuh dengan hiasan-hiasan dan penuh kerumitan.
Dan arsitektur Korintus, apa pun yang mereka lakukan, mereka akan menghiasinya. Dan jika itu merupakan perdagangan, jika itu adalah puisi, jika itu pemujaan terhadap Venus, tidak peduli apa dan di mana atau apa atau di dalam dunia apapun atau kategori apa pun, maka orang-orang Korintus akan melakukannya dengan sekuat tenaga.
Dan hal yang sama juga berlaku dalam jemaat Korintus. Mereka membanggakan diri mereka atas hikmat mereka di dalam hikmat mereka di gereja dan di dalam karunia mereka yang banyak. Dan jemaat yang ada di sana mungkin jemaat yang bodoh dan di sama mungkin sebuah jemaat yang diabaikan, dan yang di sana mungkin sedang-sedang saja, tetapi tidak demikian dengan Korintus.
Mengapa? Karena mereka dapat berbicara dalam bahasa-bahasa sehingga jemaat mereka sendiri tidak dapat mengerti dan mereka membanggakan diri mereka di dalamnya.
Konsekuensinya, ketika mereka memiliki jemaat, mereka memiliki sebuah jemaat kelas pertama. Mereka memiliki sebuah pertunjukan yang tidak pernah anda lihat di dalam hidup anda. Mereka memiliki orang-orang disana yang dapat berbicara dalam banyak bahasa, dan ketika mereka bersukacita dan ketika mereka bergembira dan ketika mereka mulai berteriak dan ketika mereka memuji Allah di dalam setengah lusin bahasa yang berbeda, itu merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh didengarkan dan dilihat.
Akan tetapi, sungguh lucu, Paulus tidak menyukainya. Dia tidak menyukai hal itu. Dia berkata dalam surat 1 Korintus pasal 14, berhubungan dengan bahasa lidah ini, tentang jemaat yang berbicara dalam bahasa lidah. Hal pertama yang dia sampaikan, dia berkata: Jangan berusaha untuk mengejar bahasa lidah di dalam pertemuan jemaat. Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.
Jangan mempelajari Yunani atau Latin atau Kapadokia hanya untuk dirimu berbeda. Lihatlah aku. Aku dapat memuliakan Allah di bahasa Parthia.
Paulus berkata itu adalah kebodohan. Untuk berusaha melakukan hal itu di dalam jemaat bukan merupakan tanda dari hikmat atau tanda sebagai orang terdidik atau terpelajar. Dia berkata; usahakanlah untuk memperoleh karunia bernubuat, untuk berbicara dengan jelas dan terang di dalam kesaksian Kristus.
Hal pertama yang dia sampaikan adalah tentang hal itu. Lalu, hal yang kedua yang dia sampaikan terdapat dalam ayat 11: Tetapi jika aku tidak mengerti arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku.
Sekarang, dia sedang berbicara dalam bahasa Yunani. bagi seorang Yunani, orang-orang yang tidak berpendidikan, orang-orang yang tidak berpendidikan adalah orang-orang Barbar. Mereka tidak dapat mengerti bahasa-bahasa mereka.
Lalu, dia berkata, ketika kamu berkata-kata dalam jemaat, kamu berkata-kata dalam bahasa yang dapat aku mengerti dan yang dapat dimengerti oleh orang-orang, dan janganlah kamu berbicara dalam sebuah bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh jemaat. Itulah hal kedua yang dia sampaikan tentang berkata-kata dalam bahasa lidah.
Baiklah. Hal ketiga yang dia sampaikan adalah hal ini: Jika seseorang berkata-kata dalam bahasa lidah biarlah dua atau tiga orang berusaha untuk menafsirkan.
Lalu, dia berkata, ketika kamu mengadakan sebuah kebaktian dan kamu memiliki tiga bahasa yang berbeda di sana atau setengah lusin bahasa yang berbeda disana, janganlah kamu memiliki lebih dari tiga orang di dalam satu ibadah untuk berkata-kata dalam bahasa-bahasa itu.
Saya pernah ada di dalam ibadah seperti itu. Saya telah berkhotbah di Munich pada suatu kali ketika khotbah saya diterjemahkan ke dalam tiga bahasa yang berbeda.
Khotbah itu harus diterjemahkan—ketika saya berkhotbah di Jerman, seseorang menerjemahkannya dalam bahasa Jerman, seseorang menerjemahkannya dalam bahasa Rusia dan seseorang lainnya menerjemahkannya dalam bahasa Ukraina.
Dan saya ingin anda tahu dengan sisa waktu kita yang sedikit, itu merupakan sebuah proses yang meletihkan dan membosankan. Saya menyampaikan sesuatu dan yang lainnya menyampaikannya dalam bahasa Jerman dan kemudain yang lainnya menyampaikannya dalam bahasa Rusia serta yang lainnya menyampaikannya dalam bahasa Ukraina. Kemudian dia melanjutkannya lagi. Empat bahasa yang berbeda.
Dan Paulus berkata jangan sampai lebih dari tiga bahasa pada waktu yang sama. Tidak lebih dari tiga. Itu sudah cukup. Itu sudah cukup.
Kemudian dia berkata, lalu ini adalah aturan keempat tentang hal itu: Jika disana tidak ada yang menafsirkan, hendaklah ia tetap diam di dalam gereja dan hendaklah ia berbicara kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. Jika di sana tidak ada seseorang untuk menafsirkan perkataan orang itu, maka janganlah ia menyampaikan apapun. Hendaklah ia tetap diam. Hendaklah ia tetap diam.
Kemudian dalam ayat 33, hal kelima yang Tuhan sampaikan tentang bahasa lidah adalah hal ini: Di dalam gereka, anda tidak akan memiliki sebuah ibadah yang memuliakan Allah, jika ibadah itu adalah sebuah ibadah yang membingungkan, sebab Allah bukanlah Allah yang membingungkan tetapi damai sejahtera. Sama seperti di dalam jemaat yang terdiri dari kumpulan orang-orang kudus.
Ketika anda mengadakan kebaktian, mereka harus berlangsung sopan dan teratur dan dapat dimengerti sehingga seluruh orang dapat masuk ke dalamnya. Dan apa yang mereka lakukan di dalam jemaat, mereka memuji Allah di dalam setengah lusin bahasa yang berbeda. Di sebelah sana, dan di sebelah sana, di dalam pusat metropolitan seperti Korintus. Anda dapat membayangkan keributan yang ada di dalamnya.
Setiap orang yang brerbicara pada saat yang sama di dalam bahasa yang berbeda dan bahasa lidah, dan itu merupakan sebuah kesucian yang kotor. Paulus tidak menyukai hal itu.
Dan hal yang keenam yang dia sampaikan adalah hal ini. Ketika anda bersama-sama di dalam jemaat dan anda sedang berbicara di dalam seluruh bahasa lidah, perempuan tidak seharusnya bergabung di dalamnya. Dan saya ingin tahu mengapa.
Mengapa perempuan tidak diizinkan untuk berkata-kata dalam bahasa lidah? Mengapa mereka tidak bergabung di dalamnya?
Di dalam jemaat Korintus, setiap orang berbicara dalam sebuah bahasa. Setiap orang berada di dalam kegembiraan, bersorak memuji Allah. Dan dia berbicara dalam tempat yang keenam: Hendaklah perempuanmu tidak melakukannya sama sekali. Perempuanmu jangan bergabung di dalam ungkapan kegembiraanmu itu sama sekali.
Lalu, saya ingin tahu mengapa? Baiklah, saya beritahukan kepada anda mengapa. Dan sama seperti beberapa hal ini, mereka sungguh-sungguh jelas ketika anda menyampaikannya.
Tetapi, jika anda tidak mengetahuinya, dan saya tidak menyampaikannya, anda pergi keluar dari pintu itu dan berkata, “Saya ingin tahu apa yang disampaikan pengkhotbah itu. Dia menyampaikan sesuatu dan hanya mengisyaratkannya.” Karena itu saya akan menyampaikannya. Paulus berkata di dalam tempat yang keenam, yang merupakan keberatannya yang keenam tentang apa yang mereka lakukan. Perempuan yang ada di dalamnya. Mengapa dia berkata bahwa perempuan tidak boleh bergabung di dalamnya. Inilah alasannya.
Jika anda belajar banyak tentang agama timur, anda akan memiliki dasar, dan anda akan tahu dari mana saya beranjak.
Kembali pada bayangan masa lalu, dan saya telah berdiri di sana dan melihat hal itu. Saya telah berdiri di Korintus, dan saya telah melihat Akro Korintus, lautan dan daratan yang sebelah menyebelah, dan di atasnya terdapat akropolis, acropolis Korintus yang berada di tempat terjal, menara karang yang menjulang.
Dan tepat di atas Akro Korintus terdapat kuli Venus yang sangat terkenal, atau dalam bahasa Yunani adalah Aphrodite. Orang Roma menyebutnya Venus.
Bagiamanakah mereka menyembah Venus, Aphrodite di dalam agama timur? Mereka melakukannya dengan pesta seks yang gila-gilaan (orgie).
Lalu, ketika saya berkata “orgy” dalam bahasa Inggris, anda tahu apakah orgy itu. Itu adalah sebuah kemabukan, pesta seksual yang gaduh. Itua dalah sebuah orgy. Kata itu sama dalam bahasa Yunani, karena kata orgia adalah bahasa Yunani itu sendiri. Kita mengambil kata itu secara utuh ke dalam bahasa Inggris.
Kata Yunani orgia adalah kata yang merujuk kepada penyembahan, penyembahan seremonial, dari ilah-ilah para penyembah berhala. Orgia, itu adalah kata Yunani, dan ketika kita memasukkannya ke dalam bahasa Inggris, kita membuat kata o-r-g-y dari kata itu, sebuah orgy.
Dan sebuah orgia dalam bahasa Yunani adalah penyembahan terhadap ilah-ilah itu, dan itu merupakan sebuah penghinaan dan hal yang sangat memalukan.
Lalu, ketika mereka melakukan hal itu di akro Korintus, cara mereka menyembah Venus, cara mereka menyembah Aphrodite, mereka melakukannya dengan pesta seks. Di atas sana seluruh wanita ditahbiskan untuk dewa-dewa penyembah berhala itu.
Bagi kita pada hari ini, untuk berkata tentang agama dan menyembah Allah, alasan yang anda pikirkan adalah tentang apa Kristus telah lakukan bagi anda. Anda hanya tidak menyadarinya. Anda hidup di dalam sebuah budaya Kristen dan sebuah peradaban Kristen dan orang-orang kafir yang berada di luar sana mengutuk Allah dan mengutuk Kristus, mengutuk gereja-gereja, mengutuk pendeta-pendeta, dia tidak mengetahui apa yang telah dilakukan oleh agama Kristen bagi bangsanya dan rakyatnya dan kotanya serta keluarganya.
Tetapi kembali pada masa itu dan pada waktu itu, ketika mereka menyembah Venus di atas Akro Korintus, itulah cara mereka melakukannya. Mereka memiliki perempuan yang dipersembahkan kepada Venus berjumlah ratusan orang.
Dan para pria pergi ke atas Akro Korintus untuk menyembah dewa Venus. Lalu ketika mereka melakukan hal itu, mereka melakukannya dengan cara orgia Yunani itu, itulah cara mereka dalam menyembah Venus.
Dan semua kegembiraan itu dan teriakan itu di lakukan oleh para perempuan itu hingga akhirnya mereka tiba ke dalam penyembahan itu, yang didedikasikan kepada Allah.
Jadi, ketika Paulus tiba untuk berbicara kepada orang-orang Korintus itu, dia berkata: Ketika orang asing lewat—dan itu yang dia sampaikan di sini—ketika orang asing lewat dan dia melihat ke dalam, dan di dalam jemaat itu, dan di sana ada kamu dan para perempuan yang ada di tengah-tengah kamu dan mereka berada dalam keriuhan, berkata-kata dalam bahasa lidah, di dalam sebuah bahasa yang tidak dapat dimengerti. Ketika orang asing lewat dan melihat ke dalam jemaatmu dan para perempuanmu berada di sana, ketika dia lewat, dia berkata, “Huh, kita memiliki kolono kecil dari para penyembah Venus di bawah sini.”
Dia berkata, “Jadi penyembahan Aphrodite akhirnya telah bercampur dengan penyembahan kepada Kristus. Lihatlah para perempuan ini.”
Karena semua wanita yang pernah dia lihat menyembah di atas Akro Korintus. Jadi, Paulus berkata, ketika mereka memiliki hal seperti itu, biarlah para perempuan tidak bergabung di dalamnya. Ketika mereka memiliki semua kegembiraan itu dan seruan itu dalam memuji Allah, biarlah para perempuan tetap berdiam diri.
Biarlah para perempuan tetap berdiam diri agar ketika orang asing lewat, mereka tidak berpikir jemaat Korintus sama seperti para penyembah Venus dan Aphrodite.
Lalu, bagaimana tentang perempuan dan agama? Saya pikir berdasarkan firman sebagaimana yang saya sampaikan, seorang perempuan yang memimpin agama akan selalu menjadi agama palsu. Selalu saja.
Hal itu termasuk seorang perempuan yang telah bercerai tiga kali dan berkuasa di Boston serta menetapkan dirinya untuk menutup semua rumah sakit kita.
Itu adalah perempuan pemimpin agama. Dan hal itu tidak berdasarkan pernyataan firman Allah.
Lukas merupakan seorang dokter. Tetapi berdasarkan perempuan itu, tidak ada penyakit dan kematian. Tidak ada suatu dosa dan tidak ada suatu penebusan. Itulah yang disampaikan oleh perempuan itu. Saya telah pergi untuk menemui perempuan itu di Los Angeles, dia telah meninggal sekarang. Saya telah pergi untuk menemuinya. Menjabat tangannya dan berbicara kepadanya.
Seorang pemimpin agama wanita, tidak ada seorang pendeta wanita di dalam Alkitab. Tidak ada rasul-rasul wanita di dalam Alkitab. Tidak ada diaken wanita. Paulus berkata: Hendaklah perempuan-perempuan berdiam diri di hadapan jemaat, dan ibadah itu berada di bawah kontrol pria.
Seorang pria harus menjadi pendeta anda. Seorang pria harus menjadi seorang diaken. Dan seorang pria harus mengatur kebaktian jemaat dan seorang pria harus memimpin penyembahan kepada Tuhan.
Itulah yang dia sampaikan. Lalu, bagaimana tentang hal itu? Bolehkan saya menambahkan pengalaman saya sebagaimana saya melihat hal itu? Saya tidak pernah bertemu perempuan sejati yang tidak berbahagia atas hal itu. Mereka selalu berbahagia dan gembira serta bersyukur kepada Allah ketika suaminya atau ayahnya atau anaknya berdiri dan menolong di dalam pekerjaan dan melayani Allah. Saya tidak pernah melihat sebuah pengecualian atas hal itu. Betapa pun berbakatnya perempuan itu, betapa baiknya atau betapa terhormatnya pun dia, akan tetapi di dalam hatinya, dia menyukai para pria untuk memimpin di dalam jemaat—jika saya dapat menggunakan ekspresi yang mereka ungkapkan di wilayah-wilayah tempat saya berkhotbah.
Para pria mereka yang berdiri dan memimpin jemaat Allah. “Itu adalah ayah saya, saya sangat bangga kepadanya.”
Atau, “Ini suami saya, atau ini anak laki-laki saya.”
Saya sering berpikir, saya sering membayangkan, jika seorang ibu dapat melihat anaknya ketika ia berdiri di atas mimbar atau dia memimpin pekerjaan Tuhan dan melihatnya, “Itu anak saya. Itu putra saya.” Dan itu merupakan hal yang paling didambakan di dalam jiwa dan hidupnya yang paling dalam. Itulah yang sedang dibicarakan oleh Paulus. Apakah hal itu memisahkan perempuan dari agama Kristen? Tidak, tidak sama sekali. Kekristenan adalah agama seorang perempuan. Anda tidak akan dapat memilikinya tanpa Maria dan Marta dan Dorkas dan Lidia dan Priskila. Anda tidak akan dapat memilikinya tanpa mereka.
Dan anda tidak akan dapat memilikinya pada hari ini tanpa ibu-ibu Kristen yang saleh seperti ibu anda dan ibu saya. Anda tidak akan dapat memilikinya tanpa perempuan-perempuan saleh yang ada dalam jemaat.
Anda tidak akan dapat memilikinya. Ini adalah agama perempuan. Ini adalah agama para ibu. Ini adalah agama dari orang-orang yang terkasih.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.