KEMENANGAN KRISTUS ATAS MAUT

(THE TRIUMPH OF CHRIST OVER DEATH)

 

Dr. W. A. Criswell

 

04-11-90

 

I Korintus 15 : 55

 

Saya sangat berterima kasih kepada Akademi First Baptist kita yang sangat luar biasa: Pendengar yang penuh hormat dari apa yang saya sampaikan sepanjang hidup saya. 

Ingatlah ini adalah waktu makan siang yang sangat sibuk, dan jika anda harus pergi di tengah-tengah kalimat, di tengah-tengah sebuah suku kata, kami dapat memahaminya. Anda sama sekali tidak akan mengganggu saya atau orang lain. Ibadah kita akan berlangsung selama 30 menit setiap hari, dari pukul 12:00 hingga 12:30. 

Tema tahun ini adalah: Kemenangan Kristus, Kemenangan Kristus. Hari Senin “Atas Setan.” Kemarin: “Atas Dosa dan Neraka.” Besok: “Atas Dunia.” “Di dalam dunia kamu akan mengalami penganiayaan,” Tuhan kita menyatakan hal itu. Tetapi “bersukacitalah. Aku telah mengalahkan dunia.” Pada hari Jumat: “Kemenangan Tuhan Kita Atas Salib.” Dan hari ini: Kemenangan Kristus Atas Maut.

Seluruh khotbah itu berasal dari pasal yang sangat luar biasa yaitu dari surat 1 Korintus pasal lima belas, ayat 55:

Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"

Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.

Roman muka dari maut melampaui gambaran yang mengerikan. Kitab Ayub pasal delapan menyebut maut sebagai “raja terror.” Anda tidak pernah melihat sebuah lukisan maut. Surat kabar akan menyajikan kisah tentang kekerasan. TV dan layar di bioskop akan memberitahukan kisah tragedi, huru-hara, masalah, konflik dan kematian. Tetapi anda tidak akan pernah melihat sebuah lukisan tentang maut di dalam hidup anda. Tidak pernah ada di surat kabar. Tidak pernah ada di dalam film. Tidak pernah ada di layar televisi.

Mereka akan menutupi figure maut dengan sebuah lapisan. Dan anda tidak pernah dapat melihat di bawah lapisan itu. Itu merupakan sebuah roman muka yang mengerikan. Anda juga melihatnya di dalam sebuah cara, dalam ibadah pemakaman. Pemilik usaha pemakaman melakukan usahanya yang terbaik. Dan ahli kecantikan membawa bersamanya alat riasannya dan bakatnya untuk menutupi roman kematian yang mengerikan. Dan kita menambahkan bunga dan hal lainnya untuk menutupi raja terror itu. 

Ketika Abraham berbicara kepada anak-anak Het tentang Makhpela, sebuah gua yang di dalamnya ia ingin menguburkan istrinya, dia berkata kepada anak-anak Het: Berikanlah kepadaku gua ini dengan sebuah harga sehingga aku adapat menguburkan istriku yang mati itu.” Tentang siapa dia berbicara? Tentang istrinya terkasih, Sara—“sehingga aku dapat menguburkan istriku yang mati itu.”

Alkitab, di dalam surat 1 Korintus, menyebut maut sebagai sebuah musuh. Allah menyebut maut sebagai seorang musuh. Dalam ayat dua puluh enam: “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”  Maut adalah seorang musuh. maut adalah seorang penyusup. Maut adalah seorang penyeludup. Allah tidak pernah menginginkan maut dimahkotai dan menjadi akhir hidup manusia yang telah Dia ciptakan.

Saya seringkali ingin tahu—bukankah begitu juga dengan anda?—apa yang dipikirkan oleh Adam dan Hawa ketika Tuhan berkata: “Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Apakah mereka tahu apakah kematian itu? 

Tidak sampai mereka jatuh. Tuhan membunuh binatang. Dan mereka melihat atas darah yang tercurah. Dan mereka melihat atas darah yang tercurah itu. Dan ketelanjangan mereka ditutupi dengan kulit binatang itu. Tidak hingga akhirnya mereka mengetahui apakah kematian itu. Dan dapatkan anda bayangkan kengerian dan kedukaan ketika mereka melihat tubuh Habel yang telah mati yang telah dibunuh oleh Kain?

Tuhan datang ke dunia untuk mengalahkan maut, untuk  menang atas kematian. Di dalam Ibrani pasal dua, Dia masuk ke dalam kekuasaan maut sehingga Dia dapat mengalahkan dia yang memiliki kuasa maut. Apa maksud dari hal itu merupakan sebuah misteri yang melampaui pemahaman serta pemikiran kita. 

Di dalam 1 Petrus pasal 2, ada sebuah bagian yang berkenaan tentang Tuhan kita yang turun ke alam maut. Tetapi bagian itu sendiri merupakan sebuah perdebatan yang panjang di dalam Alkitab dibandingkan dengan bagian lain. Ada suatu misteri tentang turunnya Tuhan kita ke alam maut untuk bergulat dengan dia yang memiliki kuasa kematian, yaitu setan yang ke dalamnya kita tidak dapat masuk.

Tetapi bagian lain dari kematian itu sangat terlihat nyata dan sangat mulia. Seperti yang disampaikan dalam 2 Timotius 1: “Tuhan kita telah mati sehingga Dia dapat membawa hidup dan kekekalan ke dalam terang.” Dan pelayananNya persis seperti itu. Ketika Yohanes Pembaptis ingin tahu apakah Dia sungguh-sungguh Mesias, Dia menyampaikan perkataan kepada Yohanes Pembaptis: “Beritahukan kepadanya bahwa orang mati dibangkitkan.”

Di hadapan kematian, Yesus selalu menang. Dia membangkitkan putri Yairus. Dia membangkitkan putra janda di Nain. Dan seluruh injil menjelaskan secara rinci tentang kebangkitan Tuhan kita.

Apakah maksud dari hal itu di dalam iman Kristen dan di dalam pesan Kristen? Bagi dunia, kematian adalah keputusasaan. Itu adalah sebuah kekalahan. Itu adalah sebuah penguburan. Apapun yang disampaikan oleh filsuf eksistensial, dia menghadapi akhir hidup di dalam kematian. Dan bagi dia hal itu tidak memiliki makna. Bagi orang-orang yang diluar Allah, kengerian dari hukuman kekekalan yang akan datang melampaui apa yang dapat digambarkan. 

Dapat anda bayangkan, di tempat saya, yang memiliki sebuah ibadah pemakaman bagi seseorang yang terhilang? Apa yang akan anda sampaikan? Saya telah pergi ke ibadah pemakaman dan mendengarkan pendeta yang berbicara tentang orang yang seakan-akan sekarang sedang masuk gerbang sorga. Saya tidak dapat melakukan hal itu. Hati nurani saya tidak dapat melakukan hal itu. Orang ini menolak panggilan anugerah Allah. Dan dia meninggal. Dan dia menghadapi kekekalan tanpa Kristus.

Lalu bagaimana? Apa yang anda sampaikan dalam ibadah pemakaman bagi seseorang yang tidak diselamatkan? Apa yang akan anda sampaikan? Di dalam Alkitab ada sebuah gambaran yang traumatik dan lukisan dari pencobaan yang mengerikan ini, di mana kita semua akan menghadapinya: kematian.  

Di dalam salah satu museum dunia, saya melihat sebuah lukisan. Lukisan itu berjudul “Perlombaan Maut.” Dan di sana terdapat sebuah lintasan yang besar dan seorang pemuda berada di atas seekor kuda, di dalam lintasan. Dan dia diikuti oleh maut—kerangka, tulang-tulang, seorang penunggang kuda yang pucat—seperti Wahyu pasal enam. Yohanes di dalam Wahyu, yang pertama dia melihat kuda putih. Dan penunggangnya adalah seorang pemenang. Itu adalah kemudaan, semangat, penakluk dan pemenang. Tetapi kuda itu diikuti oleh kuda merah dengan pedang yang bersimbah darah, yang diikuti oleh kuda hitam. Dan diikuti oleh kuda yang berwarna pucat dengan sebuah tanda: maut.

Ini adalah pesan yang mulia dari Juruselamat kita: Dia datang ke dunia untuk menghancurkan maut. Dan lagi di dalam Kitab Ibrani pasal dua, penulis menyatakan: “Tuhan kita mengalami maut untuk setiap orang.” Tepat seperti itu, Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas maut, sama seperti Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas hidup dan kekekalan yang akan datang.

Apakah anda mengingat Wahyu pasal satu ayat delapan belas: “Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Tuhan kita adalah Tuhan atas maut, atas alam maut, sama seperti Dia adalah Tuhan atas hidup dan atas dunia, dan kekekalan yang akan datang. 

Hal itu sangat bermakna bagi saya ketika saya membaca transfigurasi Tuhan kita: “Maka tampaklah dua orang berbicara dengan Dia, yaitu Musa dan Elia dan berbicara tentang tujuan kepergianNya—tentang turunNya—yang akan digenapiNya di Yerusalem.” Musa telah dikuburkan. Dia mewakili orang-orang yang akan dibangkitkan. Dan Elia telah diangkat. Dia mewakili orang-orang yang akan tetap hidup pada saat kedatangan Tuhan kita. Keduanya, bagi kita mati atau diangkat, kita akan dibawa dengan hidup ke dalam hadirat Yesus Tuhan kita.

Dan itu adalah bagian yang tepat di sini: “Hai maut di manakah kemenanganmu?” Itu adalah pengangkatan—orang yang tidak akan mati. “Hai maut, di manakah sengatmu?" Itu adalah kebangkitan dari orang-orang yang telah jatuh ke dalam tangan kematian sebelum Yesus datang kembali.  

Dia menang atas maut dan alam maut. Kematian bagi kita adalah sebuah pintu masuk ke dalam portal sorga. Itu seperti kapal yang terlepas dari pelabuhan. Itu seperti kereta anugerah yang diangkat ke atas. Itu seperti suara panggilan bagi kita dari atas langit. Itu seperti pembukaan pintu gerbang kemuliaan.

Saudara yang terkasih. Dan saya menyatakannya kembali. Seluruh hidup saya—saya memulai pelayanan ketika saya berusia tujuh belas tahun dan sekarang saya telah berusia delapan puluh satu tahun—seluruh hidup saya, saya telah berkhotbah tentang betapa mulianya untuk bertemu dengan Yesus, untuk berjalan ke dalam halaman sorga, untuk bergabung dengan orang-orang yang mulia, para malaikat Allah. Dan saudara yang terkasih, ketika tiba masanya bagi saya untuk meninggal, saya tidak menginginkan rumah sakit itu dan para dokter itu dan seluruh perawat menaruh peralatan pada saya, dan berusaha untuk menambahkan momen bagi hidup saya seakan-akan merupakan sebuah horror untuk meninggal, seakan-akan merupakan sebuah tragedi untuk bertemu dengan Tuhan saya, seakan-akan berjalan ke dalam sorga merupakan kedukaan terbesar yang dialami oleh hati manusia.

Saudara-saudara yang terkasih—itu akan merupakan kemenangan yang terbesar dalam hidup saya: Ketika saya melihat Yesus muka dengan muka. Dan ketika waktu itu datang, saya telah siap untuk pergi. Selama saya memiliki kesehatan dan kekuatan dan sebuah tugas yang olehnya saya membesarkan namanya di bumi, Allah memberikan kekuatan kepada saya untuk melakukannya dengan baik. Tetapi ketika tugas itu selesai dan Allah berkata cukup, saya ingin pergi bersama dengan Yesus.        

Seperti yang saya sampaikan, saya mulai berkhotbah ketika saya masih remaja. Dan saya merupakan seorang gembala dari wilayah kecil selama awal tahun pengembalaan saya. Dengan sangat menyedihkan saya ingat seorang wanita muda yang menderita pneumonia. Dan pada masa itu sebelum ada antibiotik, jika anda menderita pneumonia, anda pasti mati. Itu adalah sebuah kalimat kematian.

Kembali pada masa peternakan, dalam sebuah pertanian, wanita muda ini sekarat karena pneumonia. Dan mereka meminta saya untuk datang. Dan saya masuk ke dalam rumah, duduk di samping tempat tidur, dan dia berkata kepada saya, “Maukah anda membacakan Alkitab bagi saya?”        

Dan saya membacakan kepadanya mazmur pasal dua puluh tiga: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab engkau besertaku.” Dan saya membacakan kepadanya Injil Yohanes pasal empat belas: “Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal.”

Ketika saya sedang membaca Alkitab, dia berkata, “Maukah anda bernyanyi untuk saya?”       

Dengan kemampuan saya yang terbaik untuk bernyanyi, saya menyanyikan lagu “In the Sweet By-and-By.” 

Kemudian dia berkata, “Maukah anda berdoa untuk kepergian saya?”

Dan saya menundukkan kepala saya. Dan saya berdoa agar Allah membuka gerbang sorga bagi dia. Ketika saya selesai berdoa, dia jatuh ke dalam koma yang dalam dan meninggal. Itu adalah komitmen Kristen dan pengharapan dan kepercayaan dan pesan injil.

 

O salib yang mulia.

O mahkota yang mulia.

Engkau para malaikat

Turun dari bintang-bintang

Dan membawa jiwaku pergi.

 

Dia telah mengubah malam dan kekalahan dan kegelapan maut ke dalam hidup dan terang dan kekekalan dan sorga yang akan datang: Kemenangan Kristus Atas Maut.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.