SEANDAINYA KRISTUS TIDAK BANGKIT

(IF CHRIST BE NOT RAISED)

 

Dr. W. A. Criswell

 

29-01-56

 

I Korintus 15:12-23

 

Sekarang, di dalam Alkitab anda, berpalinglah ke dalam surat 1 Korintus pasal lima belas. Dan anda dapat membiarkannya terbuka di hadapan anda dan mengikuti khotbah pada malam hari ini—surat satu Korintus pasal lima belas. Pagi tadi kita telah meninggalkan ayat sebelas. Sekarang kita akan mengambil ayat dua belas hingga ayat dua puluh tiga. Dan khotbah ini dibagi ke dalam dua bagian. Yang pertama—Seandainya Kristus Tidak Bangkit. Itu adalah khotbah yang akan disampaikan pada malam hari ini. Dan kemudian hari Minggu berikutnya, ketika kita mengambilnya, kita beri judul: Tetapi Sekarang Kristus Telah bangkit. Dan jika Allah menolong kita dan jika Dia memberikan hari dan waktu itu, oleh anugerahnya, kita akan memberikan bukti yang tidak dapat dibantah tentang kebangkitan Yesus dari alam maut. Sekarang mari kita melihat Satu Korintus pasal lima belas dari ayat dua belas. Mari kita membacanya bersama-sama. Membacanya hingga ayat dua puluh tiga.  Apakah anda melihatnya? Itu akan menjadi teks dan pasal dari khotbah kita pada malam hari ini. Dan kita akan mengambil sebuah ayat dalam setiap waktu. 1 Korintus pasal lima belas, dimulai dari ayat 12, dan kita baca hingga ayat dua puluh tiga. Baiklah, mari kita baca bersama-sama—

 

Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?

Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.

Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.

Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.

Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.

Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.

Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.

Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.

Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.

Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.

Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.

Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.  [1 Korintus 15:12-23]. 

 

Matthew Arnold merupakan salah satu  sosok sastrawan terbesar di Inggris pada masa Viktorian. Ketika Inggris mencapai puncak kejayaan yang tertinggi dalam bidang seni, di dalam bidang literatur, di kekaisaran, di kerajaan, Matthew Arnold, saya katakan merupakan sosok sastrawan terkemuka di Era Viktorian—klimatik era pada Kekaisaran Inggris. Dan bagaimana seandainya Matthew Arnold benar ketika dia menulis,

 

“Sekarang Kristus telah mati. Jauh Dia terbaring.

Sendirian dalam sebuah kota Siria

Dan di atas kuburanNya, dengan mata yang redup,

Bintang-bintang Siria melihat ke bawah ?”

 [Matthew Arnold, “Obermann Once More”]
 

Bagaimana seandainya Kristus tidak bangkit dan tidak ada kebangkitan orang mati? Yang yang paling kolosal dari “seandainya” di dalam alam semesta ini adalah “seandainya” di sini. Di dalam ayat dua belas: “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?”  Dan keraguan tidak datang satu demi satu. Mereka datang berombongan. Mereka tumbuh banyak—sama seperti burung pelahap, sama seperti burung pemakan bangkai. Ketika anda melihat seekor, akan ada yang lain dan akan ada yang lain, segera seluruh kawanan akan berkerumun di sekeliling setelah mereka menemukan sebuah bangkai yang membusuk.

Itulah yang terjadi ketika anda ragu. Anda tidak pernah hanya meragukan satu hal—sesuatu yang fundamental, sebuah wahyu—tetapi mereka datang bergerombol. Dan mereka membentuk lingkaran demi lingkaran. Dan mereka terus turun dan terus turun. 

Sekarang, anda lihatlah hal ini. Dalam ayat dua belas: “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus…”  Lalu lihat ayat berikutnya: “Kalau tidak ada kebangkitan orang mati…”  Lalu ayat empat belas: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan...”  Kemudian ayat lima belas: “kalau andaikata benar...”  Lalu ayat enam belas: “Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan...”  Ayat tujuh belas: “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan...”  Ayat sembilan belas: “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus…”  Lihatlah ke dalam kata “Seandainya, jikalau, andaikata.” Ada tujuh jumlahnya, dan mereka terus turun dan turun. 

Dan setiap kata “seandainya” diikuti oleh sebuah pernyataan yang tragis. Anda lihatlah yang pertama. Yang pertama terdapat dalam ayat dua belas dan ayat empat belas: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka tidak ada kebangkitan.” Itu kata “andaikata” yang pertama. Seandainya Kristus tidak hidup maka tidak seorang pun yang hidup. Mereka tersambung. Mereka saling berkaitan. Kengerian pertama dari kata “seandainya” adalah hal ini: “Jika tidak ada kebangkitan Tuhan dan seandainya tidak ada kebangkitan orang mati,” maka kuburan terkunci. Seluruh pengharapan kita dan seluruh aspirasi kita dan setiap mimpi yang kita miliki dalam hidup ini ditakdirkan untuk jatuh ke dalam sebuah kuburan yang gelap dan tidak bertepi. Seperti yang disampaikan Paulus di dalam ayat tiga puluh dua: “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati” [1 Korintus 15:32]. Tidak ada hal yang dapat diharapkan dari hal itu, tidak ada sama sekali. Sama seperti seekor serangga kecil yang dibandingkan dengan kekekalan Allah yang luas ini. Di sini hanya momon yang singkat, kemudian seperti cahaya—keluar selamanya. Apa yang menjadi masalah? Tidak ada masalah. Jika di dalam hidup ini saja kita memiliki pengharapan kepada Kristus, jangan perlu khawatir tentang apapun. Tidak berkaitan tentang apapun. Kuburan adalah akhir dari semuanya dan satu demi satu kita jatuh ke dalam kuburan yang terbuka itu, dan itu adalah malam dan kegelapan. Itu adalah ketiadaan. Hal itu sampai selama-lamanya. Itu adalah “seandainya” yang pertama.  

Lihat ke dalam “seandainya” yang kedua dalam ayat empat belas: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” [1 Korintus 15:14].  Anda tidak dapat berkhotbah tentang Kristus yang mati. Tidak ada injil yang berkhotbah tentang Kristus yang mati. Setiap doktrin utama dari Alkitab dibuktikan keasliannya dan disahkan oleh kebangkitan Yesus. Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka setiap wahyu utama setiap doktrin utama dari Alkitab hanyalah fragmen yang terisolasi. Itu adalah sebuah lingkaran yang terputus. Ia berdiri terpisah dan tersendiri. Hal itu tidak memiliki makna. Ia tidak memiliki keterpaduan. Ia tidak memiliki apa-apa kecuali sedikit pengajaran moral dan sebuah kisah. Tetapi semuanya berakhir dalam jurang maut dan kegagalan.

Semua doktrin utama Alkitab, segala sesuatu yang dikhotbahkan seseorang dibuktikan keasliannya oleh kebangkitan Kristus—keilahian dati Tuhan Yesus sendiri. Dalam Roma 1:4: “Dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitannya oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa” [Roma 1:4].  Jika Kristus mati, dia sama seperti orang yang lainnya. Semua manusia dari tiap generasi mati dan tetap mati, Dia sama seperti orang lainnya. Anda tidak memiliki sebuah injil untuk diberitakan. Dia bukanlah Anak Allah. 

Jika Kristus tidak dibangkitkan, tidak ada pesan untuk diberitakan. Penebusan bukanlah apa-apa. Salib yang besar, jelek itu berdiri sendiri. Dan tidak ada jembatan dari jurang kematian. Dia mungkin telah mati, tetapi jika Dia tidak bangkit kembali maka tidak ada pembasuhan atas dosa-dosa kita. Tidak ada pembenaran di hadapan Allah. Jika Dia seorang martir—andaikata Dia mati, jika Dia berada dalam kuburan pada hari ini, maka tidak ada pengampunan atas dosa-dosa kita. Kisah yang indah—pertunjukan yang menyedihkan, sebuah akhir yang tragis dan menyedihkan, tetapi itu hanyalah sebuah kesalahan—hanya hal lainnya yang meliputi hidup seorang manusia yang baik. Tetapi tidak ada keselamatan di dalamnya. Tidak ada injil di dalamnya.  “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami” [1 Korintus 15:14]. Hal itu tidak bermakna apa-apa.   

Semua janji-janji yang luar biasa dari Tuhan, semua hal yang Dia sampaikan sendiri: Siapakah Dia, apa yang akan terjadi, apa yang dapat Dia lakukan—semua hal itu, anda tidak dapat mempercayai seseorang yang salah dalam keyakinan yang terbesar dari hidupNya. Dia berkata bahwa Dia akan bangkit kembali. Tetapi andaikata Dia salah dalam hal itu, Dia dapat salah dalam segala sesuatu yang telah Dia sampaikan. Dan tujuan utama yang terbesar dari hidupNya jatuh ke dalam kuburan. Hal itu jatuh ke tanah. Hal itu jatuh ke dalam debu itu sendiri. Kita tidak memiliki suatu injil untuk diberitakan, andaikata Ia adalah Kristus yang mati. Pemberitaan kita sia-sia. Hal itu tidak memiliki arti. 

Kita tidak memiliki seorang pengantara di sorga. Penerimaan kita yang berkelanjutan di hadapan Allah di dasarkan atas doa Imam Besar di sorga. Tetapi Dia tidak di sorga jika Dia berada dalam kuburan. Dia tidak memohon untuk kita di dalam kemuliaan di atas sana jika Dia mati dan busuk serta berubah menjadi tanah. Bagaimana pun kita tidak diterima di hadapan Allah. Kita tidak memiliki persekutuan bersama dengan Dia di dunia ini. Dia berkata, di balik kuburan “Lihat, Aku akan menyertaimu sampai akhir zaman” (Matius 28:20). Dia tidak dapat bersama dengan kita jika Dia mati. Dia rusak. Dia hancur. Dia binasa. Dia terurai. Dia berada dalam kuburan. Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka tidak ada persekutuan bersama dengan Dia. Tidak mungkin ada pekerjaan baik yang dapat kita lakukan. Dia berkata: “Tanpa Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yohanes 15:5). Tetapi jika Dia mati, Dia tidak dapat menolong kita. Dan akhirnya janji yang luar biasa indah: Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada.

Dia tidak dapat datang kembali dan menerima kita untuk diriNya sendiri, karena Dia mati. Tidak ada kedatangan kembali. Dan tidak ada suatu pengharapan. Jika Kristus tidak dibangkitkan, pemberitaan kita sia-sia. Hal itu tidak bermakna apa-apa. Hal itu hampa. Anda tidak memiliki sebuah injil. Anda tidak dapat memberitakan sebuah injil tentang kematian dan penguburan Kristus. 

Lihat kata “andaikata” lainnya: “kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan,” lihat ke dalam ayat yang lainnya, “Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya…”  Dan jika Kristus mati dan Dia tetap berada dalam kuburan: “Kami ternyata berdusta terhadap Allah” [1 Korintus 15:15].  Ayat itu merupakan sebuah hal yang aneh. Hal itu tampaknya sangat menyengat Paulus untuk berhenti. Dia berbicara panjang lebar atas hal itu ketika anda melihat teks ini dari apa yang saya khotbahkan pada malam hari ini. Dia menjelasklan hal itu secara panjang lebar lebih dari pada yang lainnya, hal yang satu itu: “Kami ternyata berdusta terhadap Allah”  [1 Korintus 15:15].  Saya katakan hal itu menyengat Paulus—dia telah begitu memberikan dirinya kepada pemberitaan kebenaran Allah. Pesan yang dia miliki berasal dari sorga sendiri. Dia telah melihat Tuhan Yesus, dan benar menjadi panggilan itu sendiri bahwa dia akan menjadi Rasul bagi bangsa-bangsa. Dia sungguh-sungguh telanjang. Dia telah meninggalkan segala sesuatu yang dia miliki. Orang sebangsanya telah meninggalkannya dalam keadaan binasa di dalam kota dan di padang gurun, di dalam kehausan dan kedinginan dan telanjang serta kelaparan. Dia telah meninggalkan semuanya agar dia dapat memberitakan kebenaran tentang Anak Allah. Dan kemudian dia berkata: Setelah menyerahkan semuanya dan setelah menderita segala sesuatu dan setelah mencurahkan hidupnya untuk kebenaran ini, maka kita adalah saksi-saksi dusta. Tidak ada apapun selain dari pada sebuah kesedihan dan kepalsuan yang menyedihkan yang kita usahakan untuk melakukannya. Dia berkata, mungkinkah seseorang mau mati untuk sebuah khayalan dan sebuah kepalsuan? Mungkinkah seseorang menderita  dan menyerahkan segala sesuatu yang dia miliki agar menyampaikan sebuah kesalahan? Mengapakah menjadi seorang saksi yang palsu bagi Allah? Andaikata Kristus tidak bangkit, kami tidak menyampaikan kebenaran kepadamu. Kami tidak memberitakan wahyu Allah kepadamu. Kami ternyata berdusta kepada Allah, andaikata Dia masih berada dalam kuburan itu.

Lihatlah ke dalam ayat yang lainnya: Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu. Saya tidak mengetahui sebuah cara yang lebih baik tentang hal yang datang ke dalam hati saya  dari pada beberapa gambar yang saya lihat ketika kita berada di dalam Perang Dunia II. Pada hari-hari yang mengerikan itu, populasi dunia dihancurkan, seluruh kota-kota dihancurkan, ratusan ribu orang meninggal dunia. Dan sesekali, anda akan melihat salah satu lukisan yang mengerikan dan menyedihkan itu. Di sana, ada seorang ibu yang tak berdaya dalam darahnya sendiri. Dan di pangkuannya, dengan sangat emosional dan tidak bernyawa, tubuhnya sangat dingin, air susunya sangat kering—di sana ada anak yang butuh perawatan dan sang ibu telah meninggal. Dan bayi kecil itu menangis. Dan bayi kecil itu kelaparan. Dan bayi kecil itu kedinginan. Dan ibunya telah meninggal. Seperti itulah iman kita jika Kristus mati. Tidak ada yang menopang kita, tidak ada yang memberi kita makan, tidak ada yang merawat kita. Iman kita menjangkau bayangan dan kerusakan dan kehancuran dan kefanaan dan kuburan. Iman kita sia-sia—harapan, doa, kerinduan, penantian dengan tangan terulur hanya untuk menerima kematian dan kehancuran. Iman kita sia-sia, andaikata ia berada dalam kuburan.

Seandainya Kristus tidak bangkit, lihat ke dalam bagian yang berikutnya: Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.  Berapa banyak orang-orang kudus, orang-orang saleh yang pergi ke tiang pembakaran dan pergi ke arena yang pergi ke penjara untuk mati, menyerahkan nyawa mereka dengan nyanyian di bibir mereka dan dengan mazmur di hati mereka. Mereka memuji Allah saat mereka dibakar. Mereka memuji Allah saat mereka dirobek-robek oleh binatang buas. Mereka memuji Allah dalam penjara-penjara yang gelap, tetapi sekarat dan mati, mereka binasa. Itu adalah akhir bagi mereka. 

Dan yang terakhir dan yang paling malang dari semua: orang-orang yang masih hidup “Jikalau –dan itu adalah yang terakhir—jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang” [1 Korintus 15:19].  Di sini kita berpikir tentang kemuliaan, berpikir tentang Allah, berpikir tentang sorga, berpikir tentang akan melihat satu sama lain. Di sini kita menyanyikan lagu-lagu Sion. Di sini kita berkhotbah tentang Tuhan Yesus dan pengharapan di dalam Dia. Di sini kita saling mendorong satu sama lain di dalam iman Kristen, akan tetapi kosong. Itu hanya kuburan. Itu hanya kematian. Dan kita, di dalam semua pengharapan kita, kita adalah orang-orang yang paling malang. Kita adalah orang-orang yang paling diabaikan. Kita adalah orang-orang yang paling membuat kesalahan—tidak ada apa-apa tentang hal itu. Inilah akhirnya. Inilah kuburan dan Kristus mati.

Jiwaku, tidakkah saya berkata itu adalah burung bangkai yang bergerombol? Burung-burung nasar datang dalam satu kawanan. Oleh waktu anda telah selesai dengan kengerian “andaikata,” jiwa anda, hidup anda, pengharapan anda, aspirasi anda telah menghilang di dalam kegelapan malam. Andaikata Kristus tidak bangkit, kuburan kita terkunci sampai selama-lamanya. Pemberitaan kita tidak berarti. Kita adalah saksi-saksi Allah yang palsu. Iman kita sia-sia. Orang-orang yang telah mati dalam Kristus binasa. Dan kita yang masih hidup merupakan orang yang paling malang. Terima kasih Allah, saya mendapat ayat dua puluh. Bagaimana seandainya anda berhenti di ayat sembilan belas? Bagaimana jika hanya itu saja? Kuncilah pintu. Kuncilah pintu. Kunci semua pintu ini. Matikan lampu-lampu. Berpalinglah dari mereka. Kembalilah ke rumah. Dia tidak hidup. Dia mati. Allah mati. Tidak ada suatu pengharapan—hanya keputusasaan. Tidak ada sorga—hanya kematian dan kuburan.  Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia” [1 Korintus 15:19]. 

Tetapi syukur kepada Allah untuk ayat dua puluh itu: “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati” [1 Korintus 15:20].  Dia tidak ada di sini. Dia telah bangkit, seperti yang Dia katakan: “Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.” Dan pergilah, pergilah dengan cepat dan katakanlah kepada murid-muridNya dan Simon Petrus bahwa Dia hidup, bahwa Dia telah bangkit kembali. Minggu pagi berikutnya, jika Alllah menolong saya, oleh anugerahnya, saya akan berkhotbah tentang bagaimana kita mengetahui bahwa kita tahu. Potongan bukti yang tidak dapat dibantahkan di dunia ini. Bagaimana kita tahu bahwa kita tahu bahwa Yesus telah bangkit dari kematian oleh kuasa Roh Kudus Allah dan bahwa Dia hidup. “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus” [1 Korintus 15:20-22]. 

Orang berkata, “Bagaimanakah anda mengetahui seorang bayi selamat? Seorang bayi kecil meninggal—bagaimana anda tahu bayi itu akan pergi ke sorga?” Inilah alasannya. Kita mati karena dosa Adam. Dosa warisan.  Dia memberontak dan seluruh keturunannya mewarisi hukuman yang mengerikan itu. Kita merupakan sebuah ras dan sebuah keluarga dan sebuah masyarakat. Apa yang dia lakukan memiliki dampak bagi kita. Dia berdosa dan kita semua mati. Kita semua, bahkan anak-anak kecil mati; bahkan bayi-bayi kecil. Dosa asal, menurun dan terus menurun, dari ayah kepada anak dan anak kepada anaknya dan sampai selama-lamanya. Dosa Adam berakibat kepada seluruh ras. Hal itu berakibat bagi kita. Kita semua mati. Tetapi dengarkanlah ini: “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”—setiap orang, setiap orang [1 Korintus 15:22].  Dosa asal dari Adam telah dihapuskan di dalam korban penebusan dan di dalam kuasa kebangkitan dari Yesus Kristus. Kita semua dibuat menjadi hidup.

“Lalu, Pendeta, mengapa kita semua tidak pergi ke sorga? Jika di dalam Adam, kita semua mati, dan jika di dalam Kristus kita semua dibuat hidup, lalu mengapa kita semua tidak pergi ke sorga?” Inilah alasan mengapa tidak semuanya kita akan pergi ke sorga. Tidak semuanya kita akan pergi ke sorga karena kita tidak mau bertobat atas dosa-dosa kita. Kita tidak meminta Allah untuk mengampuni dosa-dosa kita. Adam telah berdosa dan saya mati. Itu adalah sebuah dosa asal. Dia telah berdosa dan kita semua telah berdosa. Tetapi Kristus hidup dan kita semua dibuat menjadi hidup. Tetapi saya melihat Dia secara pribadi. Ketika saya mencapai usia kedewasaan untuk bertanggungjawab, saya berdosa, saya melakukan kesalahan. Dan saya tidak dikirim ke neraka, dan saya tidak dihukum karena dosa Adam—karena dosa warisan itu telah dihapuskan di dalam anugerah penebusan yang cukup dari Kristus. Jika saya terhilang, jika saya dihukum, jika saya dikirim ke neraka, itu bukan karena dosa Adam. Itu bukan karena dosa ayah saya. Itu bukan karena dosa ibu saya. Jika saya terhilang, itu adalah karena dosa-dosa saya. Dosa-dosa saya tidak diampuni. Dosa-dosa saya menghukum saya. Dosa-dosa saya mengirim saya ke dalam keterpisahan yang kekal dari Allah. 

Saya harus mengulanginya. Saya harus meminta Kristus untuk menyelamatkan saya. Saya harus memilih Kristus untuk diri saya. Saya harus percaya dan diselamatkan. Itu adalah dosa saya dan saya harus bertobat. Itu adalah dosa saya dan harus diampuni oleh Kristus. Jika saya mati sebelum saya bertanggungjawab, darahNya, pengorbananNya, telah cukup. Pengampunan yang cukup dan layak di dalam Dia. Kita semua dibuat hidup. Tetapi ketika saya telah mencapai ukuran untuk bertanggungjawab dan saya sadar dan tahu akan dosa, untuk dosa itu, saya harus meminta pengampunan dari Allah. Saya harus memiliki iman dan percaya kepadaNya. Kalau tidak, saya terhilang. Saya dihukum. Saya telah berdosa. Apa yang harus Aku lakukan untukMu ya Allah? Inilah yang harus saya lakukan. Saya harus bertobat. Saya harus mengakui dosa-dosa saya. Saya harus meminta pengampunan dari Allah. Saya harus memandang Yesus. Saya harus percaya di dalam darahNya untuk diri saya sendiri. Saya harus melakukannya. Saya harus melakukannya. “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” [1 Korintus 15:23]. 

Lalu, ini adalah kata terakhir, kemudian saya harus menutup khotbah ini, tentang kebangkitan umat Allah. “Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” [1 Korintus 15:20].  Anda lihat, Dia bangkit pada hari Minggu setelah Paskah pertama. Dan di dalam perayaan Paskah, hal itu datang pada musim semi. Itu adalah Paskah kita. Minggu pertama setelah bulan penuh adalah Paskah. Dan itu adalah alasan bagi para pengembara untuk datang ke Yerusalem dari seluruh dunia dan kebanyakan dari mereka berjalan kaki. Sesekali seseorang akan menunggang bagal atau menunggang seekor keledai atau seekor kuda atau datang dalam sebuah kereta. Tetapi kebanyakan dari mereka berjalan kaki. Dan mereka membuat jalan mereka sebagai seorang pengembara, menyanyikan mazmur, dan pergi ke rumah Tuhan. Dan untuk menolong orang-orang berkumpul bersama-sama, mereka menempatkan perayaan Paskah, pada waktu bulan penuh. Itulah sebabnya mengapa paskah dilakukan dalam bulan penuh. Kembali pada masa lalu, itu adalah Paskah, jadi orang-orang akan memiliki cahaya bulan pada waktu malam  ketika mereka melakukan perjalanan ke Bat Allah. 

Lalu, satu hal di dalam perayaan bait Allah, datang pada musim semi, gandum siap untuk dituai. Jadi, sebuah keluarga akan datang ke ladang gandum dan mulai memanen, dan mereka akan mengambil sebuah pisau, sebuah sabit besar dan mereka akan memotong satu berkas, satu berkas gandum dan mereka akan pergi ke rumah Tuhan. Dan mereka akan mempersembahkannya dalam apa yang mereka sebut “buah sulung.” Itu adalah persembahan buah sulung. Mereka akan mengambil seberkas gandum dan akan mempersembahkannya kepada Tuhan, mendedikasikannya kepada Tuhan dan mereka akan melambaikannya di hadapan Tuhan. Dan itu merupakan ucapan syukur bagi panen berkat yang akan datang. Lalu, Paulus menggunakan itu ketika Dia berbicara tentang Kristus sebagai buah sulung dari mereka yang telah meninggal. Ladang besar dari kota-kota orang yang telah meninggal. Dan buah sulung, kepentingan yang pertama, yang pertama harus bangkit adalah Anak Allah. Itu adalah Tuhan Yesus.   

Dan Dia adalah janji. Dia adalah tanda dari kebangkitan besar yang akan datang. Dia adalah yang pertama. Dia menjadi buah sulung dari mereka yang telah meninggal—yang pertama muncul di hadapan Allah dengan kekal dan telah bangkit. Dan kita semua akan dibangkitkan seperti itu.  “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya” [1 Korintus 15:23].  Sekarang lihat kata itu: “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.”  Lalu, kata itu diterjemahkan dengan “urutan”—tiap-tiap orang menurut urutannya, Kristus adalah buah sulung, kemudian mereka sesudah kdatangan Kristus—kata Yunani untuk kata itu adalah tagma: Tetapi, tiap-tiap orang menurut—tagma.  Kata tagma di dalam Septuaginta diterjemahkan dari Perjanjian Baru—terjemahan dari Ibrani ke dalam bahasa Yunani, anda akan menemukan kata itu. Hal itu tidak akan ditemukan dalam Perjanjian Baru dimanapun, tetapi hanya ada di sana. Itu adalah satu-satunya tempat di mana anda menemukan kata itu dan diterjemahkan dengan kata “urutannya.” Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya, tiap-tiap orang menurut tagma-nya. 

Tetapi di dalam terjemahan Septaguinta Yunani dari Ibrani, di sana anda akan menemukan kata itu beberapa kali. Dan kata tagma itu, jika anda menerjemahkan dengan sesungguhnya, secara literal tagma berarti “sepasukan.” Itu berarti serombongan; itu berarti pengaturan. Dan apa yang Paulus tulis di sini adalah; pada akhir masa, pada hari kebangkitan, ketika Kristus datang kembali, kita akan dibangkitkan. Dia yang pertama, kemudian kita akan dibangkitkan pada saat kedatanganNya. Dan setiap orang dari kita berada di urutannya sendiri. Itu seperti sebuah pasukan yang besar, tentara yang berada dalam pasukan, dari rombongan, dari resimen. Dan itu tidak didasarkan pada jasa. Hal itu tidak merujuk kepada waktu. Hal itu merujuk kepada ekonomi Allah di dalam kebangkitan dari panggilan besar dari Allah yang Mahatinggi. Saat malaikat meniup sangkakala, dan saya tidak tahu, seperti apakan hal itu akan terjadi, tetapi Dia akan memanggil, dan rombongan yang pertama akan bangkit. Oh, mereka pastilah rasul-rasul. Mereka pastilah para martir. Mereka akan bangkit pada saat penghulu malaikat Allah meniup sangakakala. Kemudian orang-orang tua akan bangkit. Kemudian orang-orang muda akan bangkit. Kemudian yang besar akan bangkit. Kemudian orang-orang sederhana seperti kita akan bangkit. Tetapi, bagaimanapun itu, ada sebuah tempat, ada sebuah waktu, ada sebuah urutan bagi kita saat kita bangkit, di dalam panggilan kita, di dalam waktu kita, di dalam momen kita, di dalam  tagma kita—rombongan dan rombongan dan resimen dan sepasukan akan bangkit, hidup pada panggilan yang besar dari suara sangkakala penghulu malaikat Allah.

Saudara yang terkasih, saya tidak dapat mengkhotbahkan itu seperti ini. Hal itu sangat luas dan melampaui saya. Hal itu sangat besar dan tidak dapat diselidiki. Saya tidak dapat memahami sepenuhnya. Saya hanya dapat menunggu hingga hari kemenangan itu, dan itu tidak akan lama. “Sesungguhnya Aku datang, tachu, segera—tiba-tiba” [Wahyu 22:7].  Dan itu tidak akan lama. Kita harus menunggu dan melihat. Di luar sana ke dalam kota di mana mereka tidur, yaitu orang-orang yang mengasihi Yesus. Satu demi satu, kita akan diambil, kita akan diangkat. Hitung, satu, dua, tiga, empat tahun ini. Setiap empat orang yang berada di hadapan saya akan mati. Setiap tahun, satu dari empat orang. Tapi itu bukanlah apa-apa bagi kita yang merindukan kedatanganNya. Hari yang sukar untuk dilukiskan itu akan datang. Karena janjiNya tidak akan gagal, janjiNya itu sah dan dimateraikan, yang dibuat bagi setiap jiwa yang menjadi milikNya yang akan dibangkitkan dari kematian.

Mari kita menyanyikan nyanyian pujian kita dan ketika kita menyanyikannya, seseorang dari anda, serahkanlah hati anda kepada Yesus, seseorang dari anda, percayalah kepada Yesus. Maukah anda datang dan berdiri di dekat saya? Seseorang dari anda, datanglah dan bergabung ke dalam persekutuan jemaat ini, katakana, “Saya ingin bergabung dengan jemaat ini dan pendeta dan mereka yang memandang kepada Allah. Saya datang segera dan inilah saya.” Bagaimanapun Allah akan menyampaikan firman, bagaimana pun Allah akan menekankan pesanNya, dan maukah anda datang, saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi?

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.