KEHIDUPAN DIBALIK KEMATIAN

(LIFE BEYOND DEATH)

 

Dr. W. A. Criswell

 

27-05-84

 

1 Korintus 15:12-49

 

Kami sangat bangga terhadap anda para pemain orkestra, anda melakukan yang terbaik sepanjang waktu. Bunyi terompet yang baru saja anda perdengarkan sungguh mempesona.  “Behold Him Someday”: Itu sangat luar biasa.

Merupakan sebuah sukacita yang tidak dapat diukur bagi kami yang berbagi ibadah ini bersama dengan anda semua yang tidak terhitung jumlahnya yang sedang menyaksikan ibadah ini melalui siaran televisi dan yang mendengarkannya melalui siaran radio. Ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Kehidupan Dibalik Kematian. Yang telah dipersiapkan untuk Hari Pahlawan ini.

Ketika saya menjadi seorang gembala di sebuah wilayah dan gereja pedesaan, pada Hari Pahlawan seluruh orang datang dan mereka membersihkan kuburan. Mereka merapikan kembali gundukan tanah di atas orang mati. Itu adalah sebuah hari peringatan bagi orang-orang yang telah mendahului kita ke sorga.

Jadi, sehubungan dengan peringatan itu, khotbah ini telah dipersiapakan. Saya memiliki sebuah penjelasan yang butuh untuk anda ingat. Dan itu adalah sebuah bagian dari beberapa hal yang datang ke dalan keyakinan saya berdasarkan Firman Allah. Begitu banyak hal yang tidak diucapkan bagi kita berkaitan dengan kehidupan dibalik kematian. Karena itu, beberapa dari hal ini, yang akan anda dengar dari saya pada hari ini berasal dari keyakinan saya. Ketika saya mempelajari Alkitab dan berusaha untuk memahaminya dengan kemampuan terbaik saya, ada beberapa hal yang datang kepada saya sebagai kebenaran, sekali pun di dalam Alkitab, rinciannya tidak digambarkan secara eksplisit.

Seluruh pembelajaran dari Firman Allah jatuh ke dalam satu aturan yang kekal, kehidupan mulia yang telah dipersiapkan Tuhan bagi mereka yang mengasihi Dia—Dia telah mempersiapkan bagi kita sesuatu yang lebih baik, dari segala sesuatu yang dapat kita mimpikan, yang dapat dibayangkan oleh pikiran, dan yang dapat didengar oleh telinga, atau yang pernah dilihat oleh mata—semua hal ini menunggu kita di dunia yang akan datang.

Seorang pemuda yang masih baru—seorang teolog muda—sedang mengunjungi rumah dari sebuah pasangan yang sudah tua, dan mereka ingin berbicara tentang sorga dan kematian. Dan  ketika mereka mendekati subyeknya, pemuda yang masih baru itu akan mengubahnya. Dia tidak ingin berbicara tentang kematian, dia tidak ingin berbicara tentang sorga. Hal itu merupakan kesedihan baginya.

Jadi, setelah kunjungan selesai diadakan, seorang pengkhotbah tua hadir dan mendengarkannya. Dan dia berkata kepada pemuda yang masih baru itu, dia berkata, “Nak, jika anda akan mengadakan sebuah perjalanan panjang, tidakkah kamu ingin untuk membicarakan tentang hal itu? Tidakkah kamu suka untuk membayangkan hal-hal yang ingin kamu lihat dan alami di tempat yang kamu tuju? Pasangan yang tua ini akan melakukan sebuah perjalanan yang sangat  dan mereka ingin berbicara tentang hal itu dan mereka ingin tahu tentang hal itu. Nak, jangan mengubah subjeknya. Biarkan mereka berbicara kepadamu dan kamu berbicara kepada mereka.”

Hal itu telah menjadi sebuah ingatan yang abadi bagi hidup saya. Merupakan sesuatu yang indah untuk berbicara tentang sorga, tentang melihat Yesus, tentang rumah baru yang indah, tentang kekayaan yang telah disediakan Allah bagi orang-orang yang menantikan kedatanganNya.

Dan itu adalah khotbah pada hari ini. Jantung dari pesan kekristenan, jiwanya, kebenarannya, maknanya yang dalam, berada di dalam area ini. Sebagai contoh, Paulus menulis dalam pasal 15—yang mana banyak dari sarjana Alkitab berkata bahwa itu adalah tanda air yang paling tinggi dari seluruh wahyu: kebangkitan, yang terdapat dalam 1 Korintus 15—Paulus menulis di dalam 1 Korintus 15 ayat 12, “Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?” Ayat 19: “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.”

Itu bukan merupakan sebuah hal yang biasa, bukankah begitu, hal yang ditulis oleh Sang Rasul? Dari semua ini, dari semua kemalangan, ketidakberdayaan orang-orang yang pernah hidup, kita adalah orang yang paling tidak berpengharapan, yang paling malang, yang paling dilupakan, hal yang penuh keputusasaan dan yang paling menyedihkan.

Tetapi, jantung dari iman Kristen adalah hal ini: Ada sebuah kehidupan yang mulia di balik kuburan, dan bersamanya dibawa sebuah keberadaan yang penuh dari tubuh dan jiwa, penebusan dari seluruh kepemilikan yang utuh. 

Dunia tanpa akhir telah memiliki filosofi dan agama dan pengajaran moral yang telah menjelaskan kepada kita bagaimana kita harus hidup, apa yang harus kita lakukan, bagaimana kita harus diatur. Semua sistem filsafat dan politik dan seluruh agama memiliki nilai akhir yang sama. Tetapi hanya satu yang membawa kepada umat manusia pengharapan dari sebuah kebangkitan, sebuah kehidupan yang mulia di dunia yang akan datang. Dan itu adalah iman Kristen. Dan itu adalah jantung dari iman.

Sekarang, saya akan membaca frasa demi frasa, isi dari ‘Pengakuan Iman Rasuli.’ Ini adalah pengakuan iman yang paling tua di dalam sejarah kekristenan. Tidak seorang pun yang mengetahui dari mana pengakuan itu berasal. Hal itu ada jauh sebelumnya, sama seperti iman Kristen yang tercatat dalam sejarah. Itulah sebabnya mengapa disebut “Pengakuan Iman Rasuli.”

Saya akan membacanya frasa demi frasa dan anda akan mengulanginya. Setelah saya mengucapkan satu farasa, anda mengulangi frasa itu. Kemudian kita akan kembali ke bagain akhir dari pengakuan itu, dan saya akan menjelaskan secara panjang lebar maknanya bagi kita dan signifikasi doktrinalnya di dalam iman Kristen.

Sekarang, mari kita mulai. “Pengakuan Iman Rasuli”: Saya akan membaca frasanya dan anda akan mengulanginya.

 

CRISWELL: Aku percaya kepada Allah Bapa Yang Mahakuasa,

JEMAAT    : Aku percaya kepada Allah Bapa Yang Mahakuasa

CRISWELL: Pencipta langit dan bumi.  

JEMAAT: Pencipta langit dan bumi.

CRISWELL: Dan kepada Yesus Kristus,

JEMAAT: Dan kepada Yesus Kristus,

CRISWELL: AnakNya yang tunggal,

JEMAAT: AnakNya yang tunggal,

CRISWELL: Yang dikandung dari pada Roh Kudus,

JEMAAT: Yang dikandung dari pada Roh Kudus,

CRISWELL: Lahir dari Anak Dara Maria,

JEMAAT: Lahir dari Anak Dara Maria,

CRISWELL: Menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,

JEMAAT: Menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,

CRISWELL: Disalibkan, mati dan dikuburkan.

JEMAAT: Disalibkan, mati dan dikuburkan

CRISWELL: Dia turun ke dalam kerajaan maut.

JEMAAT: Dia turun ke dalam kerajaan maut.  

CRISWELL: Pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati.

JEMAAT: Pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati.

CRISWELL: Naik ke sorga.

JEMAAT: Naik ke sorga.

CRISWELL: Dia duduk di sebelah kanan Allah.

JEMAAT : Dia duduk di sebelah kanan Allah.

CRISWELL: Dan akan datang dari sana.

JEMAAT: Dan akan datang dari sana.

CRISWELL:Untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

JEMAAT: Untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.

CRISWELL: Aku percaya kepada Roh Kudus.

JEMAAT: Aku percaya kepada Roh Kudus..

CRISWELL: Gereja yang kudus dan am.

JEMAAT: Gereja yang kudus dan am.

CRISWELL: Persekutuan orang kudus.

JEMAAT: Persekutuan orang kudus.

CRISWELL: Pengampunan dosa.

JEMAAT: Pengampunan dosa.

CRISWELL: Kebangkitan tubuh.

JEMAAT: Kebangkitan tubuh.

CRISWELL: Dan hidup yang kekal.

JEMAAT: Dan hidup yang kekal.

CRISWELL: Dasar dari Pengakuan itu adalah dua pernyataan yang terakhir: “Aku percaya kepada kebangkitan tubuh,” dan “Aku percaya kepada hidup yang kekal.”

Tanpa dasar itu, yang lainnya sungguh-sungguh tidak memiliki makna.

Apakah makna dari perkataan  “Aku percaya kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa,” seandainya tidak ada kehidupan di balik kuburan? Akankah ada makna dari perkataan ini “Aku percaya kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal, Tuhan kita, yang dikandung dari Roh Kudus, lahir dari anak dara Maria, yang menderita di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,” seandainya tidak ada kehidupan dibalik kuburan?  

Seluruh Kredo, seluruh iman seperti sebuah katedral yang luas. Dan tanpa pengakuan akhir ini—“Aku percaya kebangkitan tubuh dan hidup yang kekal”—tanpa pengakuan ini, katedral yang besar itu gelap sama seperti tengah malam dan dipenuhi dengan ketidakberdayaan dan keputusasaan. Tetapi jika Kredo itu ditemukan atas “Aku percaya kebangkitan tubuh dan hidup yang kekal,” maka seluruh katedral dipenuhi oleh cahaya kemuliaan dan kehadiran serta kemampuan yang berdaulat dari Allah Yang Mahatinggi.

Iman Krsiten didasrkan oleh kebangkitan Tuhan kita dan janji bahwa kita, yang menemukan perlindungan di dalam Dia, juga akan dibangkitkan dan hidup dan memerintah bersama dengan Dia sampai selamanya. Lalu, sebuah pengakuan iman seperti itu merupakan sesuatu yang menggelikan bagi orang-orang yang tidak percaya. Sebagai contoh, yaitu  Lord Bertrand Russell, seorang matematikawan dan seorang filsuf, seorang materialis dan seorang sekularis dari Inggris. Bertrand Russel berkata, “Ketika aku mati, aku akan membusuk, hanya itu saja.” Itu adalah logika kesimpulan dan materialistiknya, filsafat sekulernya: “Ketika aku mati, aku akan membusuk dan itu adalah akhir dari hidup.”  

Paulus telah mengantisipasi filsafat itu ketika dia berkata dalam Efesus pasal dua, bahwa mereka adalah “tanpa Allah dan karenanya tanpa pengharapan di dunia.” Tidak ada kehidupan. Tidak ada kebangkitan. Tidak ada pengharapan. Tidak ada apapun, kecuali keputusasaan dari kegelapan malam, dalam filsafat materialistik orang-orang sekuler.

Orang-orang yang meninggalkan dan menolak iman Kristen memandang doktrin itu dengan sikap mengejek dan menghina. Sebagai contoh, Trayanus, yang merupakan Kaisar Roma pada berkuasa sekitar tahun 100 A. D.—Trayanus menangkap tujuh gadis Kristen—dan dia membakar mereka hidup-hidup. Kemudian dia mencampurkan abu mereka dengan kaca yang dicairkan dan membentuknya menjadi patung dan menempatkannya di kota Roma yang abdi, sambil berkata, “supaya dapat timbul kebenaran bagi dunia, bahwa akulah yang membangkitkan mereka dari kematian dan bukan Allah mereka.”

Di akhir abad sembilan belas ini, ada seorang pengajar Amerika yang terkemuka, orang kafir dan atheis yang bernama Robert Ingersoll. Dan di dalam menghina kekristenan, dia suka berbicara tentang doktrin iman “Kami percaya kepada kebangkitan dari orang mati dan hidup yang kekal.”

Dan di dalam sindirannya yang tajam, dia akan berbicara tentang seseorang yang dikuburkan dekat pagar pemakaman. Di dekatnya terdapat sebuah kebun apel. Dan sebiji benih apel jatuh di atas kuburan orang itu. Dan apel itu tumbuh dan mengirim akarnya ke dalam tubuhnya yang telah membusuk. Dan memperoleh makanan dan kekuatan dari tubuh orang kudus yang telah membusuk itu. Dan seseorang datang dan memakan apel-apel itu.

Kemudian, Robert Ingersoll, orang kafir itu, menggunakannya untuk mengejek dan merendahkan doktrin orang Kristen, dia berkata, “Pada hari kebangkitakan, akan ada dua orang kembar Siam, karena keduanya mengambil bagian dari kehidupan yang sama dan substansi yang sama?  Ha, ha, ha.”

Tetapi Paulus telah mengantisipasi orang sinting itu, filsafat yang bodoh dan kosong itu. Dia berkata,

Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?

… Tetapi Allah memberikan kepadanya suatu tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya … .

Dan kepada setiap orang seperti yang dikehendakiNya. Paulus menulis bahwa Allah melakukan hal itu di dunia ini. Dia melakukannya di dalam dunia kehidupan binatang. Dia melakukannya dengan kita.

Ketika anda memikirkan hal itu, realitas yang nyata dari hal itu adalah pertahanannya sendiri. Saya memiliki satu tubuh yang berkelanjutan. Saya lahir dengan itu dan terus berkelanjutan, hari demi hari dan tahun-tahun sesudahnya. Akan tetapi bagian tubuh saya berubah setiap beberapa bulan. Dan sisa tubuh saya, kecuali email pada gigi saya, berubah setiap beberapa tahun.

Saya telah di sini selama 40 tahun. Anda telah melihat sepuluh perbedaan yang baik yang ada di dalam sayaa. Akan tetapi saya tetap seseorang yang sama dan saya tetap memiliki anatomi fisik yang sama. Saya memiliki sebuah tubuh yang berkelanjutan, sekali pun hal itu berubah setiap waktu.

Itulah yang Paulus sampaikan tentang tubuh kebangkitan anda: Itu akan menjadi anda. Anda akan menjadi anda, sama seperti Kristus adalah Kristus. Anda akan menjadi anda, tetapi itu akan menjadi sebuah tubuh yang berkelanjutan. Itu akan menjadi anda. Tubuh anda mungkin berubah. Tubuh akan mungkin dibingkai berdasarkan kemahakuasaan Allah, tetapi itu tetap menjadi anda, sama seperti saya tetaplah saya, sekalipun tubuh saya berubah dan terus berubah.

Doktrin Perjanjian Baru tentang kebangkitan dari orang mati, tentang kelanjutan hidup ke dalam dunia yang akan datang, itu merupakan sebuah doktrin yang mengagumkan. Salah satu segi permukaan dari hal itu adalah ini: Perjanjian Baru, iman Kristen memiliki “sebuah ketelanjangan yang menakutkan,” mereka menyebutnya “tanpa pakaian,” mereka menyebutnya keadaan tanpa tubuh. Itu memiliki sebuah kengerian sama seperti natur yang memiliki sebuah kengerian terhadap kehampaan. 

Ketika kita mati, kita masuk ke dalam sebuah keadaan sementara. Waktu antara saya meninggal dan hari dibangkitkan dari kematian—ada sebuah waktu di sana ketika tubuh saya membusuk di bumi dan roh saya bersama dengan Tuhan.

Perjanjian Baru melihat hal itu sebagai sebuah keberadaan yang tidak sempurna, keadaan yang tidak bahagia. Dalam Wahyu pasal enam, dalam materai yang kelima, roh yang tanpa tubuh itu berseru: “Yan Tuhan, berapa lama? Berapa lama?” Dan di dalam surat 2 Korintus pasal lima, Paulus berbicara secara panjang lebar tentang hal itu dan dia menyebutnya seperti yang telah saya sampaikan beberapa waktu lalu—dia menyebutnya sebuah “ketelanjangan.” Dia menyebutnya sebuah “keadaan tanpa pakaian” Itu adalah roh tanpa tubuh.

Iman Kristen tidak melihat hal itu sebagai sebuah karya Tuhan yang telah selesai. Itu bukanlah sesuatu yang dilihat ke depan. Itu bukanlah sesuatu yang sungguh-sungguh diharapkan atau dinantikan. Ketika Kristus mati, Dia mati untuk menebus kepemilikan yang penuh. Dia mati untuk menyelamatkan jiwa saya. Dia juga mati untuk membangkitkan tubuh saya, dan menurut iman Kristen, saya tidak sempurna hingga tubuh saya ditebus, hingga ia dibangkitkan dan bergabung dengan roh saya yang telah bertobat dan ditebus. Saya harus menjadi seseorang yang penuh, bukan sebuah bagian dari seseorang, di dalam tujuan Allah dari dunia yang akan datang.

Lalu, tentang kebangkitan itu, Tuhan kita telah seringkali menyampaikannya. Apakah anda ingat di dalam Kitab Matius pasal dua puluh dua, tentang orang-orang Saduki? Mereka adalah materialis dan sekularis pada masa itu. Mereka tidak percaya terhadap apapun. Mereka hanya mempercayai uang. Mereka memperoleh keuntungan dari Bait Allah.

Mereka percaya terhadap gengsi. Mereka suka untuk memandang diri mereka sendiri sebagai penguasa di antara orang-orang. Mereka memiliki semua beban dari segala hal yang dibuat dalam penyembahan di Bait Allah. Itu adalah milik mereka.

Orang-orang Saduki—mereka tidak percaya tentang kebangkitan. Mereka tidak percaya terhadap segala sesuatu. Mereka adalah orang-orang sekularis. Mereka adalah materialis. Mereka sangat keduniawian..

Kebalikan dari iman dan kepercayaan itu dalam orang-orang Farisi. Doktrin orang Farisi hidup dalam Yudaisme pada hari ini. Mereka merupakan orang-orang yang sungguh berkomitmen. Mereka mempelajari Firman Allah. Keburukan dari hal itu adalah, di dalam ketaatan mereka terhadap firman Allah, mereka menjadi orang yang munafik.

Bagaimana pun, orang Farisi percaya tentang kebangkitan dan di dalam kehidupan di sorga yang akan datang. Dan orang Saduki menjadi materialis, tidak percaya terhadap hal itu. Jadi orang-orang Saduki, selama bertahun-tahun, menghancurkan orang-orang Farisi dengan kisah ini, 

Berdasarkan hukum Yahudi, jika seseorang mati dengan tiada meninggalkan anak, maka saudaranya harus kawin dengan istrinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu.  Lalu, teka-teki orang Saduki: Ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin dengan seorang perempuan lalu mati dengan tidak meninggalkan anak. Lalu perempuan itu dikawini oleh yang kedua,  dan oleh yang ketiga dan demikianlah berturut-turut oleh ketujuh saudara itu, mereka semuanya mati dengan tidak meninggalkan anak. Akhirnya perempuan itu pun mati.

Kemudian orang-orang Saduki bertanya kepada Tuhan Yesus, “Pada hari kebangkitan menjadi istri siapakah dia? Ha, ha, ha. Menjadi istri siapakah dia? Ketujuhnya memiliki dia. Ha ha ha.” Mereka telah menyampaikan kisah itu selama beberapa generasi dan orang Faris yang malang tidak memiliki jawaban. Mereka hanya mempercayainya, tetapi tidak dapat membelanya. 

Ketika mereka bertanya kepada Tuhan, mereka bertanya kepada Tuhan yang salah. Tuhan kita melihat mereka dan berkata:

Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!

Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati. Melainkan Allah orang yang hidup.

Dan Dia berkata, “Pada hari kebangkitan kita akan menjadi sama seperti.”  Kita akan sama seperti malaikat. Kita tidak akan menjadi ayah dan ibu. Di dalam sorga kita tidak akan menjadi seorang pria dan wanita yang melihat kelahiran sebagai sebuah isu. Tetapi kita akan kudus dan suci serta sempurna dalam kasih. 

Kemudian, anda pikirkanlah hal itu untuk sejenak. Mungkinkah seorang pria mengasihi seorang wanita dan tidak membutuhkan keakraban yang melahirkan anak? Dapat pria mengasihi wanita seperti itu?

Secara kasar biar saya memutar hal itu. Biarkan saya mengambil kebalikan dari hal itu. Ada seorang pria dan dia menikah dengan perempuan ini, dan dia tertarik kepada perempuan itu untuk memuaskan nafsu hewaninya. Hanya itu. Hal yang hanya dia inginkan dari perempuan itu adalah apa yang dapat dia peroleh dari seorang pelavur biasa, dari prostistusi. Hanya itu yang membuat dia tertarik. Hanya itu itu yang dia inginkan.

Anda beritahukan kepada saya—siapa saja dapat memberitahukan kepada—anda beritahukan kepada saya, tidakkah perempuan akan merasa sia-sia jika suaminya memperlakukannya seperti itu? Anda beritahukan kepada saya, bukankah itu yang dia inginkan, yaitu supaya pria itu mengasihinya, mengasihi hatinya, mengasihi jiwanya, mengsihi hidupnya, mengasihi keberadaannya, mengasihi kehadirannya? Bukankah Bukankah itu yang dia inginkan dari pria itu: Bahwa dia dapat menjadi lembut dan baik, penuh perhatian dan penuh kenangan?

Dan beritahukan kepada saya, setelah mereka hidup bersama-sama sekitar 60 tahun atau 70 tahun dan mereka masuk ke dalam sebuah keadaan hidup ketika usia tua membawa ketuaan dan kelemahan—beritahukan kepada saya, tidakkah anda berpikir bahwa mereka masih dapat mengasihi dan menghormati dan respek terhadap satu sama lain? Dapatkah mereka? Ketika kemudaan mencapai usia tua dan kasih yang mereka kenal bertambah kuat dan dalam dan manis dalam tahun-tahun yang berlalu, dapatkan mereka tetap saling mengasihi satu sama lain? Allah berkata bahwa itu merupakan jenis kasih yang akan kita miliki dalam kemuliaan, dan jenis kasih itu dapat saya lihat di mana-mana.

Saya mengasihi ibu saya. Akankah itu menarik saya untuk melakukan inses dengan dia? Pikiran itu membunuh saya. Hal seperti itu tidak dapat dipikirkan. Akan tetapi saya mengasihi ibu saya. Saya mengasihi ayah saya. 

Saya mengasihi anda dalam sebuah cara yang lembut dan manis dan mulia, orang-orang ini yang untuk mereka saya berdoa dan memohon setiap hari.

Itu adalah sebuah jenis sebuah kasih dan seringkali diucapkan dalam Alkitab. Ada enam belas pasal dan ditutup dengan kalimat “Bersalam-salamanlah kamu dengan cium kudus.” Ada 16 pasal dari surat 1 Korintus yang saya baca. Kitab itu ditulis “Bersalam-salamanlah kamu dengan cium kudus.” Ada 13 pasal dalam 2 Korintus. Kitab itu ditutup dengan, “Bersalam-salamanlah kamu dengan cium kudus.” Ada lima pasal dalam 1 Tesalonika. Kitab itu ditulis dengan “Bersalam-salamanlah kamu dengan cium kudus.” Ada lima pasal dalam 1 Petrus. Kitab itu ditutup dengan, “Berilah salam satu sama lain dengan cium kudus.”

Sahabat yang terkasih, tidak ada kemuliaan seperti yang kita kenal satu sama lain di dalam Tuhan, di dalam rumah Tuhan. Itu sangat indah. Dan kasih Tuhan seperti itu. Kita akan menjadi sama seperti Dia dan kita akan bersama dengan Dia. Salah satu ayat yang paling manis di Alkitab adalah 1 Yohanes 3:2: 2: “…tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”

Dan kasih Tuhan dalam sebuah cara yang manis dan lembut. Yohanes, Rasul kudus, selalu merujuk dirinya sendiri di dalam cara itu: “Murid yang dikasihi Yesus.”

Dan kita dapat menyampaikan hal itu kepada guru-guru Sekolah Minggu kita: Guru-guru Sekolah Minggu yang dikasihi Yesus. Para diaken, mereka ini adalah diaken-diaken yang dikasihi Yesus. Anggota paduan suara dan orkestra—Mereka ini adalah orang-orang yang dikasihi Yesus. 

Merupakan sebuah hal yang luar biasa yang disampaikan Tuhan.

 

Oh, Kristus, Dia adalah sumber mata air,

Yang sangat dalam dan manis, sumur dari kasih

Yang sangat melimpah, dan aku akan minum di atasnya.

Ada sebuah lautan yang melimpah

KemurahanNya yang sangat luas

Dan kemuliaan, kemuliaan yang tinggal di dalamnya

Di negeri Imanuel.

Tatapan mata mempelai wanita bukanlah kepada gaunnya

Tetapi kepada wajah mempelai prianya

Aku tidak akan memandangi kemuliaan,

Tetapi memandang wajah Tuhanku yang terkasih,

Bukan kepada mahkota yang Dia berikan,

Tetapi atas tanganNya yang telah terpaku

Anak Domba adalah semua kemuliaan

Di negeri Imanuel.

 

Itulah yang Yesus sampaikan. Kehilangan? Tidak. Keuntungan. Kita tidak akan datang ke dalam kepenuhan dari makna kasih itu sama sekali hingga kita membaginya satu sama lain dan bersama dengan Dia.

Sekarang, saya hanya memiliki sedikit waktu yang tersisa. Biarkan saya menyampaikan beberapa hal yang tentu saja disampaikan oleh Alkitab.

Yang pertama: Ketika kita dibangkitkan dari kematian, kita akan tinggal dalam sebuah tempat. Di dalam Injil Yohanes pasal empat belas, di dalam pasal yang paling manis dalam seluruh Alkitab, Tuhan berkata:

Aku pergi ke situ untuk menyediakan topos bagimu.

Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan topos bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.

 

Tidak ada cara lain di dalam dunia ini anda dapat menterjemahkan topos selain “tempat.”

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.