SEANDAINYA KRISTUS TIDAK BANGKIT
(IF CHRIST BE NOT RISEN)
Dr. W. A. Criswell
30-03-86
I Korintus 15:14
Berpalinglah ke dalam surat 1 Korintus pasal 15. Dan kami mengucapkan selamat datang bagi anda semua yang sedang bergabung dalam ibadah ini, baik yang mendengarkannya melalui siaran radio dan yang menyaksikannya melalui siaran televisi. Anda juga merupakan sebuah bagian dari Gereja First Baptist Dallas. Dan ini adalah Pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Seandainya Kristus Tidak Bangkit.
Apakah anda sudah mendapatnya: 1 Korintus pasal 15? Kita akan membaca dari ayat 12 hingga ayat 19—1 Korintus 15, ayat 12 hingga 19. Dan jika tetangga anda tidak memiliki Alkitab, berbagilah dengan Dia. Kita akan membacanya bersama-sama.
Sekarang, mari kita berdiri di hadapan Tuhan kita, sambil membaca 1 Korintus 15:12-19. Mari kita membacanya bersama-sama:
“Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.
Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan.
Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.
Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.”
Sekarang, anda boleh duduk kembali?
Judul dari khotbah kita: Seandainya Kristus Tidak Bangkit. Itu merupakan hal yang paling tidak berpengharapan dan yang paling traumatis dari semua kata “andaikata” di alam semesta ini: Andaikata Kristus tidak bangkit.
Dan di dalam bagian yang baru saja anda baca, sang Rasul menulis tujuh kata “andaikata.” Ada tujuh langkah yang turun dan turun ke dalam kegelapan dan ke neraka.
“Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan … .” Keraguan seperti burung bangkai. Mereka seperti burung nasar. Mereka terbang dalam kawanan. Dan mereka berkeliling dan berkeliling.
Jadi mereka putus asa dengan kata andaikata. “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan … .” Dan melalui tujuh langkah andaikata para Rasul mengambil kita.
Yang pertama: Andaikata Kristus tidak bangkit, kemudian Dia berada dalam gengaman kematian, sama seperti pendosa lainnya. Dan Dia bukan Juruselamat kita, jika Dia mati.
Maut adalah sebuah tanda dosa. Allah berkata di dalam Kejadian 2:17: “Sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” Yehezkiel menulis di dalam nubuatannya dalam pasal 18 dan ayat 4: “Jiwa yang berdosa harus mati.” Dan Rasul menulis dalam Roma 6:23: “Upah dosa adalah maut.” Kematian adalah sebuah tanda dan sebuah hal yang menyertainya dan sebuah kesimpulan dari dosa. Dan Andaikata Yesus mati, Dia seorang pendosa kita semua. Dia bukanlah Juruselamat kita.
Di dalam Roma 1 ayat 4, Rasul berkata: “Dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitannya oleh kebangkitanNya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa.” Itu adalah sebuah kata yang tidak biasa, kata yang diterjemahkan dengan kata “dinyatakan.” Kata itu adalah horizō—horizō. Kata kita “horizon berasal dari itu. Batas antara langit dan bumi disebut horison. Dan itu adalah kata yang digunakan oleh Rasul. Yesus Kristus ditandai sebagai Anak Allah oleh kebangkitanNya dari kematian.
Dan jika Ia tidak bangkit dari kematian, Dia bukanlah Anak Allah.
Dia bukan Juruselamat kita. Dia tidak dapat mati untuk kesalahan kita. Dia mati untuk dosanya sendiri. Dan Dia ditahan di alam maut karena Dia adalah seorang pendosa.
“Andaikata” yang kedua: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami.” Siapa yang dapat berdiri di atas mimbar yang kudus ini dan menetika Tuhan berkata: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku,” Dia berkata dalam tambahan kalimat itu: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Tetapi, bagaimana Dia dapat pergi bersama dengan kita hingga akhir zaman jika Dia mati?
Dalam Ibrani 7:25, penulis dari kitab yang luar biasa itu berkata: “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.” Tetapi bagaimana Dia dapat menjadi pengantara bagi kita jika Dia mati?
Di dalam Injil Yohanes pasal empat belas Tuhan kita berkata:
“Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”
Tetapi bagaimana Dia dapat datang kepada kita jika Dia mati? “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami.” Kita tidak memiliki sebuah Injil.
Yang ketika: “Sia-sialah juga kepercayaan kamu.” Dia mengulangi hal itu dalam ayat 17: “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu.” Dia menggunakan dua kata yang berbeda untuk kata “sia-sia.” Yang pertama adalah kenos, dan hal itu mengacu kepada isi. Khotbah kita kosong. Khotbah kita hampa. Ia tidak memiliki isi dan kepentingan. Kata kedua yang diterjemahkan dengan “sia-sia” adalah mataios. Hal itu mengacu kepada akhir, kepada hasilnya. Pemberitaan kita tidak memiliki tujuan. Dia tidak memiliki kepentingan. Ia kosong dan sia-sia, andaikata Kristus tidak bangkit dari kematian.
Ia menyampaikan hal yang keempat di sini:
Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus--padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan
Hal ini pastilah menyengat sang Rasul atas nilai semuanya, karena dia telah berbicara dengan panjang lebar atas hal itu lebih dari pada yang lain. “Andaikata Kristus tidak bangkit, kami adalah saksi-saksi palsu.” Kami adalah penipu.
Itu merupakan suatu hal yang aneh: Karena psikolog berkata bahwa mustahil bagi seseorang yang menyerahkan nyawanya untuk sebuah kebohongan dan sebuah penipuan yang diketahui. Akan tetapi, orang ini, rasul Paulus telah dipenggal kepalanya di Egnatian Way. Beberapa dari mereka disalibkan. Beberapa dari rasul-rasul ini dilemparkan ke dalam kuali yang berisi minyak yang mendidih. Beberapa dari mereka dibakar di tiang pembakaran.
Rasul Paulus berkata dalam pasal yang sama ini: Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati".
“Andaikata Kristus tidak bangkit, kami adalah saksi-saksi palsu.” Kami adalah para pendusta. Kami adalah penipu, andaikata Kristus tidak bangkit dari kematian.
Dia memiliki yang kelima, “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.” Anda tidak akan pernah melihat wajah Allah. Tidak ada cela yang dapat masuk ke dalam sorga. Dan jika dosa-dosa kita belum diampuni, kita tidak akan pernah bisa melewati gerbang mutiara dan berjalan di jalan emas itu. Kita tidak akan pernah melihat Tuhan. Kita tidak akan pernah menjadi keluarga tebusan Allah. Kita akan mati sampai selama-lamanya.
Dia memiliki kata “andaikata” yang keenam “Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus.” Orang-rang yang telah terbaring dalam kuburan mereka, di dalam pengharapan akan sebuah kebangkitan, akan terbaring sampai selama-lamanya, tersegel dalam kuburan.
Saya telah diberitahukan oleh David Roddy—Dia bertanya kepada saya, berapa lama saya telah mengkhotbahkan Paskah. Kurang dari satu, saya telah mengkhotbahkan 60. Saya telah menjadi pendeta sekitar 60 tahun kurang satu. Dan saya hidup dalam dunia yang penuh dengan kematian, menguburkan orang-orang mati. Dan setiap orang kudus Allah, mereka telah berbaring di jantung bumi dan akan selamanya berada di sana, jika Kristus tidak bangkit dan orang-orang mati tidak bangkit.
Dan tidak hanya orang-orang yang telah mati dalam Kristus akan binasa, tetapi “andaikata” yang ketujuh adalah: Kita lebih tidak berpengharapan dan merana dari pada kematian—“ Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.” Iman kita sia-sia. Pengharapan kita lenyap. Kuburan kita merupakan rumah kita yang kekal. Dan kita tidak akan pernah melihat wajah Allah dan hidup menjadi orang yang paling malang, tidak berpengharapan dan tidak berdaya, serta ditakdirkan ke dalam kematian dan kegelapan.
Itulah sebabnya mengapa ayat 21 ini sungguh-sungguh bermakna dan penuh kemenangan:
“Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.
Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia.
Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.”
Efek dari kematian Adam terlihat dilihat dalam kematian dan kebusukan laki-laki dan perempuan yang pernah hidup. Tetapi seluas efek dari dosa dan pemberontakan dan kematian Adam, demikian juga efek dari kebangkitan Kristus atas ras Adam yang telah jatuh. Kita hidup karena Dia hidup. Kita akan dibangkitkan sama seperti kebangkitanNya yang mulia. Kita akan sama seperti Dia, karena kita akan melihat Dia sama seperti Dia.
Ketika kita membayangkan dunia yang luas ini, pekuburan yang tidak ada batas. Bumi ini tidak lain dari pada sebuah planet yang di atasnya diri kita sendiri akan dikuburkan. Ketika kita melihat ladang yang luas: yang tidak dipanen, yang tidak dituai—planet yang luas dari kematian—mengapa tidak meninggalkan cara itu? Mengapa kita harus disapa dengan sebuah janji atau sebuah doktrin tentang kebangkitan orang mati? Mengapa kita tidak meninggalkan mereka yang telah mati.
Doktrin dari dunia adalah hal ini: Jiwa yang kekal tetapi tidak di dalam hikmat tentang kebangkitan tubuh. Seluruh filsafat percaya kepada kekekalan jiwa, apakah itu Mesir kuno atau Asyur atau Yunani atau Roma atau filsafat modern yang hidup pada masa sekarang ini. Mereka semua percaya tentang kekekalan jiwa.
Kemarin, di dalam surat kabar Morning News, ada sebuah kolom yang dibaca oleh jutaan orang. Hal itu muncul setiap hari. Dan dari kolom itu saya menggunting puisi ini.
Jangan berdiri di makamku
Dan menangis
Aku tidak ada di sana.
Aku tidak tidur
Aku adalah ribuan angin yang bertiup
Aku adalah sebuah permata
Berkilat di atas salju.
Aku adalah cahaya mentari
Pada bulir yang telah masak
Aku adalah kelembutan
Hujan musim gugur
Ketika engkau bangun
Dalam pagi yang hening
Aku adalah burung layang-layang
Yang sibuk menggembirakan pikiran
Dari burung-burung yang diam
Dan terbang melingkar
Aku adalah bintang yang lembut
Bersinar saat malam.
Jangan berdiri di makamku
Dan menangis.
Aku tidak di sana.
Aku tidak mati.
Ini adalah filsafat Stoik: yaitu segala sesuatu yang kelihatan di dalam dunia menjadi milik sebuah dunia jiwa. Dan kita keluar dari dalamnya. Dan ketika kita mati, kita diserap kembali ke dalamnya.
Jadi, saya keluar dari dunia jiwa ini, berdasarkan Stoik, yaitu pada saat saya lahir. Dan ketika saya mati, saya kembali ke dunia jiwa.
Aku adalah ribuan angin yang bertiup
Aku adalah sebuah permata
Berkilat di atas salju.
Aku adalah cahaya mentari
Pada bulir yang telah masak
Aku adalah kelembutan
Hujan musim gugur
Ketika engkau bangun
Dalam pagi yang hening
Aku adalah burung layang-layang
Yang sibuk menggembirakan pikiran
Dari burung-burung yang diam
Dan terbang melingkar
Aku adalah bintang yang lembut
Bersinar saat malam.
Itu adalah filsafat dunia. Hal itu identik dengan filsafat Stoik, yang ditemui Paulus dalam Kisah Rasul pasal tujuh belas, ketika dia memberitakan Injil di Bukit Mars di Athena.
Ketika dia berbicara tentang kebangkitan orang mati, Stoik dan Epikurian mengejek dan menertawakan sebuah ide, sebuah doktrin, sebuah pemberitaan, sebuah pengajaran bahwa orang-orang mati akan bangkit dari kuburan mereka. Tetapi pusat utama dari pesan injil Perjanjian Baru adalah seperti itu: yakni, kebangkitan Kristus dan kebangkitan kita di dalam Dia.
Di dalam surat 2 Korintus pasal 5, Paulus menulis: Kekristenan, kebenaran iman Kristen membenci keadaan tanpa tubuh sama seperti natur membenci sebuah kehampaan.
“Tanpa pakaian,” seperti yang digambarkan Paulus dalam 2 Korintus 5: “Tanpa mengenakan pakaian merupakan hal yang tidak dapat dipikirkan bagi anak-anak Allah. Karena itu dia akan mengenakan pakaian.” Tubuhnya diberikan kepadanya sebagai sebuah rumah bagi jiwanya dan rohnya, yang kekal, mulia, sebuah rumah, sebuah kediaman: “Yang tidak dibuat oleh tangan manusia, kekal di dalam sorga.”
Di dalam doktrin Kristen tidak ada dokrtin tentang sebuah roh tanpa tubuh, sebuah jiwa yang tidak berpakaian. Jantung dari iman Kristen adalah kita bukanlah menjadi roh yang tidak dikenal yang mengapung dalam tempat pembuangan. Tetapi kita akan menjadi kita. Anda akan menjadi anda. Dan, saya akan menjadi saya. Dan roh saya serta jiwa saya, pikiran dan hati saya, akan berdiam dalam sebuah tubuh yang indah, yang mulia dan yang kekal serta tubuh kebangkitan. Itu adalah iman Krsiten. Ketika seseorang berkhotbah tentang kebangkitan Kristus, itulah yang dia khotbahkan.
Saya tidak tahu sebuah momen yang paling hidup di dalam seluruh Alkitab dari pada ketika Yesus menampakkan diri setelah kebangkitan kepada murid-muridNya. Dan Alkitab berkata: “Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu.”
Dan Yesus berkata: “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku.” Kemudian dia bertanya: “Adakah padamu makanan di sini?” Lalu mereka memberikan kepada-Nya sepotong ikan goreng. Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.
Tuhan Yesus yang sama, luka-luka di tanganNya dan di kakiNya serta di lambungNya—wajah yang penuh kasih yang tetap sama, detak jantung yang sama, anugerah dan kemuliaan yang sama. Yesus yang sama yang terbaring dalam kuburan, merupakan Tuhan yang sama yang telah bangkit dari kematian.
Dan itu adalah janji kita: Bahwa kita juga akan sama seperti Dia dan akan dibangkitkan dari kematian.
Lalu, mengapa anda sangat yakin akan hal itu Pendeta? Karena perkataan lain yang Paulus nyatakan di bagian ini:
Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati.
Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya: Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.
Kemudian yang terakhir.
Itu merupakan sebuah kata yang tidak biasa di sana: “Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya.” Tagma: itu adalah satu-satunya tempat di dalam Perjanjian Baru, kata itu digunakan—tagma. Tetapi anda akan menemukannya di dalam Septaguinta Yunani terjemahan dari Kitab Suci Ibrani. Dan kata tagma merujuk kepada resimen ketika mereka lewat, kepada kumpulan orang ketika mereka lewat, kepada kelompok-kelompok ketika mereka lewat, kepada rombongan ketika mereka lewat. Itu adalah gambaran anda—beberapa orang, kita—dalam sebuah posisi berdiri dan atas sebuah parade. Para pasukan ini lewat. Resimen yang lewat. Para prajurit yang berbaris dalam tagma mereka, dalam urutan mereka.
Itu adalah kata yang dia gunakan di sini. Kita juga akan dibangkitkan dari kematian menurut urutan kita. Dan dia menyebutkan urutannya: Yang pertama adalah Kristus. Yang pertama yang pernah dibangkitkan dari kematian adalah Kristus. Telah ada kesadaran. Tetapi mereka telah mati. Satu-satunya, yang pertama, menjadi kekal dan mulia, bangkit dari kematian adalah Yesus Tuhan kita. Yesus yang pertama.
Kemudian, buah sulung. Di kota Yerusalem, ketika Yesus bangkit dari kematian, ada sekelompok kecil dari orang-orang kudus yang bangkit setelah kebangkitanNya dan menampakkan diri kepada rasul-rasul di Yerusalem. Mereka adalah buah sulung.
Di dalam Kitab Imamat, setelah Paskah—hari pertama setelah Paskah dan hari pertama Roti Tidak Beragi—pada hari pertama itu, ada seberkas bulir gandum yang dilambaikan di hadapan Tuhan. Itu adalah sebuah kepentingan. Itu adalah sebuah janji. Itu adalah tanda bahwa seluruh tuaian akan datang sesudahnya. Jadi sekelompok kecil buah sulung itu mereka adalah pertanda dan janji dan kepentingan dari sejumlah besar anak-anak Allah yang juga akan dibangkitkan dari kematian.
Kemudian di dalam urutannya—Kristus, kemudian buah sulung, kemudian mereka yang akan dibangkitkan pada saat kebangkitan Kristus. Ketika Tuhan datang untuk menerima milik kepunyaanNya di akhir era ini, di zaman ini, pada hari pengangkatan jemaat:
… Mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.
—Hal itu berada di dalam tagma—di dalam urutan, yaitu kelompok berikutnya yang akan diangkat, yang akan dibangkitkan. Orang-orang yang telah meninggal akan keluar dari kuburan. Dan kita yang masih hidup dan yang masih tinggal, kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan kita semua akan diubah.
Kemudian, yang terakhir. Di akhir masa kesusahan besar yang mengerikan, orang-orang yang telah meninggal, mereka yang telah menjadi martir, orang-orang yang telah menyerahkan nyawa mereka kepada Kristus, mereka akan dibangkitkan. Dan seluruh anak-anak Allah akan hidup dalam pandanganNya, tidak ada satu tulang pun yang akan disisakan di dalam kegelapan maut, tidak ada anak-anak Allah yang akan ditinggalkan untuk dibanggakan oleh setan.
KuasaNya, kemampuan Kristus, akan menyentuh kita semua. Kita akan dibangkitkan. Kita akan menjadi kekal. Dan janji serta kepentingan dari berkat dan anugerah Allah bagi kita ditemukan dalam kemampuan dan kuasa Tuhan kita yang hidup.
Tidak ada yang seperti Dia: Juruselamat dunia dan janji serta kepentingan dari kemenangan kebangkitan kita yang mulia. Tidak ada yang seperti Juruselamat kita yang mulia.
Saya telah membaca dimana ada sebuah pertemuan besar, dimana ribuan orang dalam sebuah kota besar berada dalam sebuah auditorium yang luas. Dan orang-orang itu diundang untuk mendengarkan seseorang yang mewakili agama Hindu, yang yang lainnya mewakili agama Muhammad, dan yang lainnya mewakili agama Budha, dan kemudian yang satunya mewakili iman Kristen.
Dan setiap orang dari perwakilan itu berbicara—Orang Budha lebih dulu berbicara dari pada perwakilan Kristen—Orang Budah itu merupakan filsuf yang cerdas. Dan ketika dia berbicara di sana dihadapan ribuan orang yang banyk itu dan menjelaskan nilai-nilai kebajikan Budha Sidartha Gautama—berbicara tentang hukum karma dan nirwana—berbicara tentang delapan jalan hidup dari pandangan iman Budha, dia mengayunkan orang banyak itu. Dia sangat fasih dan eksponen yang luar biasa dari agama Budha.
Kemudian dan yang terakhir berdirilah pembela Kristen dan juara dari Kristus Tuhan kita. Dan itu sangat tragis. Orang itu tidak cerdas dan tidak memiliki kemampuan. Dan dia tersandung dan bicara gagap ketika dia berdiri untuk menyajikan kuasa dari Kristus yang hidup. Dan di tengah-tengah ketersandungannya dan kegagapannya dan ketidakmampuannya—ditengah-tengah itu—jauh di atas puncak balkon dari auditorium yang luas itu berdiri seorang pria. Dan dia mulai bernyanyi:
Semuanya menyerukan kuasa nama Yesus!
Biarlah para malaikat bersujud
Dan seseorang bergabung ke dalam
Membawa mahkota kerajaan
Dan memahkotaiNya sebagai Tuhan atas semua.
Dan ketika Dia datang ke dalam bait yang kedua, yang lainnya bergabung:
Engkau keturunan yang terpilih
Dari ras Israel.
Engkau yang telah ditebus dari kejatuhan.
Serukan Dia yang telah menyelamatkanmu
Oleh anugerahNya.
Dan memahkotaiNya sebagai Tuhan atas semua.
Dan ketika mereka tiba ke bait yang terakhir, ribuan orang berdiri dan bernyanyi:
O, dengan penuh takjub
Kumpulan orang banyak
Kita tersungkur dibawah kakiNya
Kita bergabung
Dalam pujian kekal
Dan memahkotaiNya sebagai Tuhan atas semua.
[Edward Perronet, “All Hail the Power of Jesus’ Name”]
Tidak ada janji, tidak ada iman, tidak ada pengharapan seperti jaminan ini bagi kita dan dalam kasih anugerah dari Tuhan kita yang hidup.
Jika saya menghadapi kematian, itu adalah di dalam Dia. Jika saya menghadapi kegelapan kuburan, Dia bersama dengan saya. Jika saya menghadapi seluruh perubahan dan keberuntungan pada masa itu, ketika Allah memanggil gulunganNya di sorga, Dia adalah pembela saya dan Juruselamat saya. Untuk memiliki Tuhan yang luar biasa seperti Dia merupakan kepemilikan yang paling manis yang dapat dimiliki dalam hidup manusia.
Setiap hari merupakan sebuah hari yang indah bersama dengan Dia. Setiap prospek merupakan prospek yang indah. Dan hidup yang akan datang melampaui hari-hari ini. kehidupan itu sangat mulia dan berharga dan indah melampaui apa yang pernah dapat dipikirkan atau dibayangkan oleh hati manusia.
Dan itu adalah milik kita, untuk menerima Anugerah Allah merupakan sebuah karunia Cuma-Cuma dari sorga. Anda dan keluarga anda dan anak-anak anda bertumbuh dalam Yesus Tuhan kita yang mulia.
Dan itulah sebabnya mengapa kita berada di Hari Paskah Tuhan ini. Terima kasih ya Allah, untuk pengharapan yang kita miliki dalam Yesus.
Mari kita menundukkan kepala kita? Juruselamat yang mulia, semoga kami memiliki kata-kata yang cukup untuk melukiskan kemuliaan Yesus. Apa yang telah Dia lakukan untuk kita. Mati untuk menggantikan kita, dibangkitkan untuk pembenaran kita.
Di dalam sorga menanti kita, dan sebagai pengantara dan pada suatu hari datang kembali bagi kepunyaanNya. Tuhan, tanpa kehilangan seorang pun, semoga setiap jiwa dalam hadirat ilahi pada hari ini menemukan sebuah respon yang indah dalam undangan ini.
Pendeta, hari ini saya menerima Kristus sebagai Juruselamat saya. Hari ini, saya dan keluarga saya datang ke dalam persekutuan jemaat yang indah ini.
Hari ini, saya menjawab panggilan Allah di dalam hati saya. Saya datang segera dan di sini saya berdiri. Tuhan, buatlah hal itu.
Saat ini, tanpa kehilangan seorang pun, setiap orang dalam hadirat ilahi akan menemukan dirinya sendiri dalam kehendak Allah, di dalam tangan Yesus yang menyelamatkan dan yang memberikan jaminan, keselamatan kekal. Tuhan, berikan jaminan itu sekarang.
Dalam sebuah momen ketika jemaaat kita berdiri dan menyanyikan himne undangan kita, bagi anda yang berada di atas balkon, turunlah melalui taangga itu. Di dalam kerumunan orang banyak yang berada di lantai bawah ini.
Pendeta, hari ini merupakan hari Allah bagi saya. Dan di sini saya berdiri. Buatlah keputusan itu sekarang, di dalam hati anda. Ketika kita menyanyikan pujian kita dalam bait yang pertama dan baris yang pertama, ambillah langkah yang pertama itu dan datanglah.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.