MUSUH YANG TERAKHIR
(THE LAST ENEMY)
Dr. W. A. Criswell
1 Korintus 15:24-34
05-02-56
Sekarang, khotbah pada malam hari ini merupakan sebuah khotbah yang penuh makna. Pagi ini kita telah meninggalkan 1 Koristus pasal lima belas ayat dua puluh tiga. Sekarang kita akan mulai dari ayat dua puluh empat dan teks kita berasal dari ayat dua puluh enam. 1 Korintus pasal lima belas, dan teks kita adalah ayat dua puluh enam. Dan saya akan membacanya bersama dengan ayat lima puluh lima:
“Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.
Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.
Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”
Kemudian yang menjadi teks kita: “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”
Lalu, ayat 54 dan 55:
Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.
Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?"
Atas beberapa planet yang telah jatuh, tidak seorang pun yang pernah masuk ke dalam perut kematian, dari bibir penghuni yang kudus, saya dapat membayangkan tangisan ini, ayat lima puluh lima tidak akan menciptakan kejutan. Tetapi di sini, di dunia ini, dimana sengat maut ada dimana-mana dan dimana kuburan memiliki sebuah kemenangan yang tidak terbatas, bagaimana seseorang menyerukan seruan ini: “Hai maut dimanakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah sengatmu?"
Tetapi anda lihat, ini bukanlah pertempuran kecil dalam sebuah pertempuran yang pertama di dalam suatu peperangan yang menjadi konsekuensinya. Kemenangan ditentukan oleh pertempuran yang terakhir. Itulah yang dilihat ke depan oleh Paulus di dalam pasal ini. Bukan sekarang, tetapi kemudian, “Sebab pada suatu hari,” dia berkata, “musuh itu akan dihancurkan.” Dan kata-kata dari teks saya: “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”
Lalu, dia adalah seorang musuh. Dia dalam seorang asing. Dia adalah seorang penyusup. Dia tidak berada di dalam rancangan mula-mula ketika Allah menciptakan alam semesta yang luas ini. Tetapi, dia datang ke dalam, tanpa diharapkan dan tanpa diinginkan, tanpa diminta, tanpa disambut, tanpa ditawarkan. Dia adalah seekor serigala yang menghancurkan dan membunuh. Dia bukanlah seorang anggota dari kawanan gembala yang baik. Dia adalah seekor singa yang menghancurkan kawanan domba di padang. Dia adalah sebuah sabit besar yang memotong bunga yang indah. Dia dingin, angin yang pahit yang menguburkan daun-daun yang gugur.
Dia bukanlah seorang anggota yang asli dari rencana Allah di dalam dunia dan alam semesta ini. Dia adalah seorang musuh. Di lahir dalam cara itu. Dia adalah anak seorang anak dosa, “sebab dosa, ketika ia selesai, membawa kematian.”
Hal lainnya: dia adalah seorang musuh yang universal. Dia berada di mana-mana. “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Aduh dan aduh. Dimanakah tidak ada sengat maut? Dimanakah tidak ada kemenangan maut? Sengat maut ada di sini dan sekarang, dan kemenangan maut berada dimana-mana. bahkan penguasa yang hebat dan monarki yang hebat dan para pahlawan bumi yang hebat saudara dari cacing-cacing. Tongkat kekuasaan dan sekop saling berdampingan.
Minggu ini saya membaca sebuah legenda Timur. Ada seorang pengemis. Ia adalah seorang muslim peminta-minta yang mengambil sedekah dari kemiskinan dan kesederhanaan. Pengemis ini berkelana melalui sebuah negeri tertentu, yang dilakukan pada saat malam hari. Dan dia berpaling ke dalam sebuah tempat yang dia pikir sebagai sebuah penginapan untuk menghabiskan malam.
Sesungguhnya, itu adalah sebuah istana raja. Dan pada tengah malam, tanpa diketahui, dia membaringkan dirinya untuk tidur. Para penjaga menangkapnya dan membawanya ke hadapan raja. Dan raja, terkejut oleh penyusup yang tidak terdengar itu, dan berkata, “Mengapa kamu di sini? Ini bukanlah sebuah penginapan. Ini adalah sebuah istana.”
Dan pengemis itu menjawab, “Tuan, siapakah yang tinggal di balik tembok ini sebelum anda?”
Dan jawab raja, “Ayahku.”
Dan pengemis berkata, “Dan siapa sebelum ayah anda?”
Dan dia berkata, “Ayahnya.”
Dan dia berkata, “Siapa sebelum ayahnya itu.”
“Ayahnya lagi.”
“Dan sebelum ayah itu?”
Raja membalas, “Sebuah daftar yang panjang, sebuah rangkaian dari nenek moyang yang termasyur.”
“Baiklah,” kata pengemis, “kalau begitu saya tidak salah. Saya benar. Saya benar. Sebab suatu rumah yang memiliki banyak penghuni yang berbeda seperti yang dimiliki rumah ini, ia bukanlah istana. Ini adalah sebuah penginapan. Ini adalah sebuah penginapan.”
Seperti itulah anda. Tidak masalah apapun rumahnya, generasi yang silih berganti yang hidup di dalamnya, anda hanya mengusahakannya untuk sementara. Dan itu sangat universal, seperti yang saya sampaikan. Itu hanya bukan raja. Itu hanya bukan seorang yang miskin. Itu adalah anda dan saya dan setiap orang. Dan tidak ada suatu negeri dan tidak ada suatu ladang tanpa kuburan. Dan tidak ada orang berdosa tanpa kuburannya.
Dan tidak ada orang tua yang tidak menghadapinya. Dan dia memotong yang baik dan yang indah. Tidak pernah ada seorang bangsa Hun, seorang Tartar atau Mongolia, tidak pernah ada suatu bangsa asal. Dia menang dimana-mana.
Hal lainnya tentang musuh ini—musuh yang terakhir ini: Ia merupakan musuh yang paling hebat dari semua musuh di dunia. Ayub menyebutnya sebagai raja terror. Orang yang hebat ini, Belsyazar dan para Firaun serta orang-orang hebat yang berani—mereka semua menjadi pucat atas kehadirannya dan sambungan mereka akan kendur dan lutut mereka terpukul bersama-sama.
Dalam perbudakan, seluruh ras manusia telah berada di dalamnya, karena ketakutan akan kematian. Dan rasa takut itu sangat rasional dan sangat beralasan. Hanya orang gila, hanya orang tanpa akal dan pemahaman yang tidak terperanjat akan kehadirannya yang menakutkan, karena seperti yang saya sampaikan, musuh yang paling hebat di seluruh dunia ini adalah kematian itu sendiri.
Sebagai contoh, apa yang membuat sebuah musuh sangat hebat? Lalu seberapa kuatkah kematian itu? Ambillah buku-buku yang anda baca di sekolah dan bacalah tentang Napoleon, bacalah tentang Julius Caesar dan baca tentang Aleksander Agung. Ada sebuah eksploitasi yang luar biasa. Kemudian berpalinglah ke dalam lembaran berikutnya dan ada mauseloumnya. Pergilah ke mausoleum itu dan angkatlah tutupnya. Jiwaku, bagaimana kematian mengejek orang-orang yang hebat dan perkasa.
Musuh yang paling kuat adalah musuh anda yang paling berkuasa. Dan musuh yang paling berkuasa yang kita miliki adalah kematian. Ambillah cahaya dari mata, ambillah bahasa dari lidah, ambillah aktivitas dan pekerjaan dari tangan, itu adalah kematian.
Apakah kekejaman membuat seorang musuh sangat kuat? Tidak pernah ada seorang penakluk yang begitu sangat kejam dan tanpa ampun, tetapi sekali waktu jatuh ke dalam belas kasihan. Tidak demikian dengan musuh ini: kematian. Musiknya adalah ratapan dari yatim piatu dan tangisan janda dan seruan dari yang terampas. Kepedulian dan ratapan serta permohonan tidak menggerakkannya—kekejaman dan kebengisan dan tanpa ampun.
Yusuf sangat menangis atas kematian ayahnya, sehingga mereka menyebut tempat di Mesir dengan Abel‑Mizraim. Daud, mengikuti anaknya: “Anakku, anakku, seandainya Allah mengizinkan, aku akan mati untukmu.” Atau, Rahel, menangis atas anak-anaknya sehingga tidak dapat dihiburkan karena mereka tidak ada lagi. Itu adalah musik kematian.
Apakah keamanan membuat seorang musuh sangat hebat? Lalu seberapa hebatkah kematian itu. Dia bersembunyi dimana-mana. Di dalam kendaraan yang anda tumpangi, dia berada di sana—di atas kereta, di atas pesawat, di jalan, di tempat tidur. Dia bersembunyi di dalam air yang minum, di dalam makanan yang anda makan. Dia berada di mana-mana: dibalik setiap pintu, di dalam setiap rumah, di setiap jalan, di setiap wilayah.
Tidak ada yang dapat melarikan diri dari dia. Mendaki puncak Alpen yang tertinggi, di sana anda mendapatinya. Pergi ke dalam dasar bumi, di dalam tambang, dan di sana anda akan menemukannya: Kematian—bersembunyi di setiap tempat.
Apakah kesuksesan dan kejayaan yang tidak terbatas dan tidak terukur membuat sebuah musuh sangat hebat? Lalu seberapa hebatkah kematian? Setiap penakluk lain di dunia ini, entah bagaimana, pada suatu tempat, dapat tetap tinggal. Dia tidak pernah menang selamanya. Dan ketika dia menaklukkan, dia adalah seorang predator dari batu bata dan batu-batu dan bangunan-bangunan dan apa yang telah dibangun umat manusia.
Tetapi bukan kemenangan yang kita sebuah kematian. Ketika dia bangkit dan bangkit dan bangkit, Wahyu berkata, dan neraka serta pengikut yang banyak mengikuti dia, tidak hanya menghancurkan apa yang telah diselesaikan manusia, tetapi dia menyerang diri manusia. Pekerjaan tangan Allah yang paling mulia dia ejek dan diinjak-injak ke dalam debu. Setiap pemenang lain, setiap musuh lain, kita hentikan di dalam kuburan, tetapi tidak dengan kematian. Dia masuk ke dalam kuburan dan dia mengubah bentuknya. Dia menghancurkannya dan memberikannya menjadi makanan cacing-cacing.
Musuh—Dia adalah seorang musuh. Dan dia adalah musuh yang terakhir. Dia adalah musuh yang paling utama. Saya mungkin dapat menang atas sepuluh ribu jiwa, tetapi saya tetap memiliki dia untuk dihadapi. Sapuan demi sapuan, saya mungkin membunuh dan memukul mereka, tetapi pada suatu tempat, dalam sebuah waktu yang ditentukan, dalam sebuah medan yang dipilih oleh dia, saya harus bertemu dengan msuh yang terakhir. Musuh yang terakhir adalah maut.
Lalu, maut atau kematian adalah pemberitaan firman. Maut adalah pengumuman Injil Kristus, musuh yang terakhir akan dihancurkan. Maut atau kematian akan dihancurkan. Allah akan menyingkirkannya sampai selama-lamanya, musuh kita yang terakhir: maut.
Lalu, secara rohani dia telah dihancurkan. Dia telah dihancurkan di dalam pribadi dan di dalam kebesaran dan di dalam kuasa Anak Allah. Ketika Tuhan hidup di antara manusia, seorang anak gadis yang berusia 12 tahun meninggal dunia, putri dari pria yang bernama Yairus. Dan dia datang menemui Yesus dan memohon agar Yesus datang ke rumahnya. Dan Tuhan pergi ke rumah Yairus dan Dia membangkitkan anak yang berumur dua belas tahun itu dari kematian. Itulah Allah di dalam Kristus.
Dia sedang melihat sebuah proses pemakaman sedang lewat, dari sebuah kota kecil yang disebut Nain. Dan seorang janda malang sedang meratap. Dia menghentikan iring-iringan pemakaman itu. Dia mengembalikan hidup anak muda itu dan menyerahkannya kepada ibunya. Itulah Yesus, Juruselamat kita.
Lazarus, telah meninggal selama empat hari dan berada di dalam kuburan—airmatanya bercampur dengan air mata saudari perempuan Lazarus—akan tetapi Dia membangkitkan Lazarus dari kematian. Itulah Yesus.
Dan ketika Dia bangkit, ada orang-orang kudus yang bangkit bersama dengan Dia, yang menampakkan diri mereka ke dalam kota Yerusalem. Sesungguhnya Dia telah menang secara rohani. Hal itu berada di dalam tanganNya.
“Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Yesus Kristus telah turun ke alam maut, ke dalam kuburan, ke dalam kematian dan di sana Dia bergulat dengan musuh terakhir kita dan Dia memutuskan rantai dan belenggu itu, dan tidak ada lagi.
“Sengat maut adalah dosa.” Dosa menenun setiap kain kafan. Sahabat-sahabat, dosa membentuk setiap jenazah dan peti mati. Dosa menggali setiap kuburan. Dosa memiliki sebuah sengat yang memiliki sebuah hukuman. Tetapi hukuman itu telah diterima di dalam tubuh Anak Allah dan dia tidak lagi memiliki sengat. Dia sama seperti seekor naga, tetapi sengatnya telah hilang. Dia sama seperti sekor singa tetapi giginya telah patah. Yesus Kristus telah menyingkirkan sengat maut, menyingkirkan hukuman maut. Dan sekarang maut itu sendiri berada di dalam kerajaan Anak Allah. Alam maut berada di dalam kerajaan Juruselamat kita.
Lalu aku berpaling untuk melihat dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku ada seorang serupa Anak Manusia … .
Ketika aku melihat Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati tetapi Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku lalu berkata: "Jangan takut!”… .
Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
“Mereka ada di dalam tanganKu. Maut adalah milikKu,” kata Yesus Kristus.
Anda tidak perlu merasa takut lagi. Sengatnya telah hilang. Hukuman telah lenyap. Kemenangan maut telah lenyap. Yesus telah memutuskan belenggu dan kuasa maut.
Tetapi tidak hanya itu. Ada sesuatu yang lain: “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.” Yesus akan melakukan sesuatu yang lain. Kuasanya dipatahkan sekarang. Belenggunya dipatahkan sekarang. Kita hanya meninggal di dalam kerajaan Yesus sekarang.
Tetapi ada sesuatu yang lain dan di atasnya serta dibaliknya: pada suatu hari, maut itu sendiri akan dihapuskan. Akan dihancurkan, kan disingkirkan secara sempurna. Akan datang sebuah masa ketika “maut tidak akan ada lagi, tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” dan maut serta neraka akan dilemparkan ke dalam jurang yang dalam, ke dalam nyala api, dan akan terbakar di sana sampai selama-lamanya. “Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”
Tetapi lihatlah teks saya: Dia akan dihancurkan pada akhirnya. Ah, anda persis seperti saya. Kita ingin dia dihancurkan sekarang. Kita menginginkan kemenangan sekarang. Dan kadang-kadang, beberapa orang dari kita yang paling saleh dan setia dan menyerahkan iman kepada Tuhan, kita gemetar di hadapan kuda pucat itu. Dan kita berpikir , saya bukanlah seorang Kristen yang baik karena natur saya merasa ngeri ketika memikirkan kematian. Dan saya menarik diri dari hal itu dan saya ketakutan dan menggigil.
Ah, tidak. Apa yang ingin anda lakukan adalah menang atas dia pada saat sekarang ini. Apa yang ingin anda lakukan adalah untuk menghancurkan maut sekarang. Tidak, dia yang terakhir. Dia yang terakhir dihancurkan.
Apa yang kita butuhkan sekarang adalah sekarat, kehidupan dan anugerah. Dan kemudian, ketika tiba masanya, anugerah itu akan diberikan kepada kita. Tetapi itu adalah yang terakhir.
Mari kita menghadapi lawan kita ketika mereka datang. Mari kita memukul musuh kita ketika mereka tiba. Mari kita menghidupi hidup kita suatu hari pada suatu masa. Kemudian pada akhirnya, dan yang terakhir, akan ada anugerah yang diberikan kepada kita untuk bertemu kematian. Dan kemudian tibalah akhir yang final itu ketika kita dapat berseru, “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?”
Entah mengapa saya berpikir itu adalah pertanyaan. Saya memulai perkataan ini bahwa mereka adalah pertanyaan. Akan tetapi tidak. Itu adalah sebuah pertunjukan. Itu adalah sebuah tantangan: “Hai maut dimanakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah sengatmu?”
Itu bukanlah pertanyaan. Itu adalah posisi berdiri dan melihat ke dalam wajahnya. Kemenangan milik kita. Kita telah memenangkannya. Kita memenangkannya oleh iman di dalam Kristus Yesus, Paulus menyampaikan hal itu di dalam bagian yang telah saya khotbahkan dalam surat 1 Korintus pasal tiga. Apakah anda mengingatnya? Segala sesuatu adalah milik anda, baik itu hidup atau mati. Kematian adalah milik anda. Maut adalah milik anda. Dia adalah milik anda.
Apakah anda ingat Roma pasal delapan: “Sebab aku yakin, baik maut mau pun hidup tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus Tuhan kita?”
Kemudian yang terakhir yang paling pokok itu—suara yang sama, yang berkata, “Lazarus, marilah keluar”—panggilan dari suara mulia yang sama itu akan berkata: “Dan, bangkitlah. Dan bangkitlah. Dan bangkitlah.” Dan kita akan hidup di dalam hadiratNya. Bumi yang lama ini akan berguncang. Kuburan akan terbuka, makam akan terbelah. Dan di mana ada kematian di situ ada kehidupan. Di mana ada ratapan dan kedukaan, di sana akan ada kebahagiaan dan sukacita. Di mana ada kesedihan dan perpisahan, di sana ada kemuliaan dan pertemuan yang bahagia dengan Tuhan dan satu sama lain.
Musuh yang terakhir itu, maut, akan dihancurkan sampai selama-lamanya, akan dihapuskan. Tidak ada yang lain selain dari pada kehidupan dan kemuliaan Allah di dalam Kristus Yesus: Itulah Injil. Itulah iman.
Sekarang, mari kita menyanyikan lagu pujian kita. Seseorang dari anda, serahkanlah hati anda kepada Yesus. Seseorang dari anda, letakkanlah hidup anda ke dalam jemaat ini. Ketika Allah akan menyampaikan firman, ketika Allah akan mengikat anda untuk datang, maukah anda melakukannya sekarang? Seseorang dari anda, dari mana saja: “Aku akan menerima Dia pada malam hari ini. Aku akan memberikan hidupku kepadaNya malam hari ini, meletakkan hidupku ke dalam jemaat ini, ketika Tuhan membuat seruan.”
Maukah anda datang? Maukah anda melakukannya sekarang, berjalanlah melalui lorong ini dan berdiri di dekat saya. Maukah anda datang, saat kita semua berdiri dan saat kita bernyanyi?
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.