YESUS ADALAH PEMBINASA MAUT
(JESUS IS THE DESTROYER OF DEATH)
Dr. W. A. Criswell
12-04-95
1 Korintus 15:26
Di dalam pembicaraan kita tentang kehidupan Tuhan kita, yang adalah Yesus. Hari ini adalah: “Dia Menang Atas Maut.” Besok: “Dia Adalah Sahabat Agung Kita dan Pengantara Di Sorga.” Dan kemudian pada puncaknya, pada hari Jumat: “Dia adalah Raja Kita Yang Akan Datang.”
Latar belakang teks kita terdapat dalam 1 Korintus, pasal 15, ayat 25 dan 26: “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.”
Perjanjian Lama menyebut kematian sebagai raja terror. Dan seperti yang disadari kita semua, dia adalah pemenang terakhir atas setiap kita yang hidup. Setiap pencobaan dari pengalaman manusia berakhir di dalam kuburan.
Dan bahkan Allah di dalam Kristus menyebut maut atau kematian sebagai sebuah musuh. Hal itu tidak dikehendaki Allah. Ketika Tuhan kita menciptakan orang tua kita yang pertama di Taman Eden, Allah bertujuan supaya mereka hidup selama-lamanya di dalam kasih dan kemurahan Allah. Tetapi di dalam kejatuhan orang tua kita yang pertama, maut datang sebagai penyeludup dan sebagai seorang penyusup. Hal itu tidak pernah dikehendaki.
Dan ketika diakui bahwa maut adalah musuh terakhir yang akan dihancurkan Allah, itu berarti bukan sekarang. Belum saat ini. Bukan pada hari ini. Tetapi di dalam tujuan Allah yang akhir dan pasti, waktunya akan datang ketika maut atau kematian akan dihancurkan secara sempurna dan sampai selama-lamanya. Segi permukaan dari maut diukir dalam setiap kehidupan.
Saya sangat jelas mengingat ketika saya menjadi mahasiswa senior di universitas, Presiden Universitas, Samuel Palmer Brooks, meninggal dunia. Dan dalam bangunan yang baru, Waco Hall, mereka mengadakan ibadah pemakaman.
Universitas menunjuk seorang penjaga yang terhormat untuk berdiri di bagian kepala jenazah itu. Dan saya berkata kepada pihak yang berwenang, “Jika anda tidak keberatan, biarkan saya berdiri di sana.” Jadi selama beberapa jam, saya berdiri di bagian kepala jenazah itu sementara orang banyak melewatinya. Dan itu adalah sebuah perumpamaan dari hidup saya. Sebab selama 68 tahun sesudahnya, saya telah berdiri dan melewati hal itu.
Salah satu gambaran yang paling menakjubkan dari hidup manusia ditemukan dalam Kitab Wahyu pasal enam. Pembukaan materai-materai yang pertama dalam Wahyu.
Dan ketika materai yang pertama dibuka, sebuah kuda putih muncul. Dan di atasnya seorang muda di dalam tenaganya, dalam kemudiaan, dalam kemenangan, menaklukkan dan untuk menaklukkan—sangat cemerlang, sangat luar biasa.
Kemudian materai selanjutnya terbuka. Dan di sana muncullah seekor kuda merah dengan sebuah pedang tajam yang bermandikan darah.
Kemudian materai selanjutnya dibuka. Dan di sana seekor kuda hitam dengan sebuah timbangan, sebuah skala. Dan dia memisahkan keluar sejumlah kecil makanan yang memegang dunia dari kelaparan.
Dan materai yang terakhir—yang berikutnya: ada sebuah kuda pucat. Dan penunggangnya bernama Maut. Dan Alam Maut dan neraka mengikuti jalannya. Dan dia menutupi bumi dengan kematian.
Itu adalah gambaran Allah tentang planet ini yang di atasnya hidup kita telah dibuang. Betapapun kita memilih untuk berperang melawan musuh yang terakhir itu, kita menemukan diri kita mengalami kekalahan dan bencana. Jika saya berkata, “Aku akan mengunci gerbang. Dan dia tidak dapat masuk ke dalam,” dia datang secara sembunyi-sembunyi dan kadang-kadang tidak dapat diduga. Jika saya berkata, “Aku akan berdiri dan menentang dia,” saya akan terpotong. Dan jika saya berkata, “Saya akan mengambil kekuatan saya dan berperang melawan dia,” daging saya akan terlepas dari tulang. Dan jika saya berkata, “Saya akan mencari dia keluar dari keremangan malam dan menghancurkan dia,” saya tidak dapat melihat, karena rongga wajahku tidak memiliki mata. Dan jika saya menyatakan, “Aku akan melindungi yang aku kasihi dari seorang musuh yang sangat licik dan sangat jahat serta sangat kejam,” saya melihat ia berakar di depan saya.
Saya membayangkan salah satu hal yang paling menyedihkan yang say abaca dalam kehidupan Abraham, yang bersepakat dengan anak-anak Het untuk sebidang tanah di Makhpela dan gua besar di dalamnya. Dan di dalam keputusasaan, Abraham berkata, “Berikanlah kepadaku gua ini dengan sebuah harga sehingga aku dapat menguburkan istriku yang mati itu.” Tentang siapa dia berbicara? Tentang istrinya terkasih, Sara.
Jika saya berkata, “Aku akan melarikan diri ke pegunungan”; jika saya berkata, “Aku akan bersembunyi di balik bukit-bukit”; jika saya berkata, “Aku akan bercampur di dalam kota”; jika saya berkata, “Aku akan pergi melewati samudera”—tidak masalah di mana, apa, kapan atau di mana, tanpa dapat dihindarkan saya bertemu dengan musuh kematian. Allah menyebut dia sebagai seorang musuh.
Seperti yang anda tahu, selama lebih 50 tahun, saya telah menjelajahi setiap benua di dunia ini. Dan salah satu hal yang saya lihat dan saya rasakan di mana saja: monumen besar yang luar biasa dari umat manusia merupakan monument terhadap keputusasaan atas kehadiran kematian. Berdiri di Mesir di hadapan tujuh keajaiban dunia—mereka dirikan untuk menguburkan orang-orang yang telah mati. Di sebelah sana, di sisi Laut Mediterania—yang sekarang telah dihancurkan—di Halicarnassus, Mausolus membangun sebuah monumen yang megah yang disebut “mausoleum”—sebuah nama yang digunakan di seluruh dunia bagi sebuah monument bagi orang mati. Berjalan di sekitar Roma, di sana terdapat kuburan Hadrian yang sangat besar di Appian Way dan kuburan yang jumlahnya tidak dapat dihitung sepanjang jalan raya itu. Dan ada bangunan yang memiliki arsitektur yang paling indah di seluruh bumi ini: Taj Mahal. Dan mereka menyebutnya Tetesan Air Mata Shah Jahan. Datang ke lingkungan Jepang. Dan di sana, di daerah Nara merupakan kuburan yang besar-besar dari para penguasa negeri yang luas itu. Datang ke Paris, dan di sana terdapat Invalides yang di dalamnya Napoleon Bonaparte telah dimakamkan. Dan melintasi isthimus ke London. Dan katedral yang sangat terkenal di dunia, Westminster Abbey, yang didedikasikan kepada para penguasa Inggris. Dan di sini—bahkan di Amerika—di luar kota Washington, terdapat makam dari George dan Martha Washington. Dan di dalam kota itu, monumen Washington yang besar, yang dibangun untuk mengenang orang-orang yang telah mati.
Semuanya, kecuali satu. Dalam tahun-tahun yang telah berlalu, saya telah dikirim ke seluruh dunia oleh Badan Misi Luar Negeri dari Konvensi Baptis Selatan. Dan di Yerusalem, seorang pemimpin Arab berkata kepada saya, “Maukah anda saya ajak pada saat fajar, dan saya akan membawa anda ke kuburan Tuhan Yesus Kristus?” Kosong. Tidak seorangpun ada di dalamnya.
Saya, pada hari itu, membaca Alkitab Perjanjian Baru Yunani saya—dua orang dari kami berada di tempat kedua orang malaikat itu—saya membuka Perjanjian Baru Yunani saya dan membaca Injil Matius pasal dua puluh delapan: Kisah tentang kebangkitan Tuhan kita yang mulia. Dan kebangkitan serta pelayanan Juruselamat kita yang mulia merupakan jaminan kita dalam mengalahkan kematian.
Anda menemukannya di dalam kehadiranNya. Di atas puncak bukit, di sana Dia berbicara dengan Musa dan Elia tentang kematian Tuhan kita di Yerusalem. Mengapa kedua orang itu? Musa mewakili orang-orang yang telah dikuburkan. Dan Elia mewakili orang-orang yang diangkat, ketika Tuhan datang kembali: Sebuah kemenangan yang sangat luar biasa.
Tidak hanya jaminan di dalam kehadiranNya, tetapi juga di dalam kata-kataNya. Dia berkata kepada putri Yairus, Talitha cumi—“Bangunlah.” Dia berkata kepada anak janda di Nain, “Anak Muda berdirilah.” Dan Dia berkata kepada Lazarus, yang telah meninggal selama empat hari: “Lazarus, marilah keluar.”
Jaminan dari kemenangan kita atas maut: kehadiranNya, perkataanNya dan kebangkitanNya yang penuh kemenangan. Allah Mahabesar! Bagaimana anda dapat membingkainya dalam kata-kata, makna dari kemenangan atas maut?
Dari atas kuburan,
Dia telah bangkit
Dengan kemenangan yang jaya
Atas musuh-musuhNya
Dia bangkit menjadi seorang Raja
Atas wilayah yang luas
Dan Dia hidup selamanya
Dengan para kudusNya untuk berkuasa
Dia telah bangkit, Dia telah bangkit
Haleluya, Kristus telah bangkit
Dan kemenangan terakhir digambarkan kepada kita di dalam kitab yang terakhir dari Alkitab. Wahyu 1 ayat 18: “Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”
Hal-hal yang terjadi bagi kita di dalam hidup ini berada di dalam pemandangan dan kehendak Anak Allah: “Aku memegang segala kunci maut.” Dan tentu saja kemenangan pokok yang terakhir: “Dan maut tidak akan ada lagi, tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu.” Dan itu adalah cara Alkitab ditutup: Kenenangan Tuhan kita atas maut.
Biarkan saya mengambil sedikit waktu, karena waktu kita telah habis. Saya menyalinnya dari sebuah surat Benjamin Franklin. Paragraf yang pertama:
“Keluarga yang terkasih,
Itu adalah kehendak Allah bahwa tubuh yang mati ini harus dibaringkan, ketika jiwa masuk ke dalam hidup yang sesungguhnya.” Kemudian saya menyalin dari paragraph yang terakhir dari surat yang luar biasa itu: “Sahabat kita dan saya diundang ke dalam sebuah pesta kesenangan, yang merupakan pesta yang terakhir selamanya. Kursinya telah tersedia terlebih dahulu. Dan dia telah pergi terlebih dahulu. Kita tidak dapat dengat tepat memulainya bersama-sama. Mengapakah anda dan saya harus berduka tentang hal ini, karena kita juga akan mengikutinya segera, dan kita tahu tempat untuk menemukan dia. Selamat berpisah, Benjamin Franklin. 23, Pebruari 23, 1756.”
Sahabatnya telah meninggal, tetapi itu hanya satu-satunya karena dia berada dalam kursi pertama untuk disambut dari hidup yang mulia itu. Dan dia akan mengikuti sesudahnya.
Kematian adalah seorang musuh
Tetapi telah dikalahkan oleh Tuhan.
Rumahku di dalam sorga
Sangat cemerlang dan gemilang
Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana
Tiada kejahatan dan kematian
Yang dapat masuk kesana
Dan aku merasa sedang berjalan ke sana
Oh, Tuhan telah begitu baik kepadaku
Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana
Hingga rumah besar itu
Dapat kulihat
Aku merasa seperti sedang berjalan ke sana.
Rumahku tidak di sini. Rumahku berada di sana. Kota kita yang indah tidak berada di sini, tetapi di sana. Dan upah saya tidak berada di sini, tetapi di sana. Allah dimuliakan bagi kemenangan yang telah Dia menangkan untuk kita dalam kekalahan maut!
Sekarang, bolehkah kita berdiri bersama-sama? Dan pendeta yang baik, anda datanglah dan memimpin doa penutup kita.
Bapa, kami mengasihi Engkau pada hari ini. Kami bersyukur kepadaMu bahwa karena Engkau hidup, orang-orang yang telah menempatkan iman kami dan percaya kepadaMu juga akan hidup kembali. Engkau adalah pengharapan kami yang mulia: PenampakanMu yang mulia. Di dalam nama Yesus, Amin.
Allah memberkati anda. Bergabunglah bersama dengan kami untuk makan siang di Coleman Hall.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.