MEMBERITAKAN INJIL

THE PREACHING OF THE CROSS

 

Dr. W. A. Criswell

 

1 Korintus 2:1-2

 

01-05-55

 

 

Di dalam seri khotbah kita melalui Firman Tuhan, kita telah berada di dalam surat 1 Korintus dan kita telah sampai di pasal dua. Dan khotbah kita pada malam hari ini berasal dari teks 1 Korintus 2:1-2: 

Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.

Tertulis dengan besar di dalam lembaran Alkitab, sebuah catatan dari sebuah konflik yang ada di dalam jiwa Rasul Paulus. Anda memiliki sebuah kunci kecil terhadap hal itu di dalam kata “memutuskan”: memikirkan, kemauan sendiri, dengan pilihan, dengan dedikasi, “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” 

Itu selalu merupakan penyesalan bagi saya bahwa hal-hal itu selalu campur tangan di dalam khotbah saya melalui Alkitab, yaitu jika anda kehilangan kesinambungan dari bagian-bagian itu. Seluruh pasal pertama dari surat 1 Korintus adalah catatan tentang keputusan Paulus untuk bertahan dengan hikmat Allah, yang bagi manusia, itu merupakan kebodohan yang palsu, sebab, di dalam pasal yang pertama, Paulus menulis seperti ini:  

Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?

Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. 

Sebab bagi orang-orang Yahudi pemberitaaan salib adalah sebuah “batu sandungan”—kata Yunaninya adalah skandalon.  Bagi orang Yunani, itu adalah “kebodohan”—kata Yunaninya adalah mōrian.  Tetapi bagi kita itu adalah keselamatan.

—tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.

Dan kemudian teks yang saya miliki: “Ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, … .”  Dari manakah dia datang: dari Atena. Di setiap tempat di mana Paulus berkhotbah, mereka memasukkan dia ke dalam penjara. Mereka memukuli dia dengan cambuk. Mereka menganiaya dia. Mereka mengusir dia dari dalam kota. Mereka mearik dia hingga hampir mati. Mereka melempari dia dengan batu. Semua tempat, kecuali satu: Dan itu adalah kota yang berbudaya, di mana terdapat universitas yaitu Atena. 

Tetapi di Atena, ketika mereka mendengarkan dia berkhotbah, dan dia tiba di salib Kristus dan kebangkitan dari antara orang mati—ketika dia mulai berkhotbah tentang Kristus yang telah disalibkan dan yang telah bangkit kembali, mereka mulai mengejek dan tertawa serta mengolok-ngolok dia. Sebuah hal yang seperti itu memberi dampak kepada seorang pengkhotbah, setiap pengkhotbah. Jika dia adalah seorang pengkhotbah yang baik, dia adalah seseorang yang rajin belajar. Jika dia tidak melakukan hal itu, maka dia tidak bisa menjadi seseorang yang cukup baik dalam menjelaskan Firman Allah. 

Paulus adalah seorang sarjana. Dia adalah seorang pelajar. Seluruh hidupnya tellah berada di sekolah. Dia telah duduk di bawah kaki Gamaliel. Dia menjadi anggota sekolah para rabi dari sekolah Gamaliel. Dia telah pergi ke universitas di Tarsus. Dia mengetahu syair-syair klasik Yunani.

Dan bagi seseorang, ketika dia menggambarkan pesannya, untuk ditertawai dan dihina dan diolok-olok oleh para professor dan orang-orang cerdas dan oleh para sarjana dan orang-orang terpelajar merupakan sebuah rasa sakit yang sangat dalam yang dapat dirasakan oleh seseorang. Paulus merasakan hal itu. Di sana, saat sedang mengajar di universitas kota Atena, dengan orang-orang Stoa dan filsuf Epikurian di hadapannya, ketika dia mulai berkhotbah tentang salib, tentang Tuhan Yesus, tentang kematianNya dan kebangkitanNya, dan melihat mereka tertawa dan menghina serta mengoloknya, saya katakan, hal itu menimbulkan konflik di dalam hatinya.. 

Dalam perjalan menuju Korintus dari Atena, hal itu berperang di dalam hatinya. Dan ketika dia tiba di Korintus, seperti yang dia sampaikan di dalam suratnya ini, ada sebuah komitmen besar di dalam hidupnya, yang salah satunya adalah hal ini: Bahwa bagaimanapun para filsuf mentertawakannya, bagaimanapun orang-orang terpelajar menghinanya, bagaimanapun pemikiran baru pada masa itu mencemoohnya, dia telah menetapkan dirinya—dia telah mendedikasikan dirinya untuk memberitakan tentang Salib: 

Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata yang indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. 

Saya katakan, pada hari ini, tidak ada pelayan muda yang tidak melewati krisis yang sama itu, karena pada masa kita, hal popular yang saya ketahui adalah masalah kejiwaaan yang baru ini, psikologi yang baru ini, pendekatan baru yang membawa kedamaian pikiran. Pernahkah anda di dalam hidup anda, atau pernahkah anda membayangkan tentang hal itu, pembersihan masyarakat Amerika—kedamaian pikiran?

Sejujurnya, untuk bagian saya, terlihat bagi saya bahwa hal yang kita butuhkan adalah untuk tidak tertidur. Apa yang paling kita butuhkan adalah untuk tetap sadar tentang kebenaran Allah yang tidak memerintah di dalam kehidupan kita dan tidak terlihat di antara jemaat kita. Tetapi, tidak, hal yang paling indah dan hal modern dan hal yang diterima adalah mengasihi orang-orang, kedamaian pikiran, semua masalah anda dimantapkan oleh pendekatan kejiwaan yang baru ini.

Orang yang menerangkan—salah satu pengkhotbah yang hebat dari generasi kita, menurut dugaan, dan dia memiliki ribuan bunga-bunga kecil di seluruh negeri. Apa yang harus anda lakukan? Apa yang akan anda khotbahkan? Kita harus mengkhotbahkan pemikiran yang baru. Kita harus mengkhotbahkan psikologi yang baru. Kita harus mengkhotbahkan kejiwaan yang baru. Kita harus mengkhotbahkan pendekatan yang baru? Kita harus membuat kesadaran tentang hal-hal baru yang luar biasa di dalam filsaafat dan menyampaikannya kepada orang-orang. 

Atau akankah kita bertahan dengan injil yang lama, yang merupakan sangat keras, sebab injil yang lama adalah hal ini: Bahwa kita lahir di dalam dosa—bahwa kita semua tekah berdosa—dan apa yang salah dengan umat manusia adalah bukan karena kita telah memiliki ciri-ciri kelakuan kejiwaan di dalam kepala kita. Itu bukan karena kita membutuhkan filsafat yang baru atau metafisika yang baru. Tetapi apa yang kita butuhkan adalah kuasa salib yang melahir-barukan dari Anak Allah

Jadi, saya katakan, setiap pengkhotbah menghadapi hal itu pada hari ini. Ketika dia membentuk stafnya, akankah dia membentuk sebuah staf kejiwaan? Haruskah kita membentuk empat atau lima psikiatris di sini, dan membiarkan jemaat datang dan membawa masalah-masalah mereka kepada dia dan membiarkan dia mengatasi hal itu di atas sebuah dasar kejiwaan? Atau, haruskah kita memutuskan Firman Allah, yang berkata bahwa kita adalah orang berdosa yang terhilang dan betapa pun benarnya kita di dalam sifaat kelakuan yang ada di kepala kita, dan bagaimanapun kita mengubah hidup kita, tanpa Kristus dan tanpa Allah dan tanpa pengakuan dosa dan tanpa penebusan darah di atas salib, kita tetap terhilang, tidak masalah betapa damainya pikiran yang kita miliki di dalam jiwa kita.   

Saudara-saudara, ketika aku datang kepadamu, aku tidak datang dalam hikmat yang baru—tidak datang dalam masalah kejiwaan yang baru—tidak datang dalam psikologi yang baru—tidak datang dalam metafisika yang baru. Tetapi aku datang memberitakan Salib Anak Allah. Dan itulah teks saya: “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” jadi, di dalam momen yang singkat pada malam hari ini, saya ingin menunjukkan kepada anda, hal terbaik yang dapat saya lakukan—saya ingin supaya anda melihat apa yang dilakukan oleh pemberitaan salib.   

Yang pertama, tanpa pemberitaan salib, tidak ada pemahaman tentang kehidupan dan penebusan Juruselamat kita, Kristus Yesus. Tanpa makna salib, tanpa tebusan darah, kehidupan Yesus adalah sebuah pertunjukan lawak. Itu adalah sebuah tragedi. Itu adalah teka-teki yang tidak dapat dijelaskan. Ia akan hancur menjadi puing-puing reruntuhan. KehidupanNya merupakan sebuah kegagalan yang hina dina dan kekecewaan yang sangat dalam. 

Dia telah tinggal dalam sebuah kehidupan yang indah. Dia melayani di atara orang-orang. Tetapi hal itu berakhir di sebuah salib. Dan jika pemberitaan salib tidak menyelamatkan jiwa kita dan mengampuni dosa-dosa kita, maka kehidupan Kristus adalah sebuah tragedi—sebuah komedi.

Lihat, bagaimana Dia mati, sekalipun dia sangat hebat dan luar biasa. Tetapi pemberitaan tentang salib adalah kunci kepada kehidupan dan makna dari pelayanan Juruselamat kita, Kristus Yesus, karena, anda lihat, ketika anda memberitakan Salib, anda sedang memberitakan bahwa Tuhan kita Yesus datang ke dunia untuk mati. Dia datang ke dunia sehingga Dia dapat mencurahkan hidupNya ke dalam dunia untuk menghapus dosa-dosa kita dan agar kita dapat memiliki hidup di dalam Dia. Dan seluruh kehidupan Tuhan kita dirangkaikan dengan dasar pesan injil itu: Bahwa Dia datang ke dunia “untuk mati bagi dosa-dosa kita berdasarkan Kitab Suci.”

“Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.”  Dengan kata lain, sebelum gulungan itu dibuat, Kristus telah menawarkan diriNya sendiri, Anak Domba yang akan menghapus dosa dunia. Di dalam Perjanjian Lama, sang nabi berkata: “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”  Dia telah dituntun seperti seekor anak domba ke pembantaian. Seluruh gambaran dari Tuhan pada masa sebelum Dia datang adalah bahwa Dia akan datang ke dunia untuk mati bagi dosa-dosa kita.

Pengumuman yang telah dibuat kepada Perawan Maria dan ayah tiriNya adalah hal ini: “Hendaklah engkau menamakan Dia Yesus, Juruselamat, karena Dialah yang akan menyelamatkan umatNya dari dosa.” Ketika Dia memulai pelayananNya di hadapan umum, dan diterima dengan sangat mulia, Dia diperkenalkan kepada dunia oleh Yohanes Pembaptis yang berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”  Di Galilea, Dia mulai mengajar murid-muridNya bahwa Dia akan menderita di Yerusalem, dan Dia akan disalibkan dan pada hari yang ketiga akan bangkit kembali. 

Ketika Dia mengalami transfigurasi di atas gunung, di sana muncul Musa dan Elia di hadapanNya, berbicara kepadaNya berkaitan dengan kematianNya. Ketika Dia diurapi oleh Maria dari Bethani dan Yudas menemukan kesalahan dengan pemborosan setengah kati minyak narwastu yang mahal, dan dicurahkan kepadaNya, Tuhan berkata: "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.” 

Demikian seterusnya hingga akhirnya, pada malam sebelum dia disalibkan, kisah yang sama: “Inilah tubuhKu yang telah dipecahkan bagi kamu. Ini adalah darahKu, darah perjanjian baru, yang dicurahkan untuk  pengampunan dosa.” Jika anda meneteskan keluar pemberitaan tentang Tuhan Yesus, yaitu dasar utama dari pesan injil bahwa Dia datang untuk mati, maka anda membuat bahwa Yesus sama seperti manusia baik lainnya: Seseorang yang luar biasa, seorang manusia yang superlatif, yang memiliki moral yang baik dan memiliki pengaruh di dunia ini yang selalu bersifat kudus dan keramat, tetapi Dia bukan lagi Juruselamat kita. Dan dia bukan lagi penebus atas dosa-dosa kita di atas kayu salib. Keluarkan salib, keluarga pesan utama dari injil, dan anda tidak memiliki hal lain yang tersisa selain dari pada Konfusius yang lain, Mahavera yang lain, Muhammad yang lain, nabi yang lain—bagi kebanyakan dunia, di atas derajat dengan kepunyaan mereka sendiri.

Oh, tidak demikian dengan Yesus. Dia datang ke dunia untuk satu peristiwa yang besar itu, yaitu mati bagi dosa-dosa kita: “Di dalam mengingat akan saya.”

Baiklah, hal yang kedua: “Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan.” Apa yang dilakukan oleh pemberitaan salib? Pemberitaan tentang salib adalah satu-satunya jawaban yang pokok terhadap adanya penderitaan di dunia ini.  

Penderitaan merupakan salah satu hal yang tidak dapat dijelaskan dari seluruh kemalangan yang berlimpah yang menimpa hidup kita. “Pendeta, hal itu tidak menimpa hidup saya.” Tunggu sesaat. Tidak ada hidup yang tidak memiliki bayangan dari hal itu. Dan tidak ada sebuah keluarga tanpa berondongan dari hal itu. Tunggu saja, waktu akan membuktikannya.

Kemudian penderitaan itu datang. Dan hal itu datang dalam cara yang sujar untuk dijelaskan. Dan saya tidak dapat memahaminya. Orang-orang kudus Allah, kadang-kadang mengalami penderitaan yang lebih. Dan selalu saja, dari hati yang paling dalam bangkit tangisan dari salib yang tidak dapat terhindarkan: “Allahku, Allahku…”mengapa, oh, mengapa?

Saudaraku yang terkasih, seorang dokter, memiliki seorang bayi yang lahir ke dalam keluarga mereka. Dan ketika saya melihat anak kecil itu, oh, saya segera dapat memberitahukan bahwa anak kecil itu tidak normal. Sangat tidak normal. 

Betapa bijaksananya: “Sang ibu berkata: Tidak. Anak saya baik-baik saja.” Dan mereka mengambil foto anak itu melalui sinar x dan saya tidak tahu banyak. Dan mereka mengirimnya ke New York dan menemui dokter yang terbaik di dunia untuk memberikan jawaban.

Dan, pada suatu hari, ketika saya mengunjungi rumah mereka, dia memiliki jawaban ilmiah yang terbaik. Anaknya sungguh-sungguh menderita. 

Nama itu mereka sebutkan untuk anak yang menderita itu—bahkan saya tidak suka untuk menyebutkannya. Kemudian saya duduk di sampingnya dan dia menggendong bayi itu. Dan melihat saya serta berkata, “Kami memiliki perkataan terakhir ini dan bayi saya adalah”—dan kata yang mengerikan itu. 

Bagaimana jika anda harus mengucapkan kata itu, ketika anda sedang membopong bayi anda? “Bayi saya adalah”—dan kata yang mengerikan itu: Lahir tidak normal.

Kemudian, melalui air matanya, dia menanyakan pertanyaan yang sukar untuk dijelaskan itu, “Mengapa Allah melakukan hal ini kepada kami?” Suaminya adalah anak dari misionaris yang terkenal; pasangan saleh yang pernah anda kenal: “Mengapa, oh, mengapa?”

Tanpa salib, tidak ada pendekatan terhadap masalah penderitaan manusia sama sekali. Tetapi, di dalam salib, kita memiliki sebuah jawaban yang pokok dan jawaban yang ilahi dan jawaban yang kudus. Ada sebuah berkat yang luar biasa dan tujuan yang keramat dibelakang dari penderitaan di dalam hidup ini dan di dalam dunia ini: Dari salib itu datanglah keselamatan kita. Dari kematian datanglah kehidupan, dari penderitaan datanglah pengharapan dan kemuliaan yang akan datang. Berkat yang besar di mana ras manusia telah diberkati, dan berkat itu telah datang melalui darah dan pengorbanan dan melalui penderitaan.

Seorang Milton yang buta akan mendengar syair musik seperti seseorang yang belum pernah mendengarnya, dan menulisnya di dalam bahasa yang tidak pernah dibicarakan manusia. Seorang Bethoven yang tuli akan mendengar nyanyian malaikat  dan menuliskannya di dalam musik seperti yang belum pernah didengar oleh seseorang. Dan di dalam penjara, Bunyan akan melihat penglihatan dari Allah dan sebuah alegoris yang belum pernah ditulis oleh seorang pun. Hati yang remuk dari Tennyson akan menulis di dalam sebuah in memoriam yang akan mendekati sebuah ekspresi kedukaan yang para penyair lain tidak pernah masuk ke dalamnya.   

Lalu dengan semua penderitaaan hidup. Dibelakang dari mereka, di dalam Kristus, di dalam kehendak Allah, di dalam salib dan kasih dan kesabaran Yesus—dibelakang dari seluruh penderitaan adalah sebuah tujuan penyucian dan pengudusan. Jika hanya di dalam air mata dan rasa sakit dan luka-luka Yesus, kita dapat menunduk dan berdoa seperti doaNya: “Bukan kehendakKu, tetapi jadilah kehendakMu.” 

Dari penderitaan hidup datanglah seluruh simpati yang menguduskan dan menyucikan roh jemaat kita. Jika anda telah mengenal kematian di dalam rumah anda, ketika kematian datang di rumah orang lain, ada sebuah simpati yang tidak akan pernah anda ketahui. Jika ada masalah dalam rumah anda, dan ada masalah di dalam rumah orang lain, akan ada sebuah pemahaman di dalam hati anda yang tidak pernah dapat anda masuki. Jika anda melihat orang lain melalui lembah kegelapan, dan anda telah melalui lembah yang gelap itu, ada sebuah simpati dan pemahamann yang tidak akan pernah anda ketahui. 

Sangat terlihat bahwa apa yang menyembuhkan luka-luka dunia ini dan apa yang membuat jemaat kita tetap bersama-sama adalah komunitas dari perhatian dan perasaan di dalam kekecewaan dan beban serta keputusasaan dari hidup kita.

 

Aku berlabuh dengan lancar

Di dalam perahu kecilku

Tertambat kuat di tepi pantai

Dari kolam

Dan memandang

Kepada pohon-pohon yang melambai-lambai

Dalam angin sepoi-sepoi

Dibalik langit kepunyaan Allah

Dan memikirkan tentang keinginan

Dan dosa di dalam dunia

 Dan rasa sakit

Dan dukacita yang mereka bawa

Dan aku heran kepada Allah

Karena menyebarkan-luaskan

Penderitaan dan dukacita seperti itu

 Sore datang merambat

Di atas bumi

Dan langit

Bertambah suram dan kelabu

Dan pudar dari penglihatan

Dan aku menggerutu saat malam

Karena telah mencuri langitku pergi

Tetapi keluar dari kegelapan

Hanya sebuah bintik dari sebuah wajah

Yang mengintip maju

Dari palang jendelanya

Dan aku tersenyum melihatnya

Dan aku tertawa melihatnya

Ia tersenyum padaku

Aku tidak memiliki perhatian

Tentang bintang-bintang

Ada berjuta-juta

Tentang perhatian yang penuh kasih

Dan perbuatan-perbuatan baik

Untuk sebuah kesadaran

Yang tidak akan pernah dimulai

Bagi hati dunia yang dingin

Tetapi untuk dukacita dan perderitaan

Ya, malam yang hitam

Adalah dingin dan suram

Dan siang

Adalah hangat dan baik

Dan jika siang

Tidak pernah berangsur hilang

Bintang-bintang tidak akan pernah bersinar.

 

 

Dari penderitaan dan kekecewaan dan keputusasaan dari hidup datanglah simpati dan pemahaman yang dapat membuat kita mengenal dan bersimpati dan memahami dan mengerti dan merasakan jemaat kita yang melewati lembah yang sama dan penderitaan serta air mata yang sama.

Apa yang dilakukan oleh pemberitaan salib? Tidak hanya bahwa itu adalah injil Kristus, bukan hanya kunci kepada seluruh pelayanan Yesus. Bukan hanya mengajarkan kita makna dari penderitaan dan kekecewaan serta patah hati, tetapi pemberitaan injil adalah wahyu dari kasih Allah bagi dunia ini dan itu adalah sebuah tanda dan sebuah simbil dari pengharapan kita yang paling pokok dan kemenangan yang menyertainya.

Ketika Tuhan mati di kayu salib, mereka hilir mudik di depan salibNya sambil berkata: “Turunlah dari salib dan kami akan percaya kepadaMu. Dan orang yang lainnya berkata—Dia menyelamatkan orang lain. Dirinya sendiri tidak dapat Dia selamatkan. Dan orang yang lain lagi berkata—Dia yang percaya kepada Allah. Biarlah Allah membebaskanNya sekarang, jika Dia menghendakinya. Dan yang lainnya berkata—Lihatlah Dia. Lihatlah Dia. Dia telah berkata: ‘Aku adalah Anak Allah.’ Lihatlah Dia mati seperti seorang penyamun.”

Ketika anda membaca ejekan-ejekan itu, di dalam hati anda, anda ingin berkata: “Tuhan Yesus, bebaskanlah diriMu dari kayu salib itu. Turunlah dari atas salib itu. Berikanlah serangan yang menakutkan di dalam hati mereka.” Tidak, Dia tidak akan menjadi manusia super yang melepaskan diriNya dari paku-paku itu, turun untuk melepaskan terror di dalam hati musuh-musuhNya. Hal itu tidak akan terjadi. Itu akan menjadi pincang, tidak berdaya, tidak bernyawa, tidak berpengharapan, manusia yang mati, dari tangan yang telah mereka cabut dari paku-paku besar dan dari kaki yang telah mereka  lepaaskan dari salib. Dia akan menjadi orang yang dibungkus dengan kafan dan dikuburkan dalam kuburan. Ia akan menjadi orang yang atasnya murid-muridNya meratap dan menangis ketika dia mati dan telah disalibkan.

Tetapi Dia juga akan menjadi seorang manusia yang pada hari yang ketiga, bangkit dari kematian. Di dalam kemenangan dan di dalam kuasa Roh Allah yang hidup, itu akan menjadi seseorang yang menang atas dosa dan atas maut dan atas alam maut. Dan Dia telah membuat salib sebuah tanda dan sebuah simbol dari pengharapan kita dan kemenangan serta kejayaan yang final.

 

Seandainya di ladang Flanders

Bunga apium mekar

Akan menjadi bersilangan antara

Baris demi baris

 

Di mana saja di dunia ini, orang Kristen menjadi martir, atu gugur dalam peperangan—di mana saja orang Kristen mati, di atasnya akan dinaikkan sebuah simbol dari pengharapan utama kita dan kemenangan yang terakhir kita dan itu selalu merupakan sebuah salib. Dengan tangan yang direntang selebar dunia ini, sejauh timur ke timur dan dari barat ke barat, di sana ada sebuah tangan yang direntangkan dari kasih dan kemurahan Allah di dalam Kristus Yesus: simbol dari pengharapan kita, dari kebangkitan kita dan kejayaan kita yang akan datang: salib Anak Allah.

Ketika saya menjelajahi Jerman, saya melihat sebuah pemakaman Inggris yang sangat luas. Untuk melihat sebuah pemakaman di tanah kelahiran anda adalah sebuah hal yang diharapkan. Tidak ada desa, tidak ada perkampungan, tidak ada kota yang tidak memiliki pemakaman. Untuk melihat sebuah pemakaman di negeri leluhur anda adalah sebuah hal yang diharapkan.

Untuk melihat sebuah pemakaman militer Amerika di sepanjang Okinawa atau di sepanjang Jepang atau di Italia, atau sepanjang Afrika atau di sepanjang Prancis, dengan bendera Amerika yang berkibar di atasnya, untuk melihat hal itu enyah bagaimana hal itu akan membawa sebuah kesuraman dan sebuah keheningan ke dalam hati. Dan itu sulit untuk digambarkan.  

Ketika saya menjelajahi Jerman, saya melihat sebuah pemakaman Inggris. Mereka telah mengumpulkan jenazah prajutri RAF bersama-sama, Angkatan Udara Raoyal Air yang telah kehilangan hidup mereka di Jerman, mereka telah mengumpulkan tubuh prajurit itu dan menguburkan mereka di pemakaman Inggris. Ketika saya berjalan melewatinya, saya memperhatikan bahwa di tengah-tengahnya, di antara semua salib itu, saya memperhatikan sebuah salib dengan seikat bunga segar di atasnya. Jadi saya berjalan ke tengah-tengah pemakaman itu dan melihat seikat bunga yang segar.  Dan di sana ada sebuah tulisan kecil, tulisan tangan seseorang yang terkait dengan rangkaian bunga itu. Dan itu adalah tulisan dari nama prajurit itu, dan di bawahnya istrinya dan anak-anaknya, danm tulisan yang berbunyi, “Kami tidak akan pernah lupa.” 

Seseorang telah mengadakan perjalanan dari Inggris untuk mengunjungi pemakaman itu, dan untuk menemukan makam itu. Dan di atas salibnya, dia meletakkan rangkaian bunga dan tulisan: Istrinya dan anak-anak tidak akan pernah lupa. Dan itu adalah kenangan kita pada malam hari ini: Salib Kristus, darah penebusanNya—kita tidak akan pernah lupa.

Sekarang saya ingin mengubah himne undangan kita. Saya ingin supaya kita menyanyikan: “Tercurah Darah Yang Kudus.” Nomor 48.

Dan ketika kita menyanyikannya, nomor 48. Seseorang dari anda, pada malam hari ini yang ingin menyerahkan hidupnya bagi Tuhan, seseorang yang ingin bergabung dengan jemaat ini; seseorang dari anda, bagaimanapun Allah akan membuat seruan, ketika kita menyanyikan nyanyian ini, telusurilah salah satu lorong bangku itu dan majulah ke depan: “Pendeta, say datang dan inilah saya. Saya menyerahkan hati saya kepada Allah. Saya mengulurkan tangan saya kepada anda. Saya ingin bergabung dengan jemaat ini. Saya ingin menerima Yesus sebagai Juruselamat saya. Saya datang dengan surat. Saya datang dengan pengakuan iman. Saya datang dengan baptisan.”

Bagaimanapun Allah akan menyampaikan firman dan membuka pintu, lakukanlah sekarang, saat kita berdiri dan saat kita bernyanyi.

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.