PENGANTAR SURAT-SURAT PENGGEMBALAAN

(AN INTRODUCTION TO THE PASTORAL EPISTLES)

 

Dr. W. A. Criswell

 

6/08/58

 

 

 

Ini adalah kebaktian Gereja First Baptist Church kota Dallas jam sebelas pagi. Ini adalah Pendeta yang membawakan khotbah pagi ini. Saya telah mengumumkan bahwa saya telah mempersiapkan diri untuk menyampaikan khotbah pagi ini dari 1 Timotius pasal pertama ayat yang ke sebelas. Akan tetapi ketika saya sedang mempersiapkan khotbah untuk pagi hari jam sebelas ini, serta untuk khotbah di sore hari pukul tujuh tiga lewat puluh menit nanti, menerangkan tentang Alkitab selama lebih dari tiga belas tahun, dan saya hampir sampai kepada penghujung kitab suci ini. Kita sudah menyelesaikan kitab 2 Tesalonika, yang mana merupakan khotbah kita yang terakhir di hari minggu malam yang lalu, dan sekarang, beralih kepada surat-surat kepada Timotius dan Titus, kita sedang memasuki sebuah dunia yang lain, yang secara keseluruhannya berbeda. Dan semakin saya memikirkannya, ketika sedang mempersiapkannya, ketika sedang mempelajarinya, semakin saya merasakan bahwa di dalam titik waktu ini, seharusnya saya mempersiapkan untuk menerangkan sebuah khotbah tentang pendahuluan terhadap injil-injil yang bersifat penggembalaan ini.

 

            Sekarang, ada sebuah jurang pemisah antara kitab-kitab Tesalonika dengan kitab Titus, walaupun kitab-kitab tersebut bersama-sama di dalam Alkitab ini: Surat yang pertama dituliskan oleh Paulus adalah kitab-kitab 1 Tesalonika dan 2 Tesalonika; surat terakhir yang ditulis adalah Surat-Surat Penggembalaan ini.

 

Isi dari semua surat-surat Paulus yang lain jauh berbeda dengan isi dari Surat Penggembalaan. Surat Penggembalaan tersebut – seperti namanya akan memberitahukan – ditujukan kepada kedua orang gembala muda. Dan tujuan surat-surat tersebut adalah untuk mengajarkan mereka bagaimana seharusnya gereja itu dikelola, bagaimana seharusnya gereja itu dipimpin, bagaimana seharusnya kebaktiannya harus diselenggarakan, metode apa yang seharusnya diikuti, hal-hal yang harus dilakukan serta doktrin-doktrin apa yang benar.

 

           Surat penggembalaan merupakan sebuah peringatan serta instruksi dan penyingkapan pengajaran yang terakhir. Ketika kita sampai pada kitab 2 Timotius, pasal yang terakhir, Paulus sedang mempersiapkan dirinya sendiri untuk menjadi martir serta mengajukan menyampaikan pesan terakhir, yang bersifat mendesak, agar Timotius, anaknya yang masih belia, tetap teguh dalam pelayanan dan di dalam iman kepercayaan, seperti teladan yang dia tinggalkan. Maka, ketika kita membuka surat-surat ini, ternyata surat ini seperti sebuah dunia yang baru. Seperti sebuah peran penutup di dalam drama Shakespear atau drama dari Elizabeth.

 

Saya berpikir kita harus meninjau dengan sangat singkat kehidupan dari rasul Paulus, karena Surat Penggembalaan ini memperkenalkan suatu waktu dari kehidupan rasul Paulus kepada kita. Ketika Lukas menuliskan kitab Kisah Para Rasul, ia menutup dengan pasal yang kedua puluh delapan: Paulus, di dalam rumah sewanya sendiri sebagai tawanan rumah dari kekaisaran Romawi, dijaga oleh pasukan pengawal raja di ibu kota kerajaan Roma. Saya pikir alasan dari Lukas untuk menghentikannya di sini adalah demikianlah sejauh mana kisah itu telah berhenti.

 

            Tetapi tidak ada kemungkinan untuk itu – saudara-saudara sekalian tidak akan dapat menyesuaikan kejadian-kejadian itu mengacu kepada dan diuraikan di dalam Surat Penggembalaan – yaitu Kitab Timotius yang pertama dan yang kedua serta kitab Titus – saudara-saudara sekalian tidak akan dapat menyesuaikan kejadian-kejadian itu mengacu kepada dan diuraikan di dalam Surat Penggembalaan, di dalam kitab Kisah Para Rasul, dan di dalam kehidupan Paulus, sampai pada akhir dari kitab Kisah Para Rasul. Sebagai akibatnya, Surat Penggembalaan itu menyebut pada suatu waktu di dalam hidup rasul itu, jauh melebihi apa yang telah sauadara-saudara baca sampai sejauh ini di dalam Alkitab, jauh melampaui kitab Kisah Para Rasul, jauh melalui penahanan oleh tentara Romawi, dan melebihi setipa surat-surat yang baru saja kita lewati.

 

Sekarang, marilah kita memeriksa hidup dari Paulus dan melihat di dalam tempat seperti apa surat-surat ini menemukan kegagalan. Paulus dilahirkan sekitar tahun satu. Dan ia bertobat di sekitar tahun 35. Dia memulai perjalanan missionarisnya yang pertama sekitar tahun 44 atau tahun 45. Saudara lihat, ketika kita menjalani tanggal-tanggal tersebut, saudara akan mengetahui dengan persis berapa umur dari Paulus: dilahirkan sekitar tahun satu, bertobat ketika dia sudah berumur sekitar tiga puluh lima tahun, memulai perjalanan penyebaran agamanya yang pertama ketika dia berusia sekitar empat puluh empat tahun; perjalanan penyebaran agamanya yang kedua ketika dia berusia sekitar empat puluh sembilan tahun atau lima puluh tahun, sampai dengan pada usianya yang kelima puluh tiga tahun. Dia ditahan di kota Yerusalem sekitar tahun 58. Dia berada di dalam wilayah penaklukan Caesar itu selama tiga tahun lamanya dan kemudian dibawa ke kota Roma. Dan dia berada dalam tahanan Romawi untuk yang pertama kalinya dari sekitar tahun 61 sampai dengan tahun 63 atau 64 sesudah Masehi. Dan dia telah dibebaskan, hampir pasti dia telah dibebaskan, dia telah dikeluarkan oleh Kaisar Romawi, oleh Nero, sebelum kebakaran hebat yang terjadi di Roma pada bulan Juli tahun 64.

Selama di dalam tahun-tahun kebebasan Paulus itu, di belakang penahanan di Romawi yang pertama itu, di belakang kitab Kisah Para Rasul itu, kemungkinan dia, tak diragukan lagio dia telah, melakukan perjalanan ke Spanyol. Dan dengan pasti dia kembali ke dunia Barat dan dia berada di kota Efesus; dia berada di kota Troy, dia berada di Milete; dia berada di Makedonia; dia berada di pulau Kreta; dia berada di Nicopolis.  Semua tempat itu telah disinggung, dan semua kejadian telah diuraikan, di dalam Surat Penggembalaan ini.

 

Sekarang, kelihatannya bahwa di sekitar tahun 67, di mana dia tengah ditawan di Nicopolis lalu dibawa ke Roma untuk yang terakhir kalinya; dijebloskan ke dalam penjara Mamertime, di dalam mana dan dari mana dia kemudian menuliskan kitab 2 Timotius, dan dipancung kepalanya di Jalan Ostian, oleh Nero, tepat sebelum usia 68 di bulan Juni, ketika kaisar Nero meninggal.

 

Sekarang, hari-hari terakhir ketika Paulus di tahan itu merupakan hari-hari yang menyusahkan, kepada kaisar Nero, yang pemerintahannya dimulai dengan suatu keadaan yang menguntungkan, berubah menjadi salah satu tiran yang paling brutal serta gemar membunuh yang pernah diketahui di dunia ini. Dan bagian yang terdahulu dari pemerintahannya telah dipenuhi dengan revolusi serta penyiksaan, suku bangsa Galia memberontak, orang-orang Spanyol memberontak, dan di tahun 66 Masehi, bangsa Yahudi melakukan pemberontakan – memberontak terhadap kasiar Nero – yang pada akhirnya dimusnahkan pada tahun 70 M oleh Vespasianus dan oleh Titus yang mana kemudian menjadi kaisar-kaisar Romawi.

 

Kekuasaan Nero berakhir di dalam tragedi yang menyedihkan oleh mana dibuat memungkinkan. Agrippina, ibunya, menyenangkan dirinya di dalam kasih sayang dari pamannya sendiri, Claudius Caesar, Kaisar Romawi itu, dan menjadi istrinya. Akan tetapi Agrippina tidak memiliki motif yang lain selain untuk memuliakan serta menaikkan putranya sendiri, sehingga dia bisa menjadi kaisar dan Agrippina menjadi ibu suri dari seluruh permukaan bumi ini. Jadi, dia meracuni Claudius Caesar, dan tindakan itu kemudian membuat jalan kepada putranya yang masih belia, Nero, untuk menjadi Kaisar. Akan tetapi Agrippina melakukan salah perhitungan terhadap pemuda tersebut karena dengan brutal putranya itu membunuh ibunya sendiri. Lalu kemudian dia mulai untuk membantai serta membunuh ke kanan dan ke kiri, sampai pada akhirnya ia membenamkan seluruh kekaisaran tersebut di dalam pengkhianatan serta membenamkannya dalam darah.

 

Dan di tahun 64 M, di bulan Juli, di dalam suatu kebakaran besar yang mengerikan di kota Roma, karena tanggapan kekejaman di dalam hati orang banyak di kota tersebut, ia mengatakan bahwa yang melakukannya adalah umat Kristen. Dan sejak saat itu, saudara-saudara sekalian melihat kisah tragis dan menyedihkan yang dialami oleh umat Kristen yang dibakar di tiang-tiang pancung; umat Kristen diumpankan untuk dimakan oleh singa-singa, sebagian besar umat Kristen dibinasakan, harta bendanya diambil alih, dianiaya hanya karena iman kepercayaan mereka dalam Yesus – hal itu dimulai di dalam masa kekuasaan Nero.

 

Akan tetapi kebakaran besar itu menyebar ke seluruh kekaisaran, dan di Spanyol, mereka kemudian mendeklarasikan Galba sebagai Kaisar, dan kemudian Jenderal Galba mendatangi kota Roma. Dewan Senat Romawi menyetujui sebuah surat perintah terhadap kematian Nero. Dan ketika para penunggang kuda datang untuk kemudian menyeret dia untuk dieksekusi, dia sudah terlebih dahulu berada di ajalnya sendiri serta penderitaan terhadap kematian oleh tangannya sendiri.

 

Baiklah, semua itu merupakan masa-masa tragis dan mengerikan di akhir hidup dari Paulus – saya baru saja mengatakannya – menyangkut Nero – yang boleh saudara-saudara lihat mengapa hal itu terjadi di mana dia sedang berada di tahanan; dan mengapa dia mati di angan seorang kaisar brutal yang tidak berTuhan itu.

 

Sekarang, Surat-Surat Penggembalaan ini dituliskan di antara waktu penahanan Paulus yang pertama di kota Roma (pada saat mana dia telah dibebaskan) dan waktu penahanan Paulus yang kedua di kota Roma (pada saat mana kepalanya kemudian dipancung). Jadi, kitab-kitab itu dituliskan sekitar tahun 67 M, dari tahun 66 sampai dengan tahun 67, sampai pada wal dari tahun 68 M.

 

            Paulus menunjuk dirinya sendiri, bahkan di dalam Filemon, ketika dia berusia sekitar enam puluh tahun, atau sekitar lima puluh sembilan tahun, sebagai: “Paulus Orang Tua itu.” Hal itu terjadi karena harga yang menyedihkan yang telah dibayarnya – di dalam karamnya kapal itu, di dalam pelemparan batu, di dalam penahanan, di dalam penjara bawah tanah – karena iman kepercayaan kepada Putra Allah.

 

Sekarang, kita akan membicarakan, walaupun hanya sebentar dan sesingkat mungkin, mengenai kedua orang ini, Timotius dan Titus, dalam rangka bahwa, ketika kita memasuki penjemaatan dari pelajaran melalui surat-surat ini, saudara-saudara akan merasa berada di rumah bersama-sama dengan mereka berdua. Kedua orang pemuda ini sangat, sangat, sangat berbeda – secara keseluruhannya mereka berdua sangat berbeda. Sauadara tahu, salah satu hal yang paling ajaib dan luar biasa bagi saya ketika saya mendengar khotbah-khotbah dan melihat mereka, adalah: bahwa mereka dapat berbeda begitu hebatnya, begitu luasnya, sungguh luar biasa, dan walaupun mereka mewartakan pesan yang sama dan injil yang sama. Akan tetapi mereka benar-benar sangat berbeda; dalam penampilan mereka, di dalam kepribadian mereka, bagaimana cara mereka bertindak, kebiasaan pelajaran mereka berdua, pemikiran-pemikiran mereka, cara mereka berfikir, persiapan-persiapan mereka, dan penyampaian mereka. Ah, kelihatannya mereka berdua berada di dalam dunia yang berbeda! Meskipun demikian, mereka mengasihi Allah yang sama, mereka mengajarkan Injil yang sama dan Tuhan memberkati mereka!

 

            (Sekarang, saya dapat menempatkan tanda kurung di sini dengan mengatakan, saya fikir setiap pendeta seharusnya menjadi dirinya sendiri. Jangan meniru atau mencontoh atau menyama-nyamakan dengan orang lain, tidak menjadi masalah betapa luar biasanya orang tersebut, atau betapa baiknya orang tersebut. Saudara-saudara sekalian akan menjadi tiruan yang buruk terhadap orang lain, akan tetapi saudaraku, saudara-saudara akan menjadi contoh yang terbaik dari diri saudara-saudara sendiri di dalam dunia ini! Dan itu menjadi suatu kebenaran, terutama buat saya).

 

Kedua orang pemuda ini sangat, sangatlah berbeda. Sekarang, Timotius. Timotius merupakan seorang pemuda sensitif yang memencilkan diri. Dia memiliki sebuah kecenderungan mengarak kepada pertapaan, terhadap apa yang telah diperingatkan Paulus kepadanya. Timotius termasuk kepada jenis pemuda yang akan terkubur di dalam buku-buku; dia akan selalu berada di dalam perpustakaan di sana; ia akan melakukan mediasi dan pelajaran; dia akan mejadi orang yang paling mampu untuk menanggapi setiap jenis situasi. Jika orang-orang banyak sedang bersuka cita, pialanya akan melimpah. Jika mereka sedang meratapi sesuatu, dia akan menundukkan kepalanya dan turut meratap bersama-sama dengan orang banyak itu. Dia merupakan orang yang paling sensitif di dalam jiwanya. Dan Paulus secara aneh ditarik menuju Timotius. Timotius menghabiskan waktu yang lebih lama dengan Paulus daripada orang lain. Dia bekerja dengan Paulus di hampir seluruh penjemaatannya. Dan, pada saat Paulus meninggal:  “Timotius, tentukanlah untuk datang sebelum musim dingin tiba” – Paulus menginginkan agar Timotius bersamanya!

 

Titus- secara keseluruhan sangat berbeda! Titus adalah orang yang keras. Dia merupakan orang yang luar biasa. Titus memiliki kecerdasan serta kepribadian yang luar biasa. Dia sudah terlahir sebagai seorang organisator dan seorang pemimpin dari suatu usaha yang besar. Dia mampu menerima situasi yang paling sulit sekalipun dan mampu melakukan apa yang nyata-nyata tidak mampu dilakukan oleh Paulus. Dia mampu memasuki sebuah persengketaan, di mana gereja dan orang-orang sedang terpisah, dan dengan keagungan dari kehadirannya serta dengan menggunakan kekuatan dari kepemimpinannya yang cerdas, dia mampu membawa mereka kepada sebuah solidaritas dan musyawarah tingkat tinggi.

 

Saya mengatakan bahwa secara keseluruhan mereka berbeda saja. Sekarang, Timotius, Timotius bertobat di dalam perjalanan missionaris Paulus yang pertama di kota Lystra. Tidak ada sebelumnya sebuah gereja Yahudi atau sebuah Synagogue di kota Lystra; jadi artinya ada sedikit sekali orang yang benar-benar mengenal siapa sebenarnya Allah itu.

 

            Orang-orang Yahudi memiliki sebuah peraturan. Sebuah peraturan kerabbian – saya tidak mengetahui apakah hal itu diikuti di zaman sekarang ini atau tidak, akan tetapi saya menduga masih. Di manapun ada kesepuluh kepala keluarga itu, mereka tunduk pada suatu kewajiban, di dalam kota atau tempat itu, untuk mengorganisir sebuah Synagogue. Tidak ada sebelumnya sebuah Synagogue di kota Lystra. Oleh karena itu, kita tahu ada beberapa orang Yahudi yang bermukim di sana dan sedikit orang yang beribadat kepada Allah yang sejati di sana. Sebagai akibatnya, pemuda Timotius ini telah diajar oleh ibunya dan neneknya mengenai iman kepercayaan yang benar kepada Allah yang hidup. Kakeknya adalah seorang berkebangsaan Yunani, seorang yang murni berdarah Yunani. Kita tidak tahu apa-apa mengenai dia. Namanya tidak pernah disinggung, kecuali diberitahukan bahwa dia seseorang yang berdarah Yunani. Akan tetapi di dalam surat yang kedua kepada Timotius, Paulus mengatakan:  “Betapa ingin aku melihat dirimu, membuatku teringat akan air matamu.” Sekarang demikianlah sosok Timotius! Karena penahanan Paulus, serta kesukaran dari pengurungannya dan kepastian akan kemartirannya, Timotius menangis:

 

Betapa ingin aku melihat dirimu, membuatku teringat akan air matamu …

Ketika aku teringat kenangan akan iman sejati yang ada pada dirimu,

Yang pertama diam pada nenekmu Lois, dan ibumu Eunice…

Dan di dalam dirimu jua.

 

Jadi, pemuda itu tumbuh di dalam komunitas pemuja berhala dengan seorang ayah yang juga seorang penyembah berhala, akan tetapi mendapatkan pengajaran keimanan dari ibu dan neneknya Eunice dan Lois – yang dikenal dengan kelas T.E.L. (Timotius, Eunice dan Lois). Anak muda itu tidak ingat waktunya ketika dia belum tahu kata-kata agung dan irama yang mengalir dari pemazmur dan para nabi. Sepanjang hidupnya dia telah mendapatkan pelajaran tentang kitab-kitab suci Allah. Seperti yang dikatakan oleh George Meridan mengenai putranya: "Putraku boleh saja gagal, akan tetapi di dalam kegelapan, dia akan mendapatkan terang yang membimbing dari sebuah kenangan orang-orang Kristen.” Oh, betapa diberkatinya dan betapa beruntungnya pemuda tersebut, yang telah dilahirkan, mengetahui firman-firman Tuhan, diajar oleh orang-orang tua yang penganut agama Kristen. Jadi Timotius bertumbuh di dalam rumah tersebut.

 

            Sekarang, di dalam perjalanan missionaris Paulus yang pertama, dia bertobat bersama-sama dengan ibunya dan neneknya. Ketiga mereka, Timotius, Eunice dan Lois, menjadi penganut agama Kristen. Usia pemuda itu di saat itu seharusnya sekitar lima belas tahun; dan dia telah melihat, dia telah menyaksikan, ketika Paulus dilempari dengan bati di kota Lystra, ketika mereka menyeret Paulus sampai mati. Karena di dalam surat ini, kenangan akan Paulus mendatangai pikirannya, penderitaan yang menimpa dirinya di kota Lystra – di kota Antiokhia, di kota Iconium dan di kota Lystra.

 

Saudara-saudara tahu, ketika saya memikirkannya – memikirkan anak muda yang telah dimenangkan ke dalam iman itu, menyaksikan mereka melempari Paulus dengan batu sampai mati dan meninggalkannya di luar dari gerbang kota, karena seseosok mayat akan membusuk atau karena burung hering akan memakannya atau karena tangan-tangan seperti mereka yang akan menguburkannya – saudara-sauadara tahu, ketika saya memikirkannya, saya juga berfikir ketika Paulus sendiri di masa mudanya, dan dia berdiri serta menyaksikan mereka merajam Stefanus orang yang baik itu sampai mati. Dia tidak pernal melupakan hal tersebut!

 

Di dalam tahun-tahun setelah kematiannya, dia berkata kepada Allah: “Tuhan, biarkanlah aku mati di kota Yerusalem, dimana aku pernah menyaksikan tanah meminum darah dari martir-Mu, Stefanus.” Saya juga berfikir bahwa bahwa Timotius tidak akan pernah melupakan hal itu juga. Dan saya berfikir bahwa hal sedemikian merupakan pengikat yang memateraikan merka berdua bersama-sama – pengalaman yang demikian tragis itu!

 

Bagaimanapun juga, ketika Paulus pulang kembali sekitar tujuh tahun kemudian dari perjalanan missionarisnya yang kedua, dia mengunjungi kota Lystra kembali. Dan anak muda itu telah bertumbuh menjadi seorang pemuda dan menjadi sangat mulia. Kitab suci mengatakan bahwa dia sangat dimuliakan oleh saudara-saudara seimannya: semua orang mengasihi Timotius; setiap orang membicarakan hal-hal yang baik dari Timotius. Maka Paulus memilih dia untuk menjadi rekannya. Dan dia membawa serta Timotius bersama-sama dengannya, dan meeka mendapatkan sebuah khidmat pelayanan pentahbisan yang sungguh indah, yang terletak di tanan-tangan mereka tersebut. Dan pemuda itu, yang dipenuhi oleh Roh Kudus daripada Allah, menjadi pelayan serta hamba dari penginjil yang agung itu. Sesudah itu – ada sebuah ruang di dalam kehidupan Paulus yang tidak pernah saudara-saudara lihat kepadanya, dan tidak pernah mendengar dia diacu kepadanya – akan tetapi kemudian, karena hampir seluruh hidup Paulus, Timotius dan Paulus selalu bersama-sama.

 

            Saudara-saudara tahu, ada sesuatu hal mengenai hal itu yang berseru ke hati saudara-saudara – seseorang yang lebih tua dan seseorang yang lebih muda, sahabat yang saling setia terhadap satu sama lain – membawa saudara kembali kepada ingatan tentang Musa dan Joshua; saudara berfikir tentang nabi Elia dan Elisa; saudara-saudara memikirkan tentang Simon Petrus dan Yohannes – dan sekarang saudara melihat pada kedua orang ini, Paulus dan Timotius, seseorang yang lebih tua dan seseorang yang lebih muda – sahabat karib di dalam kasih yang sama, di dalam pengabdian yang sama, dan suatu kebulatan tekad yang sama untuk menyebarkan agama dan memuliakan Injil yang Agung dari Tuhan Yesus.

 

Sekarang, izinkanlah saya berbicara tentang Titus: Pada saat Paulus menyebut kepada seseorang pada saat dia masih kanak-kanak, dia akan berkata: “Saudara-sada boleh saja mendapatkan banyak guru, akan tetapi tidak dengan banyak ayah, karena aku didalam Roh Kudus mendapatkan saudara-saudara semuanya” – yaitu, dia memenangkan mereka untuk Kristus. Sekarang, dia menunjuk kepada Titus sebagai, “putraku sendiri setelah Iman yang sama.” Maka daripadanya saya mengetahui bahwa Titus juga orang yang telah beralih kepercayaannya oleh karena Paulus. Tetapi, sampai kondisi berbeda yang bagaimana dan perbedaan hubungan yang bagaimana, dan di dalam perbedaan saluran apa kehidupan Titus mengalir? Titus muncul di kota Antiokhia. Ketika kita bertemu dengannya, dia berada di kota Antiokhia. Pada saat kita bertemu dengannya pada saat perjalanan missionaris Paulus. Ketika kita bertemu dengannya, dia berada di awal-awal penjemaatan Paulus. Ketika Barnabas – karena pekerjaan yang luar biasa di Antiokhia di mana untuk pertama sekali mereka disebut dengan umat Kristen - Barnabas pergi ke Tarsus, ibukota propinsi Sisilia, Romawi, dan mendapatkan Saulus (Paulus) dan membawanya pulang. Dan di dalam penjemaatan Paulus itu, mengajarkan tentang agama di kota Antiokhia, Titus merupakan salah seorang yang bertobat dan beralih kepercayaannya.

 

Sekarang, di lain waktu ketika saudara-saudara bertemu dengan pemuda ini, mereka sedang dalam keadaan perang. Di sana saudara-saudara seiman mereka datang dari Yerusalem ke kota Antiokhia seraya berkata: “Engkau tidak dapat berloeh keselamatan hanya dengan mempercayai Yesus. Engkau harus taat dengan hukum!  Engkau harus menjalankan hari Sabbat. Engkau harus menjalankan hukum kebersihan dan kecemaran daging santapan. Engkau harus disunat. Engkau harus mematuhi semua hukum-hukum Musa, lembar demi lembar daripadanya. Dan jika engkau tidak melakukannya, maka engkau tidak dapat diselamatkan!”

 

Paulus berdiri dan berkata: “Bukan demikian! Injil Agung dari Anak Allah telah membebaskan kita dan menyelamatkan kita dari kuk itu serta dari perbudakan hukum. Kita telah dibebaskan, bukan oleh hasil pekerjaan dari kebenaran yang mana telah kita lakukan, akan tetapi oleh karena kasih karunia Allah kita diselamatkan. Dan seseorang dapat diselamatkan hanya dengan melihat kepada Yesus, hanya dengan percaya kepada Yesus.” Lalu dia menunjuk kepada Titus dan berkata: “Lihatlah padanya! Ada seorang yang berkebangsaan Yunani yang telah bertobat dan diselamatkan. Dia tidak disunat, dan dia bukan dartang dari bangsa Yahudi, dan dia tidak menjalani peraturan-peraturan, akan tetapi dia seorang penganut agama Kristen yang hebat!”

 

Baiklah, mereka memiliki sedikit perselisihan di kota Antiokhia mengenai hal tersebut, bahwa hal itu telah ditentukan mereka akan membawanya ke Yerusalem. Dan di dalam pasal yang ke lima belas kitab Kisah Para Rasul saudara-saudara dapat melihat konperensi Yerusalem yang megah itu. Dan, di dalam pasal yang kedua dari kitab Galatia, Paulus berkata: “Dan aku membawa Titus bersama-sama denganku.” Yaitu, Titus yang merupakan contoh dari apa yang dapat dilakukan Allah kepada seorang penyembah berhala yang berkebangsaan Yunani. Di masa mudanya, kepadanya tidak diajarkan kitab-kitab suci. Dia tidak mengetahui apapun mengenai Allah yang sejati. Dia merupakan seorang pendukung besar yang hebat dari seorang anak muda yang dengan gemerlapnya telah diselamatkan.

 

Dan demikian, pada saat Paulus berangkat menuju kota Yerusalem, untuk mengunjungi konperensi Yerusalem, dengan Barnabas, untuk menetapkan hal-hal yang menyangkut bagaimana seseorang itu dapat diselamatkan, Paulus berkata: “Dan aku membawa Titus bersama-sama denganku.” Dia merupakan Bukti yang Pertama. Dia merupakan perwakilan Allah tentang apa yang dapat dilakukan oleh Allah terhadap seseorang yang mau hanya melihat kepada Yesus dan akan diselamatkan, hanya dengan percaya di dalam Tuhan. Demikianlah Titus! Saya akan berfikir bahwa diperlukan banyak semangat rohani hanya untuk membuat Titus bersaksi, sangat sedikit mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu. Titus menjadi pokok perdebatan. Hal itu tidak mengganggu Titus – anak muda besar yang hebat, baik dan kuat. Dia hanya akan berdiri di sana sebagai suatu pameran dari apayang mampu di lakukan Allah di dalam kasih karunia Kristus dan sesudahnya – bukankan hal itu luar biasa bagaimana kejadian-kejadian yang pertama sekali dari kehidupan seorang sahabat akan membuat pola dari seluruh arah sesudahnya. Kemudian, Titus merupakan seorang contoh hidup dari pengajaran tentang kasih dari Anak Allah.

 

            Sekarang, hal ini merupakan salah satu hal yang paling ganjil dan paling aneh di dalam Alkitab: Titus tidak pernah disebut di dalam kitab Kisah Para Rasul; namanya tidak tidak pernah disinggung. Segala hal yang saudara-saudara ketahui mengenai Titus adalah berada di dalam Suratnya Paulus. Sebagai contoh, di dalam kitab Surat yang kedua kepada jemaat di Korintus, Paulus akan menyebutkan nama Titus di dalam sembilan waktu yang berbeda di dalam satu surat itu. Walaupun begitu, dia tidak pernah disebutkan di dalam kitab Kisah Para Rasul. Sekarang pertanyaannya adalah, mengapa? Baiklah, saya akan memberitahukan mengapa dari apa yang saya pikirkan – dan saya tidak memiliki waktu yang cukup untuk menjelaskan mengapa saya berfikiran seperti itu – akan tetapi saya akan memberitahukan kepada saudara-saudara apa yang saya pikirkan. Saya berfikir bahwa Titus adalah saudara dari Lukas. Saya memiliki pemikiran bahwa Lukas dan Titus adalah bersaudara. Dan saya menduga bahwa Titus adalah adik dari dokter yang terkasih itu. Dan saya memiliki sebab yang hebat untuk memikirkannya karena cara dari Paulus menyebutkan kedua orang tersebut di dalam surat-suratnya. Oleh karena itu, muncul dari keserhanaan, muncul dari perasaan yang tulus, Lukas tidak pernah menyebutkan adiknya yang mulia itu, Lukas tidak pernah mengacu kepadanya. Tetapi, oh, bagaimana dia digambarkan di dalam penjemaatan rasul Paulus?

 

Baiklah. Bagaimana dia membayangkannya? Baiklah, inilah dia. Sekarang, inilah Titus. Dalam perjalanan missionarisnya yang ketiga, Paulus menetap di Efesus selama lebih dari tiga tahun lamanya. Dan sementara Paulus berada di Efesus – di sisi dari Aegea, ibukota dari propinsi Asia, Romawi – sementara Paulus masih berada di kota Efesus itu, ditengah-tengah penjemaatannya yang luar biasa itu, di kota Korintus di dekat sini, mereka sedang memiliki yang paling … ah, begitu jujurnya kepada kebaikan, begitu hina dina, begitu sempurna, Gereja Baptist! Tidak ada kesukaran yang mereka tidak miliki! Mereka hanya berada di dalamnya sampai ke tengkuk mereka. Semua orang saling berseteru dan meresa kerepotan dan berkelahi anatara satu dengan yang lain.

 

Mereka telah mendapatkan sisi pilihannya. Saya menduga ketika mereka pergi ke gereja, semua mereka seperti Apollo yang duduk di sisi yang sana, dan semua orang yang seperti Paulus duduk di sisi yang sana, dan semua oang yang menyukai Kefas (Simon Petrus) duduk di sebelah sana, dan semuanya yang berkata:  “Kami berada di sebelah sini hanya untuk Kristus.” Oh, sungguh merupakan tempat yang mengerikan!

 

            Sekarang, di tengah-tengah kesukaran yang tragis di dalam gereja di Korintus itu, rasul Paulus mengutus Timotius kesana untuk menguatkan meeka. Baiklah. Dapatkah saudara-sauadara membayangkan ketika seseorang yang pemalu, pendiam, suka meenung, dan sesitif seperti Timoteus pergi ke sana untuk melakukan peperangan dengan pemegang kapak-kapak panjang dan para ksatria di Korintus. Mengapa, saudara, mereka memijak-mijak dia, mereka medorong-dorong dia. Saya tidak tahu semua apa yang mereka lakukan terhadap Timotius, akan tetapi apapun yang mereka lakukan, hal itu membuat kemarahan Paulus tiada taranya. Oh, dia mengambilnya dengan keras! Dia menuliskan surat kepada mereka yang membakar mereka; dan kita telah kehilangan surat itu. Bukankah itu hal yang memalukan – kehilangan surat itu! Oh, Saya berharap saya memiliki surat itu! Saya berharap saya yang mendapatkan surat itu. Kita telah menghilangkannya. Dia mengulitinya hidup-hidup. Diancam untuk datang ke sana dengan sebuah tongkatnya sendiri.

 

Bagaimanapun juga, ketika Timotius kembali kepada Paulus di kota Efesus, hal tersebut tidak mengatur apapun juga – sama sekali tidak mengatur apapun juga. Sungguh tragis yang terjadi di Korintus itu, gereja besar yang indah itu di dalam kota perdagangan yang besar itu. Dan semuanya bercerai-berai di dalam hal yang bersifat pemecah-belahan serta penghancuran, di dalam perselisihan, pertempuran dan perkelahian.

 

            Baiklah, ketika Timotius kembali, apa yang dilakukan oleh Paulus? Sekarang, saudara-saudara mengetahui apa yang dilakukannya: “Datanglah kemari, Titus.” Dan kemudian Titus duduk di sana serta Paulus memberitahukan dia mengenai segala hal dan apa yang telah dilakukannya. Dan Paulus menuliskan surat yang lain, yang mana adalah kitab 1 Korintus. Dan di dalamnya dia meletakkannya di dalam tangan Titus seraya berkata: “Titus, aku menginginkan supaya engkau pergi ke gereja di Korintus sana,dan aku ingin supaya engkau menguatkan gereja tersebut dan membawanya kembali ketempat mana seharusnya gereja itu dibawa dahulunya – gereja Tuhan.”

 

Baiklah, Titus kemudian ditinggalkan dengan kitab 1 Korintus, surat itu, berada di dalam tangannya, dan pergi ke Korintus di tengah-tengah kesesakan dan kesukaran yang mengerikan di Korintus sana. Baiklah. Sekarang Paulus berada di sini, di kota Efesus. Sekarang, ketika Titus telah pergi, dia melakukan perjanjian untuk bertemu dengannya di Troy. Titus sedang berada di dalam perjalanannya untuk pulang dari Koirntus menuju ke Troy, dan Paulus akan menemuinya di Troy dari Efesus dan mengetahui bagaimana Titus muncul.

 

Baiklah, diberkatilah hatimu, saudara-saudara: Sementara Titus masih berada di Korintus, melakukan yang terbaik kepada gereja yang sedang mendapatkan kesukaran itu, mengapa Paulus berada di Efesus. Dan dia harus meninggalkan Efesus sebelum dia merencanakannya. Apakah saudara-saudara ingat? Para pandai emas dan pandai perak secara bersama-sama dan meninggikan suara-suara yang bising tentang “Kemuliaan kepada Artemis, kemuliaan kepada Diana dari Efesus!” Dan Paulus harus segera pergi.

 

Dan kemudian, ketika mereka menuju ke kota Troy, Titus tidak berada di sana. Dia tidak mendapatkan waktu untuk menyelesaikan tugasnya. Dan Paulus mengatakan bahwa dia begitu gelisah, dan begitu penuh perhatian dan keprihatinan terhadap gereja di Korintus, sehingga dia tidak dapat tinggal lebih lama lagi di kota Troy lebih lama lagi. Maka dia menyeberangi Hellespont menuju ke Makedonia. Dan di Makedonia, wilayah kekaisaran Filipi, dia bertemu dengan Titus yang sedang pulang dari Korintus – dengan berita seperti apa gerangan? Berita yang sangat menyenangkan! Titus telah memecahkan semua permasalahan, ia telah bertemu dengan semua situasi. Dan bukan hanya itu, ia telah membawa sejumlah koleksi benda-benda yang luar biasa untuk orang-orang suci. Bukankah itu merupakan suatu pemandangan yang indah? Bukankah itu suatu hal yang luar biasa? Demikianlah Titus untuk anda! Dia bukan hanya memukul kepala mereka bersama-sama dan menguatkan mereka scara bersama-sama, akan tetapi Titus memotong mereka, Titus menggembalakan mereka, dan dia mendapatkan sebuah koleksi yang hebat.

 

Sekarang, saya ingin menunjukkan sesuatu kepada saudara-saudara sekalian di dalam Alkitab: bagi saya, ayat-ayat yang paling indah dari semua kesusasteraan, di dunia ini, dari segala bahasa, dari semua generasi, dari semua waktu atau semua zaman – literatur yang paling indah di dunia ini adalah kitab 2 Korintus satu sampai dengan ayatnya yang ketujuh. Tidak ada puisi yang seperti itu, tidak ada keagungan sebuah prosa seperti itu, terhadap pengangkatan pemikiran, terhadap kefasihan berbicara mengenai kemuliaan di dunia ini. Dan bagaimana bisa Paulus menuliskannya ketika dia bertemu dengan Titus di Makedonia, ketika kembali dari Korintus? Paulus mendapatkan ledakan pujian yang dahsayt itu ketika Paulus sedang duduk dan menuliskan kitab 2 Korintus dan mengutus Titus kembali ke Korintus dengan kitab 2 Korintus tersebut.

 

Dan dia menuliskan pujian serta kemuliaan yang indah kepada Tuhan itu ketika Titus telah kembali. Dan semua masalah telah diselesaikan dan semua hal menjadi sangat menyenangkan terlebih kepada tenaga pujian serta kekuatan intelektual dan penampilan fisik serta pengabdian di dalam hidup dari orang Yunani yang telah bertobat dan beralih agama ini.

 

Oh, sudah jam dua belas! Bagaimana bisa sampai jam dua belas? Dan saya telah sedemikian rupa mempersiapkan kesimpulan terhadap khotbah ini. Titus sedang bersama-sama dengan Paulus sepanjang sisa perjalanan mereka. Ketika Paulus keluar dari penjara, dia menyebarkan agama melalui pulau Kreta dan dia meninggalkan Titus di sana untuk mengorganisir gereja di Pulau Kreta itu. Lalu kemudian, di dalam surat terakhirnya, dia telah mengutus Titus untuk pergi ke Dalmatia, yang mana merupakan daerah yang kasar dan berbatu-batu di dalam mana dia mampu untuk menjemaat. Dan kemudian kita kehilangan penglihatan terhadapnya – dan akan melihatnya dan menemuinya di hari-hari yang penuh dengan kemuliaan!

 

            Saya sangat tidak menyukai untuk menutup seperti ini, akan tetapi saya rasa saya harus melakukannya. Jika saya tidak dapat meliputi apa yang harus saya katakan di dalam tiga puluh lima sampai empat puluh menit, yang mana menjadi waktu biasanya saya memberikan khotbah, dan saya tidak layak untuk mendapatkan kesempatan untuk menutup sebuah khotbah sebagaimana seharusnya khotbah itu ditutup. Hal itu sangat menyakitkan hati saya sama dengan apabila saya tidak melakukannya. Ketika saya mempersiapkan khotbah-khotbah ini dengan tekun dan tidak dapat mengajarkan keseluruhannya, hal itu sangat menyakitkan hati saya. Akan tetapi pada akhirnya saya akan sampai untuk berkhotbah selama dua atau tiga jam jika saya membiaran diri saya melakukannya. Apakah saudara-saudara tahu? Maka kita harus menghentikannya! Harus menghentikannya!

 

Dan kemudian di sana ada sesuatu hal yang lain lagi: Orang-orang tidak akan bertobat hanya karena kefasihan berbicara dari pengkhotbah itu. Jika mereka melakukannya, mereka tidak akan bertobat. Orang-orang akan bertobat karena kebenaran dari Alkitab dan karena Roh Allah. Dan demikianah seruan kita.

 

Sekarang kita telah sampai kepada momen kudus yang berharga, seseorang pada hari ini yang mau bersaksi dan berkata: “Pada hari ini aku menyerahkan hatiku kepada Kristus untuk menajdi seorang Kristen dan inilah aku.” Atau seseorang yang mau memberikan hidupnya kepada Gereja; atau sekeluarga yang untuk datang karena Tuhan akan berfirman dan memimpin di depan: “Maukah saudara berdiri di samping saya, pak Pendeta. Aku memberikan tanganku kepadamu; aku memberikan hatiku kepada Allah.”

 

Sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.