DIA TETAP SETIA

(HE ABIDETH FAITHFUL)

 

Dr. W. A. Criswell

 

10/19/58a

2 Timotius 2:11-13

 

 

Ini adalah Pendeta yang membawakan warta pagi hari yang diberi judul, DIA TETAP SETIA. Di dalam pelajaran kita melalui firman Allah, kita berada di dalam pasal yang kedua dari kitab 2 Timotius. 

 

Pada hari Minggu malam yang lalu, kita telah berakhir dengan ayat yang kesembilan dari pasal yang kedua tersebut, “tetapi firman Allah tidak terbelenggu.” “Saya terbelenggu dan dipenjara,” demikian dituliskan oleh Paulus, “tetapi firman Allah tidak terbelenggu.”

 

“Karena itu aku sabar menanggung semua itu bagi orang-orang pilihan Allah, supaya mereka juga mendapatkan keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.

Benarlah perkataan ini: “Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia;

Jika kita bertekun, kita pun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita;

Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

 

Pernah sekali, saya menyebutkan kalimat kecil itu; pistos ho logos. Kalimat yang diterjemahkan, “Perkataan ini benar.” Dan saya menyebutkannya kepada kenyataan bahwa ada sebanyak empat buah kalimat yang seperti itu.

 

Dan saya membacanya di sini, di dalam surat-surat penjemaatan ini. Dan salah seorang pemuda yang cerdas di dalam kongregasi ini yang bersama-sama dengannya dia membawa Perjanjian yang dengan menggunakan bahasa Yunani tersebut, mendatangi saya setelah kebaktian itu.

 

Dan dia berkata, “Pak Pendeta, anda mengatakan hanya ada empat. Ternyata ada lima kalimat.” Dan dia menunjukkannya kepada saya.

 

Alasan mengapa saya melewatkannya karena saya tidak pernah mengikutinya di dalam bahasa Yuanani seperti yang seharusnya saya lakukan, karena di dalam satu contoh pistos ho logos diterjemahkan sebagai berikut, “Benarlah perkataan ini.”

 

Dan saya hanya mengikuti King James Version di mana kalimat itu diterjemahkan, “Perkataan ini benar.” Tetapi ada sebanyak lima kalimat yang sama, seperti yang telah ditunjukkan oleh pemuda itu kepada saya.

 

Di dalam kitab 1 Timotius 1 ayatnya yang ke15, “Perkataan ini benar.” Pistos ho logos. “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan diantara mereka akulah yang paling berdosa.”

 

Yang kedua, di dalam kitab 1 Timotius 3:1, “Benarlah perkataan ini.” Tetapi perkataan pistos ho logos, “Benarlah perkataan ini: “Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.” 

 

Ayat yang selanjutnya berada di dalam kitab 1 Timotius pasal yang yang ke 4 dari ayatnya yang ke 8, “tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya.” 

 

Sekarang, yang keempat ialah nats saya dan yang terakhir ialah yang berada di dalam pasal terakhir dari kitab Titus. Kitab Titus 3 : 8, “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia.

 

Ada sebanyak lima ayat di dalam surat-surat penjemaatan yang singkat dan pendek ini. Ayat-ayat tersebut mengatakan bahwa dengan jelas terlontar dari mulut nabi-nabi Kristen awal yang terinspirasi seperti Agabus. Dan ayat-ayat emas tersebut dibuat menjadi sebuah peribahasa atau amsal yang disampaikan dari mulut ke mulut, dan dari hati ke hati, serta memperkaya setiap jiwa setiap kali amsal itu diulangi.

 

Dan sebanyak lima ayat yang telah saya katakan, telah dikemas oleh Paulus di dalam sinar inspirasi keilahian. Sepertinya mereka memiliki urut-urutan, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,” dan diantara mereka akulah yang paling berdosa.” 

 

Seorang manusia mungkin saja belum mampu, kurang mampu untuk mengajarkan sebuah khotbah yang tidak tertulis, akan tetapi dia dapat saja mengulangi perkataan-perkataan tersebut. Dan keseluruhan Injil itu ada di dalam sebuah kalimat.

 

Kemudian yang selanjutnya, “tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” Kasih karunia keselamatan yang berlipat dua begitu bebasnya dilimpahkan di dalamTuhan kita.

 

Dan kemudian yang terakhir, “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik.” Pelayanan yang dilakukan oleh Anak Allah kepada Tuhan-Nya dan kepada bangsa-Nya. Sungguh merupakan perkataan-perkataan yang luar biasa. 

 

Saya telah berkotbah di dalam dua kebaktian mengenai dua dari antara mereka dan ini merupakan khotbah yang ketiga tentang ayat yang lainnya. 

 

 

Benarlah perkataan ini,

Jika kita mati dengan Dia,

kita pun akan hidup dengan Dia.

Jika kita bertekun dengan Dia,

kita pun akan ikut memerintah dengan Dia. 

jika kita menyangkal Dia,

Dia pun akan menyangkal kita.

Jika kita tidak percaya,

Meskipun begitu Dia tetap setia,

karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya. 

 

Hal itu hampir dapat dipastikan merupakan sebuah himne Kristen permulaan.  Bentuk dari padanya. Ukuran dari padanya. Suku-suku katanya sama seperti miniatur dari Mazmur.

 

Saya akan berfikiran bahwa pada kenyataannya semua ekspositor dan komentator anda akan menempatkannya di dalam bentuk metrik – di dalam satuan meter atau ayat dan bait – dan akan menyebutnya sebagai sebuah lagu dari orang-orang Kristen awal.

 

Salah satu dari himne dan lagu serta tembang-tembang spiritual tersebut dengan mana kongregasi tersebut telah memperbaikinya antara satu dengan yang lainnya. Ini adalah salah satu dari mereka. 

 

Saya telah menyalinnya di sini di dalam selembar kertas kecil ini, dari Kitab Suci bahasa Yunani saya, bagi saudara-saudara sekalian agar dapat melihat bagaimana kalimat itu mengalir.

 

Ei gar - untuk, ei gar sunapethanomenKai suzesomen

Ei hupomenomenKai sumbasileusomen

Ei arnesometha kakeinos arnesetai hemas

Ei apistoumen ekeinos pistos menei,

arnesasthai gar heauton ou dunatai.

 

“Jika supaya kita mati bersama-sama

Dan Dia harus meletakkan-Nya

Juga kita akan hidup bersama-sama dengan Dia.” 

 

Ei, jika, hupomenomen, kita bertekun. Di sini diterjemahkan, “menderita.” Jika kita menderita, jika kita bertekun. Dan pengertiannya ialah tugas dan pekerjaan serta beban. 

 

Jika hupomenomen, kita bertekun.

 

Kai sumbasileusomen. Seorang basileus ialah seorang raja. Segera, bersama-sama dengan Dia,  kita akan basileusomen – kita akan memerintah dengan Dia.

Kita akan menjadi raja-raja dengan Dia. Ei arnesometha. Jika kita menyangkal. Jika kita menyangkal, juga, Dia pun akan menyangkal kita.

 

Jika, ei apistoumen.  apis, a, penyangkalan, mula pertama - alpha privative - theos. Tuhan, theosSatu orang yang tidak percaya di dalam Tuhan.

 

Jika kita tidak setia, apistoumenEkeinos yang satu itu, setia, menei, tetap.  Arnesasthai, untuk menyangkal diri-Nya, ou dunatai, tidak memungkinkan.

 

Tidak diragukan lagi merupakan sebuah himne dari orang-orang Kristen permulaan dahulu. Dan sekarang telah dicatat di dalam Kitab Suci dan dikemas selamanya di dalam inspirasi keilahian, “Jika kita mati dengan Dia, kita pun akan hidup dengan Dia.” Hal itu merupakan sebuah gambaran penuh arti yang tiada bandingannya dari peraturan permandian yang suci.

 

Kita dikuburkan bersama-sama dengan Tuhan kita. Kita mati dengan Tuhan kita. Kita telah mati bersama dengan Tuhan kita. Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Kristus, Tuhan kita. Dan kita bangkit untuk berkalan di dalam corak kehidupan yang baru untuk kita tinggali bersama-sama dengan Dia. Kematian tidak lagi memiliki kekuasaan atas salah satu anak-anak Tuhan, karena kita tinggal di dalam hidup yang telah dibangkitkan. 

 

Bagi dunia kita telah mati di dalam Kristus.

Bagi surga kita hidup di dalam Dia. 

Jika kita mati bersama dengan Dia,

Jika kita telah mati bersama dengan Dia,

Telah disalibkan bersaa dengan Dia,

Atau dikuburkan bersama dengan Dia,

Kita juga akan dibangkitkan bersama dengan Dia

Di dalam kemiripan-Nya yang gemilang. 

 

Lalu kemudian bait atau ayat yang kedua, 

 

Jika kita ikut menderita bersama dengan Dia,

Kita juga akan memerintah bersama dengan Dia.

 

Menderita adalah sebuah nasib yang umum – merupakan nasib yang umum dari seluruh umat manusia. Bukan hanya khusus kepada orang Kristen saja. Semua manusia menderita. Kita dilahirkan ke dunia ini di dalam penderitaan.

 

Ketika kita meninggalkan dunia ini, kita akan memasuki gerbang kegelapan dan kematian melalui penderitaan. Mungkin terdapat sebuah lautan tanpa sebuah gelombang, akan tetapi tidak bagi manusia tanpa sebuah kesengsaraan.

 

Seorang kepala keluarga zaman dahulu yang sudah tua berkata, “Kaum pria yang dilahirkan oleh kaum wanita, dari beberapa hari serta penuh dengan kesesakan. Kaum pria dilahirkan ke dalam kesesakan,” dia mengulanginya, “seperti kunang-kunang yang terbang ke atas.” Untuk menderita merupakan nasib yang umum bagi seluruh umat manusia.

 

Ikut menderita tidak selalu membawa bersamanya sebuah imbalan upah. Karena seorang penderita tidak berarti bahwa kepada dia akan dianugerahi suatu upah dari Tuhan. Hal itu bergantung pada bagaimana kita menderita, untuk alasan apa kita menderita, kepada siapa kita menderita.

 

Salah satu penjelasan yang paling mengerikan yang dapat saya bayangkan adalah untuk mengambil suatu perumpamaan dari kisah tentang orang kaya dan Lasarus itu. “Dan orang kaya itu meninggal dan di dalam neraka dia membuka kedua matanya.” Dan Lasarus meninggal – pengemis yang miskin itu yang memohon atas remah-remah dari meja di pintu rumahnya – Lasarus meninggal dan diangkat oleh para malaikat ke dalam anggota keluarga Abraham.”

 

Sungguh sebuah komentar yang sangat buruk yang mengikuti kisah tersebut dan dikatakan sebagai berikut, “Di dalah hidupnya orang kaya itu menikmati dirinya. Oleh sebab itu, dia mengalami kesengsaraan di dalam kehidupan yang akan datang. Dan orang miskin itu menderita serta berduka di dalam kehidupan ini. Oleh sebab itu, dia mendapatkan penghiburan di dalam kehidupan yang akan datang.”

 

Tidak. Orang yang miskin itu, Lasarus, memiliki hatinya di surga. Dan dia telah dibawa ketempat mana hatinya berada ketika dia meninggal dunia. Akan tetapi orang kaya tersebut tidak membuka kedua matanya untuk melihat kepada Tuhan, dia juga tidak menyesalinya, dia juga tidak mendengarkan kesaksian dari Musa serta para nabi. Dan ketika dia meninggal dunia, dia kehilangan apa yang dimilikinya di dalam kehidupan ini, dan dia kehilangan jiwanya di dalam kehidupan yang akan datang.

 

Ikut menderita di dalam penderitaan itu sendiri tidak mendapatkan upah apapun dari Tuhan. Miriam, saudara perempuan dari Musa. Karena dia memburuk-burukkan sauadarnya, dia terkena serangan penyakit kusta.

 

Uzia, raja yang baik hati itu. Karena tergesa-gesa dan dan gegabah, dengan di sengaja dia masuk ke dalam bait suci mengira jabatan yang mana diberikan sendiri oleh Tuhan kepada Imam Besar,  terkena serangan penyakit kusta. 

 

Nabi dari dewa Baal. Memanjatkan doanya kepada dewa palsu mereka di gunung Karmel, mencabik-cabik dirinya sendiri samapi mereka terluka dan berdarah.

 

Flagellasi kebiaraan, merupakan hal yang membuat manusia menjadi malu, deraan cambuk di badan, penyangkalan diri. Segala hal yang ada di dalam diri mereka adalah kehampaan, begitu juga mereka tidak membawakan imbalan dari suatu upah apapun.

 

Hanya apabila kita ikut menderita bersama dengan Dia, apabila kita ikut menderita untuk Dia. Hanya di dalam Kristus bahwa kita akan menerima sebuah upah. “Jika kita ikut menderita bersama dengan Dia, Kita juga akan memerintah bersama dengan Dia.”

 

Upah kita di dalam penderitaan datang hanya ketika penderitaan itu didedikasikan dan atas nama Kristus Tuhan kita. Untuk menderita di dalam penderitaan itu sendiri, nasib yang biasa dari seluruh manusia, tidak membawa imbalan apapun bersama-sama dengannya.

 

Penderitaan kita di zaman ini, hampir bersifat penyesalan. Dan nada yang saya dekati untuk saya singgung tidak mampu akan tetapi sedikit banyaknya bersifat meminta maaf. Dan meskipun begitu – seolah-olah di Amerika dan di kota Dallas kita tidak digergaji menjadi hancur dan tanpa hasil, dan kita tidak berkeluyuran mengenakan bulu domba dan bulu kambing, dan seolah-olah hari-hari tentang tungku perapiannya raja Nebukadnezar telah berakhir, meskipun apinya masih tetapi berada di bumi ini.

 

Saya mengenal beberapa keluarga di sini. Seorang suami dari siapa, seorang istri dari siapa, atau seorang anak yang dari siapa mengalami celaan dan penghinaan dan nama-nama ejekan karena iman kepercayaan mereka serta pengabdian mereka kepada Kristus. Dan mereka menjumpainya di dalam lingkungan keluarga. Mereka menemukannya ketika mereka pulang ke rumah.

 

Saya mengenal orang-orang yang karena alasan ini yang bekerja di kantor-kantor serta di bengkel-bengkel di mana sulit untuk menjadi seorang Kristen yang benar dan jujur serta beriman dan setia. Sering kali para pengiklan itu menaiki gunung yang tinggi, atau para misionaris itu yang menjelajahi lautan luas, atau guru-guru Sekolah Minggu yang setia itu, atau saksi terhadap Kristus yang berhati tulus itu melakukan hal yang demikian pada sebuah pengorbanan.

 

Banyak orang kepada siapa pondasi dari gereja yang megah ini didirikan, banyak sekali dari orang tersebut yang datang kemari yang bekerja dan berusaha dengan pengorbanan dan pamrih.

 

“Jika kita ikut menderita bersama dengan Dia, Kita juga akan memerintah bersama dengan Dia.” Tuhan Allah melarang bahwa seluruh perbuatan kita harus dengan tanpa beban terhadap diri kita sendiri.

 

Raja Daud mengatakan, “Saya tidak akan memberikan apapun kepada Tuhan yang tidak membebani aku apa-apa.” Datang saja jika hal itu sesuai. Berikan saja jika sesuatu masih tersisa. Perbuatlah jika ternyata hal tersebut menyenangkan hati kita.

 

Ikut sertalah di dalam pelayanan terhadap Kristus jika hal itu sesuai. Oh, serat dari penyerahan itu begitu kasar seperti bunga karang dan tekstur dari penyerahan itu membusuk dan buruk. Betapa luar biasa cara Tuhan memberkati seseorang yang melayani Dia dengan suatu pengorbanan. 

Orang-orang yang telah beberapa kali saya baca yang mengatakan bahwa penganiayaan serta perbuatan dan kesengsaraan tidak pernah menyakiti gereja. Hal tersebut menaruh baja di dalam aliran darah mereka. Hal tersebut menaruh besi di dalam otot-otot mereka. Hal itu menaruh otot dan kekuatan di dalam pengakuan mereka serta di dalam kesaksian mereka.

 

Saya menduga bahwa tidak ada amsal yang telah diciptakan di dalam sebuah gereja Kristen yang lebih sering diulangi atau lebih pasti menjadi benar, “Darah dari seorang martir merupakan benih dari gereja.” “Jika kita ikut menderita bersama dengan Dia – jika harus berkorban dan menderita – kita juga akan memerintah bersama dengan Dia. 

 

“Jika kita mengangkal Dia, Dia juga akan menyangkal kita.” :Jika” sungguh merupakan sebuah kata yang mengerikan.  “Jika kita mengangkal Dia, Dia juga akan menyangkal kita.” Dan meskipun begitu, sama mengerikannya dengan kalimat yang sederhana itu, bagaimana secara karakteristik dapat menjadi benar. Jika kita menyangkal Dia. 

“Bukan aku, ya Tuhan?” Ketika tuan itu menetapkan Perjamuan Malam yang terakhir, “Seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”

 

“Bukan aku, ya Tuhan?” kata Simon Petrus. “Apakah itu aku? Tuhan, walaupun seluruh dunia menyangkal Engkau, tidak begitu dengan aku.”

 

Dan murid yang lainnya juga mengatakan hal yang sama, karena telah ditanya dengan sikap menghina, ketika Yudas ditanya dengan pandangan yang mengejek dengan kasar bertanya, “Tuhan, Engkau sedang membicarakan aku.”

 

“Jika kita mengangkal Dia” - Jika kita mengangkal Dia, menyangkal Dia dengan terbuka, agak secara pengajaran, agak sedikit ingkar. Dan ada berapa banyak mereka itu. Ketika parade itu sedang berlangsung dan panji-panji berkibar, serta sangkakala dibunyikan dan medali serta penghargaan dan pengakuan diberikan, mereka berada di atas kereta yang membawa pemain musik. 

 

Akan tetapi jika tembakan-tembakan itu menyebar dan berjatuhan dan perlindungan-perlindungan yang ada mendapatkan serangan dan tempat menuang besi itu direbut, mereka menyembunyikan diri mereka di dalam kandang-kandang dan gua-gua dan menunggu sampai angkara murka itu lewat dan cuaca yang cerah yang terang kembali datang.

 

Oh, sungguh suatu kemungkinan yang mengerikan. “Jika kita mengangkal Dia, Dia juga akan menyangkal kita.”

 

“Mereka bukan kepunyaan-Ku. Mereka bukan milik-Ku.” Dia akan menyangkal kita. “Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”  “Jika kita tidak percaya.” 

Di dalam kitab Yohannes, dari pasal yang telah kita bacakan sebelumnya, ada pertanyaan yang telah ditanyakan, “Apakah ada dari para penguasa yang percaya akan Dia?” Itu merupakan sebuah pertanyaan pemeriksaan. “Apakah ada dari para penguasa yang percaya akan Dia?”

 

Pertanyaan itu diajukan di Sanhedrin.  “Apakah ada dari para penguasa yang percaya akan Dia?” Pertanyaan itu diajukan oleh para pemimpin bangsa itu.

 

Pertanyaan itu merupakan sebuah pertanyaan pendeklamasian. “Apakah ada dari para penguasa yang percaya akan Dia?” Tidak. Tak seorangpun yang percaya. Dan para pemimpin dari pemikir zaman sekarang ini mungkin tidak percaya akan Tuhan kita yang telah bangkit dan Hidup itu.

 

Albert Einstein, ketika dia meninggal dunia, sepertinya saya agak merasa karena dia telah membukakan zaman atom ini dan dan dia merupakan seorang besar yang mengagumkan.

 

Laporan dari surat kabar yang telah saya baca mengatakan – dan dari apa yang dapat saya pelajari hal tersebut telah dibuktikan – Albert Einstein mengatakan, “Saya tidak percaya kepada Tuhan Allah. Saya adalah seorang Atheis, dan saya ingin dikebumikan dengan cara yang sesuai dengannya.” Dan dia telah dikebumikan sesuai dengan hal tersebut.

 

Para pemimpin pemikiran. Apakah mereka percaya akan Tuhan Allah kita? Mereka tidak berada di zaman permulaan dahulu kala. Orang-orang yang berpandangan keliru dan orang-orang yang tersesat serta kaum metafisis bangsa Yunani itu mengejek Injil tentang Anak Allah tersebut.

 

Di hutan semak belukar Epikuros, di serambi Zeno, di akademi milik Plato, di dalam ruang kuliah Aristoteles, di dalam majelis Areopagus, tidak satu orangpun yang percaya kepada Kristus.

 

Hanya beberapa orang saja yang mengikut kepada Paulus ketika dia mengajar di kota Athena, dan mereka adalah segelintir orang-orang yang termiskin. Injil mendapatkan perlindungannya untuk pertama kalinya di tempat-tempat perbengkelan dan di penginapan-penginapan yang hina. “Jika kita tidak percaya, meskipun demikian, Dia tetap setia.”

 

Jika para pemimpin-pemimpin kita akan pemikiran, akan ilmu pengetahuan, akan pemerintah, akan kesusasteraan – jika mereka tidak percaya, Dia tetap orang yang sama. Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri.

 

Apa akibatnya apabila para pemimpin umat Kristen yang tidak percaya kepada Dia? Oh, sungguh suatu hal yang ganjil untuk dikatakan di dalam sebuah mimbar Kristen. Apa akibatnya apabila para pemimpin gereja yang tidak percaya kepada Dia?

 

Adalah menjadi sebuah kesan kepada saya bahwa di dalam mimbar modern itu, kebanyakan pengajar dari zaman modern ini yang tidak percaya kepada Tuhan.

 

Mereka tidak percaya bahwa Dia lahir dari seorang Perawan. Mereka percaya bahwa Dia lahir sama seperti kelahiran manusia lainnya, dengan proses yang alami dan Dia adalah seorang manusia biasa saja. Mereka tidak percaya di dalam kuasa-kuasa mujizat-Nya.

 

Mereka fikir semua mujizat ini sama substansi dan urat serta teksturnya seperti yang dapat saudara-saudara lihat di dalam perumpamaan-perumpamaan Aesop atau di dalam kisah Bulu Domba Emas karangan Jason.

 

Mereka tidak percaya di dalam kebangkitan langsung Tuhan kita. Mereka berfikiran bahwa yang bangkit itu adalah semacam hantu. Hal itu merupakan suatu penyimpangan psikologis. Mereka tidak percaya akan Raja yang akan datang nanti serta akan kesudahan zaman yang telah beribu-ribu tahun lamanya.

 

Mereka percaya bahwa semua ini datang dari sebuah proses evolusioner. Mereka memberinya kesempatan untuk berevolusi, dan suatu hari nanti kita akan dimusnahkan lalu tumbuh menjadi malaikat-malaikat utama atau menjadi serafim. Demikianlah tipikal dari mimbar modern tersebut.

 

Apa akibatnya apabila para pemimpin dari dunia Kristen tidak mempercayai inspirasi serta wahyu gaib dari Kitab Suci ini?

 

Apa akibatnya apabila mereka percaya bahwa Yesus hanyalah seperti manusia biasa lainnya, kecuali bahwa Dia adalah manusia yang lebih baik, dan lebih mampu serta lebih bijaksana dan berpandangan luas serta bersifat kenabian di dalam penglihatan-Nya? Bagaimana jika mereka mempercayainya?

 

Mengapa? Apa? Di mana? Bagaimana? Apakah Tuhan Allah telah merubah maksud-Nya? Apakah Tuhan Allah telah menarik kembali pilihan-Nya yang terpilih? Apakah pondasinya telah digeser? Tidak. “Jika kita tidak percaya, meskipun demikian, Dia tetap setia.”

 

“Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri.” Dia tidak berubah. Dia adalah Tuhan yang sama, dan Kristus yang sama. Dan Allah yang sama, Juru Selamat yang sama. “Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

 

Jika seseorang kehilangan rasa kepercayaannya kepada firman Allah itu karena kebodohan dari pengajaran bahwa manusia akan diselamatkan, dan mereka menyembunyikan Injil yang sebenarnya – dan mereka menggelapkan ajaran yang sejati dibelakang tatacara serta upacara-upacara dan sakramen-sakramen. Apa akibatnya apabila mereka melakukannya? “Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”

 

Apa akibatnya apabila manusia kehilangan iman kepercayaannya di dalam anjuran dari sebuah doa yang mampu menumbangkan kerajaan-kerajaan serta menggulingkan kekaisaran? Apakah akibatnya seandainya gereja dari Yesus Kristus menjadi seperti yang di Laodikia?

 

Kehilangan kerendahan hati serta kesederhanaannya di dalam kekayaannya serta di dalam pengaruhnya serta di dalam kemakmurannya kepada Tuhan Allah.

 

Apakah akibatnya andaikata ketika Anak Manusia datang, Dia tidak menemukan adanya iman kepercayaan di muka bumi ini? Apakah akibatnya seandainya kita tidak percaya? “Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” Tuhan tidak pernah berubah. Dia tetap Tuhan yang sama untuk selama-lamanya.

 

Dan bolehkah saya menutup khotbah ini dengan sebuah kesaksian dari kepercayaan yang sederhana akan tetapi mendalam seperti di dalam jiwa? Jika kita menyangkal Dia, jika kita tidak percaya, Dia tetap setia. Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.

 

Tuhan kita tidak padam – Tuhan kita bukan pasir hisap. Dia adalah batu karang. Sebuah pondasi. Tuhan kita bukanlah sebuah meteor. Dia seperti bintang di surga yang kekal, tetap dan abadi. Tuhan kita adalah Anak Allah.

 

“Engkau adalah anakku. Pada hari ini Aku telah memperanakkan Engkau. Bagi-Mu telah Aku tetapkan takhta di Sinai [baca, Sion]. Telah Ku-berikan kepada-Nya bangsa-bangsa sebagai suatu warisan dan bagian terdalam di bumi sebagai milik-Nya.” 

 

Hal itu merupakan keputusan dari Tuhan Allah Yang Mahakuasa. Dia tetap setia. Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya. Dia tidak akan pernah berubah.

 

Bagaimanapun juga kita dan dengan bagaimanapun arah angin pengajaran bertipu kepada kita dan bagaimanapun kita boleh menyangkal atau mengingkarinya, Dia tetap sama. Dia tidak dapat berubah di dalam sifat-Nya atau di dalam karakter-Nya. Dia adalah Yesus Kristus. Yesus Kristus yang sama di hari-hari yang lalu, dan pada hari ini serta selamanya. Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya.

 

Dia tetap yang sama di dalam jabatan-Nya. Dia adalah Nabi yang agung dan Nabi yangagung itu tetap untuk selama-lamanya. Dia adalah Imam Besar kita setelah urutan dari Melkisedek Dan Dia adalah Imam Besar yang agung untuk selama-lamanya.

 

Dia adalah Raja yang Agung dari Surga, dan Raja yang terakhir dari muka bumi ini, dan Dia tidak pernah membaringkan Tongkat Kerajaan-Nya. 

 

Dia adalah Gembala dari kawanan ternak Yang akan menjaga domba-domba-Nya untuk selama-lamanya. Dia adalah sahabat yang menempel lebih erat daripada seorang saudara. Dia adalah Mempelai Yang akan selalu mengasihi Pengantin Wanita-Nya untuk selama-lamanya. Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya. Dia tetap setia selamanya. 

Tuhan kita yang Diurapi tidak akan berubah di dalam firman-firman-Nya. Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya. “Rumpuit akan mengering dan bunga akan menjadi layu, tetapi Firman dan janji Tuhan kita akan tetap untuk selamanya.” Surga dan bumi dapat berlalu, akan tetapi Firman ini tidak akan pernah berlalu.

 

Dia tidak dapat berubah di dalam jabatan-Nya. Dia tidak dapat berubah di dalam karakter-Nya. Dia tidak dapat berubah di dalam firman-Nya. Dia tidak dapat berubah di dalam Keselamatan-Nya. “Jika kita tidak percaya, meskipun begitu Dia tetap setia.  Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya.” 

 

Meskipun saya boleh saja menolaknya dengan angkuh serta mengolok-oloknya dan menginjaknya dengan telapak kaki dan melakukannya, akan tetapi tindakan dan cinta serta kasih karunia amsal dari Tuhan Allah di dalam keselamatan yang kita kenal di dalam Kristus Yesus selalu sama.

 

Apakah saya mengejek atau tidak, apakah saya percaya atau tidak, apakah saya menerimanya atau tidak, hal itu tetap untuk selamanya. Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya. 

 

Tuhan kita telah memikul kematian bagi setiap orang. Bagi saudara-saudara, apakah saya menerima Dia atau tidak. Tuhan kita wafat karena dosa-dosa saya – karena dosa-dosa kita apakah saya menerima Dia atau tidak. Tuhan kita adalah Perdamaian yang Agung untuk semua dosa di dunia ini, apakah saya menerima uluran kasih karunia-Nya atau tidak. Dia tetap setia, Dia tidak dapat - Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya. 

 

Ajakan Juru Selamat yang mulia untuk datang kepada perdamaian tersebut. Kursi Kasih Karunia itu. Tutup yang dari emas tersebut. Tabut Perjanjian tersebut. Tempat untuk bersyafaat tersebut. Tempat pertemuan antara jiwa manusia dengan Tuhan Allah.

 

Kudus dari antara yang kudus. Hal itu tetap di surga untuk selamanya. Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya. Jika kita mengingkari Dia, “Jika kita tidak percaya, meskipun begitu Dia tetap setia.  Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya.”

 

Dia tidak dapat berubah di dalam jabatan-Nya. Dia tidak dapat berubah di dalam karakter-Nya. Dia tidak dapat berubah di dalam firman-Nya. Dia tidak dapat berubah di dalam Keselamatan-Nya. Dia tidak berubah di dalam tujuan akhir-Nya serta maksud  akhir-Nya bagi kita di muka bumi ini.

 

Tuhan kita hidup dan berkuasa, Raja Surgawi, dan sedang menanti musuh-musuh-Nya untuk dijadikan sebagai ganjal-Nya. Ketika pada akhirnya dan pada penghabisannya di dalam keputusan serta di dalam maksud Tuhan, Dia akan memerintah sebagai uhan di muka bumi ini. Jika kita tidak percaya, jika kita menyangkal, “Dia tetap setia, Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya.”

 

Maksud-Nya akan cepat menjadi matang, terbentang setiap saat. Keputusan-keputusan yang kuat dari pada Tuhan itu tidak akan pernah diremukkan atau dihentikan.

Rencana itu akan tetap berjalan sampai pada akhirnya akan mencapai suatu penyempurnaan yang gemilang yang mana telah dituliskan dengan jelas di dalam kemenangan akhir dari Anak Domba dengan bangsa Tuhan di dalam lembaran-lembaran Kitab Suci tersebut.

 

Apakah akibatnya seandainya hari-hari penderitaan itu datang? Apakah akibatnya andaikata hari meluapnya kemurkaan Tuhan Allah datang?

 

Apakah akibatnya apabila hari penderitaan serta kesesakan Yakub datang? Untuk diri-Nya telah dimateraikan oleh Tuhan sebanyak dua belas ribu dari suku Yehuda, serta dua belas ribu orang dari suku Ruben, dan dua belas ribu dari suku Yusuf serta sebanyak dua belas ribu orang banyaknya dari suku Lewi.

 

Dan dengan seratus empat puluh empat ribu itu Dia akan tetap membuat Injil-Nya diberitakan di muka bumi ini, oleh para martir serta orang-orang kudus Tuhan.

 

Dimandikan di dalam darah Anak Domba dan dimandikan di dalam darah mereka sendiri, kemenangan besar kerajaan Allah dengan api, dengan pedang, dengan pasak, melalui penjara bawah tanah, melalui penganiayaan, melalui kemartiran, melalui maut. Jika kita tidak percaya, jika kita menyangkal, Dia tetap setia.

 

Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya. Seperti pasang surutnya gelombang di lautan, pergi dan datang kembali, dan pada akhirnya ombak keperakan telah memberikan tempat kepada kotoran, kepada lumpur, kepada tanah dan kepada hal-hal yang kotor lainnya. Akan tetapi engkau tungguilah. Engkau nantikanlah. Tuhan Allah belum selesai.

 

Ombak pertama yang muncul, diikuti kemudian oleh yang lainnya, dan yang lainnya, demikian seterusnya. Maju, datang, naik. Sampai pada akhirnya penuhnya benih tersebut telah dimulai.

 

Seluruh permukaan bumi dipenuhi oleh pengetahuan dari Tuhan seperti air yang menutupi lautan. Jika kita menyangkal Dia, jika kita tidak percaya kepada Dia, meskipun demikian Dia tetap setia. Dia tidak dapat mengingkari diri-Nya.

 

Kemenangan terakhir dan penghabisan selalu bersama-sama dengan Tuhan. Jika kita percaya, jika kita yakin, jika kita menyerah kepada-Nya, menyerahkan hidup kita, jiwa kita, kita saling berbagi di dalam kebangkitan tersebut, di dalam keselamatan surgawi tersebut. Komunitas bangsa Tuhan itu. Jika kita menolak, kita menutup pintu-pintu. Kita mencegahnya. Akan tetapi Dia tetap Tuhan. Dan Dia tetap sama. Dan maksud-Nya tidak pernah bimbang.

 

Untuk saya - Oh, Tuhan tolong kami. Terpujilah Tuhan yang tetap mengasihi kami serta tetap memelihara kami. Adalah kewajiban saya untuk yakin kepada-Nya, untuk mengikut Dia, untuk memiliki-Nya, untuk bersaksi kepada-Nya. Dan demikianlah seruan kita untuk pagi hari ini.

 

Di dalam balkon dan di sekitarnya, di dalam kerumunan orang banyak ini, di dalam desakan orang banyak yang berada di lantai yang lebih rendah ini, turunilah salah satu anak tangga itu untuk masuk ke dalam lorong ini. Maukah saudara-saudara datang dan memberikan tanganmu?

 

“Pak Pendeta, di pagi hari ini aku telah memberikan hatiku kepada Yesus, dan aku akan memberikan tanganku sebagai bukti akan kepercayaan itu.”

 

Engkau dan keluargamu. Satu orang, seseorang dari antaramu. “Inilah aku, Pak Pendeta, menyerahkan hidupku dengan orang-orang luar biasa di dalam gereja ini.” Kita mendapatkan tuaian yang luar biasa pada pukul delapan lewat lima belas menit. Melalui Pembaptisan.

 

Melalui surat. Pada saat yang khidmat ini ketika orang-orang meminta akan surga dan berseru untukmu, maukah engkau datang? “Pada hari ini, dengan rendah hati, dengan penuh keyakinan, aku memberikan hidupku kepada Kristus.” Atau, “Pagi hari ini kita menyerahkan hidup kita di dalam persekutuan gereja ini.”

 

Maukah saudara-saudara datang? Pada nada yang pertama dan pada ayat yang pertama, turun dan masukilah lorong ini dari sini sampai ke depan. Maukah saudara-saudara melakukannya sekarang juga? Sementara kita semua berdiri dan berdoa, dengan sungguh-sungguh menyanyikan permohonan ini.