FIRMAN ALLAH TIDAK TERBELENGGU

(WORD OF GOD NOT BOUND)

 

Dr. W. A. Criswell

 

10-12-58B

II Timotius 2:2-9

 

Dan warta untuk malam hari ini adalah teks: FIRMAN ALLAH TIDAK TERBELENGGU. Diambil dari kitab Dua Timotius 2:7-13. Perbandingan yang dibuat di sana oleh rasul itu antara belenggunya sendiri serta dipenjarakan dan kemerdekaan yang digambarkannya di dalam pikirannya karena firman Allah adalah yang paling mengesankan.

 

Paulus tidak menghabiskan bagian kecil dalam kehidupannya sebagai pekabar Injil di dalam penjara, di dalam tahanan, dirantai oleh para prajurit, dirantaikan ke sebuah batu. Kedua kakinya disarungkan. Tidak ada bagian yang kecil dalam hidupnya, dia dibelenggu, dipenjarakan di propinsi-propinsi seperti di Filipi, seperti di Yudea dan seperti di Kaisarea.

 

Dan selama bertahun-tahun penahanannya di Roma, dan penahanan yang terakhir serta yang penghabisan ini di dalam mana dia kehilangan nyawanya. Akan tetapi ketika rasul itu menghabiskan waktu selama bertahun-tahun dibelenggu dan diikat dengan rantai di balik sebuah dinding batu yang berat, atau di dalam penjara bawah tanah yang dipahat dari sebuah batu yang sangat besar, dia mengangkat hatinya, dia mengangkat wajahnya, dan di balik dinding-dinding batu tersebut dan di balik jeruji penjara tersebut, dia melihat adanya kemerdekaan, perkembang-biakan, penaburan, penyebaran Firman Allah.

 

Firman itu tidak dapat di rantai. Tidak dapat dipertimatikan. Tidak dapat dimakamkan. Tidak dapat dibunuh atau dieksekusi ataupun dipenggal. Di balik semua dinding dan jeruji, di balik setiap areal pegunungan dan lautan, bahkan sampai kepada kepulauan yang ada di samudra yang jauh, dia melihat firman yang bersayap dari Roh Kudus Allah.

 

Aku diikat, dirantai dan dipenjarakan, tetapi Firman Allah tidak terbelenggu.

 

Dan warta untuk malam hari ini merupakan sebuah penegasan dari ucapan yang mulia dari rasul Paulus, kekuatan, kekuasaan, keabadian, Firman Allah yang tidak terkalahkan: “Karena Firman Allah tidak terbelenggu;” di dalam kitab Yesaya 55:11:

 

demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: “ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kuhendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.”

 

Dankebencian yang sadis serta permusuhan yang kejam tidak dapat menghalanginya.

 

“Tetapi Josafat berkata kepada Ahab, raja Israel: [1 Raja-Raja 22:4] “Apakah aku boleh pergi berperang ke Ramot-Gilead atau aku membatalkannya? Tempat itu milik kita, akan tetapi terletak di dalam genggaman bangsa Syria yang memuja berhala itu.

 

Dan Ahab berkata: Biarkanlah aku memanggil dahulu semua nabi-nabiku dan bertanya kepada mereka. Dan para nabi palsu itu, mengetahui bahwa Ahab berkeinginan untuk memimpin pasukannya ke dalam sebuah barisan besar yang telah dinubuatkan yang mengatakan, Tuhan Allah telah menganugerahkan Ramot-Gilead kepadamu. Pergilah dan Tuhan akan menyerahkannya ke dalam tanganmu.

 

Tetapi Yosafat, raja dari Yehuda itu berkata kepada Ahab: “Tidak adakah lagi di sini seorang nabi Tuhan, supaya dengan perantaraannya kita dapat meminta petunjuk?

 

Dan Ahab menjawab ya, masih ada seorang lagi, tetapi aku membenci dia karena ia tidak pernah menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka.

 

Yosafat menjawab: “Janganlah raja berkata demikian. Jemputlah dia. Maka Mikha datang dan berdiri di hadapan raja Israel. Ahab menanyakan dia pertanyaan tersebut: Bolehkah aku pergi?

 

Dan Mikha, nabi Allah yang sebenarnya menjawab: “Telah kuliha seluruh Israel bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu Tuhan berfirman: “Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke rumahnya dengan selamat.” Karena sang raja telah meninggal.

 

Dan Ahab berkata kepada Yosafat: “Bukankah telah kukatakan kepadamu, Tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan hanya malapetaka? Dan dia memanggil masuk kepala pasukannya dan berkata: “Bawalah orang ini, Mikha, dan masukkanlah dia ke dalam penjara dan beri dia makan roti sedikit serta air minum sedikit sampai aku pulang kembali dengan selamat dengan kejayaan serta kemenangan.”

 

Lalu kemudian Ahab berkata kepada Yosafat, “Engkau masuk ke dalam pertempuran dengan mengenakan pakaian kebesaran seorang raja, sementara aku akan menyamarkan diriku sendiri.”

 

Lalu Ahab menyamarkan dirinya dan masuk ke dalam pertempuran di Ramot-Gilead. Dan seorang pemanah dari pasukan Aram menarik anak panah itu dengan busurnya, melepaskannya dengan sembarangan saja tanpa membidikkannya. Dan anak panah itu melesat menembus udara.

 

Dan anak panah tersebut menemukan sambungan pada baju zirah raja Ahab dan menusuknya sampai tembus ke jantungnya, dan darahnya mengalir ke dalam palung kereta. Dan ketika barisan tentara Israel melihat bahwa raja mereka telah terjatuh dan mati, mereka berseru seperti apa yang telah diucapkan oleh nabi Tuhan: “Baiklah masing-masing pulang ke rumahnya, Baiklah masing-masing pulang ke tendanya, Baiklah masing-masing pulang ke tempatnya.”

 

Dan mereka membawa Ahab kembali ke Samaria. Mereka membersihkan darah Ahab dari keretanya sesuai dengan perkataan yang diucapkan nabi Tuhan, bahwa anjing-anjing akan menjilati darah raja itu.

 

Kekekalan Firman Allah yang hidup dan yang tak terkalahkan, permusuhan dan kebencian tidak dapat meminta untuk tidak melakukannya, ataupun merubahnya dari menyelesaikan maksud kepada mana Tuhan Allah telah mengirimkannya. Karena firman Allah itu tidak terbelenggu.

 

Dan Yoyakim, yang membaca peraturan dari nabi Yeremia di dalam istana musim dinginnya, berkata: “Bawakan padaku sebuah pisau lipat. Dan dia mengambil pisau lipatnya itu, dan dia memotong-motong Alkitab, firman dari Tuhan itu, lembaran demi lembarannya dan membakarnya ke dalam api.

 

Akan tetapi walaupun demikian perkataan Yeremia terjadi juga. Raja dari Babilonia akan datang dan merebut istananya ini, serta menghancurkan istananya ini, dan mayat-mayat itu akan dibuang keluar di bawah teriknya matahari siang dan membeku dalam dinginnya malam.

 

Karena firman Allah tidak terbelenggu. Ketidak-terkalahkan kerajaan itu yang nyata tidak dapat menghalanginya ataupun merintanginya. Di zaman dahulu kala, pasukan yang paling ganas dan kejam dan tak berperi kemanusiaan dan sadis dan tidak mengenal ampun serta yang paling berjaya yang pernah menyebar di seluruh permukaan bumi ini adalah pasukan dari bangsa Syria yang keji dan sadis itu.

 

Banteng Mengamuk dari Asyur merupakan sebuah pertanda dari penaklukan yang mengerikan dari sebuah pasukan penakluk yang tak terkalahkan. Monomen-monumen mereka telah dinyatakan kepada kita bahwa lebih sering daripada satu kali di dalam setiap dua tahun, bala tentara yang sangat besar jumlahnya itu meluap dari kota Niniwe dan keluar dari negeri Asyur, dan mereka memporak-porandakan seluruh muka bumi ini. Dan kemanapun mereka pergi, kemenangan selalu bersama-sama dengan mereka.

 

Sanherib, Sargon, Tiglath-pilesar, penghancuran kota Samaria, serta dibawanya dan ditawannya kesepuluh suku dari utara tersebut. Mereka membukakan jendela-jendela. Mereka memporak-porandakan kaum wanita. Mereka menghantamkan anak-anak mereka ke batu.

 

Mereka membunuhi dan memperbudak kaum pria. Mereka menghabisi seluruh bumi. Di zaman pemerintahan Ashurbanipal, Ninewe bangkit sampai kepada puncak kejayaannya. Dan bangsa Asyur, kelihatannya, tak tertaklukkan dan terkalahkan. Dan di zaman itu, di dalam tingginya kemuliaan kota besar Niniwe itu, di sana bangkit seorang nabi yang sederhana yang bernama Nahum .

 

Dia mengangkat tangannya dan berkata: Demikianlah firman Tuhan – dan dia menggambarkan keruntuhan serta kebinasaan dari kota besar tersebut.

 

Tahun demi tahun setelah Nahum menyampaikan Firman Tuhan, datanglah Nabopolassar, bapa dari Nebukadnezar, dengan pasukan sekutunya. Dan mereka menggempur masuk ke Asyur, dan mereka mengepung kota yang tak terkalahkan itu, kota Niniwe dan menemui kegagalan di dalam serangan mereka melawan Asyur.

 

Akan tetapi menurut Firman Allah, kota itu jatuh persis seperti apa yang telah digambarkan oleh Nahum lebih dari lima puluh tahun sebelumnya. Sungai Tigris yang meluap, dan kekuatan yang besar dari sungai yang sedang meluap itu telah menghantam tembok-tembok kota Niniwe dan menghanyutkannya pergi.

 

Dan ketika air telah surut dan gelombang banjir telah reda, pasukan Nabopolassar  masuk ke dalam kota tersebut, membunuh sang raja, dan membinasakan kota Niniwe untuk selamanya. Pasukan besar bala tentara Alexander yang agung berbaris di atas lokasi tersebut dan bahkan tidak mengetahui bahwa di bawah telapak kaki mereka terbaring salah satu peradaban yang besar dari zaman terdahulu.

 

Berdasarkan perkataan dari orangnya Tuhan, karena Firman Allah itu tidak terbelenggu ataupun dilalaikan dan dilupakan.

 

Hilkiah imam itu mendatangi raja tersebut dan berkata: “Di dalam memperbaiki bait suci yang telah terabaikan itu, saya telah menemukan Kitab Suci Tuhan.

 

Kitab itu mungkin telah tergeletak tersia-siakan di dalam rumah-rumah bangsa kita bersama-sama dengan debu, dan sarang laba-laba telah menyelimutinya, akan tetapi Firman Allah tidak terbelenggu. Seorang anak kecil akan memungutnya, seorang anak laki-laki akan membacanya. Seorang anak perempuan akan melihat padanya. Satu keluarga akan bertobat karenanya.

 

Seorang Pekabar Injil yang bergelora akan terlahir di dalam cinta kasih yang menggerakkan dan rasa kasihan serta penyingkapan dari setiap lembarannya. Karena Firman Allah tidak terbelenggu.

 

Di dalam era Kristen, seluruh kekuatan kecerdasan dan penyembahan berhala dari bangsa Romawi, dihempaskan oleh Firman Allah. Sesekali, saudara-saudara akan membaca di dalam sejarah, di dalam buku-buku filosofi, di dalam kesusasteraan, di dalam majalah, sesekali, saudara-saudara akan mendengar suatu ceramah yang berisikan kecaman terhadap ilham dari Firman Tuhan.

 

Bahkan sudah menjadi populer di dalam mimbar modern dari zaman modern kita untuk meremehkan ilham dari pada Kitab Suci. Mitos-mitos serta legenda-legenda di daslam kitab Kejadian, penyimpangan pikiran ini yang membuat para murid berfikir bahwa mereka telah melihat Kristus yang telah bangkit.

 

Mujizat-mujizat ini hanya merupakan sebuah perumpamaan yang telah diatur sedemikian rupa sebelumnya. Di dalam semua manusia yang super, hal-hal yang bersifat gaib, inspirasi dari Firman tersebut, tak lain dan tak bukan hanya merupakan suatu khayalan yang hidup dari orang-orang yang hidup di dalam masa kanak-kanak dari ras manusia tersebut.

 

Hal-hal inilah yang kita fikir sesuatu hal yang baru dan modern. Tidak, di abad yang kedua, ada seorang antagonis terhadap Iman Kepercayaan Kristen yang cerdas, seseorang yang kecerdasannya tidak terbandingkan yang bernama Celsus.

 

Dan sejak zaman dari abad yang kedua itu, zaman dari Celsus itu, setiap pidato kecaman, setiap olok-olok yang bersifat sinis, setiap kritik yang pajit, jahat serta membenci akan inspirasi dari firman Allah hanyalah sebuah peran belaka, sebuah pengulangan dari hal-hal yang sama yang telah dikatakan oleh Celsus di abad yang kedua itu.

 

Kaum intelektual berkebangsaan Perancis itu, seperti: Voltaire, Diderot, Rousseau, tidak menambahkan apapun kepada apa yang telah dikatakan oleh Celsus. Rekan-rekan sejaman mereka, yang sama cerdasnya dan intelektualitas mereka, mereka yang suka memperolok Tuhan dari Inggris seperti Gibbon dan Bolingbroke, serta Hume, mereka tidak kurang dari sekedar mengikuti ucapan-ucapan dari cendekiawan dari Romawi, Celsus itu, seperti seekor beo.

 

Semua hal ini bukan hal yang baru lagi. Serangan-serangan ini tidak asing lagi. Mereka telah mempertajam serangan terhadap ilham akan Firman Allah sejak dari hari Kitab Suci itu dituliskan.

 

Turun ke bawah, Tuhan kita sudah jauh turun ke bawah. Mereka memakukan-Nya di batang kayu itu. Tidaklah mungkin bagi Dia untuk ditahan oleh Salib itu. Menguburkan-Nya di dalam sebuah makam. Tidaklah mungkin bagi-Nya untuk ditahan di dalam kubur itu. Dan diangkat ke dalam kemuliaan, mereka mempertajam serangan-serangan mereka terhadap para saksi, dan kepada kesaksian dari Firman Tuhan.

 

Akan tetapi tidak mungkin bahwa Firman Tuhan akan dibelenggu. Dan di zaman dahulu kala di bawah pemerintahan kaum pemuja berhala Romawi itu, sang kaisar telah memerintahkan pasukannya untuk melakukan tiga hal:

 

Yang pertama untuk menghancurkan semua tempat peribadatan orang Kristen. Yang kedua, menghancurkan setiap individu Kristen; dan yang ketiga, membinasakan Firman Tuhan. Dan kesepuluh penganiayaan besar mulai dari tahun 63 SM sampai dengan tahun 306 SM di bawah pemerintahan Nero, di bawah pemerintahan Trajan, di bawah pemerintahan Diocletian, di bawah pemerintahan Decius, di bawah pemerintahan Julius yang durhaka itu, di bawah pemerintahan sekumpulan lainnya. Semua inilah yang ditargetkan pada saat penghancuran Firman Tuhan yang hidup.

 

Akan tetapi Firman Tuhan tidak terbelenggu. Eusebius -  seorang ahli sejarah gereja yang besar berkata: “Saya telah melihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa Kitab Suci telah disita, telah dirampas serta dibakar di tempat-tempat pasar terbuka di setiap kota-kota besar. Tetapi Firman Tuhan tidak terbelenggu. Pria dan wanita lebih baik memberikan nyawa mereka daripada menyingkapkan di mana rahasia harta karun dari Injil kudus Tuhan yang termaterai dan disembunyikan itu.

 

Dan kemudian hal tersebut jatuh ke dalam penganiayaan yang mengerikan terhadap Paus Roma, hamba Tuhan di Roma. John Wycliffe hidup di sekitar tahun 1320 SM dan 1384 SM. Dan John Wycliffe membaca kata-kata yang kudus ini dan menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Dan begitu pahit penganiayaan yang ditujukan terhadap Alkitab Wycliffe, Firman Tuhan di dalam bahasa yang dipergunakan oleh manusia, bahwa pria dan wanita dibakar sampai mati dengan Alkitab yang digantungkan di leher mereka.

 

Kaum pria dan wanita yang memiliki salinan dari Kitab Suci tersebut dirantai di tiang pancang dan anak-anak mereka dipaksa untuk menyulut apinya yang kemudian menghanguskan orang tua mereka. Tetapi Firman Tuhan tidak terbelenggu.

 

Setelah kematian John Wycliffe, mereka menggali tubuhnya dari kuburannya dan membakarnya serta membuang debunya ke dalam sungai Swift, tetapi sungai Swift mengallir ke sungai Severn, dan sungai Severn mengalir menuju lautan. Dan firman Allah, yang telah diterjemahkan oleh John Wycliffe, telah disebarkan ke seluruh penjuru dunia melalui seluruh tepi pantai di setiap lautan dari benua-benua.

 

Tetapi Firman Tuhan tidak terbelenggu. Seratus lima puluh tahun setelah zaman Wycliffe, hiduplah William Tyndale, dan William Tyndale berkata, “Andaikata Tuhan Allah telah mengmpuni saya, saya akan menyampaikannya kepada anak laki-laki yang mengikuti bajakan di Inggris itu supaya dapat mengetahui lebih banyak lagi tentang firman Allah dari pada para wali gereja yang ada di Roma.”

 

Dan dia menyeberangi terusan itu dan secara rahasia, dia membuat salinan dari firman Allah, dan mereka menyelundupkannya ke Inggris di dalam keliman baju, di dalam karung-karung tepung, di dalam setiap wadah dan setiap cara yang dapat mereka lakukan. Salinan-salinan Kitab Suci tersebut telah diselundupkan ke Inggris. Akhirnya mereka menemukan jejak dari sumber mereka. Mereka menangkap William Tyndale. Mereka mencekiknya sampai mati. Mereka lalu membakar tubuhnya. Akan tetapi dia menyulut api di Inggris yang tidak akan pernah padam, yang membakar zaman sekarang dengan penuh semangat yang agung.

 

Tetapi Firman Tuhan tidak terbelenggu. Jangkauan pesan dari kitab ini berlanjut terus, menjamah setiap benua, menyentuh setiap kepulauan, menyentuh setiap lautan. Salahsatu hal yang paling luar biasa yang dapat saudara-saudara temukan di dalam kisah pekerjaan pekabaran yang dilakukan oleh gereja Baptist bagisan Selatan adalah kepulauan-kepulauan di sepanjang pantai Amerika Selatan ini.

 

Beberapa misionaris kulit putih yang telah mengunjungi mereka, menemukan beberapa gereja Baptist di beberapa kepulauan kecil tersebut, tercengang dan merasa kagum. Siapakah gerangan yang telah membangun gereja-gereja tersebut? Siapa yang mengabarkan Injil kepada mereka? Tak seorangpun yang tahu. Tidak ada.

 

Sebuah salinan Firman Allah dihempaskan oleh ombak ke pantai mereka, dan ketika para misionaris mengunjung mereka di kepulauan tersebut, di sana terdapat beberapa gereja Baptist yang kecil itu, yang didirikan oleh Firman Allah yang terhempas oleh ombak di kepulauan mereka, karena Firman Tuhan tidak terbelenggu.

 

Niigima yang berasal dari Jepang, berjalan di sepanjang jalanan di kotanya, Kyoto, melihat selembar kertas yang terapung di air. Lalu dia berhenti dan memungutnya serta membacanya. Kertas itu membwa sebuah pesan kepada jiwanya. Dia bertanya, “Dari mana datangnya lembaran buku ini?” Dia menyadari bahwa lembaran kertas itu merupakan bagian dari larangan dan pencegahan dari firman Allah. Sebagai seorang pemuda yang menginginkan untuk menjadi lebih banyak tahu tentang pesan agung dari Kitab tersebut, dia menyelinap dan bersembunyi sebagai penumpang gelap dengan resiko nyawanya sendiri, berangkat meninggalkan Jepang menuju Shanghai.

 

Menyelinap dari Shanghai, sampai ke Amerika. Di Amerika dia mendapatkan pengajaran tentang Firman Hidup, lalu dia kembali ke Jepang, setelah dibuka oleh Admiral Perry. Diasana dia menetap dan memulai pergerakan Kristen yang terlihat seperti seolah-olah dalam waktu yang tidak lama pergerakan itu akan membuat semua penduduk masuk ke dalam sebuah lingkaran Kristen.

 

Karena Firman Tuhan tidak terbelenggu. Seorang Pekabar Injil melintas keluar masuk – di dalam sebuah distrik – di dalam sebuah distrik desa yang terletak jauh di pedalaman India bagian Utara. Dan dia melihat di seberang jalan, seorang pria yang telah ditelantarkan sampai hampir mati.

 

Kafilah itu meninggalkan dia untuk mati. Dan ketika membungkuk di hadapan pria tersebut, dia berkata, “Apakah anda memiliki harapan?” Dan pria itu menjawabnya, “Darah dari Yesus Kristus, Anak Allah itu, yang telah membersihkan kita dari semua dosa,” dan kemudian dia meninggal.

 

Dan misionaris itu tercengang, melihat di dalam kepalan tangan orang itu selembar kertas, dan dia melepaskan lembaran kertas tersebut dari genggaman tangan dari orang yang telah meninggal itu. Dan di sana terdapat selembar kertas yang berasal dari halaman Kitab Suci Tuhan, lembaran yang memuat kitab Satu Yohannes: Karena For Darah dari Yesus Kristus, Anak Allah itu, yang telah membersihkan kita dari semua dosa.”

 

Firman Allah itu tidak terbelenggu. Saya telah mendengar dari beberapa prajurit Amerika yang telah kembali dari samudra Pasifik ini, beberapa dari mereka telah diturunkan dengan menggunakan parasut. Beberapa dari antara mereka telah dihempaskan oleh ombak ke tepi pantai di kepulauan itu, dengan perasaan takut.

 

Kaum kanibal, orang-orang biadab itu. Kemudian, mendengarkan mereka menyanyikan sebuah lagu yang telah mereka dengarkan dari ibunya yang bernyanyi atau dari jemaat di kampung halaman mereka di sini di Amerika ini. Dan di sana, di bawah atap jerami, dengan sebuah salib kecil di atasnya, orang-orang biadab itu, kaum kanibal tersebut, menyanyikan lagu Tuhan, seraya membaca dari Kitab Suci Tuhan.

 

Mereka telah dimenangkan oleh kesaksian serta pujian terhadap Yesus Kristus. Dan beberapa dari antara mereka yang telah diterjunkan dari angkasa itu, yang telah dihempaskan ombak sampai ke pantai itu. Beberapa dari antara orang-orang itu telah berpaling kepada Kristus oleh kesaksian serta pengakuan yang paling berkelimpahan dari orang-orang yang berada di Pasifik Selatan itu.

 

Karena Firman Tuhan tidak terbelenggu. Saya pernah berdiri di tepi pantai dari samudra Pasifik yang besar, luas dan tak terbatas itu. Dan andaikata hari itu akan pernah datang ketika dasarnya telah menjadi kering seperti debu dan airnya telah menguap, Kitab yang sedang saya pegang di dalam tangan saya ini akan tetap sebagai sebuah mata air dan sungai dari air kehidupan.

 

Saya pernah berdiri dan dan memandang pada cakupan yang luas dari Sierra Nevada. Salah satu cakupan bijih besi yang terbesar di dunia ini. Dan ketika gunung batu datar yang luas itu, timbunan bjih batu yang luar biasa besarnya itu akan menjadi hancur menjadi debu,  batuAnd when those flatrocks in that vast, colossal heap shall have crumbled to dust, Kitab yang sedang saya pegang di dalam tangan saya ini akan tetap sebagai gunung batu sepanjang zaman.

 

Saya telah berdiri di bawah cakrawala angkasa dan melihat ke pada bintang di atas, yang bersinar di atas sana, dan ketika bintang-bintang tersebut bertambah tua dan menghilang, Kitab yang sedang saya pegang di dalam tangan saya ini akan tetap menjadi terang untuk dunia.

 

Saya memproyeksikan apa yang telah dikatakan oleh para ilmuwan ini, bahwa suatu hari nanti matahari akan menjadi padam. Atau matahari akan meleleh dengan sebuah panas yang sangat kuat dan kemudian akan menjadi hancur. Dan bumi ini akan menjadi pucat dan dingin. Ketika langit dan bumi telah berlalu, Kitab yang sedang saya pegang di dalam tangan saya ini akan tetap hidup dan ada untuk selamanya.

 

Jika setiap jilid buku, setiap penerbitan firman ini akan dihancurkan, maka di dalam ingatan manusia, setiap suku-suku kata itu dapat direproduksikan kembali. Jika setiap orang akan dibunuh, maka dari literatur-literatur dan monumen-monumen serta dari prasasti di dunia ini, setiap suku-suku kata itu masih dapat direproduksikan kembali.

 

Dan jika dunia ini sendiri telah dimusnahkan, bumi itu sendiri dapat diulangi kembali dari orang-orang kudus serta para malaikat di surga Tuhan Allah: Untuk selamanya, Oh, Tuhan, Firman-Mu tetap di sorga. Tetapi Firman Tuhan tidak terbelenggu.

 

Kita boleh menjadi bimbang dan gagal. Kita boleh bertambah tua dan meninggal. Di sana boleh saja telah diperintahkan terhadap pergerakan-pergerakan yang modern ini, yang sosialis ini, yang totaliter ini, kekatan yang dahsyat untuk mengerahkan, untuk menghancurkan serta untuk membakar Kitab Suci yang saya pegang di dalam genggaman tangan saya ini.

 

Akan tetapi ketika pasukan dari Ashurbanipal dan Tiglath-pilesar, dan Nabopolassar, dan Alexander, dan Firaun, dan Kaisar Romawi, dan Napoleon, dan orang-orang fanatik yang modern dan pamer kepandaian dari dunia yang totaliter ini telah dilupakan dan mati serta dikuburkan, Kitab Suci yang saya pegang di dalam genggaman tangan saya ini akan tetap hidup di dalam kemuliaan dan di dalam kekuasaan serta kejayaan. Karena Firman Tuhan tidak terbelenggu.

 

Sembari kita menyanyikan lagu kita, seseorang dari antara saudara-saudara, pada malam hari ini, anda, berikanlah hatimu di dalam iman kepada Tuhan. Maukah saudara-saudara datang dan berdiri di sebelah saya?

 

Satu keluarga, engkau, berikanlah hidupmu di dalam gereja, maukah saudara-saudara datang dan berdiri di sebelah saya? Di dalam balkon dan disekelilingnya ini, turun ke tangga-tangga ini, ke lantai yang lebih rendah ini, dan dari sini sampai ke depan.

 

“Pak Pendeta, inilah aku datang dan inilah aku. Aku memberikan tanganku kepadamu. Aku menyerahkan hidupku kepada Tuhan Allah. Kami mempertukarkan hidup kami dengan-Mu di dalam gereja ini.”

 

Biar bagaimanapun Roh dari Tuhan akan memimpin, biar bagaimanapun Tuhan Allah akan menyelamatkan, maukah saudara-saudara datang? Maukan saudara-saudara melakukannya sekarang juga?

 

Satu-satunya hal yang tetap setia adalah Firman dan janji yang ada di dalam Kitab Suci itu. Kita semua harus membangun di atas batu karang dari pada janji-janji Alkitab. Seluruh yang lainnya adalah pasir yang tenggelam. Saya memegang batu itu di dalam genggaman tangan saya, Firman itu, janji Tuhan Allah yang tidak berubah itu.

 

Andaikata seseorang membangun hidupnya di atasnya, percaya akan kelepasan. Dia akan hidup untuk selama-lamanya. Ketika badai datang, dan banjir menjulang, serta angin kencang bertiup, rumahnya akan tetap tegak berdiri, karena rumah itu didirikan di atas batu.

 

Jika, di dalam hati saudara-saudara, saudara-saudara akan menyerahkan hidup saudara-saudara dalam iman kepada Firman dan janji Tuhan di dalam Kristus Yesus, maukah saudara-saudara datang dan berdiri di samping saya?

 

“Pak Pendeta, aku memberikan tanganku kepadamu. Aku akan menyerahkan hatiku dalam iman kepada Tuhan dari kitab itu.” Atau masuk ke dalam persekutuan dari gereja ini, sembari kita bernyanyi maukah saudara-saudara datang? Sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.