BERUSAHALAH KE MARI SEBELUM MUSIM DINGIN

(COME BEFORE WINTER)

 

Dr. W. A. Criswell

 

11/30/58

2 Timotius 4:21

 

           

Kepada saudara-saudara yang sedang mendengarkan siaran di radio, saudara-saudara sedang mengikuti kebaktian gereja First Baptist Church di kota Dallas bersama-sama dengan kami. Ini adalah Pendeta yang menyampaikan warta pagi yang berjudul BERUSAHALAH KE MARI SEBELUM MUSIM DINGIN.

 

            Di dalam pelayanan kita melalui Alkitab, kita telah sampai pada pasal yang keempat dari Kitab Timotius yang Kedua, dan yang ini menyimpulkan khotbah di dalam rangkaian yang telah mengikuti nas yang telah dituliskan oleh Paulus kepada anaknya yang masih muda di dalam tugas pelayanan.

 

            Dua Timotius 4:

 

“Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.

Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.

Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.

Berusahalah supaya segera datang kepadaku,

Karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku. Ia telah berangkat ke Tesalonika. Kreskes telah pergi ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.

Hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Jemputlah Markus dan bawalah ia ke mari, karena pelayanannya penting bagiku,

Tikhikus telah kukirim ke Efesus.

Jika engkau ke mari bawa juga jubah yang kutinggalkan di Troas di rumah Karpus dan juga kitab-kitabku, terutama perkamen itu.

Aleksander, tukang tembaga itu, telah berbuat banyak kejahatan terhadap aku. Tuhan akan membalasnya menurut perbuatannya.

Hendaklah engkau juga waspada terhadap dia, karena dia sangat menentang ajaran kita.

Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku – kiranya hal itu jangan ditanggungkan atas mereka -,

Tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa.

Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di sorga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.

Salam kepada Priska dan Akwila dan keluarga Onesiforus.

Erastus tinggal di Korintus dan Trofimus kutinggalkan dalam keadaan sakit di Miletus.

Berusahalah ke mari sebelum musim dingin. Salam dari Ebulus dan Pudes dan Linus dan Klaudia dari semua saudara.

Tuhan menyertai rohmu. Kasih karunia-Nya menyertai kamu! Amin.

 

Pada saat-saat terakhir dan penutupan hidup dari rasul besar itu, ada tiga orang sahabat yang telah disebutkannya nama-nama mereka, yang berdiri bersama-sama dengan dia, yang pertama adalah teman dari sahabatnya. Dia yang berada lebih dekat dari pada seorang saudara; dia yang meletakkan byawanya bagi kita semuanya, sekalipun Tuhan berdiri denganku dan menguatkan aku. Tuhan berada di sampingku, lebih dekat daripada nafas.

 

            Sahabat yang kedua adalah tabib yang kekasih itu, hanya Lukas yang tinggal dengan aku. Semua yang lainnya telah pergi sebelumnya pergi menunaikan tugas di seluruh wilayah kekaisaran yang luas sekali itu atau kalau tidak telah meninggalkan dia seperti yang telah dilakukan oleh Demas. Akan tetapi Lukas berdiri di sampingnya; hanya Lukas yang tinggal dengan aku.

 

            Dan teman yang ketiga adalah anaknya yang masih muda di dalam tugas pelayanan kepada siapa dia menuliskan kata-kata terakhir ini serta membuat seruan yang terakhir kalinya. Pemuda dari Likaon yang pertama kali melihat Paulus ketika dia datang ke Listrum di mana dia tinggal dan di sana dia mendengar rasul itu mengabarkan Injil dari Anak Allah, anak muda yang separuh berkebangsaan Yunani, dan separuh lagi Yahudi itu.

 

            Dan ketika dia mendengarkan Paulus berkhotbah, hatinya ditarik oleh Tuhan Allah ke dalam iman, dan dia telah dibaptis dan menjadi seorang Kristen dan anggota jemaat gereja di Listrum. Dan ketika Paulus melanjutkan tugas pelayanan akan pesan dari Kristus dengan bersungguh-sungguh, penduduk yang berada di dalam kekacauan itu menangkap dia, menyeret dia keluar dari kota dan melemparinya dengan batu, serta meninggalkan dia sampai mati.

 

            Dan dengan keyakinan anak muda ini membungkukkan badan di depan dia, mungkin membersihkan darah dari wajahnya, dan tanpa ragu-ragu membawanya ke rumahnya di mana ibunya yang beriman itu, Eunike dan neneknya yang saleh Lois yang tinggal bersama-sama di dalam rumah tersebut.

 

            Dan Paulus di dalam cara yang dapat diterangkan dan karena beberapa alasan yang tidak kita ketahui, seluruh hidupnya terikat dengan rencana-rencana baja terhadap anak muda ini. Putra rohaninya di dalam tugas pelayanan.

 

            Dan ketika saat-saat terakhir ini datang, dia menuliskan suratnya tyang terakhir kepada anak muda tersebut yang merupakan seorang pendeta di sebuah gereja jauh dari kota Efesus, ibu kota dari propinsi Romawi, Asia.

 

            Dan dia berkata kepada Timotius, katanya, “Kemarilah, dan ketika engkau datang, pergilah ke Troas, dan jubah yang kutinggalkan di rumah Karpus itu engkau bawa juga bersama-sama denganmu sebagai persiapan untuk musim dingin – karena musim panas akan berlalu dan musim dingin akan tiba dan keadaan menjadi dingin di dalam penjara bawah tanah ini.

 

            Dan sementara engkau berada di Troas, pastikan juga untuk membawa kitab-kitabku, akan tetapi khususnya perkamen-perkamen itu, Kitab Suci Perjanjian Lama itu. Akan tetapi yang paling penting, Timotius, datanglah sendirian. Berusahalah, spoudason untuk datang tacheôs, dengan segera kepadaku.

 

            Lalu dia mengulangi hal yang sama, “Spoudason, berusahalah engkau, berusahalah untuk datang sebelum musim dingin. Datanglah, Timotius, dengan segera. Karena saat kematianku sudah dekat. Saya tidak punya banyak waktu lagi.”

 

Maka Timotius muda, dan saya dapat melihatnya, dapatkah saudara-saudara melihatnya juga? Timotius muda menerima surat itu, dan dengan segera dia pergi ke Troas, dan di sana dia mengambil perkamen-perkamen tersebut dan juga kitab-kitab tersebut bersama-sama dengan jubah itu, dan dia memulai perjalanannya ke Italia.

 

            Mengapa dengan bersungguh-sungguh Paulus memohonnya, “Berusahalah engkau untuk untuk datang sebelum musim dingin?” Sebelum musim dingin karena ketika musim dingin tiba, semua pengiriman barang serta pelayaran berakhir di dunia kuno tersebut. Tidak sebuah kapalpun yang memberanikan diri untuk menantang laut terbuka itu.

 

            Ketika musim dingin tiba, bahaya bahkan mendekati sebuah tanggal pelayaran ketika musim dingin diilustrasikan di dalam sebuah badai yang bergelora dari mana kita hanya membaca di dalam pasal yang ke dua puluh tujuh dari kitab Kisah Para Rasul.

 

            Paulus berkata, “Jangan takut untuk masuk ke laut. Yang cepat telah berlalu, yaitu hari penebusan di musim gugur, dan hal itu berbahaya. Dan seharusnya kita mendapatkan musim dingin di sini.” Tidak ada kapal yang berlayat ketika musim dingin tiba.

 

            Jadi hal itu maksudnya ialah seandainya Timotius menunda kedatangannya sampai musim dingin, dia tidak akan dapat datang sampai musim semi yang mendatang. Berarti Paulus tidak akan pernah melihat wajahnya dan mengatakan omongan yang terakhir dan sebagai penutup kepadanya, dan berdoa bersama-sama dengan dia sekali lagi, dan meminta dia untuk dapat memelihara iman serta mendesak dia agar lebih bertekun lagi di dalam tugas pelayanannya.

 

            Karena saat kematianku sudah dekat, Timotius, datanglah sebelum musim dingin tiba. Karena andaikata engkau menunda sampai datangnya musim dingin, artinya aku tidak akan pernah melihatmu lagi. Datanglah. Jadi kita suka untuk berfikir bahwa Timotius dengan segera menempuh perjalanan menuju Troas dan di sana dia menemukan jalan lintas pelayaran melalui Samothrace, negeri di Napoli, berlayar melewati Makedonia sejalan dengan Egnatian Way.

 

            Di laut Adria kembali menemukan jalan lintas pelayaran yang menyeberangi sampai ke Brundisium, di sana mengambil jalan Ostian Way. Dia terburu-buru hendak berada di samping Rasul Paulus di dalam penjara.

 

Saya dapat melihatnya ketika dia duduk dengan rasul itu dan membacakan isi dari kitab-kitab tersebut kepadanya, tetapi khususnya dari perkamen-perkamen itu, kitab Perjanjian Lama itu, gulungan yang berasal dari para nabi itu, dari para pemazmur itu, dan dari Hukum Tauratnya Musa. Dan saya dapat melihat Timotius ketika saat-saat penghabisan datang ketika dia berjalan berdampingan dengan rasul tua itu melalui jalan Ostian Way persis di belakang piramida Cestius, dan di sana, dia melihat ketika Imam Agung Kristus menerima mahkota kemuliaannya.

 

            Datanglah sebelum musim dingin. Ada beberapa hal yang jika tidak kita lakukan sebelum musim dingin tidak dapat kita lakukan. Karena musim berlalu, pintu gerbang keemasan yang terbuka sekarang itu akan ditutup untuk selamanya.

 

            Ombak yang menggulung dengan tinggi saat ini akan surut di keesokan hari. Suara-suara yang berkata-kata sekarang akan dibungkam selamanya setelah musim dingin tiba.

 

            Ketika datangnya waktu musim gugur memberitahukan berlalunya hari-hari, yang sangat cepat waktunya kepada kita. Ketika kelompok itu disusahkan dengan kedatangan malaikat, kemudian ini merupakan waktunya ketika air bergejolak untuk masuk ke dalamnya supaya beroleh kesembuhan.

 

            “Datang, datanglah – datanglah Timotius,” kata rasul Paulus, “datanglah.” Berusahalah engkau untuk datang sebelum musim dingin tiba, karena untuk menundanya berarti tidak pernah datang sama sekali.

 

            Saya ingin menggunakan sebuah pengandaian serta imajinasi, hanya berandai-andai bahwa Timotius menundanya. Ketika dia menerima surat itu dan peringatan serta seruan yang sungguh-sungguh dari rasul tersebut. Dia tidak dengan segera pergi.

 

            Ada pekerjaan yang harus diselesaikan di kota Efesus, di ibukota Asia itu, ada banyak persoalan gereja di sana dan disamping itu, dia memiliki sebuah tugas kepada Miletus dan disamping itu, dia harus pergi ke Kolose, dan disamping itu, gereja di kota Filadelfia serta di Smirna, gereja-gereja di Asia Kecil, sungguh-sunggu membutuhkan penggembalaannya. Dan dia menundanya.

 

Semua hal ini penting, semua panggilan ini bersifat vital. Dan Timotius pergi ke Miletus, dan dia pergi ke Smirna, dan dia pergi ke Filadelfia, dan dia pergi ke Kolose, dan akhirnya dia selesai dengan beban yang berat di Efesus.

 

            Dan kemudian dia melanjutkan perjalanannya ke Troas untuk mencari jalan lintas menyeberangi lautan. Apakah ada sebuah kapal yang berlayar ke Makedonia, atau lebih baik lagi, apakah ada sebuah kapal yang mau berlayar mengelilingi Yunani menuju laut terbuka Mediterania dan meneruskan perjalanan ke Italia?

 

            Dan di sana dia disambut dengan pemberitahuan yang serius, bahwa hari untuk berlayar telah berlalu. Tidak ada lagi kapal yang menuju Italia sampai dengan bulan April, karena musim dingin telah tiba. Dan tidak ada kapal yang berlayar, tidak sampai musim semi tiba.

 

            Dengan berat hati gembala muda itu kembali kepada beban tugasnya di kota Efesus dan sepanjang musim dingin itu, sepanjang hari-hari yang suram itu dan selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan akan musim semi tersebut, dia mencemaskan rasul yang sudah tua itu.

 

            Bagaimana dia menjalaninya dengan baik? Bagaimana pencobaan terakhirnya itu? Dan dia mencela dirinya sendiri karena penundaan ketika musim semi tiba, orang yang pertama turun di pelabuhan Troas itu adalah gembala muda ini.

 

            Kapal pertama yang berlayar, dia berada di dalamnya. Dan ketika kapal tersebut mendarat di Brundisium, dia bergegas menuju jalur Appian. Dia tiba di tempat di mana Paulus telah dipenjara, dan dia bertanya jika dia berada di sana hanya untuk disambut oleh sebuah kutuk dari seorang penjaga dan akan dipukul mundur olehnya.

 

            Dan saya dapat melihat Timotius ketika dia menempuh perjalanannya dengan bergegas ke rumah dari Andronikus atau ke rumah Klaudia atau ke rumah dari Narcisus, atau ke rumah dari Amplias, atau ke rumah dari Julia, dan dia mengetuk pintunya dan dia berkata, “Di mana, di mana, di mana rasul Paulus itu.”

 

Dan mereka melihat kepadanya dan berkata, “Rasul Paulus itu ‑ oh, anda rupanya. Dan anda pastilah si Timotius itu. Tidakkah anda tahu bahwa rasul Paulus itu telah dipenggal kepalanya bulan Desember yang lalu? Setiap kali sipir penjaga memasukkan kunci ke pintu selnya, dia selalu berfikir bahwa andalah yang datang. Pesan yang terakhir yang ditinggalkannya adalah untuk anda. Dia berkata, “Tolong sampaikan kasih sayangku kepada anakku di dalam tugas pelayanan. Katakan pada anakku, Timotius itu, supaya mengenang aku. Katakan padanya agar tetap memelihara iman.”

 

            Datanglah sebelum musim dingin. Oh, hanya fikirkan tentang sakit hatinya serta kekecewaannya, tetapi saya tidak dapat berfikir bahwa adanya kejadian yang terulang dan terulang kembali dalam kehidupan manusia yang lebih menyedihkan lagi daripada hanya kemungkinan.

 

            Dan hal itu sudah terlambat. Dan kita telah membiarkan kesempatan itu terlepas dari jemari kita. Dan hal itu sudah terlambat. Dan kita seharusnya telah melakukannya kemudian, dan seharusnya kita melakukannya sekarang, tetapi pada saat yang lebih sesuai, kita sedang sibuk. Kita memiliki tugas-tugas untuk dikerjakan. Ada beberapa tanggung jawab. Kita telah terpikat. Dan hari-hari berlalu, dan musim dingin telah tiba. Besok pasti akan terlambat.

 

            Dan Yesus mendatangi murid-murid-Nya yang sedang tertidur dan setelah untuk yang ketiga kalinya Dia datang, Dia berkata, “Tidurlah sekarang dan beristirihatlah.” Mengapa kesempatan yang besar untuk menjaga Juru Selamat itu telah hilang untuk selamanya. “Tidurlah sekarang dan beristirihatlah.”

 

            Jakobus, salah seorang dari mereka bertiga, akan menemui ajal sebagai seorang martir. Dari kedua belas murid itu, Yakobus, Yohannes, yang kedua dari mereka bertiga, telah mengetahui arti penderitaan untuk Tuhan di pulau Patmos yang terasing.

 

            Dan Simon Petrus menyerahkan nyawanya dengan jalan disalibkan, akan tetapi murid-murid itu tidak akan pernah lagi mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan saat-saat penderitaan Juru Selamat kita di taman Getsemane. “Tidurlah sekarang dan beristirihatlah.”

 

            Apa? Apa? Apa maksudmu dia telah meninggal? Mengapa, karena masih kemarin saya melihat dia di pojokan jalan Ervay dan Commerce. Dan anda mengatakan bahwa dia telah meninggal dunia? Saya – saya tidak mempercayainya. Saya tidak dapat menyadarinya.

 

            Waktu berlalu dengan cepat, hari-hari berlalu, datanglah sebelum musim dingin. Lihatlah, sekarang adalah saat yang tepat. Lihatlah, sekarang adalah hari keselamatan. Pada hari ini, jika anda mendengar suara-Nya, janganlah engkau keraskan hatimu, datanglah sebelum musim dingin. Berusahalah sebisamu. Datanglah sebelum musim dingin.

 

            Bolehkah saya memberikan beberapa usulan mengapa mendesaknya serta ketergesaan dari seruan Roh Kudus Allah. Yang pertama, karena ketidak pastian hidup tersebut.

 

            Di dalam tanya jawab yang terakhir antara Daud dan Jonathan, Daud berkata kepada sahabat terkasihnya yang terbaik, “Jonathan, ketika jiwamu akan hidup, hanya ada satu langkah antara aku dengan kematian.”

 

            Kita semua memiliki pengalaman seperti itu. Sahabat saya yang terdekat di Baylor berada satu tahun di atas saya. Di sana kami selalu bersama-sama. Dan pada saat kami lulus, dia diterima menjadi pegawai di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perminyakan yang ada di kota Oklahoma.

 

            Kami adalah anak laki-laki yang dibesarkan di bagian barat laut yang jauh terpisah dari juluran wilayah Texas. Dan di dalam sekolah yang datang dari tempat yang sama, sepertinya kami sudah saling terikat.

 

            Di musim panas, setelah dia lulus,  dia sampai ke Amarillo di mana saya berada dan dia menginap selama semalam suntuk bersama-sama dengan saya. Kami mendapatkan sebuah kunjungan yang menyenangkan bersama-sama. Lalu kemudian saya menuju ke kota bersama-sama dengan dia, dan saya menaikkan dia ke atas kereta api, dan dia pulang kembali ke rumahnya di Oklahoma.

 

            Kami memiliki banyak mimpi. Saya akan menjadi seorang gembala dan pengkhotbah, dan dia akan mencari uang sampai satu juta dollar katanya, dan akan memberikannya kepada saya untuk pekerjaan Tuhan. Mimpi yang hanya dapat diimpikan oleh anak-anak muda saja.

 

            Satu juta dollar. Dan dia akan mencarinya dari minyak, katanya, dan dia akan memberikannya kepada saya untuk dapat saya pergunakan di dalam pekerjaan Tuhan.

 

            Saya tidak pernah melihatnya lagi. Ketika saya pergi ke Oklahoma untuk menjadi seorang gembala di sebuah Seminari sebagai tempat kerja saya yang pertama, saya mengunjungi sebuah danau tertentu di Oklahoma dan berdiri di sana di samping danau tersebut. Hanya mengadakan suatu kebakktian hening yang kecil-kecilan saja, sebuah kenangan, sebuah kehidmatan, karena disanalah dia telah tenggelam.

 

            Oh, hal-hal ini datang sebelum musim dingin. Rabi tua dalam Talmud berkata, “Bertobatlah pada hari di mana engkau akan mati.” Akan tetapi seseorang bertanya kepada rabi tua itu, “Bagaimana saya akan tahu ketika hari itu datang sebelum saya mati?” Dan rabi itu menjawab, “Maka bertobatlah pada hari ini. Ketidak pastian akan kehidupan.”

 

            Kembali perubahan dari penyusunan hati. Mengapa, karena saya menduga bahwa setiap pelayan untuk selama-lamanya dapat membicarakan saat-saat ketika manusia hampir sampai kepada Kristus, hampir menyerahkan hati mereka kepada Yesus.

 

            Dan kemudian mereka tidak pernah bergerak menuju kepada Tuhan lagi. Berdiri di sana sementara himne ajakan itu sedang disenandungkan dan air mata menalir dari pipi mereka seperti curahan air hujan, memegang bangku gereja yang berada di depan mereka.

 

            Gemetar, bergerak di bawah keyakinan yang kuat terhadap Roh Kudus Allah. Dan mereka tidak akan pernah menangis lagi. Mereka tidak pernah gemetar lagi. Hati meteka telah mengeras seperti batu. Jiwa mereka beribah menjadi seperti besi.

 

            Jika batubata di dalam dinding-dinding ini bersama-sama dengan batu-batu mereka dapat menjerit dan cahaya dari rumah yang besar ini dapat menjawab, seberapa banyak kisah yang dapat diceritakan mereka tentang manusia yang hampir-hapir diyakinkan.

 

            Dan berkata, “Tidak, tidak sekarang. Mungkin lain kali, mungkin lain hari. Mungkin pada musim yang lebih tepat.” Tetapi hati itu sudah berubah menjadi batu, dan jiwanya menjadi besi, dan hidupnya menjadi tembaga dan mereka tidak akan pernah bergerak lagi.

 

            Datanglah sebelum musim dingin, sebelum salju jatuh di dataran yang lebih tinggi. Sebelum alur padang rumput itu dibekukan oleh dinginnya es. Datanglah sebelum hati itu berubah menjadi pualam dan menginginkan kegagalan. Datanglah sebelum kehidupan itu berakhir. Datanglah sebelum musim dingin tiba.

 

            Saya fikir ketergesaan serta mendesaknya seruan tersebut ditandai oleh berlalunya hari-hari akan kasih karunia. Pada hari ini, saat ini juga, sekarang dan besok, selama lamanya, untuk selamanya ditarik, diambil kembali.

 

            Roh saya berkata bahwa Tuhan Allah tidak selalu berjuang dengan manusia. Dan Esau tidak menemukan tempat untuk pertobatan walaupun dia mencarinya dengan hati-hati dengan tetesan air mata. Dia yang berdosa terhadap Roh Kudus mendosakan sebuah dosa yang abadi.

 

            Ada suatu waktu, saya tidak tahu kapan, saya tidak tahu di mana, yang memberikan tanda akan takdir ataupun keputus-asaan manusia. Ada sebuah garis yang tidak dapat terlihat bagi kita yang melintasi setiap jalan. Perbatasan yang tersembunyi antara kesabaran Tuhan Allah dengan kemurkaan Tuhan Allah.

 

            Dan Tuhan Allah sendiri yang akan menutup pintu tersebut. Dan orang-orang yang sudah sangat tua itu menangis, memukul-mukul bahtera itu, menjerit memanggil nama Nuh, akan tetapi Tuhan Allah telah menutup pintu tersebut.

 

            Dan lima anak gadis bodoh itu mengetuk pintu-pintu dan berkata, bukalah, bukalah. Akan tetapi Tuhan Allah telah menutup pintu itu. Saya tidak dapat mengerti rahasia jiwa manusia. Saya hanya mengetahui bahwa ada suatu hari untuk manusia untuk diselamatkan. Ada suatu waktu bagi seorang manusia untuk menyerahkan hidupnya kepada Tuhan Allah.

 

            Ketika hari itu telah berlalu dan saatnya telah berlalu, dia tidak akan pernah menanggapi. Saya tidak dapat mengerti kerahasiaan itu, dan bukan hak saya untuk mengatakannya. Saya hanya melihatnya di dalam kesengsaraan, di dalam air mata, di dalam kekecewaan.

 

            Datanglah sebelum musim dingin. Pengamatan yang terakhir ini: Datanglah sebelum musim dingin, karena generasi ini sendiri telah berlalu. Begitu cepat, sangat cepat, jika kita tidak datang sebelum musim dingin, kita tidak akan pernah sampai sama sekali. Dan jika kita tidak melakukannya sekarang juga, hal itu tidak akan pernah diselesaikan, karena generasi itu akan segera berlalu.

 

            Bolehkah saya membicarakannya sehubungan dengan anak-anak kita yang masih kecil. Apa yang akan kita lakukan untuk anak-anak kecil ini, kita harus melakukannya sekarang juga. Apapun yang mungkin kita rencanakan dan doakan untuk anak-anak akan generasi lain dan hari-hari lain, apa yang kita lakukan untuk anak-anak ini haruslah diselesaikan saat ini juga.

 

            Apapun yang mungkin telah kita putuskan untuk dilakukan dan direncanakan untuk dilakukan untuk para remaja ini tentang hari yang lain, tentang generasi yang lain, apa yang kita lakukan untuk kaum remaja ini sekarang, harus dengan segera kita lakukan.

 

            Kesokan hari, mereka bertumbuh menjadi pria dewasa dan wanita dewasa, dalam sehari, di dalam bayangan yang berlalu dengan cepat, dan mereka telah pergi.

 

            Apa yang kita lakukan untuk mereka, harus kita lakukan sekarang. Salah satu yang paling dramatis dari semua dari pertemuan para diaken yang pernah saya hadiri di dalam jabatang kependetaan saya sebelum saya datng ke kota Dallas ini. Kita mencoba. Saya sedang mencoba untuk mangajak orang-orang untuk masuk ke dalam program pelayanan kepada para pemuda kita dan khususnya kaum remaja kita.

 

            Dan saya telah mendapatkan suatu kesukaran yang hebat. Sungguh sukar. Ada roh keengganan dan kekurangan akan iman kepercayaan dan penarikan diri, dan hal itu sungguh sulit.

 

            Dan pada akhirnya kami mengumumkan sebuah rapat pada mana hal itu akan diputuskan nantinya, dan pemimpin dari oposisi merupakan seorang yang sukar bagi saya untuk dibujuk, untuk turut serta. Dan dia adalah seorang yang menyenangkan, orang yang baik, akan tetapi dia adalah orang ang sulit bagi saya.

 

            Jadi saya hanya bertanya kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya, “Oh Tuhan Allah, ingatlah pada kami, dan tolonglah kami di dalam pertemuan itu.” Dan ketika pertemuan itu tiba, dan hati saya begitu beratnya, dan jiwa saya begitu lambatnya.

 

            Saya merasakan bahwa maksudnya telah tersesat. Hal itu hampir-hampir menjadi tidak berharga apapun lagi sehingga saya membuat seruan itu dan menekankan program tersebut.

 

            Oh, sungguh sebuah iman yang kecil, betapa mudahnya dilemahkan. Jika hanya kita mau bertanya kepada Tuhan, membisikkan kata itu satu suku kata, satu kalimat, satu kata dari Roh Kudus Tuhan dapat merubah apa yang tidak akan pernah diubah oleh ribuan khotbah. Ribuan permohonan dari seorang gembala tidak akan dapat membuatnya terjadi.

 

            Orang itu berdiri pada suatu titik waktu yang kritis, semua saat yang penting itu, orang itu berdiri dan membuat sebuah seruan kecil dengan suara yang pelan. Dan demikianlah seruan tersebut.

 

            Dia berkata, “Saudara-saudaraku, seperti yang saudara-saudara ketahui, selama ini saya telah menentang program ini. Program ini melibatkan uang dengan jumlah yang sangat besar, dan kita sedang melihat jalan kita menuju sebuah hutang yang besar.

 

            Selama ini saya telah menentang program ini. Tetapi dia menambahkan, beberapa hari belakangan ini, saya telah berdoa, dan saya telah berfikir. Dan dengan sebuah kekuatan yang besar, masuk ke dalam hati saya sendiri, ke dalam keluarga saya sendiri, saya dan istri saya memiliki seorang putri remaja. Dan dia bertumbuh dengan pesat.

 

            “Apa yang kita lakukan untuk putri saya, harus kita lakukan sekarang juga. Karena besok, semua sudah berakhir untuk anak saya, untuk anak gadis saya, untuk putri saya. Apa yang kita lakukan, harus kita lakukan sekarang juga untuk kaum remaja ini dan para pemuda ini. Karena besok mereka telah pergi.”

 

            Kemudian, dengan mengatakan sesuatu yang ditujukan kepada pemimpin pertemuan, dia berkata, “Saudara ketua, saya membuat usulan supaya kita mengadakan program tersebut; kita mambangun gedung itu; kita melakukan pelayanan kepada para pemuda ini.”

 

            Oh, orang itu telah melihat sebuah kebenaran yang perlu untuk diingat oleh kita semua. Saudara-saudara sekalian boleh melakukan pelayanan kepada anak-anak lainnya, tetapi jika ada suatu pelayanan kepada mereka ini, pelayanan-pelayanan itu harus dilakukan sekarang juga.

 

            Kita boleh mencoba membentuk kehidupan dan membuat cetakan kehidupan itu di dalam perencanaan kita serta di dalam penglihatan kita terhadap pemuda lainnya, tetapi apa yang telah dilakukan untuk mereka yang telah kita lakukan, kita harus menyelesaikannya sekarang juga.

 

            Mereka telah bertumbuh dan keesokan hari mereka telah pergi. Dan kebenaran besar yang sama diterapkan di dalam generasi ini. Kita boleh meletakkan rencana dan program-program untuk memenangkan generasi lainnya bagi Kristus, akan tetapi apabila orang-orang ini telah dimenangkan, generasi kita harus dilakukan sekarang juga. Hal itu harus diselesaikan sekarang juga.

 

            Hal ini dengan mendalamnya mendatangi saya ketika saya memikirkan minggu doa Bulan Lottie terhadap tugas-tugas ke luar negeri. Saya telah menyalin dari sebuah buku himne lama sebuah lagu yang kita semua pasti telah biasa mendengarnya.

 

            Pendeta Matti Martin, misionaris di Afrika berkata kepada seorang guru yang telah datang berkunjung dari sebuah desa yang jauh yang meminta untuk seorang guru yang ingin datang ke desanya dan memberitahukan tentang Tuhan Allah kepada mereka semua.

 

            Seandainya jawaban yang mengecewakan dari misionaris itu, “Anda harus menunggu.” Dan orang yang dari Afrika itu menangis, “Oh, guru, berapa lama? Berapa lama kami harus menunggu?” Dan kemudian lagu yang terkenal ini.

 

Sudah lama kita mencari hidup yang kekal.

Bertahun-tahun sudah kita menunggu

Dalam dosa dan pergumulan,

Dalam kegelapan meraba-raba,

Dibuat oleh kesengsaraan yang menyedihkan.

Berapa lama, berapa lama kami harus menunggu?

Engkau tahu kasih Allah beraneka ragam.

Berbagai zaman telah membawamu

Kasih karunia-Nya yang tak terkira,

Damai sejahtera tiada harapan

Rasa takut akan nasib,

Berapa lama, berapa lama kami harus menunggu?

Yang tua menjadi redup

Dan kerinduan akan sahabat,

Bayangan kelam berkumpul membawa akhir.

Sekarang terang menjadi kabur,

Akhirnya bertumbuh,

Berapa lama, berapa lama kami harus menunggu?

 

            Datang, datanglah. Keseluruhan perkataan-perkataan misi mengulangi pengulangannya, datanglah. Datanglah sebelum musim dingin tiba. Karena besok sudah terlambat. Berusahalah engkau untuk datang sebelum musim dingin.

 

            Oh, betapa bersungguh-sungguhnya pemikiran-pemikiran ini. Bagaimana jiwa mencari hidup kita, Tuhan, apa yang seharusnya telah aku lakukan? Apa yang harus saya lakukan?

 

            “Ajakan itu, seruan ini, panggilan ini, pekerjaan ini, kesempatan ini, pintu yang telah terbuka lebar ini, Tuhan, bantu aku untuk melakukannya sekarang juga karena besok semua sudah menjadi terlambat.

 

            Tolonglah kami, ya Tuhan, sebagai seseorang yang akan melakukannya sekarang karena esok hari segalanya menjadi terlambat. Apakah di sana ada jiwa untuk dimenangkan, menangkanlah sekarang juga. Apakah di sana ada kehidupan untuk dijamah, kunjungilah sekarang. Apakah di sana ada sebuah tugas yang telah menyuruh kita melakukannya? Lakukanlah sekarang juga. Sebelum musim dingin tiba, karena esok hari sudah terlambat.

 

            Sembari kita menyanyikan permohonan ini, apakah Tuhan meminta saudara-saudara sekalian untuk datang di pagi hari ini? Lakukanlah sekarang. Lakukanlah hal tersebut sekarang juga. Berikanlah hidupmu kepada Yesus. Lakukanlah sekarang juga. Berikanlah hidupmu di dalam persekutuan dari gereja yang berharga ini. Datanglah sekarang juga.

 

            Tidak akan pernah saudara-saudara baca di dalam Alkitab di mana Roh Kudus berkata, “Besok, suatu hari nanti, suatu waktu nanti, suatu musim yang lebih sesuai nanti.” Tuhan Allah selalu mengatakan sekarang. Pada hari ini, saat ini juga.

 

Di dalam balkon dan sekelilingnya ini, di bawah anak-anak tangga di belakang sana, di depan sini, datanglah. Di dalam kerumunan orang banyak di lantai yang lebih rendahini ini masuk ke dalam lorong itu, dari tengah sampai ke depan, datanglah.

 

            Pada kebaktian pukul delapan lima belas ini, yang enam orang turun ke dalam lorong itu oleh pembaptisan oleh surat. Di saat pagi hari ini, sementara kita memanjatkan doa sementara kita menunggu sementara kita bernyanyi, jika Tuhan Allah meminta saudara-saudara di sini, jika Roh Kudus dari Tuhan Allah berbisik, lakukanlah sekarang juga, datanglah.

 

            Berikanlah kedua tanganmu kepada pendeta itu. Aku menyerahkan hatiku kepada Tuhan Allah, pak Pendeta. Atau, “pada hari ini kami menyerahkan hidup kami ke dalam persekutuan dari gereja ini.” Lakukanlah sekarang juga, datanglah sekarang juga sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.