MENGOBARKAN KARUNIA ALLAH
(STIR UP THE GIFT OF GOD)
Dr. W. A. Criswell
9-14-58A
2 Timotius 1:6
2 Timotius 1:6, “Karena itu kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu,” Oleh banyak pemberitahuan di dalam Kitab Suci, dengan mudah kita dapat menduga bahwa Timotius merupakan seorang gembala muda yang paling rendah hati.
Ketika mereka sedang mengalami begitu banyak kesesakan di kota Korintus, Paulus mengutus Timotius dari kota Efesus untuk pergi ke Korintus untuk menjadi berguna untuk menghilangkan adanya perselisihan di dalam gereja., akan tetapi mereka melihat pada Timotius, kelihatannya, dengan penghinaan serta memperlakukan dia dengan cara yang memilukan dan menghina dia, dan dia berangkat ke sana dengan penuh ketakutan.
Dan kemudian ketika Paulus mengutus Titus, yang kelihatannya harus telah menjadi besar di dalam Injil, dan dia menguatkan mereka. Tetapi kelihatannya Timotius bersama dengan kesedihan, mendapatkan kegagalan yang menyedihkan. Lalu kemudian saudara-saudara dapat melihat melalui nasehat-nasehat di dalam kedua surat tersebut bahwa Timootius agak sedikit mundur, rendah hati dan pemalu.
Di dalam surat yang pertama, pasalnya yang keempat dan ayat yang ke 11 dan yang ke 12, Paulus berkata,
“Beritakanlah dan ajarkanlah semuanya itu. Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.”
Lalu kemudian dia mengatakan di dalam pasal yang pertama di dalam suratnya yang kedua,
“Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah.”
Kemudian di dalam pasal yang kedua dari suratnya yang sama, dikatakan,
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.”
Gembala muda yang pemalu itu kelihatannya sudah menjadi seperti Saul, raja itu, yang menyembunyikan dirinya sendiri, yang bersembunyi di antara barang-barang tersebut. Ketika sudah tiba waktunya untuk dia untuk tampil dan dimahkotai sebagai raja dari bangsa Israel.
Paulus begitu mengasihi dengan begitu mendalam pemuda Timotius ini, sangat mengasihinya. Dan Paulus menginginkan dia untuk menjadi kuat dan penuh dukungan serta tidak kenal rasa takut serta berani dan penuh dengan energi. Dia adalah, seperti yang selalu disebutkan oleh Bob Coleman, seorang roh yang terpilih.
Dan - dan Paulus mencari cara untuk mengobarkan semangatnya di dalam karunia-karunia yang ada begitu indahnya serta begitu mempesonanya dari tangan yang ditumpangkan kepadanya. Saudara-saudara sekalian tentu tidak ingin untuk mengobarkan semangat seekor ular berbisa. Binatang itu merupakan semua yang terburuk dari yang dibangkitkan.
Akan tetapi untuk melihat seorang pemuda seperti Timotius, pemuda yang dipenuhi dengan semua rahmat penuh dukungan dari Paulus yang untuk mendorong keberanian Timotius sehingga dia dapat mengobarkan api di dalam jiwanya. Sekarang, di dalam surat yang pertama, di dalam ayatnya yang keempat Paulus berkata kepada pemuda itu, “Jangan abaikan karunia yang ada di dalam dirimu.”
Dan nats saya berkata, “Kobarkanlah karunia Allah yang ada di dalam dirimu.”
Sekarang, kita harus menerapkan hal tersebut bagi kita semua, karena hal ini telah dituliskan seribu sembilan ratus tahun yang lalu, dan jika hal itu tidak memiliki hubungan bagi kita di zaman sekarang ini, tidak ada alasan bagi kami untuk berkhotbah di sini atau untuk berada di sini.
Akan tetapi semua hal ini telah dituliskan sebagai contoh untuk kita kepada siapa yang mendapatakan teguran tersebut dan akhir dari dunia telah sampai. Jadi hal itu berada di dalam seruan kepada Timotius sebuah seruan untuk kita semua., “Mengapa aku menempatkan engkau di dalam kenangan bahwa engkau mengobarkan karunia Allah yang ada padamu.”
Jadi, seandainya saya dapat mengatakan untuk memulainya bahwa kita semua mendapatkan sebuah karunia dari Tuhan Allah. Masing-masing kita mendapatkannya. Rumahtangga yang agung telah membagi secara adil bagi setiap orang dari hamba-Nya suatu ukuran karunia.
Kita semua mendapatkan sesuatu dari tangan-tangan Tuhan Allah yang penuh dengan kebaikan. Sekarang, berkat-berkat tersebut berbeda. Mereka berbeda sebanyak orang yang menerima berkat-berkat tersebut. Tidak ada orang yang sama persis dengan orang yang lain. Demikian juga tidak seorangpun dari kita yang mendapatkan karunia yang sama persis, talenta yang sama persis yang telah diberikan oleh Tuhan Allah kepada orang lain.
Di dalam pasal yang ke 12, 13, dan yang ke 14 dari kitab Surat 1 Korintus, Paulus menuliskan tentang karunia-karunia roh dari Tuhan Allah “Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya.”
Kemudian semua dari ketiga pasal yang baik sekali itu menyangkut tentang karunia-karunia yang berbeda ini yang telah dilimpahkan oleh Tuhan Allah kepada masing-masing kita. Karunia-karunia tersebut tidak sama. Karunia-karunia tersebut terpisah. Dan pemikiran yang hebat dari Paulus di dalam bagian ayat di dalam kitab 1 Korintus ialah demikian, bahwa tidak ada karunia yang dapat kehilangan bagi gereja tanpa adanya cidera kepada keseluruhan tubuh.
Dia berkata, “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. Andaikata kaki berkata: “Karena aku, bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? Andaikata mata berkata, “Karena aku, bukan telinga, aku tidak termasuk tubuh”. Andaikata telinga berkata, “Karena aku, bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”.
“Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?
“Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya”
“Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Anggota-anggota tubuh yang lemah itu adalah anggota-anggota tubuh yang paling dibutuhkan.
Lalu kemudian dia meneruskan di dalam kesia-siaan yang sama. Maka kita semua mendapatkan karunia-karunia yang berbeda. Dan kita semua dibutuhkan untuk membuat tubuh itu sempurna.
Sekarang, saya ingin mempergunakan beberapa saat untuk menyebutkan satu persatu dari karunia-karunia ini, hal-hal yang telah diberikan oleh Tuhan Allah kepada kita. Kepada masing-masing kita. Ini adalah salah satunya. Karunia untuk berkhotbah. Menjadi mampu berbicara.
Sahabat-sahabat kita yang diam telah menyangkal karunia yang datang dari surga tersebut, akan tetapi kita semua memilikinya. Kita dapat berbicara. Sekarang, hal itulah mengapa Paulus - Paulus membuat hal ini begitu berhubungan dengan kita, “Kobarkanlah karunia Allah yang ada di dalam dirimu.”
Kita berbicara tentang politik dan kita berbicara tentang cuaca, dan kita berbicara tentang situasi internasional, dan kita berbicara tentang kehidupan sosial, dan kita berbicara tentang sekolah-sekolah, dan kita berbicara tentang banyak hal.
Akan tetapi tidak ada rasa humor yang cukup di dalam diri kita serta penugasan di dalam diri kita, untuk berbicara sangat banyak tentang Tuhan kita. Dan hal itu merupakan sebuah kesia-siaan yang menyedihkan. Dan itulah mengapa Paulus menuliskan teks ini bagi kita untuk mengobarkan karunia Allah yang ada di dalam dirimu.
Ada sesuatu di dalam sifat moral dari seorang manusia yang membuat manusia itu dengan tanpa menyadari bertanggung jawab terhadap orang lain yang berada dalam bahaya. Roland Hill merupakan seorang pengkhotbah yang penuh dengan semangat dan seorang pengkhotbah yang dinamis serta berapi-api. Dan orang-orang berkata ketika mereka mendengarkannya, bahwa dia itu terlalu bersungguh-sungguh.
Dan suatu ketika Roland Hill berkata, “Saya sedang berjalan menuju sebuah desa, dan di dalam sebuah terowongan kerikil, saya melihat reruntuhan itu menimpa kedua orang tersebut. Dan saya berlari menuju perkampungan dan menjerit dengan sekuat tenaga saya, Tolong, tolong.”
Dan dia berkata, “Tidak ada orang berkata kemudian tentang saya bahwa saya terlalu bersungguh-sungguh.”
Tetapi dia berkata, “Ketika aku sekarang mengingatkan manusia akan bahaya penghakiman yang akan datang nanti, lalu kemudian mereka mengatakan bahwa saya terlalu bersungguh-sungguh.”
Tidak. Kita harus mengobarkan karunia dari Allah yang ada dalam diri kita, dan kita harus memperingatkan orang banyak tentang kemurkaan yang akan datang serta menunjukkan keselamatan dari pada Tuhan Allah yang telah disediakan dalam Yesus Tuhan kita. Itulah perkara yang tidak kita lakukan.
Kita berbicara mengenai banyak hal, akan tetapi tidak banyak berbicara tentang Tuhan kita. Saya pernah membaca kisah tentang seorang eksekutif yang sedang bersama-sama dengan seorang eksekutif yang lebih muda dengan dia.
Dan mereka bekerja pada sebuah perusahaan yang erdang berkembang dengan pesat dan perusahaan itu memiliki sebuah produk baru, direktur perusahaan itu mengajak eksekutif yang lebih muda tersebut bersama-sama dengannya, dan mereka sedang mempresentasikan produk baru tersebut ke beberapa wilayah yang berbeda di daerah barat daya kita ini.
Sekarang, direktur perusahaan itu, pimpinan eksekutif dari perusahaan tersebut, orang yang lebih tua itu, adalah seorang penganut agama Kristen yang baik. Dan dimanapun mereka berada, mereka pulang kembali ke kota. Mereka tinggal di Fort Worth. Mereka pulang kembali ke kota dan pimpinan perusahaan yang baik itu mengunjungi gereja.
Seperti yang dapat saudara-saudara sekalian ketahui, dia adalah seorang pria yang baik. Akah tetapi dia adalah tipikal dari sebagian besar dari kita semua. Dia hanya menjalankan agamanya untuk medapatkan pujian. Saudara-saudara tahu, menjadi terpuji dan terhormat. Dengan setia pergi ke gereja. Akan tetapi dia tidak pernah berbicara banyak tentang imannya dan tentang agamanya.
Pada suatu hari ketika mereka sedang di dalam perjalanan pulang melalui jalan raya di Texas, pria yang lebih muda itu berkata kepada bosnya, eksekutif pimpinan tersebut, dia berkata kepada bosnya, dia berkata, “Tuan, apakah anda tahu bahwa di dalam tugas-tugas kita yang terakhir ini, anda dan saya telah mengemudi mengelilingi dunia sebanyak tiga kali?”
Lalu eksekutif yang lebih tua itu berkata, “Meskipun demikian, dapatkah sudah sejauh itu?”
Dan dia melihat pada speedometer, dan dia berkata, “Kita baru saja melewati tujuh puluh lima ribu mil dalam seluruh perjalanan ini.”
“Baiklah,” demikian kata pimpinan eksekutif tersebut, “Saya tidak menyadari kita telah menempuh perjalanan sejauh itu.” Dan kemudian orang yang lebih muda itu berkata kepadanya, dia berkata, “Anda tahu, saya telah mengikuti anda selama sepuluh tahun di perusahaan ini, dan khususnya di dalam beberapa bulan terakhir ini, saya sudah merasa sangat dekat dengan anda.”
Dia berkata, “Saya sangat menghormati anda. Anda merupakan seorang penganut agama Kristen yang terbaik yang pernah saya kenal.”
Dan kemudian pemuda itu menambahkan, “Anda memiliki sebuah rahasia di dalam kehidupan anda yang saya harap dapat saya ketahui.”
Dan dia menambahkan, “Anda tahu, saya merasa sudah begitu lapar untuk anda untuk berbicara kepada saya tentang Tuhan anda.”
Dan pria yang lebih tua itu terkejut, dan menjadi terdiam karena dia memikirkan semua tahun-tahun yang telah berlalu tersebut. Mereka telah berbicara panjang lebar mengenai politik. Mereka telah berbicara panjang lebar mengenai perusahan mereka tersebut. Mereka telah berbicara panjang lebar tentang situasi finansial yang naik turun tersebut. Lalu kemudian pria itu menghentikan mobilnya.
Dari kotak sarung tangan dia mengeluarkan Alkitabnya, dan dari Alkitab tersebut dia membacakan sesuatu kepada pemuda tersebut lalu dia memanjatkan doa. Dan pada hari Minggu pagi yang berikutnya, pada sebuah gereja Baptist kita di sana, kedua orang itu memasuki lorong tersebut.
Pemuda itu memberikan kesaksian bahwa Kristus adalah Juru Selamatnya. Dan pria yang lebih tua itu, pimpinan dari perusahaan tersebut, mendedikasikan kembali hidupnya, menceritakan kisahnya, dan berkata, “Dan sejak saat ini, di manapun saya berada, ke manapun saya melangkah, saya telah memutuskan untuk berbicara tentang Yesus.”
Saudara-saudara tidak perlu berbicara sama fasihnya dengan Spurgeon atau Truett. Tidak juga harus menjadi ahli ilmu agama yang hebat seperti Agustinus Strong. “Kobarkan karunia Allah yang ada di dalam dirimu.”
Saudara-saudara dapat berbicara. Saudara-saudara dapat mengatakannya. Ajaklah seseorang untuk menemui Tuhan. Undanglah mereka ke rumah Yesus. Andaikata saudara-saudara mendapatkan kesempatan, untuk mendorong semangat mereka untuk memberikan hidup mereka kepada Kristus. Tida ada seorangpun yang seharusnya pernah datang ke gereja ini, kecuali orang yang mau berbicara tentang Dia.
Dan andaikata mereka di ajak kembali dan dikasihi kembali serta disambut kembali, ada benih yang ditabur hanya oleh karena kemurahan yang baik dari saudara-saudara sekalian bahwa Tuhan Allah akan menyirami serta memanen dan membuatnya hidup kembali dan akan membuatnya bertunas kembali dan akan dipercepat dan akan menjadi hidup. Dan bebnih itu akan berbunga serta berbuah untuk Juru Selamat kita.
Saudara-saudara sekalian dapat berbicara. Demikianlah karunia dari pada Tuhan Allah, “Apa yang engkau genggam di dalam tanganmu, Musa?”
Musa berkata, “Sebuah tongkat gembala, sebuah alat pukul.”
Dan Tuhan memberi perintah kepada Musa dan dengan tongkat itu, dia membelah Laut Merah menjadi dua. Dan dengan tongkat itu, dia mengeluarkan air dari gunung batu. Dan dengan tongkat itu, dia membinasakan gerombolan pasukan suku Amalek yang besar itu.
Apa yang engkau genggam di dalam tanganmu? Sebuah pena. Sebuah pena. Dan saudara-saudara sekalian dapat menulis. Saudara-saudara dapat menulis, menulis. Saya memiliki sebuah surat yang saya simpan selama saya masih hidup. Surat itu merupakan hasil tulisan dari pena kepunyaan Ny. Veal.
Gedung Rekreasi kita yaitu gedung Minnie Slaughter Veal Recreational Building telah diberikan olehnya. Salah seorang penganut agama Kristen yang termanis, yang terbaik yang pernah saudara kenal. Surat itu tidak ditujukan untuk saya. Surat tersebut ditujukan kepada seorang anggota jemaat yang paling bersahaja di dalam gereja ini, yang memberikannya kepada saya, agar saya boleh menyimpannya.
Setiap minggu, kepada orang-orang yang terdaftar di dalam tabloid “Reminder” karena telah bergabung di dalam gereja ini, Ny. Veal yang baik akan menuliskan sebuah surat dengan menggunakan tangannya sendiri, sebuah doa tentang pesan pribadi, tentang kasih serta kenangan kepada masing-masing mereka.
Salah seorang gembala yang paling baik dan paling ramah yang pernah saya kenal. Apa yang engkau genggam di dalam tanganmu? Sebuah pena untuk menulis. “Kobarkanlah karunia dari Allah yang berada di dalam dirimu.” Pergunakanlah itu untuk Yesus.
Saudara-saudara sekalian tidak harus menuliskan sebuah surat yang resmi. Ambillah salah satu dari program-program kita atau tuliskanlah sebuah artikel kecil di selembar kerta s atau pada apa saja. Tuliskan sebuah catatan kecil dan kirimkanlah. Wah, hal itu akan mengejutkanmu, saudara-saudara sekalian, bagaimana Tuhan Allah akan mengaruniakan beberapa kenangan kecil seperti itu untuk kemuliaan akan nama-Nya.
Mereka adalah karunia-karunia dari pada Tuhan Allah. Pengaruh kita adalah sebuah karunia dari pada Tuhan Allah. Seperti sebatang pohon yang membuat sebuah bayangan, setiap orang dari kita memiliki sebuah pengaruh yang berbekas di manapun kita berada. Apapun yang kita lakukan, kemanapun kita pergi.
Seorang pengasuh bayi, beberapa dari antara saudara-saudara di malam hari ini merupakan seorang pengasuh bayi. Mengapa, saya mengira bahwa satu-satunya waktu ketika Musa mendapatkan perkenalan kepada Tuhan Allah Yahwe yang Agung dari leluhurnya adalah pada hari-hari ketika dia masih bayi, ketika dia masih sebagai anak kecil, ketika Jokhebed, ibunya, tengah mengasuh dia untuk putri Firaun.
Dan pengaruh hidup wanita yang penuh dengan iman itu, wanita yang penuh pengabdian itu, wanita yang percaya itu, tetap berada di dalam memori serta jiwa dari pemuda tersebut sampai pada tibanya hari ketika dia meninggalkan takhta di kerajaan Mesir, sehingga dia boleh turut merasakan penderitaan dengan bangsa dari ibunya.
Kita semua, dengan tanpa menyadarinya, mendapatkan pengaruh tersebut. Tuhan Allah memberikan pengalaman bagi kita untuk mendapatkan keuntungan dari semua hal tersebut. Apa yang dipelajari orang ketika Tuhan Allah memimpin melalui padang gurun kehidupan ini, dan yang membantu kita untuk berbicara kepada mereka yang tersesat atau mereka yang bernasib malang, atau mereka yang kembali mengulangi tindakan yang tercela, mereka yang tertekan, atau mereka yang berputus-asa. Doa merupakan sebuah karunia dari Tuhan Allah.
Kita dapat sangat mengagungkan peraturan-peraturan sehingga peraturan-peraturan tersebut menjadi sakramen. Kita dapat begitu memuliakan khotbah sampai hal itu menjadi suatu pertunjukan atau pidato belaka. Saya tidak pernah mendengar seseorang yang begitu memuliakan doa syafaat. Begitu memuliakan doa. Hanya satu nama, seseorang yang sangat membutuhkan Tuhan kita di hadirat takhta yang mulia itu.
Kadangkala, untuk turut menderita serta memuliakan Tuhan Allah merupakan sebuah karunia dari surga. Kadang kala untuk memiliki sebuah mobil dan mempergunakannya untuk Yesus merupakan sebuah anugerah dari surga.
Tadi malam kita mengadakan pertemuan untuk kaum muda, dan Saudara Arby Clem, Pendeta gembala kita yang baik datang dengan mobil yang terseok-seok. Dan di belakangnya, di dalam satu mobil itu, terdapat delapan belas anak kecil.
Saya berkata kepadanya, “Bagaimana bisa? Saya tidak pernah melihat yang seperti itu kecuali di sebuah sirkus.”
Dan dia berkata, “Baiklah, sebenarnya saya Cuma akan menjemput beberapa orang saja, dan ketika saya pergi ke sanam ternyata ada delapan belas orang anak yang akan dijemput itu. Dan saya hanya mampu memasukkan mereka semua ke dalam mobil kecil saya ini, dan, inilah mereka.”
Sebuah mobil pengabdian yang mengobarkan karunia dari Allah yang ada di dalamnya.
Baiklah, bagaimana saudara-saudara akan mengobarkannya? Apakah saudara-saudara tahu, ada sebuah kata yang menarik di sini, Kobarkanlah karunia dari Allah. Anazopureo. Ana maknanya ialah kembali. Zo – mereka telah menghilangkan suku kata yang terakhir di dalam kata tersebut - zoe, life, sebuah kehidupan. Dan pureo adalah nyala untuk membakar.
Jadi makna dari kata anazopureo ialah – katakanlah secara bersama-sama. Saya tidak tahu bagaimana saudara-saudara membuatnya menjadi sebuah perkataan yang indah. Nyalakan kembali kehidupan yang membara di dalam dirimu, nyala api dan kobaran api. Menyalakan. Mengguncangkannya. Menyalakannya.
Anazopureo, mengobarkannya. Mengobarkannya. Sekarang, untuk melakukan hal tersebut, kita semua harus mengenali kebenaran dari pesan yang sedang saya coba bawakan, bahwa Tuhan Allah telah memberikan karunia kepada kita, kita semua.
Mereka sedang mengadakan sebuah pertemuan kesaksian serta mengunjungi Pekabar Injil yang membawakan kebaktian. Dan dia berkata, “Sekarang, saya ingin agar saudara-saudara semua, saudara dan saudari semua, untuk berdiri dan memberitahukan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Allah kepada saudara-saudara sekalian.”
Make mereka semuanya berdiri satu persatu serta memberitahukan apa yang telah diperbuat oleh Tuhan Allah kepada mereka.
Baiklah, gembala itu mendesak dan dia terus mendorong sampai semua orang telah berdiri untuk memberitahukan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Allah kepada mereka semua. Kecuali satu orang. Dan dia tidak berdiri. Dia hanya dudukk di sana.
Maka pada akhirnya, ketika dia telah mengakhiri permintaannya, dan orang itu tidak bergerak, (gemeine)mbala itu hanya menunjuk padanya serta bergata, “Teman, berdirilah. Apakah Tuhan Allah belum melakukan apapun untukmu?”
Dan tidak diketahui oleh gembala yang berkunjung itu, oarng itu yang ternaya menderita sumbing, dia berdiri dan berkata, “Baiklah, pak Pendeta, Tuhan tidak akan merasa menyesal pada saya.”
Sekarang, kita semua memiliki kecenderungan untuk masuk ke dalam kepercayaan serta humor seperti itu. Saya hanya tidak memiliki banyak persembahan kepada Tuhan Allah. Saya hanya seorang yang tidak begitu banyak mendapat karunia. Saya tidak mendapatkan sangat bertalenta. Tuhan Allah telah melewati saya.
Tetapi, kita bukan ditinggalkan begitu saja serta dilupakan begitu saja oleh Tuhan Allah. Kita semua memiliki karunia ingatan serta keajaiban yang datang dari surga. Kecuali andaikata kita tidak dapat mengenali karunia itu, melihat karunia itu serta menggunakan karunia itu. Kita semuanya.
Seorang sahabat seperti Dale Carnegie itu dapat menulis sama menariknya seperti yang dapat ditulis oleh orang lain yang pernah saya baca setelahnya. Dan di dalam sebuah buku yang diberinya judul, Berhentilah Khawatir dan Mulailah untuk Hidup - Stop Worrying and Start Living, dia memberitahukan tentang kisah seseorang di Florida.
Orang yang berada di sana itu membeli sebuah pertanian dan dia berencana untuk bertanam buah di sana, serta beternak babi di atasnya, dan alangkah naasnya dan menyedihkannya, baik satupun tidak ada yang berhasil. Satu-satunya yang bertumbuh dengan subur di pertanian itu hanyalah semak belukar dan ular berbisa.
Lalu dia mendapatkan sebuah ide. Dia mendapatkan sebuah pemikiran yang cemerlang. Ular berbisa. Hanya beternak serta menghasilkan ular-ular berbisa, tepat di belakang semak belukar tersebut. Maka dia mulai mengalengkan daging ular berbisa tersebut. Dan kata Dale Carnegie, dia pergi berkunjung ke sana untk melihat orang itu.
Katanya, sesampainya di sana dia tercengang. Ada sekitar dua puluh ribu wisatawan setiap musim berkunjung ke sana dan sampai dengan sekarang ini, saya kira sudah mencapai ratusan ribu wisatawan yang telah berkunjung ke sana. Setiap musim, mereka berkunjung ke sana untuk melihat peternakan ular berbisa tersebut.
Dan dia mengatakan bahwa dia melihat mereka mengeluarkan bisa keluar dari gusi ular tersebut dan mengirimkannya ke laboratorium untuk membuat racun anti bisa ular.
Dan dia mengatakan, dia melihat para pedagang datang berkunjung ke sana dan memberikan harga yang tinggi untuk kulit-kulit ular tersebut untuk membuat sepatu-sepatu dan dompet kaum wanita beserta perlengkapan-perlengkapan lainnya yang berharga mahal yang sering dipergunjingkan oleh kaum wanita.
Dan dia melihat dia mengalengkan daging ular berbisa tersebut serta mengirimkannya ke seluruh penjuru dunia. Dan dia berkata dia pergi ke kantor pos terdekat serta membeli sebuah kartu pos yang kecil dan menulis serta mengirimkannya ke rumahnya dan ketika pemerintah menstempelnya, tertulis di stempel itu, kartu pos tersebut dikirimkan dari Rattlesnake, Florida, dinamai untuk memberikan penghargaan kepada orang yang membeli pertanian yang tidak mampu menghasilkan apapun kecuali semak belukar dan ular berbisa tersebut.
“Kobarkanlah karunia dari Allah yang berada di dalam dirimu.” Apapun yang dapat saudara-saudara lakukan. Lakukanlah hal tersebut demi kemuliaan Tuhan, dan kita semua dapat melakukan sesuatu. Beternak ular berbisa untuk Yesus, jika tidak ada yang lain.
Kepada kita semua, Tuhan Allah telah memberikan sesuatu. Sekarang, marilah kita mengembangkannya. Di dalam pasal ke 2 ayat yang kelima belas ini merupakan sebuah nats yang saya harap dapat saya khotbahkan suatu waktu nanti, “Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.”
Diantara hal-hal yang lainnya, marilah kita untuk menjadi pekerja yang baik, seorang pekerja yang tekun untuk Yesus. Saudara-saudara mengetahui bahwa “isme-isme” ini merupakan kelelawar. Mereka membenci sinar matahari. Itulah sebabnya mereka membinasakan negitu banyak bangsa kita. Mereka tidak mengenal Firman Tuhan itu.
Mereka tidak berkembang, mereka tidak mengajarkan diri mereka sendiri di dalam pesan dari Yesus. Marilah kita duduk di kaki dari Tuahn kita. Marilah kita untuk menjadi mampu untuk memberikan alasan karena iman yang ada di dalam diri kita. Kobarkanlah, kembangkanlah karunia yang daripada Tuhan Allah yang ada di dalam diri saudara-saudara.
Apapun diri kita, marilah meletakkannya di hadapan Tuhan. Bahkan kelemahan-kelemahan kita. Paulus telah melakukannya, “Saya mempunyai sebuah duri di dalam daging.” Dan dia membawanya sebanyak tiga kali kepada Tuhan.
Dan Tuhan berkata, “Rahmat-Ku cukup bagimu, karena kekuatan-Ku menjadi sempurna di dalam kekurangan.” Oleh karena itu supaya Aku akan dimuliakan, bersenang-senanglah, banggalah di dalam kekurangan serta kebutuhanku...
“Karena ketika aku lemah, aku kemudian menjadi kuat.”
Bentangkanlah semuanya di hadapan Tuhan. Kekurangan dan segalanya. Ketidakmampuan dan semuanya. Berikanlah semuanya kepada Tuhan Allah. Biarkanlah persembahan kita, biarkanlah segala minuman persembahan kita, kadangkala mungkin air mata kita yang menetes ketika kita menuangkan jiwa kita di hadapan Tuhan Allah.
Marilah kita letakkan semua yang kita miliki di atas altar. “Apa yang kita dapat lakukan mungkin tidak akan banyak,akan tetapi sama seperti aku yang memberikannya kepada-Mu.”
Marilah kita menyetem diri kita dengan surga. Saya membaca hal ini minggu lalu tentang sebuah peternakan tua di Idaho. Dia adalah seorang peternak domba dan tinggal seorang diri dan dia memiliki sebuah biola. Dan setiap hari dia mendengarkan sebuag acara dari sebuah stasiun radio di California.
Lalu kemudian dia menyurati pembawa acara di stasiun radio tersebut, dan dia berkata kepada mereka, dia berkata, “Saya ingin anda membunyikan sebuah nada pada piano yang ada di studio radio sehingga saya dapat menyetem biola saya.”
Dan pembawa acara itu berfikir bahwa permintaan yang seperti itu merupakan permintaan yang tidak biasa yang pernah disiarkannya di seluruh pesisir barat dan dikirimkan oleh peternak tua itu sendiri dan disiarkannyalah perkataan untuk menyuruh peternak tua itu agar mempersiapkan biolanya. Dan dengan demikian, dia akan menekan sebuah nada A pada tuts piano tersebut sehingga dia dapat menyetem biolanya.
Baiklah, hal itu baik untuk kita. Setemkanlah dengan Tuhan. Kehendah surga, nada-nada surgawi, keharmonisan surgawi, cahaya dari surga. Seteman dari surga. Titi nada dari surga. Jalanilah hidup kita biar bagaimanapun Tuhan Allah telah menciptakan kita, seperti kepada Tuhan.
Sekarang, saya ingin mengucapkan kata-kata terakhir yang singkat. Kobarkanlah karunia dari Allah yang berada di dalam dirimu. Bagaimana cara melakukannya. Mengapa melakukannya. Demikianlah mengapa kita melakukannya. Karena kita bersifat begitu dingin dan tumpul serta jahat dan malas. Kita perlu dikobarkan.
Kita demikian berbeda dan terpisah dari contoh yang diberikan oleh Tuhan kita Yang Diurapi itu. Dia tidak membebaskan diri-Nya sendiri. Kita selalu membebaskan diri kita sendiri. Dia memberikan segalanya bahkan sampai nafas-Nya yang terakhir. Dia tergantung telanjang di kayu salib.
Kita hampir-hampir tidak memberikan segalanya, kita hampir tidak mengetahui apa arti dari pengorbanan. Saya, semua kita. Tuhan kita bekerja dan terus bekerja dan telah menjadi letih akan tetapi tidak berhenti. Kita merasa letih dan secara langsung, kita semua pingsan.
Tuhan kita dicerca dan diperolok-olok, dan Dia tidak berhenti. Kita melakukan penyerangan akan hal-hal kecil yang terakhir. Kita tidak dihargai, kita menyerah atas pekerjaan kita. Kita telah kehilangan hati dan kesabaran. Betapa malang diri kita di dalam pekerjaan untuk Kristus. “Kobarkanlah karunia dari Allah yang berada di dalam dirimu.”
Kita butuh untuk dikobarkan karena ini adalah waktu untuk pengobaran. Wah, jika kita tidak dikobarkan, maka setiap orang akan mengalami hal yang sama. Bangsa itu juga mengalami hal yang sama. Negara bagian juga mengalami hal yang sama. Dunia juga mengalami hal yang sama. Angkatan laut, angkatan udara serta militer kita juga mengalami hal yang sama.
Saya menghabiskan suatu hari yang padat berjalan berkeliling dengan pendeta di lapangan Angkatan Laut kota Boston. Dia baru saja datang dengan skuadron penghancurnya. Mereka baru saja diperlengkapi, dikirim dari perairan Mediterania ke perairan Pasifik. Ini adalah saat-saat pergerakan.
Dan meskipun demikian gereja itu seperti sebuah gerobak sapi di dalam sebuah – keadaan koma yang sedang menghadapi saat-saat kematian. Kita butuh untuk dibangkitkan serta dihidupkan. Saya menuliskan sebuah rangkaian doa. Saya fikir saya akan menyebutnya dengan “Rangkaian Doa Baptist.”
Lalu kemudian saya berfikir tentang beberapa orang kita yang tidak mau menyatakannya demikian, jadi saya menyebutnya dengan “Inilah Rangkaian Doa dari Criswell.”
Dari hikmat palsu dan kesejukan yang berkabut,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Dari kepantasan yang hampa dan kesopanan yang murahan,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Dari kebiasaan yang bodoh
Dan tradisi yang melelahkan,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Dari upacara-upacara yang tak bermakna
Serta ritual yang hampa,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Dari khotbah-khotbah yang tak berarti
Serta pelajaran-pelajaran yang dungu dan membosankan,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Dari perbedaan yang kering membusuk
Serta kesopanan yang menjadi lapuk,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Dari menikmati waktu-waktu yang menyenangkan
Di ddalam dunia yang penuh dengan hiburan
Serta saat-saat menyedihkan yang dialami oleh gereja,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Dari dugaan-dugaan yang menjaga
Kedirian kita sepenuhnya berguna
Serta dapat melayani dengan terhormat
Terhadap perkara dari Tuhan Allah kita,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Dari kematian di dalam jiwa kami
Sementara dunia sedang dilanda api,
Tuhan yang baik, selamatkanlah kami.
Demikianlah Rangkaian Doa Criswell. “Kobarkanlah karunia dari Allah yang berada di dalam dirimu.” Tidak menjadi letih, bodoh, tidak waspada, tidak memiliki kecerdasan, tidak dipercepat, akan tetapi menjadi hidup, menyala, membara demi Tuhan. Karena akan ada waktu-waktu pergerakan yang berkelanjutan.
Akan ada suatu hari ketika politik tidak akan ada lagi. Bahkan pada saat negara-negara tidak akan ada lagi. Karena akan ada waktu-waktu pergerakan yang berkelanjutan.