AGAR TIDAK KITA LUPAKAN
(Last We Forget)
Oleh Dr. W. A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 4 April 1982
di First Baptist Church in Dallas
“Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:23-26)
POTRET TENTANG YESUS PADA WAKTU MALAM
Penekanan Paulus yang pertama di sini adalah potret tentang Tuhan kita pada waktu malam itu. Di sini dikatakan bahwa “pada malam yang sama ketika Ia dikhianati atau diserahkan, Ia mengambil roti.” Di sini rasul menunjukkan kepada kita bahwa potret dari Tuhan kita yaitu Yesus Kristus dilatarbelakangi oleh latar belakang yang gelap. Yesus sama seperti Allah Bapa, betapa agungnya ketika Ia menampakkan diri pada waktu malam hari. Di dalam Mazmur 8 & 19, Sorga menyatakan (katangello) kemuliaan Allah. Kita melihat karya Tuhan dengan melihat bintang-bintang gemerlapan. Melalui malam seorang Atheis akan setengah percaya kepada Tuhan. Pada waktu malam Tuhan menampakkan diri kepada Israel dalam tiang api, pada waktu malam Tuhan datang kepada Salomo dengan kata-kata yang tentunya kita semua dapat mengingatnya sejak kita masih anak-anak:
“Dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka” (2 Tawarikh 7:14).
Pada waktu malam Tuhan menampakkan diri kepada Daniel seorang nabi sekaligus seorang negarawan dan di dalam pasal 2 dan 7 dari Kitab nubuatan ini, menyingkapkan apa yang terjadi di masa depan, yaitu kesudahan dari dunia ini.
Ketika tirai dibukakan maka kita akan melihat Tuhan kita sama seperti Dia yang sama pada waktu malam itu. Ia Juruselamat kita yang Agung yang sama dikatakan di sini, pada waktu malam Ia diserahkan Ia mengambil roti. Alkitab berkata bahwa Ia berdoa sepanjang malam. Alkitab berkata bahwa pada malam hari Ia datang kepada murid-murid-Nya berjalan di atas deru ombak danau Galilea. Pada Minggu-minggu sengsara-Nya Ia mengajar di Bait Suci pada waktu siang dan pada waktu malam Ia ada di Gunung Zaitun untuk berkomunikasi dengan Bapa-Nya.
Ini adalah malam terakhir bagi tubuh fana-Nya. Bagaimana Ia menghabiskan waktu-Nya dan seperti apakah Dia? Ia menghabiskan waktu-Nya bersama rasul-rasul-Nya. Ia memberikan jaminan kepada mereka dengan kata-kata yang menguatkan, “Jangan gelisah hatimu Aku tidak akan meninggalkan engkau sebagai yatim.” Ia nenghabiskan malam itu untuk mengucap syukur kepada Allah, menyanyikan Mazmur dan mengucapkan kata-kata yang menguatkan, menaikkan doa sebagai Imam Besar kita dan akhirnya memberikan jaminan kepada murid-murid-Nya tentang kedatangan-Nya yang kedua kali.
KALIMAT YANG TIDAK BIASA
DIGUNAKAN OLEH PAULUS
Lihatlah kembali ketika Paulus menulis tentang Tuhan kita:
“… Tuhan Yesus pada waktu malam Ia diserahkan mengambil roti” (1 Korintus 11:23)
Di sini Paulus menulis bahwa “pada malam yang sama keika Ia diserahkan atau dikhianati.” Padahal Paulus dapat menulis “pada malam Paskah” karena pada waktu itu Ia sedang makan Paskah. Atau mengapa Ia tidak berkata, “Pada malam ketika Ia mencuci kaki murid-murid-Nya”? Atau mengapa Ia tidak berkata “Pada malam ketika Ia berdoa di Getsemani”? Mengapa Ia tidak berkata “pada waktu malam ketika Ia ditangkap dan diserahkan kepada orang-orang Romawi”? Mengapa Ia tidak menulis “pada waktu malam ketika Ia diadili di hadapan Sanhedrin dan di hadapan Pontius Pilatus”? Mangapa Ia tidak menulis “pada waktu malam sebelum Ia disalibkan”? Tetapi mengapa Ia justru menulis “pada waktu malam yang sama ketika Ia diserahkan”?
Di sini rasul Paulus ingin mempresentasikan potret tentang Tuhan kita yang penuh kasih dan belas kasihan yang dikontraskan dengan latar belakang yang gelap dari sang pengkhianat. Pernyataan Paulus “Pada malam yang sama Ia diserahkan” merupakan potret tentang Yesus yang penuh kasih yang mempersiapkan dan memberitakan tentang anugerah dan berkat yang disediakan bagi mereka. Di latarbelakangi dengan latar belakang Yudas yang menurut Yohanes dirasuki oleh setan.
Di sini Paulus melukiskan gambaran Tuhan kita yang penuh kasih dengan memberikan latar belakang lukisan sebagai kontrasnya, yaitu latar belakang yang gelap dari sahabat yang mengkhianati-Nya. Mungkin ini seperti potret atau lukisan yang dibuat oleh Rembrandt. Saya pernah melihat galleri-galleri besar dan museum-museum di seluruh dunia yang menyimpan lukisan-lukisan Remdrandt. Dan ciri khas dari semua lukisannya adalah sama. Lukisan-lukisan itu dilukis dengan membuat kontras antara gelap dan terang. Rembrandt akan melukis dengan membuat latar belakang gelap atau hitam dan kemudian barulah ia melukis di atas latar belakang itu dengan pemandangan yang terang atau lukisan yang terang.
Nampak bagi saya lukisan yang sama dibuat oleh Paulus ketika ia melukiskan tentang Tuhan kita. Ia berkata “Pada malam yang sama Ia ketika dikhianati.” Di atas pengkhianatan atau di atas gelapnya malam atau latar belakang gelap itu, kita melihat Tuhan kita menyingkapkan ordinansi tentang anugerah dan kasih yang menyelamatkan kita dari dosa.
Reaksi rasul berhubungan dengan pengkhianatan Yudas sangatlah pahit. Sebagai contoh nama Yudas nampak dua puluh kali dan bahkan lebih dalam kisah ini dan setiap kali nama Yudas ini muncul tidak pernah tidak diikuti dengan perkataan, “Yudas, salah satu dari murid-Nya yang mengkhianatai Dia.” Jadi ia selalu ditekankan sebagai “seseorang yang mengkhianati Dia.” Yudas adalah salah satu dari Dua belas murid. Ia mengikuti langkah gurunya sepanjang tahun-tahun pelayanan publik atau umum Tuhan. Dan kelihatannya ia sangat dipercaya dalam kelompok itu. Ia menjadi bendahara seperti yang dicatat oleh Yohanes bahwa “Ia adalah bendahara.” Tuhan mengasihi dia. Untuk dia Yesus pernah berdoa dan berharap agar ia kembali ke jalan Tuhan dan ia juga diajar oleh Tuhan di dalam jalan Tuhan kita.
Perubahan yang tiba-tiba terjadi pada diri rasul-rasul terhadap apa yang Yudas lakukan adalah sesuatu yang sangat mudah untuk dipahami. orang-orang Farisi telah berkonspirasi dengan Herodes untuk mengirim Yesus ke eksekusi mati. Orang-orang Saduki berkonspirasi dengan Kayafas untuk membunuh Yesus. Dan para pejabat berkonspirasi dengan para prajurit Romawi untuk membagikan uang perak demi mengirim Yesus ke eksekusi mati. Apa yang mereka lakukan, masih dapat dipahami oleh rasul-rasul. Namun mereka tidak bisa memahami mengapa salah satu dari orang dalam yang mengikut Dia mengkhianati Dia.
Lihatlah respon dari Tuhan kita. Anda mungkin akan berpikir ketika sang pengkhianat itu datang, Tuhan akan memaki-maki dia atau mengutuk dia seperti Ia mengutuk pohon ara.
Tuhan telah memperhatikan Yudas sepanjang tahun-tahun pelayanan-Nya. Dalam Yohanes enam ketika orang-orang mencoba menjadikan Yesus Raja (Yohanes 6:15) Yesus menegaskan bahwa Yudas adalah salah satu murid-Nya yang akan mengkhianati Dia (Yohanes 6:71). Ketika Maria dari Betania memecahkan buli-buli minyaknya untuk meminyaki kaki Yesus, Yudaslah yang berkata di dalam ketamakan (bahkan Yohanes menyebutnya sebagai pencuri), “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Yesus telah mengetahui semua dan memperhatikan sampai akhirnya kehidupan Yudas. Ia tahu apa yang akan dilakukan oleh Yudas.
Pikiran kita yang terbatas tidak dapat memahami betapa Juruselamat kita ini adalah pribadi yang sangat gentle. Walaupun Tuhan mengetahui Yudas dari awal sampai akhir dan Ia tahu bahwa ia akan mengkhianati Dia, pada saat yang sama Yudas menerima roti yang diberikan Yesus setelah Ia mencelupkannya. Yesus sedang menetapkan peringatan untuk penyucian-Nya atas dosa-dosa kita dan pada saat yang sama juga pengkhianat itu memikirkan atau mencari waktu yang tepat untuk pergi dan menjumpai orang-orang yang telah membuat konspirasi dengannya untuk menyerahkan Yesus kepada mereka, Juruselamat yang sedang memecah-mecahkan roti di sampingnya. Itulah potret tentang Yesus yang dikontraskan dengan kegelapan.
Ketika Ia dikhianati Tuhan berkata kepada Yudas, “Sahabat-Ku engkau mengkhianati Tuhanmu dengan ciuman?” Ini adalah potret Tuhan kita yang dikontraskan latar belakang yang gelap – “Pada malam pada waktu Dia diserahkan.” Atau pada malam yang sama ketika Ia diserahkan.
Anugerah Allah sungguhlah berlimpah yang sanggup menutupi seluruh dosa kita. Anda bisa melihat di Taman Eden ketika orang tua kita yang pertama jatuh dan Tuhan menutupi pelanggaran mereka dengan anugerah-Nya, rahmat dan kasih-Nya. Anugerah itu dilukiskan di dalam kehidupan nabi Hosea ketika istrinya meninggalkan dia dan melacurkan diri dan akhirnya dijual menjadi budak. Atas perintah Tuhan Hosea mengasihi dan memaafkan dia serta membelinya kembali dan memperbaharuinya sebagai istrinya. Allah menutupi dosa-dosa kita dengan anugerah-Nya.
Ketika Simon Petrus mengutuk dan bersumpah, “Aku tidak pernah melihat Dia. Aku tidak kenal Dia,” Tuhan memandang Dia di dalam kesedihan jiwa-Nya yang begitu mendalam. Kemudian ketika Ia berbicara kepada Petrus, Yesus berbicara dengan lemah lembut, “Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi Aku?”
Saulus dari Tarsus menghembuskan teror dan pembunuhan terhadap umat Allah. Pada perjalanan menuju Damsyik untuk menangkap semua pengikut Yesus dan memasukkan mereka ke dalam penjara dan membunuh mereka, Tuhan menjumpai mereka di tengah jalan. Ia dapat saja berkata kepada Paulus, “Engkau adalah pengkhianat kebenaran dan wahyu Allah karena itu api murka Allah akan diturunkan atasmu dan engkau akan dilemparkan ke dalam neraka!” Namun apakah Ia mengatakan demikian? Tidak. Ketika Ia menghentikan Saulus dari Tarsus di jalan itu Ia berkata, “Saulus Saulus mengapa engkau menganiaya Aku?” Saulus menjawab, “Siapakah Engkau Tuhan?” Apakah Tuhan menjawab, “Aku adalah Allah Yang Agung, Allah Yang Mahakuasa yang siap melemparkanmu ke neraka?” Tidak Ia berkata dengan sederhana, “Akulah Yesus dari Nazareth.” Ia menyatakan kemanusiaan-Nya yang lahir dari seorang perawan yang berkerja sebagai tukang kayu di toko bapa-Nya. Ini menunjukkan kerendahan hati-Nya.
PERINGATAN YANG YESUS TETAPKAN
Catat sekali lagi bagaimana Tuhan mengevaluasi apa yang penting dalam hidup dan pelayanan dan misi-Nya di bumi ini dengan menetapkan peringatan yang tidak seperti pada umumnya.
"Ini adalah tubuhKu, ambil dan makanlah ini untuk mengingat akan Aku. Ini adalah darah-Ku yang dicurahkan bagi kamu, minumlah ini untuk mengingat akan aku.” Ini adalah peringatan tentang kematian-Nya. Ini berbeda dengan pada umumnya kita mengingat hal-hal yang indah dan menyenangkan misalnya hari kelahiran atau ulang tahun kita. Amerika memiliki peringatan nasional hari kelahiran Washington. Beberapa negara bagian Amerika memperingati hari kelahiran Lincoln. Ada usaha keras dari sebagian masyarakat kulit hitam di Amerika untuk menjadikan hari kelahiran Martin Luther King, Jr sebagai hari libur nasional. Ini adalah kebiasaan kita yang kita inginkan. Saya banyak diundang untuk menghadiri pesta ulang tahun, namun saya tidak pernah diundang untuk pesta hari kematian seseorang. Namun Tuhan kita menetapkan peringatan untuk kematian-Nya.
Ketika Anda membaca Kitab Suci, Anda akan menemukan banyak peringatan (memorial) di dalam Alkitab. Dalam Keluaran 12, Paskah adalah peringatan untuk dibebaskannya bangsa Israel dari perbudakan. Dalam Kitab yang sama yaitu dalam Kitab Keluaran Allah memerintahkan Musa untuk menulis kitab dan memastikan Yosua mempelajarinya untuk menjadi peringatan tentang pembinasaan terhadap musuh-musuh Tuhan. Peringatan yang lain dideskripsikan dalam Keluaran, salah satunya adalah semacam batu hiasan yang ditempelkan di bahu imam besar, dan pada batu-batu itu tertulis nama kedua belas suku Israel untuk peringatan di hadapan Tuhan yang mengingat umat-Nya.
Kitab Yosua mencatat bahwa ketika Israel setelah menyeberangi Sungai Yordan, mereka mengambil dua belas batu dan menyusunnya di Gilgal sebagai peringatan ketika Israel dapat masuk ke Tanah Perjanjian setelah melalui mujizat pada waktu mereka menyeberangi Sungai Yordan.
Ketika Maria dari Betania memecahkan buli-buli berisi minyak narwastu murni, Yesus berjanji bahwa di manapun Injil akan diberitakan, apa yang dilakukan wanita ini akan dingat selalu. Apa yang ia lakukan untuk mengingat akan hari penguburan Kristus.
Ada banyak upacara peringatan, namun tidak ada satupun yang seperti ini, yaitu upacara peringatan tentang kematian, kematian Tuhan kita. Ini menunjukkan kepada kita bagaimana Yesus mengevaluasi hidup dan pelayanan dan tujuan-Nya untuk datang ke dunia.
Yesus tidak berkata, “Buatkan kuburan yang indah dan megah sebagai tempat peristirahatan terakhir-Ku.” Ia tidak berkata, “Buatkan aku mimbar pualam yang indah untuk menjadi peringatan ketika Aku menyampaikan Khotbah di Bukit.” Ia juga tidak berkata, “Buatkan aku tugu peringatan yang terbuat dari pualam yang indah dan megah untuk mengingatkan ketika aku memberi makan kepada lima ribu orang.” Namun Ia berkata, “Roti dan cawan ini adalah peringatan akan kematian-Ku untuk menyucikan dosa-dosamu.” Perjamuan Tuhan adalah potret dari Tuhan kita sendiri. Itu telah, sedang, dan akan terus mengingatkan jutaan hati yang tak terhitung jumlahnya kemarin, hari ini, dan esok sampai Tuhan datang kembali.
Yesus tidak pernah memimpin pasukan penakluk. Ia tidak pernah menundukkan suatu Imperium besar. Ia tidak pernah melakukan sesuatu demi ketenaran. Tidak ada satu pun sejarahwan masa kini yang mengatakan bahwa Yesus melakukan itu. Mereka menulis berhubungan dengan para Kaisar Romawi atau Herodes di Palestina, atau para pahlwan Yunani, atau para penakluk dari Romawi dan bahwa apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut adalah untuk mencari ketenaran atau mencari nama, namun ketika mereka menulis tentang Yesus, mereka tidak pernah menulis bahwa apa yang dilakukan Yesus adalah untuk mencari ketenaran.. Namun sampai hari ini Dia diabadikan dalam hati kita untuk selama-lamanya.
Ada para humanis dan atheis yang berusaha melakukan dengan segala cara untuk menghilangkan nama Yesus dari sekolah-sekolah negeri di Amerika, menghilangkan dari doa publik, dan bahkan meniadakan Kristus dari Natal. Namun Anda tidak akan pernah dapat melakukan itu. Membinasakan nama Yesus dari ingatan kita berarti membinasakan literatur-literatur terbaik dan musik serta seni yang teragung. Membinasakan nama Yesus dari ingatan kita berarti membinasakan setiap hukum dan dasar masyarakat Barat. Kristus senantiasa diingat dalam hati kita di dalam kasih dan penyembahan kita untuk selama-lamanya.
PROKLAMASI INJIL DALAM UPACARA
PERINGATAN KEMATIAN-NYA
“Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” Kata Yunani yang diterjemahkan “memberitakan” di sini adakah katangello yang berarti “mempublikasikan,” “mengumumkan secara terbuka,’ “mengkhotbahkan,” “memperoklamirkan berita Injil Tuhan kita.” Bahkan di dalam upacara peringatan atau ordinansi terakhir ini Tuhan telah menyimpan keselamatan kita dalam hati dan pikiran-Nya.
Ada banyak cara untuk memberitakan Injil. Itu bisa melalui apa yang telah saya lakukan di mimbar ini. Pada tahun-tahun yang lalu saya pernah berdiri di pojok-pojok jalanan atau pun di gedung-gedung tinggi untuk memberitakan Injil. Kita dapat memberitakan Injil melalui kesaksian pribadi kita. Kita memberitakan Injil melalui menyanyi, mengundang orang untuk datang ke gereja, melalui buku-buku atau traktat atau brosur atau pamphlet. Kita dapat memberitakan Injil melalui kesucian hidup kita. Dengan persembahan dan persepuluhan kita, kita mendukung pemberitaan Injil. Kita juga bisa memberitakan Injil melalui berbagai media misalnya radio dan televisi. Yesus berkata bahwa peringatan dari Perjamuan Tuhan ini adalah cara untuk memproklamirkan, memberitakan, mengumumkan kepada publik secara terbuka, demonstrasi secara terbuka, dramatisasi dari Injil. Ordinansi Perjamuan Tuhan, yaitu memecahkan roti dan meminum cawan menjadi bahasa universal. Itu berbicara kepada setiap hati manusia.
Suatu kali ketika saya berkhotbah di Moscow Baptist Church, saya diminta untuk memimpin upacara Perjamuan Tuhan. Saya tidak dapat memahami bahasa mereka, namun hati saya digerakkan ketika saya memecahkan roti dan membagi-bagikan roti itu dan anggur kepada setiap jemaat terkasih ini. Itu adalah bahasa yang bersifat universal. Saya pernah memimpin ordinansi yang sama di Jerman, Italia, Australia dan di seluruh dunia. Walaupun saya tidak dapat memahami bahasa mereka, namun hati saya sungguh tergerak untuk melayani mereka dengan sungguh-sungguh.
Ordinansi ini melibatkan pengalaman yang bersifat universal – makan dan minum. Kita tidak dapat hidup tanpa makan dan minum, begitu juga sebagai orang Kristen kita tidak akan dapat survive tanpa ‘manna dari sorga’ dan darah yang menyucikan dosa-dosa kita. Betapa sederhana dan jelasnya pengertian makan dan minum ini, dan Tuhan kita berkata bahwa itu adalah Injil-Nya.
Salah satu dari para pendeta besar kita meninggal di London, Inggris. Saudara-saudara seiman berkumpul mengelilingi dia dan berkata, “Apakah pesan terakhir bagi kami untuk dunia ini?” Ia menjawab, “Inilah pesan saya. Wahai hamba Tuhan, buatlah ini jelas bagaimana manusia dapat diselamatkan.”
Kejatuhan manusia ke dalam dosa dan natur yang telah rusak atau bobrok telah menyebabkan para teolog membuat keselamatan kita sebagai materi spekulasi filosofis dan metafisikal. Padahal Allah membuat itu dengan begitu jelas dan sederhana. Itu sesederhana makan dan minum. Itu hanya dengan melihat maka hidup. Itu hanya dengan percaya maka diselamatkan. Itu berhubungan dengan penyucian. Cara keselamatan yang diberikan Tuhan itu simple dan jelas – karena saking jelasnya maka tidak seharusnya seseorang membuat kesalahan; karena begitu sederhananya tidak seharusnya ada orang yang salah memahaminya. Undangan penuh kasih dari Tuhan kita adalah, “Datanglah dan nikmatilah perjamuan malam, datanglah dan engkau diselamatkan, datanglah dan engkau akan menemukan hidup kekal.”
Betapa bahagianya saya karena Injil itu begitu sederhana sehingga saya dapat mengerti dan diselamatkan pada usia sepuluh tahun. Pada waktu itu saya bukan teolog; namun hanyalah seorang anak kecil, namun saya dapat percaya dan menerima Dia di dalam hati saya, dan saya telah melakukan itu.
Jika kita tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kita tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Saya tidak datang kepada Tuhan dengan kepandaian atau kebrilian saya, atau dalam kelayakan diri saya sendiri, atau dalam pengetahuan dan pemahaman diri saya sendiri. Saya menghadap Tuhan dengan berkata, “Tuhan, kasihanilah aku. Tolonglah aku. Curahkan rahmatmu dan kiranya anugerah-Mu yang menyelamatkan menghapuskan dosa-dosaku dan tinggal dalam hati dan jiwaku untuk selama-lamanya.”