ADAKAH ALLAH PEDULI SAYA?
(Is There a God Who Cares About Me?)
Oleh Dr. W.A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Apakah Allah sungguh peduli terhadap saya? Apakah Ia tahu bahwa saya ada? Apakah Ia tahu segala sesuatu tentang saya? Apakah ada Allah yang senantiasa memperhatikan saya?
“Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di mana Allahmu?" (Mazmur 42:1-3).
Seorang ilmuwan berkata, “Kita sendirian di alam semesta ini. Kita yatim piatu.” Ilmuwan yang lain berkata, “Kesunyian yang teramat mengerikan bagi saya.” Adakah seseorang di dalam hidup saya yang peduli terhadap saya?
Dari apa yang saya baca, saya menemukan gambar tentang lautan yang luas dengan ombak yang menderu di sebuah majalah. Di atas gambar itu tertulis judul “Who Cares for Me,” (siapa yang peduli dengan saya), dan kemudian dilanjutkan dengan kalimat, “Tiada seorangpun yang peduli dengan saya.”
Ada suatu pengalaman selama saya menjadi seorang gembala. Suatu kali saya diminta oleh pemimpin rumah duka untuk memimpin acara penguburan seseorang yang tidak saya kenal. Ketika saya pergi ke rumah duka itu, tidak ada seorang pun yang melayat di sana. Direktur rumah duka itu pun bertanya, “Maukah anda membawa satu orang untuk menjadi saksi supaya saya bisa memberikan jawaban jikalau ada yang bertanya nanti. Saya dapat membuktikan bahwa orang ini telah dikuburkan secara Kristen.” Saya pergi ke jalan dan saya menemukan di sana ada toko hamburger dan saya bertanya kepada pemiliknya apakah ia mau datang dan bersama saya menjadi saksi pada acara kebaktian penguburan itu. Saya memimpin kebaktian itu hanya bersama dengan satu orang itu di sana pada waktu itu. Siapakah nama orang yang saya kuburkan itu? Apakah Allah mengenal dia? Apakah Allah peduli terhadapnya? Di mana kuburannya? Apakah ada Allah yang peduli terhadap saya? Apakah Ia tahu saya? Apakah Ia tahu nama saya?
Seorang mahasiswa pasca sarjana pergi ke Nikko, salah satu kota di Jepang yang dipenuhi dengan kuil-kuil berhala. Mereka gagal menemukan Allah di antara kuil-kuil itu dan akhirnya ia pergi ke air terjun yang sangat tinggi di pegunungan dan menulis tulisan ini.
“Setelah pergi melalui tugas belajar yang begitu sulit untuk mencari Allah, saya gagal menemukan Dia. Saya datang ke Nikko dan melanjutkan pencarian saya untuk menemukan Allah di sana, namun di sana pun saya juga gagal. Sekarang saya akan masuk ke dunia lain, agar saya dapat menemukan Allah di sana.”
Tulisan ini mengatakan bahwa ia akan masuk ke dunia lain dan kemudian ia terjun dari atas air terjun itu dan akhirnya ia mati. Tahun-tahun berikutnya ada 286 mahasiswa mengikuti jejaknya sampai akhirnya pemerintah membuat pencegahan agar bunuh diri serupa tidak terjadi kembali.
Di manakah Allah? Di manakah saya dapat menemukan Allah? Adakah Allah yang peduli terhadap saya? Di manakah Allah? Tindakan bunuh diri Marilyn Monroe disebabkan oleh karena fakta bahwa hari-hari kejayaannya telah pergi. Ia melihat kecantikannya mulai pudar. Dan dari pada ia melihat kecantikannya yang hilang, lebih baik ia mengakhiri hidupnya sendiri.
Di Dallas ada seorang kaya yang sangat sukses tetapi hidupnya tidak lama. Uangnya tidak dapat membeli kesehatan dan memperpanjang umurnya. Ketika ia menghadapi kegelapan maut, ia mulai bertanya di manakah Allah? Akhirnya kita semua akan mengalami rasa lapar dan bertanya adakah Allah yang peduli terhadap saya? Saya menginginkan Allah.
Seorang bapak berdiri di depan kuburan. Di sana ia bersama dengan ketiga anaknya yang belum bisa mengerti apa yang sedang terjadi. Sang bapak memperhatikan istrinya yang secara pelan-pelan diturunkan ke liang kubur. Ketika ia dan anak-anaknya pulang, sesampainya mereka di rumah, ketiga anak itu menangis, “Mami, di mana Mami?” Sang ayah menenangkan anak-anaknya dan berkata, “Ayah akan menjadi ibumu!” Anak-anak itu berteriak, “Kami mau mami.” Ketika waktunya tidur sang ayah meminta bantuan seorang ibu yang adalah tetangganya untuk dapat datang ke rumahnya dan menemani anak-anak itu tidur. Wanita itu membelai mereka dan mencium mereka dan berkata, “Aku akan menjadi ibumu.” Tetapi anak-anak itu berteriak, “Kami ingin Mami.” Sebenarnya kita sama seperti anak-anak itu. Ketika kemudaan kita pergi, ketika hidup kita segera berakhir, ketika uang tidak dapat membeli apapun dan ketika kita menghadapi hari esok, hari dari akhir hidup kita, kita bertanya, siapa yang ada di sana? Apakah Dia kenal saya? Apakah Dia sahabat saya? Apakah Dia peduli saya? Itu teriakan untuk Allah yang ada dalam jiwa kita yang paling dalam.
Seperti apakah jiwa anda? Anda tidak dapat mendefinisikannya. Anda tidak dapat melihatnya. Tetapi jiwa itulah yang senantiasa mencari Allah. Di mana saya dapat menemukan Allah? Beberapa manusia melihat matahari dan berkata, “Apakah itu Allah?” Kemudian mereka menyembah matahari itu. Sementara yang lain melihat bulan dan berkata, “Apakah itu Allah?” Dan mereka menyembah bulan itu. Beberapa yang lain melihat bintang dan berkata, “Apakah itu Allah?” Dan mereka menyembah bintang-bintang itu. Beberapa orang yang memiliki pikiran saintifik melihat hukum-hukum yang tak terlihat yang menyebabkan segala ciptaan dan mereka bertanya, “Apakah itu Allah? Ia adalah sang penyebab pertama (a first primal cause).” Yang lain melihat karakter-karakter dari mitologi dan kemudian mereka menyembah Mount Jupiter. Yang lain lagi menyembah orang-orang yang dianggap merupakan inkarnasi dari para dewa misalnya, dalam Buddha, Zoroaster, atau dalam Krisna. Jiwa kita bertanya, “Di manakah Allah?”
Di dalam hatiku, di dalam batinku, di dalam rohku, saya merasakan atau menyadari tentang adanya Dia. Dari mana Ia datang? Bagaiman Ia dapat berbicara kepada saya dalam jiwa saya yang paling dalam? Saya bertanya kepada telingaku, “Apakah Allah datang melalui kamu?” Telingaku menjawab, “Semua yang dapat saya lakukan hanyalah berhubungan dengan suara yang dapat didengar.” Kemudian saya bertanya kepada mata saya, “Apakah kesadaran hatiku akan Allah datang melalui kamu?” Mata saya menjawab, “Semua yang saya dapat lihat hanyalah yang berhubungan dengan terang, warna dan garis.” Kemudian saya bertanya kepada jari-jariku, “Apakah karena sentuhanmu Allah masuk ke dalam hatiku?” Jari-jariku itu menjawab, “Semua yang saya dapat lakukan hanyalah apa yang dapat aku sentuh.” Lalu bagaimana Allah bisa bicara dalam hatiku atau ada dalam hatiku? Bagaimana Ia menggerakkan rohku? Bagaimana Ia membuat aku ingin menemukan Dia? Jelas itu harus ada Allah yang peduli terhadap saya. Itu berarti ada Allah yang menjamah saya di dalam kedalaman jiwaku. Bahwa Ia mengetuk pintu hatiku untuk mengasihi Dia, memuliakan, menyembah, dan membuat komitmen dalam hidupku untuk Dia. Bukankah ini menunjukkan harus adanya Allah yang peduli terhadap saya?
ALLAH MEMILIKI NAMA PRIBADI YANG MENGEKSPRESIKAN KEPEDULIAN-NYA
TERHADAP KITA
Tuhan menyatakan diri-Nya sendiri dengan begitu ajaib kepada kita. Tuhan menyatakan diri-Nya sendiri di dalam nama pribadi yang menjelaskan kasih-Nya, kepedulian-Nya, dan kelemah-lembutan-Nya kepada kita. Allah adalah pribadi. Ia bukan benda. Allah bukanlah sesuatu yang impersonal. Allah bukanlah hukum-hukum yang tak terlihat yang menyebabkan alam semesta ini. Namun Allah adalah pribadi. Ia hidup. Allah adalah pribadi dan Ia berulang kali menyebut diri-Nya sebagai “I” dan “Me” dan “Mine” (AKU) dan bukan “It” (yang menunjukkan sesuatu yang tidak berpribadi). Ia menyatakan dirinya sendiri sebagai pribadi. Apakah Henokh berjalan bersama dengan hukum kosmik? tidak! Henokh berjalan dengan Allah yang berpribadi!
Hagar membawa keluar anaknya dari tengah-tengah keluarga Abraham dan berjalan di padang gurun bersama anaknya Ismael. Di sana ia membuang anaknya di semak belukar, karena ia tidak mampu melihat anaknya mati kehausan. Malaikat Tuhan menampakkan diri dan menguatkan dia dengan menunjukkan sumber mata air. Allah membuka mata Hagar untuk melihat kepedulian Allah yang mengasihinya (Kejadian 21:9-20). Allah adalah pribadi. Ia hidup, Ia berbicara, Ia melihat, Dia menyatakan diri-Nya sendiri dengan cara sebagaimana suatu Pribadi memperkenalkan dirinya. Ia sangat peduli kepada kita.
Di padang gurun, dalam nyala api di semak belukar, Tuhan Allah berbicara kepada Musa dan berkata, “Aku telah melihat penderitaan umat-Ku dan Aku telah mendengar teriakan mereka. Pergilah sekarang dan Aku akan mengutus kamu untuk membawa keluar umat-Ku dari perbudakan.” Musa menjawab, “Tuhan ketika aku datang kepada umat-Mu dan menjelaskan kepada mereka tentang Engkau yang mengutus aku dan mereka bertanya kepadaku siapakah nama-Mu? Apa yang harus aku katakana?” Tuhan Allah kemudian menjelaskan kepada Musa mengenai nama Pribadi-Nya (lihat Kel. 3). Selama ribuan tahun orang-orang Ibrani tidak berani menyebut nama Tuhan Allah. Mereka menggunakan kata Adonai atau Elshadai, tetapi tidak pernah menyebut nama pribadi Allah itu, karena mereka percaya jika mengucapkan nama itu mereka mati. Di dalam Alkitab kita menemukan empat konsonan untuk kata TUHAN (JHWH) dan mereka menambahinya dengan vocal untuk “Adonai” yang berarti “Tuhan” dan hasilnya diucap “Jehovah”. Kata Yahweh adalah nama Allah yang Allah berikan kepada Musa: “Engkau harus mengatakan kepada mereka bahwa nama-Ku adalah Yahweh, Yehovah AKU ADALAH AKU.” Kalau menurut grammer-nya, sebenarnya lebih tepat diterjemahkan: “Katakan kepada mereka bahwa nama-Ku I WILL BE WHAT I WILL BE.” Yehovah, Yahweh. “Ketika engkau pergi kepada umat-Ku Israel dan mereka bertanya kepadamu tentang siapakah nama-Ku engkau harus mengatakan kepada mereka bahwa namaku adalah “Aku akan menjadi pembebasmu, pemimpinmu, tiang api pada waktu malam, dan tiang awan pada waktu siang. Engkau harus mengatakan kepada mereka bahwa Aku akan menjadi gembalamu.”
Sepanjang tahun-tahun yang dijalani umat Israel, Yehovah mengasihi dan memimpin umat-Nya. Saya ingin anda melihat firman Allah di dalam kitab Yesaya yang menjelaskan tentang yang Mahakuasa:
“Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya.
Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia saja.
Jadi dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia?” (Yesaya 40:15,17,18).
Kemudian di tengah-tengah diskripsi yang luar biasa tentang Allah yang Mahakuasa ini nabi menulis:
“Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati” (Yesaya. 40:11).
Seluruh Wahyu Allah dalam Perjanjian Lama memberikan deskripsi yang sama dengan itu. Yesaya diutus oleh Tuhan Allah kembali kepada Hizkia untuk memberikan nubuatan yang berasal dari Tuhan tentang kematian Hizkia. Hizkia berdoa dan menangis di hadapan Allah dan Allah mengutus Yesaya kembali ke istana itu mengumumkan kepada raja:
“Pergilah dan katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu. Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi.” (Yesaya. 38:5).
Seperti itulah Allah. Nama-Nya adalah Yehovah. Nama-Nya adalah Yahweh. Nama-Nya berarti “I WILL BE THAT I WILL BE.” Tidak ada akhir bagi-Nya. Tidak ada akhir bagi rahmat dan kasih-Nya. Itu akan terus nyata bagi setiap generasi dan di sepanjang masa.
IA MENJADI SALAH SATU DARI KITA
DALAM WUJUD-NYA SEBAGAI MANUSIA
Allah berkata Aku akan menjadi teman seperjalanan dalam perjalanan musafirmu. Aku akan menjadi salah satu dari kalian. Aku akan menjelma menjadi manusia. Aku akan mengalami semua yang manusia alami. Aku akan hidup dan berjalan di antara kamu. Itulah nama-Ku. Aku akan menjadi Juruselamatmu dan Sahabatmu. Aku akan menghidupi kehidupanmu.
Tidak heran bila Paulus mengumumkan misteri yang agung dan suci tentang Allah yang menyatakan diri di dalam daging. Bahwa Allah menjadi manusia dan bahwa Ia akan hidup seperti kita hidup. Injil Matius mulai dengan suatu naratif inkarnasi Allah.
“Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita.” (Matius 1:19-23).
Allah yang datang dalam daging dipresentasikan dengan pengumuman yang begitu indah oleh Malaikat Gabriel kepada Maria dari Nazaret.
“Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah” (Lukas 1:35).
Pengajaran doktrinal yang agung di dalam surat-surat Perjanjian Baru juga menyatakan hal yang sama bahwa Yesus adalah Allah yang datang dalam daging.
“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan” (Kolose 1:15).
“Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan….” (Ibrani 1:3).
“Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami?” (Yohanes 14:9).
Ini adalah Allah yang mengenakan daging. Seperti apakah Allah itu? Apakah Ia peduli dengan saya? Pribadi seperti apakah Dia itu?
Dalam menjelaskan pribadi Tuhan Yesus para penulis Injil berkata, “Dan ketika Yesus melihat orang banyak itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka.” Yesus tergerak hati-Nya oleh belas kasihan dan ini menunjukkan betapa Ia mengasihi kita. Ia berkata bahwa bahkan sehelai rambut pun yang ada di kepala kita dihitung oleh Tuhan. Ia bukan hanya tahu nama kita, tetapi Ia tahu lebih banyak tentang kita dari apa yang kita tahu tentang diri kita sendiri. Ia menjelaskan kepada kita bahwa seekor burung pipit pun tidak akan jatuh ke tanah tanpa dikehendaki oleh Bapa yang di sorga (Matius 10:29). Ia mengajar kepada kita tentang satu domba yang hilang, satu koin yang hilang, dan kemudian Ia menambahkan karena Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (Lukas 19:10).
Seperti apakah Allah itu? Seperti apakah Yesus itu? Ketika seorang perempuan yang mengalami sakit pendarahan berkata di dalam hatinya, “Jika aku menyentuh jubah-Nya saja, maka aku akan menjadi sembuh.” Dan Yesus berkata, “Siapa yang menyentuh Aku?” Jadi di sini menunjukkan betapa sensitifnya Dia!
Yesus adalah saluran yang melalui-Nya Allah peduli kepada kita dan mengasihi kita. Khotbah-Nya dari desa ke desa dan dari rumah ke rumah menunjukkan perhatian-Nya kepada umat manusia. Ia menyembuhkan orang-orang yang sakit, membuka mata orang-orang buta, menyembuhkan orang-orang yang terkena kusta, dan berkhotbah kepada orang-orang miskin. Semua itu adalah contoh yang begitu indah tentang pekerjaan pelayanan yang dilakukan oleh Tuhan kita yang begitu mulia! Ia menangis di depan kuburan Lazarus. Ia menangis dan meratapi Yerusalem yang menolak Mesias. Ia menangis karena dosa-dosa kita di Getsemani. Ia mati untuk kita. Ia mengalami tekanan batin di dalam Roh dan Jiwa-Nya yang kita tidak pernah bisa pahami. Betapa beratnya tekanan yang Ia hadapi pada waktu di Getsemani, karena Ia dibuat berdosa karena kita. Inilah Allah yang peduli kepada kita!
Akhirnya menurut penulis dari kitab Ibrani, Ia ada di sorga saat ini, duduk di sebelah kanan Yang Mahatinggi. Ia adalah Imam Besar yang setia yang senantiasa menaikkan doa-doa yang digerakkan dan disebabkan oleh perasaan-Nya yang mengasihi kita. Tidak pernah ada orang miskin yang melebihi kemiskinan-Nya, tidak ada orang yang pernah lapar yang melebihi kelaparan yang dialami-Nya, tidak seorang pun yang pernah menderita melebihi penderitaan-Nya, tak seorang pun yang pernah mengalami luka yang melebihi luka-Nya, tak seorang pun pernah menangis seperti Ia menangis, tak seorang pun mengalami kekecewaan seperti yang pernah Ia alami. Tak seorang pun yang mengalami penderitaan batin sama seperti yang Ia alami. Imam Besar kita yang agung dan mulia, memiliki perasaan yang begitu dalam dan intim terhadap kita. Ia memahami apa yang kita alami karena Ia sudah mengalami semua pengalaman manusia, kecuali dosa. Kitab Ibrani berkata “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaiknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa…. pertolongan kita pada waktunya (Ibrani.4:15-16). Ini adalah Allah yang agung yang peduli terhadap kita. Ia adalah Yahweh atau Yehovah.
Yohanes berkata ketika Yesaya melihat Tuhan Yehovah, ia sebenarnya melihat Yesus (Yohanes 12). Yehovah, Yahweh, adalah nama-Nya di dalam Perjanjian Lama. Allah yang sama yang hati-Nya tergerak oleh belas kasihan terhadap kita, yang turut merasakan apa yang kita rasakan “Aku telah mendengar jeritan umat-Ku. Aku melihat kesusahannya.” Yehovah dari Perjanjian Lama adalah Tuhan Yesus dari Perjanjian Baru, yang hati-Nya senantiasa tergerak oleh belas kasihan dan turut merasakan apa yang kita rasakan. Ia adalah Allah yang agung yang penuh dengan pengampunan. Itu lah nama-Nya. Yahweh yang berarti “I Will Be That I Will Be.” (Aku akan menjadi yang Aku kehendaki).
IA BERSAMA DENGAN KITA UNTUK
SELAMA-LAMANYA
Allah berjanji bahwa Ia akan bersama dengan kita di sepanjang masa bagi orang-orang yang membuka hati mereka untuk Tuhan. Dia selalu ada bersama mereka “Aku sekali-kali tidak akan pernah meninggalkan engkau.” Allah mencurahkan Roh-Nya kepada manusia dan Roh itu adalah Roh Yesus. Ketika saya memiliki Roh Yesus saya memiliki Tuhan Yesus itu sendiri atau Allah itu sendiri.
Roh Tuhan kita senantiasa mencari dan mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Ini sama seperti ketika Allah di taman Eden mencari orang tua kita yang pertama, yaitu Adam dan Hawa yang telah Ia jadikan, dan yang telah menyembunyikan diri mereka sendiri dari Allah. Mereka bersembunyi dari Dia. Tetapi Allah mencari mereka di dalam dunia yang penuh dosa, penghukuman dan kegelapan. Allah bergerak di setiap bangsa kita. Ia bergerak di kota-kota besar kita. Ia bergerak di antara umat manusia. Allah mencari, Ia selalu peduli terhadap kita bahkan sama seperti yang Ia pernah lakukan di taman Eden. Bahkan seperti yang Ia pernah lakukan pada zaman Nuh. Bahkan seperti yang Ia pernah kerjakan di zaman Abraham. Bahkan seperti yang pernah Ia lakukan pada zaman Musa. Di sepanjang abad Allah bergerak, mencari, dan peduli terhadap umat-Nya.
Pencarian itu selalu inklusif dan tidak pernah eksklusif. Rahab, wanita sundal itu, masuk di dalam daftar nenek moyang/keturunan Tuhan Yesus. Rut wanita Moab masuk di dalam daftar keturunan Tuhan kita. Allah mengirim Yunus ke Niniwe yang adalah bangsa yang berbuat kejam terhadap orang Yahudi. Niniwe telah menghancurkan Israel bagian Utara. Oleh sebab itu, orang Yahudi sangat membenci orang Asyur ini. Namun Allah berkata pada Yunus, “Pergilah dan berkhotbahlah kepada mereka.” Ketika Yunus akhirnya berkhotbah di sana seperti yang diperintahkan Tuhan, “Empat puluh hari lagi Niniwe akan di hancurkan! halleluya!” Mereka diingatkan akan penghakiman Allah. Namun raja dan seluruh orang Asyur membungkuk di hadapan Tuhan, mengoyakkan pakaiannya dan berbalik kepada Allah. Dan Allah di dalam anugerah-Nya mengampuni mereka. Yunus tidak puas karena api tidak diturunkan untuk membakar mereka. Allah selalu inklusif dan tidak pernah eksklusif.
Kasih Allah lebih besar daripada apa yang dipikirkan oleh manusia. Dan hati-Nya yang penuh dengan belas kasihan itu bersifat kekal! Ada Allah yang peduli tentang kita. Ketika Stefanus dirajam batu, Dia ada di sana. Ketika Paulus menghadapi karam kapal yang begitu mengerikan, Tuhan berdiri bersama Paulus. Ketika Yohanes dibuang ke pulau Patmos, Yesus ada di sana. Dan Ia ada bersama dengan kita
Mengapa Allah tidak membinasakan Setan? Mengapa Ia tidak menghapuskan dosa di dunia ini untuk selamanya? Mengapa kita hidup dalam kesusahan dan penderitaan? Mengapa? Apakah di balik misteri dari kesusahan ini Allah memiliki tujuan yang lebih baik bagi kita? Ini adalah rahasia yang Allah simpan di dalam hati-Nya yang mana kita tidak dapat memahaminya sekarang. Namun penderitaan dan kesusahan yang kita alami adalah bagian dari kebaikan yang Allah sediakan bagi kita.
Salah satu doktrin yang agung yang saya temukan di dalam kitab Ibrani adalah bahwa Yesus yang walaupun Ia adalah Anak Allah rela mengalami penderitaan yang sempurna. Ia setia menghadapi sagala penderitaan yang Ia alami. Ia bahkan mengalami lebih dari semua yang dialami oleh manusia. Sehingga Ia layak untuk menjadi Juruselamat, Imam Besar yang simpatik kita, karena Ia telah mengalami setiap penderitaan yang pernah dialami manusia. Selalu ada alasan mengapa Allah memimpin kita kepada kesusahan. Ada tujuan tertentu dari semua itu dan akhirnya mendatangkan berkat dan kebaikkan bagi kita. Jika anda menderita, jika anda berbeban berat, jika anda merasa frustasi, jika anda dikecewakan, mengalami keputusasaan, jika anda terluka, Allah memiliki rencana yang baik di balik semua itu bagi anda. Dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi orang-orang yang mengasihi Tuhan.
ALLAH BERDAULAT ATAS
KEHIDUPAN DAN CIPTAAN
Nama-Ku Yehovah. Dia berkata nama-Ku adalah “AKU ADALAH AKU. I AM THAT I WILL BE. Suatu hari saya akan ada bersama dengan Allah yang berdaulat atas seluruh dunia. Setan tidak lagi dapat menguasai kita. Setan akan diikat dan dilemparkan ke dalam neraka untuk selama-lamanya. Bumi yang rusak ini akan dijadikan Allah kembali menjadi indah. Akan tiba saatnya di mana kematian tidak akan ada lagi. Kesedihan dan duka tidak akan pernah ada lagi. Tidak akan ada sesuatu pun yang akan menghancurkan atau merusak hidup kita, membuat kita menangis dan hati kita hancur. Tetapi kita akan hidup di dalam hadirat-Nya di dunia yang tanpa akhir. Kita akan melihat Dia. Kita akan menjadi sama seperti Dia. Kita akan berjalan di dalam hadirat-Nya dengan berkat Allah yang Mahatinggi bagi kita.
Apakah Allah peduli kepada saya? Apakah Allah mengenal saya? Apakah Ia tahu nama saya? Apakah Ia melihat saya? Ya. Ia peduli, tahu dan melihat anda. Ia adalah pribadi yang mengasihi, peduli, simpatik, memahami, menyelamatkan, mengampuni, menolong dan menguatkan. Dia berjalan di samping kita, mengasihi kita ketika kita merasa terbuang, menolong kita ketika kita terjatuh, peduli kepada kita di dalam hidup ini tidak ada yang peduli terhadap diri kita. Ia berdiri bersama kita ketika kita mati, dan menerima kita di dalam kemuliaan ketika saatnya tiba. Kita akan melihat penampakan Tuhan kita. Itulah Allah yang agung! Yehovah, Yesus Tuhan kita, raja kita yang agung!