KELAPARAN AKAN ROTI KEHIDUPAN
(A FAMINE FOR THE BREAD OF LIFE)
Oleh Dr. W.A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
“Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman Tuhan ALLAH, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN. Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya.” (Amos 8:11)
Amos adalah pengkhotbah untuk suatu bangsa. Dia tinggal di Tekoa, yang berada di samping Laut Mati di padang gurun Yudea. Dan Tuhan mengutus dia kepada Kerajaan Israel Utara, ke Betel, ke ibu kota kerajaan, dan ke istana raja. Dan di sana ia menyampaikan Firman Tuhan. Anda tidak dapat membayangkan betapa kontrasnya khotbah Amos dengan kondisi bangsa pada zaman itu. Ia mengkhotbahkan tentang penghukuman, ketika bangsa itu sedang berada dalam kondisi kemakmuran dan kejayaan.
Uzia raja Yehuda, Kerajaan Selatan adalah salah satu raja yang hebat namun tidak memerintah negaranya dengan baik. Ia memerintah selama empat puluh satu tahun. Yerobeam II, raja Israel, sama seperti raja-raja Israel pada umumnya yang melakukan apa yang jahat. Ia memerintah selama empat puluh satu tahun. Pada masa pemerintahan raja-raja ini kedua kerajaan itu berjalan dengan stabil dan membawa rakyat mereka ke dalam kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka melukiskan kembali masa kejayaan Salomo baik di Yehuda maupun di Israel. Rakyat mengalami kemakmuran dan berkat berkelimpahan. Amos menunjukkan bahwa mereka mempunyai tempat peristirahatan musim panas dan musim dingin. Amos menunjukkan istana-istana gading mereka. Ia berbicara tentang ranjang-ranjang gading yang menjadi tempat peristirahatan mereka. Ia menjelaskan tentang optimisme bangsa itu yang selalu berpikir: “Esok akan lebih baik dari hari ini!
Selanjutnya “Hari Tuhan,” yang Amos bicarakan adalah tentang penghukuman Tuhan. Hari Tuhan, bagi mereka adalah suatu hari tanpa campur tangan Tuhan. Keduanya pada tahun 760 SM dan 722 SM, beberapa tahun kemudian, bangsa itu dihancurkan untuk selama-lamanya! Tidak pernah ada lagi nabi di Israel, dan bangsa itu tidak pernah bangkit lagi.
Ketika saya berpikir tentang optimisme yang luar biasa dan kebutaan rakyat ini yang memimpin kepada berbagai penghukuman Allah yang Mahakuasa atas mereka, ketika saya berpikir tentang mereka yang sedang mengalami kemakmuran dan berkelimpahan, saya ingat Amerika dan para pemimpin Amerika, misalnya pengkhotbah liberal terkenal, Harry Emerson Fosdick. Saya pernah pergi mendengar dia berkhotbah di kota New York. Ia sedang mengendarai jambul liberalisme, dia berkata: “Tidak akan ada lagi perang. Tidak akan pernah ada lagi perang! Tidak akan ada lagi penumpahan darah. Tidak akan pernah ada lagi! Kerajaan seribu tahun telah datang. Damai sejahtera dan kemakmuran sedang datang secara universal.” Itulah khotbah Fosdick dan semua Fosdick-Fosdick kecil lainnya yang mengikuti gaya dia di mimbar-mimbar mereka.
Namun pada sekitar tiga puluhan tahun kemudian; tahun 1939, Hitler melepaskan tali anjing perangnya ke seluruh dunia dan memandikan bumi ini dengan darah manusia. Itu adalah penghukuman Allah yang Mahakuasa!
Jadi pada zaman Amos, ketika bangsa itu ada di puncak kemakmurannya, dan kejayaannya, dan stabilitasnya, Allah mengutus seorang pengkhotbah dari padang gurun Yudea dan mengirimnya ke Betel, dan di sana ia menyampaikan Firman Tuhan. Dan ketika ia berkhotbah, ia menyampaikan empat penghukuman Allah yang Mahatinggi. Yang pertama dapat ditemukan dalam Amos 5: 27, “Dan Aku akan membawa kamu ke dalam pembuangan jauh ke seberang Damsyik," firman TUHAN, yang nama-Nya Allah semesta alam.”
Dan ia mengulangi berita penghukuman ini dalam Amos 7:17; “….dan Israel pasti pergi dari tanahnya sebagai orang buangan.” Penghukuman Allah yang Mahatinggi yang pertama atas Israel adalah bahwa mereka akan dibawa ke dalam perbudakan, ke pembuangan dan ditaklukkan.
Penghukuman Allah kedua atas Israel, seperti disampaikan nabi Amos, ditemukan dalam Amos 7:9; “Bukit-bukit pengorbanan dari pada Ishak akan dilicintandaskan dan tempat-tempat kudus Israel akan diruntuhkan, dan Aku akan bangkit melawan keluarga Yerobeam dengan pedang.”
Penghukuman Tuhan yang pertama atas mereka adalah bahwa Israel harus dibawa ke dalam pembuangan. Dan penghukuman kedua dari yang Mahatingi adalah kehancuran dan keruntuhan. Penghukuman ketiga dari Allah yang Mahatinggi ditemukan dalam Amos 8:3; “Nyanyian-nyanyian di tempat suci akan menjadi ratapan pada hari itu," demikianlah firman Tuhan ALLAH. "Ada banyak bangkai: ke mana-mana orang melemparkannya dengan diam-diam.”
Penghukuman pertama, perbudakan dan pembuangan; penghukuman kedua adalah kehancuran dan keruntuhan; dan penghukuman ketiga adalah kematian terjadi di mana-mana! Dan hanya tinggal beberapa orang yang masih tertinggal, mereka melemparkan bangkai-bangkai itu dengan diam-diam.
Keempat, dan ini adalah penghukuman yang terakhir. Ini adalah penghukuman yang sama sekali berbeda dengan penghukuman-penghukuman sebelumnya. Pertama adalah perbudakan, kedua adalah kehancuran, ketiga adalah kematian; kemudian yang keempat yang menjadi klimaksnya adalah:
“Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah firman Tuhan ALLAH, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN. Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya” (Amos 8:11-12)
Apa yang Anda pikirkan tentang itu? Apakah Anda berpikir bahwa di antara penghukuman Allah yang Mahatinggi, yaitu perbudakan dan kehancuran dan kematian, yang klimaksnya adalah kelaparan akan Firman Allah, dan yang paling mengerikan adalah penghukuman tentang terjadinya kelaparan akan Firman Allah? Apa yang Anda pikirkan tentang hal itu? Dalam Mazmur 74:9, kita menemukan jeritan tangis yang begitu menyedihkan dari seorang Pemazmur, yaitu Asaf: “Tanda-tanda kami tidak kami lihat, tidak ada lagi nabi, dan tidak ada di antara kami yang mengetahui berapa lama lagi.”
Betapa mengerikannya penghukuman ini terjadi di antara umat manusia ketika Tuhan tidak mendengarkan mereka, ketika Tuhan tidak mau memaapkan lagi. Salah satu refren atau pengulangan yang khidmat dapat Anda temukan kembali dalam Amos 7:8; “Aku tidak akan memaafkannya lagi.” Anda akan menemukan kata-kata senada dalam Amos 8:2; “Aku tidak akan memaafkannya lagi.”
Apakah Anda mengingat Fifth Symphony dari Beethoven? Ini memiliki frase penghukuman, “da da da dah,” yang bergema di sepanjang sympony ini. Itu sama persis dengan cara Tuhan Allah menghukum Israel:
Aku tidak akan memaafkannya lagi.
Aku tidak akan memaafkannya lagi.
Tidak akan ada nabi-nabi lagi.
Tidak akan ada lagi jawaban dari Sorga.
Tidak ada lagi Firman Allah.
Betapa mengerikannya penghukuman itu!
Ketika Saul pergi kepada tukang sihir di En-Dor – memanggil arwah orang mati adalah hal yang dianggap kekejian bagi Tuhan di Israel. Ketika Saul pergi kepada perempuan tukang sihir di En-dor itu, ia minta untuk memanggil arwah nabi, yaitu Samuel yang telah mati. Dan sesuatu yang ilahi muncul, dan menurut Saul, Allah telah mengirimkan roh Samuel. Apakah Anda ingat seruan Saul? Ia berkata:
Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi (dan tidak ada firman dari Sorga) maupun dengan mimpi,… apa yang harus kuperbuat” (II Samuel 28:15).
Dan suara yang dianggap Samuel itu berkata: “Karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN… orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan aku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin,”
Dapatkah Anda membayangkan teriakan itu? “Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi (dan tidak ada firman dari Sorga) maupun dengan mimpi. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan aku tidak tahu kemana harus minta petunjuk!”
Seperti itu lah penghukuman akhir dan klimaks dari Allah atas Israel. Dapatkah kita berhenti sejenak memperhatikan ini? Penghukuman yang pertama adalah perbudakan, pembuangan dan penjajahan. Namun apalah artinya perbudakan dan pembuangan serta penjajahan itu jika Tuhan masih bersama dengan kita? Yohanes, rasul suci, dibuang ke pulau Patmos, dan di sana ia mati oleh karena kelaparan. Namun ketika ia berada di pulau Patmos itu, ia mendengar suara yang nyaring, seperti suara sangkakala. Lalu ia berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadanya itu. Ketika ia melihat Dia, tersungkurlah dia di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi Tuhan meletakkan tangan kanan-Nya di atasnya, lalu berkata: “Jangan takut! Aku adalah Dia yang Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.”
Namun kasus di sini adalah pembuangan, atau perbudakan, atau penjajahan yang tanpa Allah bersama dengan mereka sehingga membuat perbudakan ini menjadi penghukuman yang sangat mengerikan dari yang Mahatinggi. Dan penghukuman kedua adalah kehancuran. Namun apalah artinya api, air bah, dan keruntuhan jika Allah bersama dengan kita? Ayub “duduk di atas abu sambil menangis dan mengiba: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Apalah artinya api, banjir atau pun bencana, atau pun kehancuran yang kita alami, asal Tuhan bersama dengan kita. Seorang wanita Turki di rumah sakit Konya, dulunya kota ini bernama Ikonium – di mana di sana Paulus pernah memberitakan Injil pada perjalanan misinya yang pertama – wanita Turki ini, di rumah sakit itu, menyanyikan sebuah lagi ini.
Injak-injak aku, ya, injak-injaklah kepalaku
Beri aku ketakutan, wahai Engkau hakim kematian
Hanya bila, Oh Tuhan, Engkau senantiasa menyertaiku
Dan menginginkan aku sepenuhnya, ketika aku berdiam di bawah kaki-Mu.
Lemparkan aku ke atas api.
Seperti Musa, hanya bisa melihat, tanah yang kuimpikan
Hanya bila, oh Tuhan, Engkau menyertai aku.
Gantunglah aku seperti Yesus, di atas kayu yang kasar
Atau mengemis, seperti Lazarus, sepanjang hidup yang aku lalui.
Hanya saja, Oh Tuhan, Engkau sertailah aku
Dan Engkau menginginkanku sepenuhnya, ketika aku berdiam di bawah kaki-Mu
Itu semua tidak berarti apa-apa bila Tuhan bersama dengan kita. Penghukuman yang ketiga adalah kematian; namun apalah artinya kematian jika kita memiliki janji dari Tuhan bahwa kita akan bersama dengan Dia? Ketika mereka merajam Stefanus dengan batu, ia menengadah ke atas, melihat ke Sorga. Dan di sana, ketika sorga terbuka, ia melihat Yesus, anak Allah, berdiri di sebelah kanan Allah, siap menyambut martir Kristen-Nya yang pertama ini. Di setiap tempat di dalam Alkitab, tanpa terkecuali, menjelaskan bahwa Yesus selalu duduk di sebelah kanan yang Mahatinggi. Namun di bagian ini dikatakan bahwa Dia berdiri di sana. Mengapa? Yaitu untuk menyambut martir Kristen-Nya yang pertama ini untuk masuk ke dalam kemuliaan.
Apalah artinya kematian jika Allah ada di sana – Jika Firman Tuhan yang adalah janji suci dalam bentuk tulisan atau Alkitab ini selalu memberi penghiburan dan kekuatan kepada jiwa kita? Saya tidak tahu suatu tulisan manusia yang lebih mulia dari kata-kata Rasul Paulus kepada anaknya di dalam pelayanan ini:
“(Timotius), Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat (kampak algojo Nero sedang menantiku di depan pintu penjara).”
“Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya “(II Timotius 4:6-8)
Ini merupakan kemenangan. Waktu kemenangan yang terbesar dan terindah kita akan terjadi pada saat umat Tuhan pulang ke rumah Bapa. Apalah artinya kematian jika Tuhan bersama dengan kita? Kematian itu menjadi menakutkan, kejam, mengerikan hanya jika Tuhan tidak ada bersama dengan kita, jika tidak ada firman dari Sorga, jika tidak ada janji dari atas, jika tidak ada jaminan yang membuat tenang dan damai, yang menyambut kita adalah kegelapan yang teramat pekat seperti pekatnya tengah malam.
Dan itu adalah tragedi yang sedang meliputi dunia modern kita ini. Kita telah mengabaikan Firman Tuhan, yang adalah Air Hidup yang menghidupkan dan sudah membuang cadangan air kita, dan merusak semua bak yang dapat menampung air itu. Kita telah menggantikan Tuhan dengan humanisme. Kita telah berpaling dari Firman Allah yang hidup, dan mengikuti sistem-sistem yang buta dan sia-sia.
Nabi kita pada zaman ini bukan lagi Musa, atau pun Paulus, atau pun Yohanes. Kita telah menggantikan mereka dengan Charles Darwin, Karl Marx, dan Sigmund Freud. Lebih-lebih lagi, seluruh dunia kita saat ini telah disapu oleh buku-buku humanisme – intelektualisme palsu, sains palsu (pseudo-science), sekulerisme, materialisme – semua hal yang menawan kehidupan modern kita, membiarkan Tuhan keluar dari hidup kita. Dan kita melihat bukti dari semua itu di mana-mana.
Surat-surat kabar kita hari ini, seperti yang baru saja saya baca. Orang mengkritik orang lain dengan menggunakan Alkitab dan berkata:
“Mengutip Alkitab, untuk memperkuat kebodohan. Itu adalah suatu kesalahan yang menyedihkan; riset akan menunjukkan bahwa Alkitab telah ditulis pada waktu yang tidak dapat diketahui, oleh para penulis yang tidak dikenal, dan dikumpulkan pada abad keempat di Nicea. Dan tulisan-tulisan dari Alkitab tidak dapat memberikan catatan sejarah yang dapat dipercaya pada hari ini. Untuk mempercayai Kristus sebagai pribadi yang benar-benar pernah ada, salah satunya adalah dengan mempercayai tulisan-tulisan ini sebagai tulisan-tulisan yang diinspirasikan oleh Allah. Itu adalah jurang yang Anda dapat jembatani. Yang pasti, kita dapat melupakan mitos-mitos dan legenda-legenda dari Alkitab, atau menerimnya begitu saja.”
Oleh karena sapuan posisi teologi liberal dari komunitas masyarakat akademisi modern ini, maka para pelayan Injil berdiri di mimbar mereka tanpa pernah mengacu kepada Firman Allah yang kudus dalam pemberitaan firmannya.
Saya mengkopi dari Dallas Morning News seperti berikut ini:
Para pelayan Injil mendapat usul dari editor, Ernest Joyner, dalam the Rawles Banner, yang telah membeli Alkitab. “Ini harganya 14.95,” tulisnya, “Ini berisi 703.692 kata di dalamnya, dan ini adalah bacaan yang menarik. Kita meminta para pelayan Tuhan untuk mendasarkan khotbah Minggu di atasnya sementara di sana yang berkumpul adalah orang-orang yang menggeluti bidang ekonomi, buruh, ahli statistik, petugas kebersihan, politikus dan pendukungnya.”
Apa yang terjadi hari ini hanyalah tipikal! Tuhan senantiasa memperhatikan dunia ini – dan menjelaskan kepada kita tentang penghukuman yang akan datang. Saya mengutip dari seorang penginjil besar, Billy Graham. Saya juga akan mengutip dari seorang agnostic, H.G. Wells; dari seorang atheis, George Bernard Shaw; dan dari jurnalis yang tiada duanya pada zaman ini, seorang Kristen Inggris, Malcolm Muggeridge.
Billy Graham berkata, “Manusia sedang ada dalam permusuhan, yang mungkin sedang memimpin ke dalam perang dunia ketiga.
Seorang agnostik, H. G. Wells, seorang yang sangat brilliant, sejarahwan Inggris dan kritikus sosial berkata, “Akhir dari segala sesuatu yang kita sebut kehidupan sudah dekat dan tidak dapat dihindari lagi.”
Saya juga mengutip dari George Bernard Shaw, seorang dramawan dan pengarang dari Irlandia. Di akhir hidupnya – ia mati pada tahun 1950 – ia menulis:
"Ilmu pengetahuan yang di atasnya aku letakkan imanku tidak dapat berbuat apa-apa. Nasehat-nasehatnya, untuk memimpin pendirian kerajaan seribu tahun, justru langsung memimpin kepada bunuh diri dari ras manusia.”
Dan yang terakhir, dari Malcolm Muggeridge. Ia berkata, “Kita hidup di dunia yang mengagungkan ilmu pengetahuan dan materialisme. Kita sudah menabur angin egotistik humanisme, dan Allah membantu kita, kita sedang menuai angin badai.”
Seolah-olah kemajuan ilmu pengetahuan memberi kita alat dalam hidup ini yang dapat menyelamatkan kita. Seolah-olah proses dan pendekatan psikoanalis dapat menyelamatkan kita. Seolah-olah semua perubahan politik dan perburuhan dalam “Das Kapital” Karl Marx dapat menyelamatkan kita. Dunia kita sedang terus merosot ketika kita merangkak bersama dengan para pemimpin militer, para diktator, dan ribuan obat penenang yang memimpin kita ke dalam keputus-asaan yang begitu mendalam.
Apa yang kita butuhkan, dalam menghadapi kelaparan akan Firman Tuhan, untuk menemukan kembali perkataan dan khotbah para nabi dan rasul Tuhan bagi jiwa kita, untuk hidup kita, untuk keluarga kita, untuk bangsa kita, untuk semua bangsa di dunia ini, untuk semua umat manusia. Dan apa yang kita harapkan terjadi. Itu adalah kembalinya Firman dan berita dari Tuhan.
Apakah Anda ingat ketika membaca tentang kehidupan raja Yosia yang baik, yang merenovasi Bait Suci? Hilkia, imam besar, dan Safan, seorang nabi, datang kepada raja dan berkata: “Kami telah menemukan Firman Tuhan, kami telah menemukan Taurat Tuhan!” Dan itu membawa kebangunan rohani setelah Yehuda dijatuhi hukuman yang mengerikan sejak masa Yerobeam.
Ketika saya menjadi gembala sidang di Oklahoma, Gubernur Marlin, membangun sebuah patung perunggu yang begitu besar di kota asalnya, yaitu Ponca City. Ini adalah sebuah patung perempuan pelopor yang besar sekali. Dan ketika ada di sana, sambil memperhatikan pahatan patung itu, hati Anda tidak dapat berpindah darinya, ketika memperhatikan patung pelopor wanita ini. Di satu sisi tangannya ia menggendong seorang anak dan di tangan yang lain ia sedang memegang Firman Tuhan. Itu adalah harapan kita, itu adalah keselamatan kita, itu adalah janji untuk kita, itu adalah jalan untuk kita, seperti Tuhan berfirman: “Kamu akan mendengar suara dari belakang kamu yang mengatakan, ‘Ini adalah jalannya, masuklah kamu melaluinya.’”
Entah itu adalah Firman Hidup (Kristus), atau entah itu adalah Firman Hidup (Alkitab), keduanya disebut Firman. Dan ketika saya mengagungkan Firman Hidup ini, saya memuliakan Firman yang tertulis. Jika saya tidak menghormati Firman yang tertulis ini, maka itu berarti saya juga tidak menghargai Firman Hidup itu.
Tuhan Allah mengirimkan kepada kita manna yang berlimpah dari Sorga. Bukan kelaparan akan Firman kehidupan, namun makanan para malaikat, yaitu wahyu Allah, pengharapan dan janji bagi kita, sekarang dan selama-lamanya. AMIN.