GEMBALA DI DALAM PEMBELAJARANNYA
(The Pastor in His Study)
Oleh Dr. W. A. Criswell
Alih bahasa oleh Wisma Pandia, Th.M.
Editor Dr. Eddy Peter Purwanto
Saat Pagi untuk Tuhan
Ada satu tema utama dalam hidup saya, yaitu berserah dan berserah kembali. Seperti motif yang ada dalam karya Bethoven, yaitu Simpony Sembilan, dimana nadanya dibunyikan secara terus menerus akan tetapi terdengar dalam banyak bagian dan variasi. Sangat mendasar, sama seperti kepercayaan yang paling pokok dalam pekerjaan pastoral saya yaitu: Pertahankan saat pagimu untuk Tuhan.
Ketika saya ditanya oleh majalah The Baptis Program tentang studi saya, saya menjawab bahwa saya menyerahkan seluruh pagi saya untuk Tuhan dan saya belajar di rumah. Ada sebuah telepon di meja saya, tetapi ia tidak berbunyi. Pada malam hari, di keheningan cahaya bintang-bintang dan dalam kelembutan fajar, saya dapat bekerja, belajar dan bersiap-siap. Pada pagi hari saya dapat menjalani pekerjaan saya dan mengerjakannya dengan sungguh-sungguh diatas meja saya dan dengan sepuas hati.
Saya dapat berdoa dan mempersiapkan kotbah-kotbah saya. Saya dapat menulis buku dan berpikir tentang masalah-masalah yang sedang kami hadapi. Saya dapat menghidupi kehidupan bagai seorang raja dalam sebuah istana. Dalam studi saya dengan ribuan buku teologi, hasilnya adalah sebuah kesempatan untuk lari dari semua tekanan dunia. Tidak ada seorangpun kecuali Tuhan, dan Dia menunggu saya setiap saat.
Ketika saya meninggalkan studi, saya berusaha untuk menjadi seorang pelayan gereja dan dunia. Saya mengadakan kunjungan. Menjawab surat-surat. Pergi ke pertemuan-pertemuan. Saya berkotbah. Dan menangani kebaktian penguburan dan pernikahan. Saya mengurus semua kebutuhan jemaat. Berusaha menolong dengan denominasi saya, dan melakukah ribuan hal lainnya. Akan tetapi waktu yang saya gunakan dalam studi saya adalah milik saya seutuhnya dan Tuhan. Dan hal ini telah meningkatkan pelayanan saya dan memberkati hidup saya. Ini merupakan rahasia dari sejumlah pekerjaan besar yang dapat saya lakukan.
Ketika ditanya tentang studi saya, kebiasaan dalam mempersiapkan kotbah oleh majalah Moody Monthly, saya menjawab bahwa jika saya memiliki satu hal untuk disampaikan kepada seorang pengkotbah muda; maka itu pasti hal ini: “Pertahankan saat pagimu untuk Tuhan, serahkan seluruh dunia dan dirimu sendiri di hadapan Tuhan, dengan sebuah Alkitab di tangan, dengan lutut yang berjimpuh dalam kehadiran kudus Allah yang mahabesar.
Apa yang akan dikatakan orang jika seoarang pendeta tidak memiliki hal seperti ini? Apakah yang akan dipikirkan oleh komunitas jika mereka tidak dapat meraihnya di saat pagi? Bagaimanakah sebuah gereja dapat bertahan?
Jawaban saya datang melalui sebuah pengalaman yang panjang. Orang-orang akan memuliakan Tuhan, untuk seorang pendeta yang mau menghabiskan waktu paginya dengan membuka Alkitab dan berlutut di hadapan Hakim dari seluruh dunia. Hal itu mungkin akan kelihatan aneh, tetapi setiap jemaat akan bersukacita dengan sebuah pikiran bahwa pendeta yang ada dihadapan mereka keluar kekudusan yang suci, dimana sebelumnya dia telah bertemu dengan Tuhan muka dengan muka.
Saya telah melihat dengan mata sendiri. Di minggu pertama seorang pendeta dia harus mengumumkan bahwa dia adalah pelayan jemaat dan gembala yang peduli terhadap jiwa-jiwa mereka baik siang maupun malam. Dia lalu menjelaskan tentang saat pagi yang dia gunakan untuk mempelajari Alkitab, berdoa, menjadi perantara, dan untuk persiapan. Di waktu siang dia mengerjakan pekerjaannya bagi gereja, seperti mengadakan kunjungan, menjawab surat-surat, melayani konseling, dan mengerjakan semua pekerjaan yang bersifat administratif lainnya. Di waktu malam dia bebas untuk mengunjungi berbagai pertemuan dan hal-hal lain. Tetapi saat pagi dia meminta jemaat untuk meninggalkannya supaya dia dapat tinggal di dalam hadirat Tuhan.
Setiap jemaat pasti akan menghargai untuk sebuah permintaan yang seperti itu. Mereka akan mengasihi pendeta mereka karena hal itu dan akan menolong dia untuk menjaga waktunya yang kudus. Lalu ketika pengkotbah datang di hadapan jemaat, dia tidak berkotbah dari hal-hal yang bersifat kosong, tetapi dari hal-hal yang melimpah yang mengalir keluar dari dalam hidupnya. Dia memiliki kekayaan di dalam jiwanya dan orang-orang memuliakan Tuhan untuk pesan yang luar biasa, yang Tuhan sampaikan kepada mereka.
Apa Yang Dipelajari Oleh seorang Pendeta
Apa yang dipelajari seorang pengkotbah pada pagi hari? Saya memiliki banyak defenisi, sebuah jawaban yang bersifat pragmatis. Usahakan untuk selalu berkotbah melalui beberapa kitab dalam Alkitab. Di gereja First Baptist Dallas, saya menghabiskan waktu selama 17 tahun delapan bulan untuk berkotbah dari kitab Kejadian hingga Wahyu. Hal itu merupakan sebuah berkat yang tidak ada taranya bagi saya dan jemaat, disertai dengan sebuah pemikiran bahwa saya tidak menasehati pengkotbah-pengkotbah muda untuk melakukan hal yang sama. Karena hal itu memakan waktu yang cukup lama untuk sampai kepada kitab Injil, Kisah rasul dan surat-surat. Adalah lebih baik untuk berkotbah melalui satu kitab dalam Alkitab, lalu diikuti dengan eksposisi dari kitab itu dan membandingkannya dengan penjelasan dari kitab yang lainnya, dan hal itu dapat dilakukan secara bergantian antara Perjanjian Lamaa dan Perjanjian Baru. Hal ini yang sedang saya lakukan saat ini dan saya menemukan suatu berkat yang luar biasa.
Suatu hal yang luar biasa dapat terjadi ketika seorang pendeta berkotbah melalui kitab yang ada dalam Alkitab. Terlalu banyak pengkotbah yang tidak stabil dalam pembelajarannya terhadap Alkitab, dengan memeras tangan, mereka menangis dan berkata, “apa yang harus saya kotbahkan? Dan dimana saya mendapatkan materi yang berkaitan dengan hal yang saya butuhkan untuk disampaikan kepada para pendengar saya yang kudus?”
Saya juga naik turun dalam pembelajaran saya, akan tetapi tangisan merupakan suatu hal yang berbeda. Ada banyak hal untuk dikotbahkan, dan begitu banyak hal yang Tuhan sampaikan. Saya takut bahwa saya akan meninggal sebelum menyampaikan pesan-pesan yang telah saya lihat di dalam Alkitab. Ada dua sikap yang berbeda, seperti naik dan turun, terang dan gelap. Ketika seorang pengkotbah mengungkapkan secara terperinci dari sebuah kitab dari Alkitab maka teksnya secara otomatis sudah ditetapkan. Semua hal yang dapat dia lakukan adalah menemukan dan menggali keluar tentang apa yang teks itu sampaikan dan apa relevansinya bagi kita pada masa sekarang ini.
Maka kotbahnya akan saling berkaitan. Ada begitu banyak momen dimana orang-orang dibombardir dengan apa yang politikus katakan, apa yang psikiater sampaikan, pendapat dari psikolog, editor, para komentator, orang-orang yang berada di jalan bahkan dari setiap orang. Tetapi apa yang harus kita ketahui adalah: apakah Allah menyampaikan sesuatu? Jika Allah memiliki sesuatu untuk disampaikan, maka apa yang Allah sampaikan? Hal itu merupakan tugas dari pengkotbah. Dan ketika kita menyampaikan pesan itu dengan penuh iman dan kesungguhan hati, maka orang-orang akan memperoleh berkat yang menakjubkan.
Ingatkah anda akan tangisan raja Zedekia kepada nabi Yeremia; “adakah firman dari Allah?” Yeremia menjawab “ada” (Yer.37:17) “Pengkotbah, demi Tuhan, beritahukanlah kami apa yang Tuhan katakan. Hal yang ingin kami dengar.” Kebutuhan yang harus kami dengar. Kami mau mendengar.” Dan jika pesan dari Allah sungguh-sungguh, maka hal itu merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh ingin didengar oleh orang-orang.
Pengkotbah yang tidak mengungkapkan secara terperinci tentang firman Tuhan, maka secara terpaksa ia akan memperoleh bahan kotbahnya dari ribuan hal-hal yang bersifat ngawur, dari sumber yang sama sekali tidak berkaitan. Saya mengenal seorang pengkotbah yang memperoleh bahan kotbahnya seperti ini: Dia melihat seekor kucing yang berjalan dengan hati-hati diatas sebuah dinding tembok yang di atasnya penuh dengan pecahan kaca yang direkatkan. Itu merupakan sebuah inspirasi baginya. Lalu dia berkotbah tentang seekor kucing yang berjalan dengan hati-hati diatas dinding tembok yang dipenuhi dengan kaca yang tajam, dan dengan cara yang sama kita juga harus berjalan di tengah-tengah hal yang tajam yang terjadi di atas dunia ini.
Saya tidak memiliki perselisihan dengan pengkotbah tersebut dan kucingnya, juga dengan ketinggian dinding atau warna dari pecahan kaca tersebut; saya hanya ingin menghindari hal itu, sebenarnya ada banyak waktu baginya untuk mencari inspirasi yang lebih baik, yaitu air yang hidup dari kekudusan firman Tuhan. Dan dia tidak akan gagal untuk memiliki sebuah pesan yang lebih berkaitan daripada suatu hal tentang seekor kucing yang berjalan dengan hati-hati di tepi pecahan kaca.
Mempersiapkan Kotbah
Di dalam mempersiapkan kotbah, usahakanlah untuk mendapatkan pesan dengan seluruh pemahaman dan pengetahuan anda. Jika anda dapat membaca teksnya dalam bahasa Ibrani atau Yunani, maka hal itu dapat anda lakukan terlebih dahulu, kemudian pelajarilah teks tersebut melalui pemahaman dari penafsir-penafsir terkemuka. Ketika anda sudah melakukan hal ini, maka anda akan memiliki sebuah pengertian tentang apa yang Allah sampaikan.
Dengan sebuah pengetahuan yang lengkap dan absolut dari suatu bagian, maka bacalah hal-hal yang dapat anda temukan dan yang berkaitan dengan hal tersebut. Gunakan ensiklopedia, kamus Alkitab, kotbah-kotbah lain, dan materi yang dari homelitik lainnya. Temukanlah hal itu. Baca dan buatlah catatan di atasnya. Ingatlah bahwa semuanya itu seperti biji padi yang digiling untuk menjadi makanan bagi seorang pengkotbah. Ambillah segala sesuatu yang berkaitan dengannya, baik itu dari segi sejarah, literatur atau dari pengalaman hidup, untuk membuat bagian yang diinspirasikan Allah itu menjadi sesuatu yang penuh arti dan memiliki hubungan dengan orang-orang.
Setelah anda mempelajari bagian tersebut disertai dengan doa yang sungguh-sungguh dan penuh perasaan, serta juga telah membacanya dengan seluruh kemampuan anda, mintalah Tuhan untuk membentuknya dalam jiwa anda, yaitu pesan yang akan anda sampaikan. Allah tidak akan membuat anda gagal dalam hal ini. Kotbah akan tersusun dalam hati anda sebagaimana yang telah anda pelajari. Garis besar dari kotbah yang akan disampaikan dapat dibuat menjadi dua, tiga, empat atau lima bagian utama. Kendalikan semuanya melalui sebuah akhir yang menarik seperti yang telah anda tulis di bawah poin-poin inti dan sub poin yang mengikuti setiap bagian utama.
Milikilah selalu beberapa hal yang mengesankan, sebuah petunjuk yang baik dan bertujuan. Kuasai semua hal itu saat anda masih di rumah dengan seluruh kemampuan anda. Berdirilah diatas firman Tuhan dan diatas dasar otoritas Alkitab beserta dengan semua relevansinya yang bersifat kudus yang terdapat di dalam Kitab Suci. Buatlah permohonan, untuk doa, untuk sebuah konsentrasi, untuk keselamatan atau untuk komitmen pelayanan. Tetapi kuasailah selalu dari semua hal itu melalui sebuah permohonan akhir. Roh Kudus akan bekerja melalui anda, dan kuasa Allah akan berdiam di atas anda, jika anda bersedia. Allah memiliki hadiah yang luar biasa untuk kita, jika kita bersedia untuk menyerahkan seluruh hidup kita dalam mengungkapkan hal-hal terperinci dari firman Tuhan.
Jadwal Pendeta
Pendeta yang merupakan seorang yang memiliki tanggungjawab khusus terhadap dunia, harus memiliki sebuah program yang baik, dan jadwal waktu di dalam hidupnya. Ada banyak hal yang harus dilakukan akan tetapi sangat sedikit waktu yang dimiliki dalam sehari untuk melakukan semuanya. Robert Murray McChyene didalam visinya, melihat sebuah lukisan matahari di bawah langit utara dengan sebuah tulisan yang tercetak didalamnya, “malam telah datang, ketika tidak ada seorangpun yang dapat bekerja.” Oleh sebab itu maka biarlah seorang pendeta dapat mempertimbangkan hal-hal dibawah ini.
1. Pekerjaan yang sibuk tidak selamanya mengindikasikan sebuah kesuksesan atau sebuah kemajuan. Seorang pelayan dapat bekerja melebihi sebuah mesin pemintal atau mengantarkan setiap pesanan kecil dari seluruh anggota jemaat, atau malah memiliki sebuah jadwal yang miskin, baik itu jadwal harian, bulanan atau aktivitas mingguan. Akan tetapi, harus diketahui bahwa kualitas dari seorang pekerja memiliki nilai yang lebih daripada sekedar kuantitas.
2. Seorang pelayan dengan tanpa sebuah jadwal dalam aktifitasnya, dia seperti orang yang hanya melangkah di bagian pinggir dari hal-hal yang akan dia lakukan bahkan untuk kebaikan jemaat. Seseorang memerlukan jadwal untuk memenuhi perhatian utama yang harus dia prioritaskan terlebih dahulu.
3. Perhatikan setiap detail untuk waktu yang khusus. Apakah anda menulis surat pada waktu yang tepat, menelpon pada waktunya, atau membaca koran harian pada waktunya.
4. Umumkan jadwal anda kepada jemaat, terutama firman Tuhan yang akan anda renungkan di saat pagi bersama Tuhan.
5. Ujilah batas kemampuan yang anda gunakan baik itu dalam pelayanan maupun waktu, dan tinggallah dalam batas itu. Jangan mencoba untuk melakukan semuanya dengan sendiri. Beberapa pekerjaan harus didelegasikan kepada yang lainnya.
6. Buatlah program untuk diri sendiri terutama untuk beberapa hal yang penting baik itu secara bulanan, semesteran, atau tujuan akhir tahun. Milikilah sebuah target atau sebuah proyek yang memiliki target.
7. Dalam setiap akhir bulan, adakanlah sebuah sesi evaluasi. Koreksilah diri anda tentang apa yang sudah anda selesaikan. Penilaian dilakukan untuk melihat seberapa banyak pelayanan yang sudah terpenuhi. Waktu anda sebagi seorang pelayan sangat berharga. Waktu merupakan sebuah kemampuan hidup yang dibuat. Jangan sia-siakan hal itu. Buatlah jadwal dalam pembelajaran anda sebagaimana anda secara berhati-hati mengoreksi semua pekerjaan anda.
Pendeta Sebagai Seorang Pelajar
Paulus menulis kepada Timotius yang merupakan anaknya dalan pelayanan,”Sementara itu sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar” (1 Tim. 4:13). Selanjutnya dia juga menulis dalam suratnya yang terakhir,”Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan pekataan kebenaran itu” (2 Tim.2:15). Tidak hanya diantara filsuf Yunani yang menyatakan hal itu, tetapi dimana saja pengetahuan merupakan kekuatan. Mimbar secara khusus juga membutuhkan pembelajaran, sebab hal itu diperlukan untuk sebuah kotbah yang dipenuhi dengan kesegaran, murni dan bertenaga; dan pendeta yang tidak memiliki dedikasi yang nyata terhadap hal ini dan sebuah kerja keras maka ia akan kehilangan pegangan terhadap jemaatnya.
Tidak seorangpun dapat berhasil di atasa mimbar tanpa sebuah ketekunan dan kesungguhan dalam belajar. Ada dua kemungkinan yang ekstrim dalam kehidupan seorang pendeta. Di satu sisi, seorang pendeta dapat menjadi seorang yang berpengetahuan luas tetapi tidak memiliki kehidupan praktikal yang nyata, yang bersentuhan dan memiliki rasa simpati terhadap orang-orang yang hidup disekelilingnya. Disisi yang lain, seorang pelayan mungkin seorang yang bermulut manis yang berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lainnya, bagaikan seorang bocah yang sibuk, seperti yang Paulus juluki di dalam surat Tesalonika, akan tetapi dia hanya dapat menjadi seorang peramah yang semu. Objek yang utama dari seorang pengkotbah adalah mengkombinasikan antara pelajar dan pengkotbah, mengenal firman Tuhan dan mengenal manusia Allah.
Seorang pelayan harus menjadi seorang pelajar dimana saja. Segala sesuatu merupakan tepung padi yang siap diolah untuk menjadi makanan bagi seorang pengkotbah. Dia harus membuat catatan-catatan dari hal-hal yang kelihatan menarik baginya, sama seperti ketika dia bekerja diantara jemaatnya. Dia harus memiliki sebuah program yang secara tepat muncul dari dalam dirinya. Dia harus berkonsentrasi untuk bagian yang spesifik setiap harinya dan juga untuk hal-hal yang sukar, dan memiliki kerja yang sistematis di dalam studi pribadinya. Suatu kebiasaan yang baik dan mapan merupakan sebuah peningkatan kemampuan yang terus bertambah. Keteguhan yang mantap dan kebiasaan yang terus bertahan, akan lebih mudah dan melaju untuk sebuah proses mental yang makin sempurna. Biarkan seorang pendeta memberitahukan kepada jemaat dan orang-orang tentang rencananya dan jemaat akan menyesuaikannya dengan hal itu.
Jika seorang pengkotbah tidak bertumbuh, dia akan menjadi seorang yang berpikiran sempit dan lemah. Dia harus mendisplinkan dirinya sendiri. Tidak ada orang yang dapat mengatasi pencobaan dengan menyia-nyiakan hidupnya, akan tetapi dengan suatu keyakinan, pembelajaran, kegigihan yang terus menerus dan sebuah ketekunan, yang mana hal itu merupakan tugas yang utama dari seseorang yang terlihat berdiri di hadapan Allah, di atas mimbar, sebagai seorang instruktur bagi banyak orang. Biarkan tugas lain memiliki tempat yang tersendiri, tetapi yang utama dan yang paling penting bagi orang yang mengajar orang lain adalah dia mampu untuk mengajar dirinya sendiri terlebih dahulu.
Apa yang harus pengkotbah pelajari untuk kotbahnya adalah Kitab suci dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Dia harus mempersiapkan kotbahnya dari teks Alkitab, akan tetapi dia dapat menjadi orang yang cakap dalam banyak hal di dalam kotbahnya, namun tidak memilikinya didalam hidupnya, jika dia tidak melakukannya. Adalah suatu keharusan untuk menjadi seorang pelajar umum di dalam usahanya untuk mempelajari Alkitab. Dengan latar belakang seorang pendeta yang menguasai geografi, sejarah, literatur dan hal-hal lainnya, akan sangat menunjang kemamampuannya dalam mempelajari Alkitab. Dia memiliki sebuah lahan yang tidak terbatas untuk membawa kebenaran Allah terhadap orang-orang.
Penolakan Pendeta Untuk Menghamburkan Hidupnya Dengan Hal yang Sia-Sia
Ambillah waktu untuk berdoa, belajar dan persiapan. Jika kotbah memiliki nilai yang sepele bagi seorang pengkotbah, maka ia juga akan dinilai sepele oleh jemaatnya.
Sikap mengabaikan merupakan sebuah usaha pencobaan yang menggoda. Hal itu dapat terjadi dengan menghabiskan waktu dengan sia-sia atau menghamburkan hidup di akhir masa pekerjaan dan keramah-tamahan yang berlebihan. Siapapun yang menulis puisi ini tentunya sangat mengenal tipikal pendeta zaman modern ini.
Hari minggu, dia bersantap siang dengan sekelompok Komisi Perumahan
Dengan angka-angka dan kesusahan hati yang meliputinya
Lalu dia bergegas untuk sebuah jamuan the dalam “Kejahatan di Kota Kita”
Dan makan malam bersama dengan sebuah Serikat Kerja Wanita Gereja
Hari Selasa, dia pergi ke sebuah acara Santap Siang Para Bayi
Dan sebuah jamuan the dalam “warga Kota yang Baik”
Saat makan malam dia berbicara kepada sekelompok “Serikat Dagang”
(hampir tidak pernah ada acara yang dia lewatkan)
Hari rabu, dia mengatur dua makan malam tahunan
Satu pada saat sore hari dan yang lainnya pada waktu malam
Hari kamis dia meluncurkan “Dosa-dosa Para Penyeludup”
Dan saat makan malam dengan “Perang: Apakah itu baik?”
“Problem Dunia yang Kita Hadapi” merupakan janji di jumat sore
(sebuah peluncuran alamat seperti yang anda tebak)
Dan dia berbicara di malam hari dalam “Kegelisahan Sosial”
Di sabtu sore dia merasa akan jatuh pingsan
Melewatkan sebuah perbincangan dalam “Pemuda dari Pulau Kita….”
Hal menyedihkan yang telah dia lewati! Dia tidak pernah datang untuk,
Tetapi kematian beserta sebuah sendok di tangannya
Tandai kelender anda anda dengan janji bersama Allah untuk belajar Alkitab dan berdoa. Ketika anda diminta untuk membacakan sebuah doa bagi asosiasi pencinta lebah, anda sudah memiliki janji yang lebih penting, yang paling utama dari semua yaitu dengan Allah yang Mahabesar.
Hadiah bagi seorang pendoa, pelajar dan jiwa-jiwa yang jenuh adalah hal-hal surgawi. Pengkotbah yang sederhana menjadi pengkotbah yang luar biasa. Robert G. Lee berkata,” Anda tidak dapat tinggal dalam susu bubuk dalam hari-hari dalam seminggu dan mengkotbahkan kepala susu di hari minggu.” Seorang pengkotbah harus dipenuhi oleh kebenaran Allah di dalam dirinya sendiri.
Charles G. Finey, tanpa sebuah organisasi, selalu mengandalkan kotbah, doa, dan kelas kecakapan untuk kebangunan rohaninya yang luar biasa. Dia mempersiapkan dirinya sendiri dan mengandalkan Roh Kudus untuk menuntun dia dalam menyeleksi teks Alkitab dan kotbahnya.
Kebutuhan bagi Kekuatan, Kebenaran Doktrinal di dalam Kotbah
Seorang pendengar dari kotbah-kotbah para pendeta selama empat puluh tahun berkata,”Kotbah modern tidak memiliki isi, tidak memiliki kandungan doktrinal.” Peneliti lain berkata,”Kotbah modern bagaikan cahaya, sangat dangkal atau memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali kandungan doktrin di dalamnya.”
Ini merupakan sebuah alasan mengapa pendeta membutuhkan pembelajaran. Tidak ada sebuah kesangsian, akan tetapi kebanyakan kotbah sangat encer, seperti sebuah sup yang dibuat dari tulang yang dipergunakan secara berulang-ulang dalam setahun penuh. Kata-kata klise yang tidak berarti. Pesannya sangat hambar. Bahkan pengkotbah itu sendiri sudah bosan dengan kotbahnya, dia tidak memiliki sebuah kobaran, tidak memiliki antusiasime, tanpa semangat dan tidak memiliki pengharapan. Para pengkotbah kita butuh jangkauan secara terus-menerus, kedalaman baru bagi sebuah anugrah dan kebenaran, serta puncak kesegaran di dalam pemikiran dan isi kotbahnya. Tanpa hal ini, kesungguhan dalam penyajian dan penyampaian firman Tuhan yang kudus, akan membuat masyarakat kita jatuh ke dalam setiap jenis penyesatan terhadap gereja. Perhatikanlah hal ini, yang merupakan sebuah contoh untuk melihat seberapa jauh dan seberapa mudah sebuah kesalahan doctrinal dapat menembus dunia rohani kita.
Baru-baru ini saya membaca tentang seorang professor dari salah satu sekolah kita yang berkata,”Tidak ada kejahtan yang merupakan sebuah pribadi iblis.” Ketika saya membaca hal itu, saya merasa seperti seorang petinju bayaran yang mana lawannya telah memukulinya hingga setengah mati. Ketika dia duduk disudut ring dalam selang ronde berikutnya, manajernya berkata,”Ayo Tiger dapatkan dia, dia belum membuat kamu terbaring!” Sang petinju membersihkan kepalanya dan melihat kearah manajernya dan berkata,”Arahkan matamu kearah wasit, karena seseorang akan memukul saya dengan sangat keras!”
Perhatian yang menarik tentang hal ini, adalah jika tidak ada iblis, atau hal-hal yang merupakan kepribadian iblis, lalu saya akan mengatakan hal yang sama kepada professor itu untuk mengidentifikasikan seseorang yang meyebabkan sebuah gundukan………
Sebagaimana kita mempelajari tentang sebuah teologi baru, kita menememukan bahwa secara mendasar, teologi itu berputar di sekitar 3 poin utama;
Yang pertama dari semua adalah mereka mempertanyakan otoritas dari Alkitab.
Yang kedua, mereka menyangkal eksistensi dari penghakiman dan neraka.
Yang terakhir, dan saya melihat bahwa hal ini merupakan hal yang paling menghancurkan, yaitu menerima dan mengajarkan suatu bentuk humanisme dengan segala kriteria yang mendewakan manusia.
Bagaimana kita dapat menghadapi sejumlah pengajaran yang menyimpang, yang berlangsung dengan halus dan tanpa kentara yang dikotbahkan oleh para penggoda kebenaran? Kita dapat menghadapinya dengan sebuah pembelajaran yang sungguh-sungguh dan penuh semangat serta dedikasi yang tidak tergoyahkan dari seluruh jiwa dan hati kita kepada kehendak Allah yang disingkapkan kepada kita melalui Kitab Suci. Pengkotbah harus memiliki pembelajaran jika dia menginginkan jemaatnya tetap bertahan hidup.
Peningkatan Kotbah Melalui Pembelajaran
Sekalipun Philiph Brooks telah mencapai ketenaran sebagai seorang pengkotbah terbesar di dunia, dia tetap melanjutkan pelajaran dalam ilmu homelitika. Oleh sebab itu kita juga harus tetap belajar dan mempertahankan studi kita, dan ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.
1. Kadang-kadang seorang pendeta harus memilih sebuah tempat dimana dia memperoleh ketenangan bagi dirinya untuk mempelajari Alkitab dan dengan semua bukunya, serta menghabiskan waktu dalam belajar dan waktu untuk persiapan. Dia harus menyingkirkan semua hal-hal yang bersifat kebetulan, gossip, dan kunjungan yang rutin dari para jemaat yang telah pensiun. Saya telah mencobanya di awal penggembalaan saya, supaya saya dapat belajar di gereja. Pendahulu saya yang telah mengembalakan selama bertahun-tahun telah melakukan hal ini dan menasehati saya untuk mengikutinya. Ini merupakan sebuah harga yang mati. Seorang jemaat datang untuk mengambil beberapa menit sekedar mengatakan halo kepada pendeta mudanya. Dia berharap dapat memiliki waktu sejam untuk menyatakan hal tersebut, akan tetapi saya kemudian pergi ke sebuah ruangan yang ada di rumah pendeta senior saya itu. Disini, di gereja kami di Dallas telah dibangun sebuah sayap di atas rumah saya sebagai tempat saya belajar dan juga buku-buku saya. Tanpa keterpisahan itu saya tidak dapat mengerjakan pekerjaan saya. Dalam ruang yang tersendiri, dan ruang gereja yang tertutup saya bertemu dengan Tuhan dan memperoleh pemikiran-pemikiran yang hebat yang diinspirasikan oleh nasehatNya..
Tanpa ragu-ragu, namun saya tidak dapat menekankan pendirian ini terlalu banyak, bahwa suatu tempat yang terbaik bagi ruang belajar pendeta dan perpustakaan adalah sebuah ruangan yang tidak terpisah dari rumahnya. Pengkotbah yang memiliki selang waktu disaat pagi, akan menggunakan waktu itu untuk bercukur, mandi, menyisir rambut, mengenakan dasi, mengemudikan mobil, membuka pintu, dan akan kelihatan manis bagi seorang pengembara yang kebetulan lewat. Saya tidak membutuhkan waktu untuk menyegarkan pikiran saya, untuk bercukur, menyisir rambut dan memasang dasi. Saya dapat melakukan semua hal ini setelah saya selesai mengadakan studi saya.
Ketika saya bangun di pagi hari, saya bergegas ke ruang belajar saya. Dengan mengunakan sebaik-baiknya waktu pagi yang sangat berharga itu selama bertahun-tahun, saya mendapati hampir seluruhnya saya gunakan untuk sebuah konsentrasi yang luar biasa dalam persiapan untuk meningkatkan kemampuan saya dalam berkotbah. Berkat lain dari studi yang saya lakukan di rumah adalah saya juga bias belajar pada malam hari, menghadirkan kembali waktu-waktu saya yang hilang akibat adanya keadaan darurat yang tidak dapat dihindarkan dalam sebuah pengembalaan.
Jadwal harian saya sangat sederhana. Waktu pagi saya belajar, siang hari saya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang ada di gereja dan malam hari saya pergunakan untuk menghadiri pertemuan-pertemuan jemaat. Ketika saya kehilangan waktu pagi akibat keadaan darurat, saya berusaha menghadirkannya kembali pada malam hari. Kotbah yang akan saya sampaikan kepada jemaat merupakan hal yang paling penting.
2. Di meja belajar saya ada sejumlah buku (saya mencatatnya di bagian bawah dengan tulisan sehingga saya bisa melihatnya disaat saya memerlukannya), buku-buku tersebut adalah: tiga buah Alkitab, sebuah kamus Alkitab, Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani, sebuah analetikal leksikon Yunani, konkordan Alkitab, buku nyanyian gereja, Alkitab bahasa Ibrani, dan leksikon serta beberapa buku yang berhubungan dengan kotbah yang sedang saya susun.
Untuk suatu panggilan mendadak di dalam suatu kejadian, saya memiliki Ellicot’s Bible Commentary, The American Commentary of the New Testament, Commentary on the Whole Bible by Jamieson, Fausset, dan Brown, dan Gray and Adams Bible Commentary.
Dibagian kanan saya merupakan koleksi dari buku-buku yang melengkapi kepustakaan Yunani dan Ibrani saya. Dan di sekitar saya di ruang rak buku, tertutup oleh ribuan buku yang merupakan tambang emas bagi saya sepanjang saya melakukan penggalian kedalamnya. Dari keseluruhan tafsiran dan volume dari buku-buku ini, mereka memiliki urutan menurut Alkitab, dimulai dari Kejadian hingga Wahyu. Ada juga sejumlah ensiklopedia Alkitab dan sejumlah kamus, teristimewa The International Standard Bible Encyclopedia, dan The Zondervan Pictorial Encyclopedia of The Bible. Termasuk juga New Scaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge yang merupakan sebuah buku yang luar biasa. Yang tidak terhitung nilainya adalah Life and Time of Jesus yang dikarang oleh Edersheim serta buku The Life and Works of Flavius Josephus.
Dari sejumlah koleksi buku-buku teologi yang istimewa adalah Strong’s Systematic Theology. Di dalam buku itu, kita memperoleh ilustrasi yang baik bagaimana seorang pendeta harus membaca dan belajar. A.H. Strong merupakan salah satu pendukung Theistik Evolusionis, suatu posisi yang tidak saya sukai. Sekalipun demikian kebanyakan dari studinya merupakan sesuatu yang tidak tertandingi. Jadi biarkan seorang pendeta membacanya sama seperti ketika dia akan memakan seekor ikan-ketika dia bertemu dengan duri yang tidak enak maka biarkan dia memakan daging yang ada di sekelilingnya, jangan sampai ia menelan semuanya! Ada banyak buka yang tidak terhitung banyaknya, yang didalamnya ada yang baik maupun buruk pilihlah bagian yang baik dan keluarkan bagian yang buruk. Anda akan mengetahuinya jika anda sungguh-sungguh percaya akan ketiadasalahan Alkitab.
Dilanjutkan dengan bagian dalam perpustakaan, ada sejumlah bagian yang berisi pengetahuan umum serta literature dan beberapa volume dari Encyclopedia Brittanica, juga termasuk sejarah gereja terutama buku Newman’s Manual of Church History. Juga buku-buku Biografi, dan sejumlah volume tentang misi. Juga sebuah perpustakaan yang luas yang berisi buku-buku kotbah termasuk Spurgeon’s Treasury of David, disertai dengan karyanya yang hebat yaitu Metropolitan Tabernacle Pulpit. Saya sangat senang membaca karya Spurgeon. Dia merupakan seorang rasul bagi dirinya sendiri, dan juga merupakan seorang pengkotbah terbesar yang pernah ada. Nafas dari Allah yang hidup berhembus dari kehidupannya yang saleh dan kotbahnya yang sangat indah. Dia merupakan manusia Allah dalam sebuah zaman kotbah.
Dampak dari Kebiasan Belajar seorang Pendeta
Dalam sejumlah momen yang saya sampaikan, disadari atau tidak, seorang pendeta adalah seorang pelajar yang sungguh-sungguh. Hal-hal kecil yang disiarkan oleh berita bisa saja tidak disadari olehnya. Akan tetapi jika ia tidak membuka kamus, dia akan disambut dengan sebuah teriakan keras. Ketika dia salah mengeja kata atau dalam melafalkan kata-kata.
Allah menyingkapkan diriNya di dalam bagian-bagian Alkitab, dan Alkitab merupakan firman dari Allah. Perlengkapan utama dari pengkotbah adalah firman itu sendiri. Seperti seorang pemahat yang menggunakan kulir, seorang tukang kayu yang menggunakan palu dan gergaji, pemain bisboll yang menggunakan tongkat pemukul, seperti seorang petani yang menggunakan bajak. Jadi tugas dari pendeta adalah bagaimana mengatur dan mengkomunikasikan firman itu. Dia harus belajar untuk menggunakan firman itu disertai dengan kekuatan yang penuh. Firman itu memiliki nada, yang mewarnai semua usaha yang kita lakukan dalam berbicara.
Firman merupakan ciptaan dan mahluk yang menakjubkan. Seorang duta besar Argentina ketika menjawab pertanyaan dari tamu Amerikanya tentang keluarga diplomat. Apakah mereka memiliki anak? Untuk menjelaskan bahwa istrinya tidak mungkin memiliki seorang anak, sang Duta Besar berkata,”Anda lihat, istri saya dapat menahan serangan!” Menyadari bahwa kata itu tidak tepat dia menambahkan,”Tidak; Anda lihat, istri saya tidak dapat dipahami!” sekali lagi dia menyadari bahwa dia tidak menggunakan kata yang tepat, sampai akhirnya dia menjelaskan dengan berhasil,”Anda lihat, istri saya tidak dapat ditahan!” Bahasa Inggris, secara khusus dan istimewa, dapat diibaratkan seperti sebuah kendaraan yang membawa kebenaran abadi! Jadi berhati-hatilah dalam menggunakannya.
Sistem Pengarsipan
Tidak ada seorangpun yang dapat menyimpan di kepalanya semua informasi yang berkaitan yang harus dia ketahui. Karena itu di dalam studinya, seorang pendeta harus memiliki sebuah lemari arsip. Cara yang sederhana untuk menyimpan arsip-arsip ini adalah dengan mengurutkannya. Mulai dengan nomor satu dan berikan sepotong kertas sebagai tempat nomer secara berurutan tanpa ada batasannya. Kemudian di dalam sebuah kotak tempatkan kartu yang telah diurutkan secara alphabet dan tuliskan didalamnya semua materi-materi yang telah anda kumpulkan, di atas kartu tuliskan nomer kertas yang berisi materi sehingga kapan saja anda dapat menambah deskripsi yang lain. Gunakan hal yang sama untuk arsip puisi. Arsip ini dapat ditambah secara terus menerus, dan setiap subjek juga dengan mudah didapatkan ketika anda membutuhkannya.
Arsip dari kotbah dan alamat-alamat dapat dibuat dengan beberapa cara, yang pertama anda dapat dapat menuliskannya dalam sebuah buku yang besar, dengan teks, judul, serta waktu penyampaian. Di dalam file kotbah yang disusun berdasarkan teks, anda dapat memulai dari Kejadian sampai Wahyu. Saya juga memiliki file kotbah yang disampaikan pada saat-saat yang khusus seperti hari Ibu, Hari Ayah, Pesan pahlawan di awal Juli, Hari Pengucapan Syukur, Natal, Tahun Baru, Paskah, Hari Peringatan, Konferensi Penginjilan, Konferensi Alkitab dan lain-lain.
Sebagaimana seorang pendeta yang bertambah tua, maka dia harus berusaha untuk membangun sebuah materi kotbah yang lebih dalam, yang direpresentasikan di dalam hidupnya. Jika dia menyusunnya dengan benar, maka semuanya akan timbul di jari-jarinya yang membuat dia selalu siap dalam berbagai kesempatan.