HADIRNYA KEMULIAAN
(THE GLORIOUS PRESENCE)
Dr. W. A. Criswell
Daniel 3:23-27
06-21-70
Saudara sedang mendengarkan siaran dari Gereja First Baptist Church di Dallas. Dan ini adalah Pendeta yang membawa warta yang diberi judul: Hadirat yang Mulia. Warta ini menyimpulkan khotbah di dalam bab yang ketiga dari kitab Daniel. Bab ini dimulai dengan raja Babel yang telah membuat sebuah patung raksasa dari emas. Dan ia menempatkannya di dataran Dura, disebelah luar dari kota. Kemudian ia membayar seorang bentara, seorang pendeta bayaran, seseorang, yang mengatakan apa yang disuruh seseorang untuk dikatakan, seorang pendeta sewaan – ia telah membayar seorang bentara untuk memerintahkan orang-orang agar semua orang membungkuk serta menyembah patung ems tersebut pada saat musik berbunyi.
Jadi, pada saat bunyi dari sangkakala, dan dari harpa, dan dari gambus, dan dari kecapi dan dari terompet, pada saat musik berbunyi, semua mereka membungkuk dan menyembah patung emas itu. Begitulah, semua mereka membungkuk kecuali ketiga putra Yahudi itu: Hananya, Misael, and Azarya - (Meshakh, Shadrakh, dan Abednego). Dan Dan kaum Kasdim yang cemburu itu, yang marah karena para tawanan itu telah diangkat menjadi penguasa atas mereka, dengan tergopoh-gopoh menghadap kepada raja untuk menuduh mereka atas pembangkangan dan tidak tunduk pada perintah raja. Dan raja itu tidak dapat mempercayai pendengarannya. Ia tidak percaya. Di seluruh kerajaannya, bisakah ada tiga orang di sana, bahkan tiga di antara jutaan rakyatnya, bisakah ada tiga orang di sana yang menolak untuk membungkuk?
Maka ia memanggil ketiga putra Yahudi tersebut. Dan ia bertanya kepada mereka: “Apakah itu benar? Pasti saya telah salah mendapat informasi. Itu tidak bisa terjadi. Apakah benar bahwa engkau tidak membungkuk ataupun menyembah pada patung emas yang telah kudirikan itu?”
Dan ketiga putra Yahudi itu menjawab: “Oh Nebukadnezar, kami tidak perlu berhati-hati untuk menjawab tuanku dalam hal ini. Kita tidak perlu membahasnya. Kami siap memberikan jawaban kepadamu saat ini juga. Kami tidak akan membungkuk!”
Kemudian Nebukadnezar dipenuhi dengan kemarahan. Dan roman wajahnya berubah. Kemarahannya dengan besar tertulis di wajahnya. Dan ia berkata: “Panaskan krematorium dimana mereka akan dibakar dan mati, panaskanlah sebanyak tujuh kali lebih panas dari yang pernah dipanaskan sebelumnya.”
Dan ia memerintahkan orang-orang terkuatnya untuk mengikat ketiga orang itu dan memasukkannya ke dalam perapian pembakaran yang berapi-api. Maka, ketiga orang itu terikat “dengan mantel mereka, dengan ikat pinggang mereka, dengan topi mereka, dengan pakaian mereka yang lain, dan mereka dimasukkan ketengah-tengah perapian pembakaran yang berapi-api. Bahkan mereka yang mengikat ketiga orang itu dan membuang mereka ke dalam api karena titah dari sang raja harus segera dilaksanakan, bahkan mereka itu tewas terbunuh, begitu dahsyat menjangkau keluar dari api yang menyala-nyala itu.”
Kemudian Nebukadnezar, sang raja tertegun, dan bangkit dengan tergopoh-gopoh lalu berbicara, dan berkata kepada penasehat-penasehatnya, Bukankah kita memasukkan tiga orang pria yang terikat ketengah-tengah api itu? Mereka menjawab dan berkata: “Benar, oh raja.” Ia menjawab dan berkata, “Lihat, aku melihat empat orang pria, yang bebas, berjalan di tengah-tengah api itu, dan mereka tidak terluka; dan lihat, wajah dari pria yang keempat itu seperti Anak Allah.
Dan dari sanalah judul ini datang: Hadirat yang Mulia. “Lihat, bukankah kita memasukkan tiga orang ke dalam api itu? Akan tetapi Aku melihat empat orang, bebas, berjalan, dan mereka tidak terluka; dan raut wajah dari yang keempat seperti wajah dari Anak Allah.”
Kita berhenti sebentar untuk terlebih dahulu menyebutkan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan di sini. Yang pertama, Ia turun dari surga untuk berdiri di sisi ketika pahlawan Yahudi itu. Orang-orang berkata: “Mereka itu bodoh! Mereka itu idiot! Mereka akan dibakar hidup-hidup. Dan yang mereka butuhkan untuk menyelamatkan nyawa mereka adalah mengangkat topi mereka dan membungkuk.”
Seperti William Tell, semua yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan dirinya sendiri dan putranya adalah dengan membungkukkan kepalanya, hanya mengangkat topinya. Saudara tahu, ada unsur kepahlawanan yang aneh yang terbuat dari debu, dan tanah dan tanah liat. Ia dapat bangkit sewaktu-waktu sampai pada suatu ketinggian yang tak dapat dipercaya. Dan ketiga pemuda ini dibawa dari sebuah rumah dengan orang tua yang telah mengajarkan mereka untuk tidak membungkuk di hadapan patung-patung berhala, ketiga pemuda itu berkata: “Kami dapat dicampakkan ke dalam api dan dibakar hidup-hidup, akan tetapi kami tidak akan membungkuk.”
Sekarang, Tuhan Allah di surga mendengar semuanya itu; Ia menyaksikan semuanya itu; Ia melihat semuanya itu. Dan ketika orang-orang berkata: “Mereka itu bodoh, mereka itu idiot,” Tuhan Allah di surga berkata: “Saya tidak berpikir demikian! Saya tidak menganggap mereka bodoh.”
Seperti keterangan dari Rasul Pulus ketika ia menyerahkan kepada yang bodoh untuk keselamatan Kristus; Tuhan berkata: “Saya tidak menganggap mereka sebagai orang bodoh. Mereka adalah pahlawan-pahlawan iman Saya.” Dan Tuhan Allah di surga, meninggalkan tahtaNya dalam kemuliaan, dan Yang Maha Kuasa, Yang Tak Terkalahkan dianggap sebagai bentuk manusia dan turun serta berjalan dengan ketiga orang itu di tengah-tengah api yang menyala. Itulah sebabnya saudara menyebutnya dengan suatu “theophany.” (suatu Theophany – artinya, kemunculan sebelum inkarnasi dari Putra Allah).
Saudara telah mengetahuinya. Saudara kerap menjumpainya di dalam Alkitab: Di dalam Kitab Kejadian bab yang ke delapan belas dicatat sebagai suatu Theophany yang mengagumkan ketika Tuhan turun dalam sosok manusia dan menjadi tamu di rumah kediaman Abraham. Saudara juga mendapatkannya di dalam bab yang kelima dari kitab Joshua, ketika tiba-tiba muncul di hadapan komandan pasukan Israel, yang serupa dengan Putra Allah. Dan Ia memberitahukan Joshua bahwa sebagai Panglima Balatentara Israel, Ia datang. Dan lebih jauh lagi ia mengatakan: “Tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat engkau berdiri itu kudus.”
Sebuah theophany – dan hal itu kembali disini: kemunculan sebelum inkarnasi dari Putra Allah, berdiri dan berjalan dengan ketiga pahlawan iman itu. Tuhan Allah bukan hanya turun saja, bukan hanya masuk ke dalam api dengan ketiga orang itu, akan tetapi kitab itu mengatakan bahwa mereka berjalan di tengah-tengah perapian pembakaran itu. Berjalan – Putra Allah berjalan dan ketiga putra Yahudi itu berjalan denganNya. Ini merupakan suatu kehidupan normal dan tidak mempercepat langkah anak Tuhan. Berjalan dengan Tuhan. Henokh berjalan dengan Tuhan. Dan Abraham disebut juga dengan sahabat Tuhan; dan Tuhan berbicara kepada Musa, seperti yang dilakukanNya kepada seorang teman – saling berhadap-hadapan.
Sungguh suatu persahabatan yang indah dan berharga, berjalan dengan Tuhan, walaupun berada di tengah-tengah perapian yang terbakar, berapi-api, menyala-nyala dan dahsyat. Tetapi dengan Tuhan, hal itu seperti tidak ada apa-apanya. Perapian itu seperti Taman Eden, seperti paradiso dari surga. Sama seperti saat Tuhan berjalan dengan Adam di hari-hari sebelum kejatuhannya ke dalam dosa. Debu dari api yang berwarna kelabu itu sendiri terasa seperti selembut sutera ketika mereka berjalan di atasnya. Sungguh suatu persahabatan yang indah, untuk berjalan dengan Tuhan. Itu adalah nyanyian yang agung. Saya harap kita akan menyanyikannya sesekali.
Aku berjalan dengan Raja, Haleluya
Aku berjalan dengan Raja, terpujilah namaNya!
Tak lagi aku mengembara, jiwaku menghadap rumah
Karena aku berjalan dan aku berbicara dengan Raja
[James Rowe sekitar tahun. 1913]
Itulah yang terjadi di sana: Ketiga orang itu, dibuang ke dalam perapian, melihat orang keempat berjalan dengan mereka. “Dan raut wajah orang yang keempat seperti Anak Allah.” Bagiku, gambaran tersebut adalah gambaran yang paling indah dan yang paling baik dari kehidupan Kristen yang pernah aku harapkan untuk ditemukan di dalam Firman Tuhan atau di dalam pengalaman manusia. Tidak mempercepat langkah, tidak mengencangkan langkah, tidak ada perubahan kehidupan, masuk atau keluar – berjalan dengan Tuhan.
Apakah saudara ingat ayat yang terakhir dari kitab Yesaya bab yang ke empat puluh?
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Berlari dan tidak menjadi lesu, hal itu akan menunjuk kepada krisis kehidupan ketika Tuhan bersama kita untuk menolong kita. Dan berjalan dan tidak menjadi lelah, kalimat itu menunjuk pada hari-hari yang panjang serta tahun-tahun rutinitas dari kehidupan kita sehari-hari di dalam kehadiran Tuhan dan Tuhan beserta kita. Berjalan dan tidak lelah – semua pemeliharaan yang memenuhi kehidupan kita, dan tak seorangpun dari kita kecuali mendapatkan hidupnya dipenuhi dengan hal-hal seperti itu, berjalan dengan Tuhan tanpa kelesuan. Apakah itu ke dalam perapian, atau keluar dari perapian atau mengelilingi atau melewatinya, berjalan dengan Tuhan; dan dimanapun Tuhan berada, betapa agung dan terurapi untuk berada di sana. Ketika Paulus dan Silas berada di penjara, menyanyikan lagu puji-pujian kepada Tuhan karena Tuhan berada di sana. Di manapun Tuhan berada, merupakan tempat yang “luar biasa” – dan kemudian dengan ketiga putra Yahudi itu, di tengah-tengah kobaran api, tapi seperti di paradiso, seperti sebuah Eden, berjalan dengan Tuhan.
Sekarang, bagi saya sepertinya – ketika saya membaca bukunya dan ketika saya mengikuti pengalaman orang-orang Kristen kita sendiri – bahwa sepertinya Tuhan muncul kepada BangsaNya, bahwa kehadirannya diketahui terasa dua kali lipat, ketika kita berada di dalam masalah. Ketika ditengah-tengah perapian, ketika berada ditengah-tengah pencobaan Tuhan hadir untuk kita. Hampir selalu!
Ketika Tuhan menampakkan diri kepada Musa di dalam semak yang terbakar tapi tidak habis, kejadian itu dengan pemberitahuan ini: “Aku telah mendengar jeritan bangsaKu.” Ketika Tuhan menampakkan diri kepada Elia, saat itu pada masa kemurtadan yang hebat, seperti yang engkau temui di Amerika saat ini. Ketika Tuhan muncul di hadapan para murid, berjalan di atas air, itu ketika mereka berada dalam cengkeraman sebuah badai yang dahsyat dan mereka merasa putus asa terhadap nyawa mereka. Ketika Tuhan menampakkan diri kepada dua orang murid di Emaus, itu ketika mereka berjalan dan sedang bersedih. Ketika Tuhan menampakkan diri kepada Stefanus, itu adalah ketika ia sedang dilempari dengan batu sehingga jatuh ke tanah. Dan sesaat sebelum ia meninggal, ia mengangkat wajahnya, matanya dan dan di sana berdiri Anak Allah. Tuhan menampakkan diri kepada Rasul Paulus ketika ia kehilangan semangat di Korintus dan berkat kepadanya: “Angkat semangatmu. Jadilah pesorak yang baik. Khotbahkanlah injil karena Aku memiliki banyak jemaat di dalam kota yang megah ini.”
Dan adalah ketika Rasul Yohannes berada di kepulauan Patmos yang penuh dengan batu, kesepian, disana untuk mati dalam keadaan papa dan kelaparan, bahwa ia mendengar sebuah suara yang hebat di belakangnya. Dan berbalik untuk melihat suara yang berbicara kepadanya, ia melihat seseorang yang seperti Anak Tuhan, berdiri di tengah-tengah tiang lampu dari gereja, berjalan di tengah-tengah umat Tuhan. Sepertinya Tuhan menampakkan diri kepada bangsaNya dan kehadirannya dua kali lebih terasa ketika kita berada di dalam masalah – di tengah-tengah perapian yang berapi-api.
Marilah kita mengingat beberapa hal: Yang pertama, kita tidak boleh takut. Apapun pemerintahan yang kita hadapi, apapun kemarahan api yang terbakar, kita tidak boleh takut. Dua dari martir besar dari sejarah kristen adalah John Huss dan Jerome dari Praha. Di alun-alun kota lapangan Praha – jika saudara pernah ke sana – bagi saya adalah tempat pengrajin perunggu yang paling mengagumkan yang pernah saya lihat di muka bumi ini. Tempat itu sepuluh kali lebih besar dari yang lain yang pernah saya lihat. Dan itu sangat efektif. Dan tempat itu merupakan presentasi dari siksaan terhadap kedua orang dari Moravia itu, Saksi-saksi Kristus, Protestan.
Yang pertama-tama dibakar adalah John Huss. Ia yang pertama menjadi martir. Dan kemudian pada hari yang lain, di dalam kesempatan yang terpisah, temannya di dalam menyebarkan injil, Jerome, dibakar. Dan mereka membuat Jerome diikat pada sebuah tiang pancang, mengumpulkan kayu beserta dengan semak-semak di sekelilingnya. Dan algojonya, kelihatannya menjadi baik dan algojo tersebut berfikir untuk menyelamatkan Jerome dari menyaksikan kobaran api, maka ia pergi berputar ke belakang dari tiang pancang di mana martir tersebut diikat, untuk menyalakan apinya ke tumpukan yang dibelakang sana. Dan ketika Jerome melihat apa yang akan dilakukannya, ia berkata: “Datanglah ke mari, dan sulutlah apinya di depan mataku, karena jika aku merasa ngeri terhadap penglihatan seperti itu, seharusnya aku tidak akan pernah datang ke tempat ini ketika aku mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri.”
Maka algojo tersebut berputar ke depan dan mengobarkan api di mana Jerome dapat melihatnya. Dan ketika kayu tersebut menyala dan semaknya terbakar, dan kayunya mulai terbakar, ia menyanyikan sebuah lagu puji-pujian kepada Tuhan, yang hanya akan dikaburkan oleh lingkaran api yang menyala itu.
Ketika Algerius, seorang martir dari Italia, dijebloskan ke dalam penjara sebelum eksekusinya, dari penjara bawah tanah sebelum kematiannya, ia menulis: “Siapa yang akan berfikir bahwa di dalam penjara bawah tanah ini aku akan menemukan sebuah surga yang begitu menyenangkan. Di tempat penderitaan dan kematian, kedamaian, pengharapan dan hidup? Ketika yang lain menangis, aku bersukacita!”
Kita tidak boleh takut. Dan alasan untuk rasa keberanian kita, untuk rasa ketidak gentaran kita, dalah karena Tuhan berada bersama dengan kita. Kita telah bertemu dengan Tuhan. Kita kenal Kristus kita, Juru Selamat kita. Dan itu yang membuat kita tanpa rasa gentar, tanpa firasat, tanpa rasa takut. Tuhan bersama kita. Kita telah bertemu dan kita telah mengenal Tuhan. Saya tidak tahu kapan saya pernah lebih tergerak daripada ketika saya membaca puisi ini, yang ditemukan pada seorang anak laki-laki Amerika yang berusia sembilan belas tahun, yang terbunuh baru-baru ini di Vietnam. Dan inilah puisi yang mereka temukan pada tubuh tanpa kehidupan dari anak laki-laki yang berusia sembilan belas tahun itu. Ia menuliskan:
Tuhan Allah, aku tidak pernah berbicara dengan Engkau.
Tapi sekarang, aku mau mengatakan, bagaimana kabarMu?
Engkau lihat, Tuhan, mereka mengatakan padaku, bahwa Engkau itu tidak ada,
Dan seperti seorang yang bodoh, aku percaya akan semua ini.
Tadi malam dari sebuah lubang selongsong peluru aku melihat langitMu;
Dan kemudian aku berfikir bahwa yang mereka katakan itu semua dusta,
Aku telah memakai waktu untuk melihat benda-benda yang Kau ciptakan,
Seharusnya aku tahu mereka tidak sedang berterus terang.
Aku ingin tahu, Tuhan, jika Engkau mau berjabat tangan denganku?
Entah kenapa aku merasa bahwa Engkau akan mengerti.
Aneh, aku harus datang ke tempat yang kejam ini
Sebelum aku memiliki waktu untuk melihat wajahMu.
Kukira tak ada lagi yang mau dikatakan,
Tapi aku pasti senang, Tuhan, Aku menemuiMu hari ini.
Kukira saat yang menentukan itu segera akan berada di sini,
Tapi aku tidak takut, karena aku tahu Engkau dekat.
Isyarat itu! Baiklah Tuhan, aku harus pergi.
Aku sangat mencintaiMu, aku ingin Engkau mengetahuinya.
Sepertinya ini akan menjadi pertempuran yang sengit,
Siapa tahu, saya boleh datang ke rumahMu malam ini.
Walaupun aku tidak begitu ramah kepadaMu sebelumnya,
Aku ingin tahu, Tuhan, Apakah Engkau mau menunggu di depan pintu.
Lihat, Aku menangis! Aku, meneteskan air mata!
Aku berharap aku sudah mengenalMu selama tahun-tahun ini.
Baiklah, Aku harus pergi sekarang, Tuhan. Selamat tinggal.
Aneh, sejak aku bertemu denganMu, aku tidak takut untuk mati.
Sungguh sebuah pesan! Sungguh suatu pesan! Ini untuk generasi muda dari masa kita. Saya katakan padamu, hai orang-orang muda, para pengutuk dan tidak beriman yang menolak keberadaan Tuhan mengarahkan engkau ke arah gang yang kelam dan jalan yang buntu. Para filsuf cuaca terang ini sangat nyaman untuk dimiliki di sekitar kita di dalam cuaca yang indah. Akan tetapi ketika suasana akan menjadi sedemikian keras dan jalan akan menjadi kasar, kita memerlukan sesuatu yang lebih daripada yang mampu diberikan ke dalam tangan kita dan untuk ditempatkan ke dalam hati kita. Kita membutuhkan Tuhan.
Dan inilah janji berharga yang tiada tara dari Tuhanmu di dalam Mazmur dua puluh tiga yang indah: “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku, gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku.” Bersandar pada tangan Tuhan yang hebat dan kuat.
“Karena Aku telah memberitahukanmu mengenai hal ini,” kata Tuhan, “Penderitaan telah memenuhi hatimu. Jangan biarkan hatimu terganggu. Engkau percaya dalam Tuhan - (Ya, kami percaya) – maka, percayalah dalam Aku,” Dan Tuhan, kami akan percaya.
“Aku tidak akan meninggalkanmu tanpa penghiburan. Aku akan datang padamu.” Dan di dalam keadaan terdesak, pada saat itu, dalam pencobaan itu, di dalam perapian api itu, Tuhan akan bersama kita. Bahkan ketika Ia telah berjanji di dalam FirmanNya: “Aku akan bersamamu bahkan sampai pada akhir zaman.” “Aku melihat empat orang manusia, bebas, berjalan di tengah-tengah kobaran api itu. Dan mereka tidak terluka. Dan orang yang keempat, serupa dengan Anak Allah.”
Sekarang, saya menutup dengan wahyu agung lainnya yang datang kepada kita dari FirmanNya yang diurapi. Adalah maksud kedaulatan Tuhan, pilihan Yang Maha Kuasa Allah Yahwe, untuk mengubah seluruh pemeliharaan hidup menjadi baik. Itulah Tuhan! Semua yang dilakukan oleh setan, Tuhan menolak menghancurkan musuh-musuh kita dan berkat dari bangsa Tuhan. Saya pasti akan berfikir bahwa ketika Setan meliputi kematian Kristus, ia bersukacita atas seluruh penciptaan. “Israel telah membunuh Anaknya sendiri. Dan Sang Penebus dunia telah mati. Dan Raja damai telah dihancurkan.” Aku hanya dapat mendengar ketamakan, kejahatan serta suka cita setan ketika Yesus dibunuh.
Atau sekali lagi, ketika Rasul Paulus, pangeran dari semua pengabar Injil dan misionaris, ketika Paulus dipenjarakan – apakah engkau tahu bahwa engkau dapat mengambil hidup orang Kristen dari Rasul Paulus, lalu kita letakkan di sini, di mulai kira-kira, katakanlah pada tahun 37 M, dan berhenti di sini ketika ia menjadi martir, katakanlah pada tahun 65 M, dan di antara hari-hari itu, hampir seluruh hidupnya dia berada di dalam penjara, dibelenggu, dirantai dan di sebuah penjara bawah tanah? Dan aku dapat melihat Setan bersuka cita: “Inilah pengkhotbah Tuhan, yang paling diberkati, dan pandai berbicara, dan yang paling kuat di dalam pertunjukan dari kehadiran Tuhan. Lihatlah padanya. Dia tidak berada di luar berkhotbah. Dia tidak berada di sana dimana ada banyak orang. Dia tidak berada di luar memenangkan peralihan agama itu.”
Aku dapat melihat setan bersuka cita. Setan telah mendapatkan dia diikat dengan rantai. Setan membuatnya dipenjara. Setan membuat kakinya dibelenggu. Aku dapat mendengar setan bersuka cita. Apakah engkau mengetahui bahwa di luar dari hukuman penjara itu datang seluruh epistel, mengisi hampir semua kitab Perjanjian Baru kita? Jika tidak karena hukuman penjara yang mengerikan, lama serta melelahkan itu, maka kita tidak akan mendapatkan surat-surat itu.
Betapa Tuhan menolak setan karena kemuliaan namaNya serta berkat dari bangsaNya. Dan kalau bukan karena kematian Yesus, kita pasti masih berada di dalam dosa-dosa kita. Dari darah di kayu salib serta penderitaan Tuhan, telah datang mata air berkat yang memperkaya hidup kita serta menyelamatkan jiwa kita.
Dan itu kemudian terjadi di sini. Ah, betapa Setan harus bersukacita ketika ia melihat wajah Nebukadnezar dipenuhi amarah dan angkara murka. Dan ketika setan mengguncang raja pemuja berhala itu untuk mengikat ketiga saksi iman itu dan melemparkan meeka ke dalam perapian yang berapi-api itu. Dan aku bisa melihat Setan ketika ia berharap melihat mereka dibakar hingga menjadi garing. Akan tetapi betapa Tuhan menolak dan tujuan berdaulat dari Tuhan telah digunakan untuk mengagungkan namaNya untuk mengurapi generasi yang berikutnya.
Mengapa, lihat, mengapa, lihat pada ketiga pemuda itu, menolak untuk membungkuk dihadapan patung berhalanya, sekarang dilemparkan kedalam kedahsyatan perapian yang berapi-api itu. Yang pertama ini, ada raja. Raja tersebut tertegun. Dan ia melihat. Dan ketika mereka dikeluarkan dan bahkan bau kebakaran pada pakaian mereka saja tidak ada, lalu berbicaralah Nebukadnezar mengatakan: “Terpujilah Allahnya Shadrakh, Meshakh dan Abednego.” Dan kemudian ia membuat perintah yang mengatakan: “Di seluruh kerajaan tidak ada yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya ketiga pemuda Yahudi ini.
Bayangkan mengenai apa yang telah mempengaruhi raja itu; dan bayangkan apa yang telah mempengaruhi Babel. Kita berbicara mengenai api yang membakar di dalam perapian itu! Pikirkan mengenai api dari kesaksian yang keluar dari bibir ke bibir, dan dari hati ke hati, dan dari lidah ke lidah ketika cerita itu diceritakan mengenai apa yang telah dilakukan oleh Tuhan melalui ketiga pahlawan iman itu. Dan untuk generasi-generasi mendatang, ah, pengaruh yang telah mereka dapatkan. Di dalam panggilan tugas dari para pahlawan iman itu, di dalam bab yang kesebelas dari Kitab Ibrani dalam ayatnya yang ke tiga puluh empat, pemuda-pemuda itu yang disebut: “Memadamkan api yang dahsyat.”
Dan saya mengabarkan hal itu hari ini. Ini dua ribu enam ratus tahun kemudian. Mengapa, saudaraku, jika tiang-tiang dunia ini akan dibubarkan, maka ketiga pemuda itu akan tetap tegak berdiri, di atas pundaknya memikul beban dari seluruh dunia ini di dalam kemaha kuasaan serta kekuatan dari Tuhan, memanggil kita dari tengah-tengah perapian itu: “Jadilah kuat di dalam Tuhan dan di dalam kuasa kekuatanNya.” Bagaimana Tuhan menolak, di dalam berkat kedaulatanNya, seluruh pemeliharaan hidup kepada kemuliaanNya dan kepada kebaikan dan pengurapan dari bangsaNya.
Sekarang, seruannya – lihatlah ini: Dan begitu hebatnya api itu sehingga orang-orang terkuat yang memasukkan Shadrakh, Meshakh dan Abednego ke dalam terbunuh oleh api itu. Dan kembali lagi, semua melalui puji-pujian, “menjadi rasa hidup kepada mereka yang percaya, menjadi rasa kematian bagi kematian kepada mereka yang tidak percaya, bagi mereka yang tidak menerima.”
Ah, api itu akan membakar! Tuhan berkata bahwa suatu hari seluruh langit dan bumi akan hangus dibakar api. Kepada mereka yang percaya dalam Tuhan, api itu adalah nyala api yang menyucikan.Api itu akan membersihkan kita dari tubuh yang lama. Api itu akan membersihkan kita dari dosa-kutuk bumi ini. Api itu akan melepaskan kita dari seretan perbuatan jahat kita.
Akan tetapi api yang membebaskan dan mensucikan yang mengurapi kita, oh, Tuhan, apakah artinya kepada mereka yang tersesat. Paulus menuliskan kepada jemaat di Tessalonika:
Tuhan Yesus akan diungkapkan dari surga dengan para malaikatnya yang kuat,
Di dalam api yang menyala-nyala membalaskan pada mereka yang tidak mengenal Allah, dan tidak menuruti Injil dari Tuhan Yesus Kristus:
Yang akan dihukum dengan kebinasaan yang abadi dari kehadiran Tuhan,
Dan dari kemuliaan kekuasaanNya.
Oh, Tuhan, Oh, Tuhan, api yang menyelamatkan kita dan membersihkan kita Api yang mematahkan belenggu kita serta membakar kekangan kita dan membebaskan kita, adalah api yang sama yang menghancurkan mereka yang tidak mengenal Tuhan, yang tidak mencintai Tuhan.
“Ah, Tuhan, kasihanilah kami. Dan semoga hati kami dapat masuk kepadaMu, dan hidup kami dapat kami berikan kepadaMu, bahwa apapun pemeliharaan kami, api yang akan datang di dalam hidup ini, penghakiman dari Tuhan di dalam waktu kami atau penghakiman dari Tuhan pada zaman penyempurnaan, Tuhan – Apapun itu, Tuhan bersama dengan kami dan Kristus berjalan disamping kami, dan kami dibebaskan dan diselamatkan.”
Percaya pada Tuhan pagi ini. Berikan hatimu kepada Tuhan itu hari ini. Sebentar lagi, kita akan berdiri untuk bernyanyi; dan ketika kita melakukannya, untuk percaya kepada Tuhan, datang dan berdiri di samping saya. Untuk memberikan hatimu kepada Kristus, datang dan berdiri disamping saya. Di sekeliling balkon, kebawah satu anak tangga, di bagian depan, dan di bagian belakang, dan di sebelah sana, masih ada waktu dan tempat – datang. Kerumunan yang ada di lantai yang lebih rendah, masuk ke dalam gang dan disini ke arah depan: “Pendeta, inilah istriku, inilah anak-anakku, semuanya kami datang pada hari ini.”
Atau hanya sepasang dari kalian, atau hanya seorang diri, sembari kita berdoa dengansungguh dan menunggu, sembari kita menyanyikan lagu seruan puji-pujian, ambil keputusan sekarang dalam hatimu. “Aku mendengar panggilan Tuhan. Aku akan menjawab dengan hidupku.” Lakukanlah sekarang! Datanglah sekarang! Masuk ke dalam gang itu dari bawah sini sampai ke depan: “inilah aku, Pendeta, kami datang sekarang.” Lakukanlah! Dan para malaikat dari langit boleh menemanimu di dalam perjalanan sembari engkau datang, pada saat kita berdiri dan pada saat kita bernyanyi.