RAJA- RAJA YANG MABUK
(DRUNK KINGS)
Dr. W. A. Criswell
03-28-71
Daniel 5:1-4
Baiklah, saya memiliki sesuatu hal yang ingin saya katakan dan ingin saya lakukan. Pertama-tama, Ada seorang wanita baik yang menyenangkan, namanya Ny. Ross Cameron, tinggal di jalan Mockingbird Lane No. 4625, berumur tujuh puluh dua tahun, tertutup, yang turut mengikuti kebaktian dengan kita melalui televisi selama bertahun-tahun. Ia percaya pada Tuhan Yesus di bawah nama Ny. Vernon Duffy, dipermandikan di gereja First Baptist Church di Ettowa, Tennessee, dan dia ingin menjadi anggota dari gereja ini. Dan kita akan menerimanya melalui televisi. Sekarang, salah satu dari kamera saudara memusatkan perhatian pada jemaat ini sehingga dia dapat melihat kita melakukannya. Saudara-saudara sekalian yang ingin menerima Ny. Cameron di dalam persekutuan gereja ini, peserta ibadah kita di televisi, maukah saudara-saudara sekalian mengangkat tangan saudara. Terima kasih. Dan semuanya sekalian, inilah Ny. Cameron. Kami senang menerima anda.
Sekarang, pendeta kita yang telah berada di Vietnam, ia telah memenangkan jiwa seorang pemuda kepada Tuhan. Sekarang ia telah ditempatkan, pulang dari Vietnam, ditempatkan di Fort Ord, California. Ia bercerita panjang lebar mengenai pengabdian dari pemuda tersebut. Namanya adalah Prajurit. J. B. Leonard. Dan pendeta itu, tentu saja adalah Pendeta Kapten William J. Clark dari Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. Dan dia memenangkan pemuda ini bagi Tuhan, ia harus berbicara kepadanya mengenai gereja ini. Dan ketika pemuda itu masih berada di pasukan, ia berkeinginan untuk menjadi anggota jemaat dari gereja ini. Dan Pendeta Clark mengatakan bahwa kita berdoa, ia berdoa bahwa kita akan mengajak pemuda ini untuk masuk ke dalam. Baiklah. Marilah kita melakukannya kembali. Saudara-saudara sekalian yang menginginkan untuk menerima pemuda yang telah dipermandikan oleh Pendeta ini, pemuda yang bernama John B. Leonard, semua saudara-saudara sekalian yang ingin menerimanya di dalam gereja kita, angkatlah tanganmu sekali lagi. Terima kasih. Dan itu berarti semua orang. Kita bersyukur kepada Tuhan Allah atas kemurahanNya yang diberikan kepada pemuda ini.
Sekarang, saya masih memiliki dua hal lain lagi. Yang pertama, Palace Theater akan dirubuhkan sebagaimana dapat saudara-saudara sekalian lihat. Akan ada di sana suatu area yang besar di mana gedung itu pernah berdiri. Selama lima puluh tahun lamanya, kita menyelenggarakan kebaktian siang Pra Paskah kita di dalam gedung itu. Dari saat pertama gedung itu didirikan. Sekarang, kita mengadakannya di gedung Majestic. Jadi, pada hari senin minggu, akan membawakan kepada kita sebuah kebaktian pra paskah panggung tahunan. Kita merupakan tuan rumah untuk kota ini dan semuanya kita akan berada di sana. Akan ada ribuan pengunjung selama rangkaian minggu tersebut. Dan setiap hari, mulai dari hari Senin sampai pada hari Jumat tepat di tengah hari, Pak Pendeta akan berkhotbah di Majestic Theater. Dan semuanya kita akan berada di sana.
Sekarang, saya merubah pokok pikiran dari khotbah kita pada malam hari ini. Judul dari khotbah kita pada malam hari ini adalah: “Ketergantungan akan obat-obatan yang dieja dengan d-e-a-t-h,” Death - Kematian. Seperti yang dikatehui oleh sebagian dari saudara-saudara sekalian, saya menerima telegram ini yang dikirim oleh John N. Mitchell, Jaksa Agung Amerika Serikat, dari Departemen Kehakiman di Washington DC. Presiden telah meminta saya untuk mengundang saudara-saudara sekalian untuk menghadiri sebuah konfrensi sehari penuh tentang penyalah gunaan obat-obatan untuk para pemimpin keagamaan, pada tanggal 26 Maret di kota Washington DC. Kemudian ia berkata: Pak Presiden akan berbicara, kepala negara, dan mereka ingin agar saya datang untuk ikut ambil bagian di dalam konfrensi tersebut. Saya pergi ke sana, dan pada hari Jumat yang lalu, mulai dari pukul 9 atau pukul 10 di pagi hari, sampai pada pukul 7 malam, kami berada di dalam konfrensi tersebut. Malam hari ini, pada pukul 7.30, saya akan berbicara tentang penyalahgunaan obat-obatan. Yang mana pada saat saya dengan terkejut dan terpesona, belajar dari presiden kita dan pemimpin dari negara kita mengancam kehidupan dari negara kita. Jadi, ketika pertama sekali saya memikirkan hal tersebut, kembali ke sana sebelum saat konferensi itu, saya pasti akan mengundang khususnya para remaja dan pemuda. Akan tetapi presiden berkata “Ketika mereka sedang berada di perguruan tinggi, hal itu sudah terlambat. Bahkan ketika mereka masih di sekolah menengah atas sekalipun hal itu sudah terlambat.” Ia berkata bahwa seharusnya kami membawakan warta ini kepada para yunior di sekolah menengah pertama, serta para yunior di sekolah menengah atas. Hampir saja saya tidak mempercayai apa yang telah saya dengar. Jadi, malam ini, undangan itu secara khusus akan ditujukan kepada orang tua saudara-saudara sekalian, ayah dan ibu saudara yang memiliki anak, seorang yunior; seorang pemuda dari sekolah yunior menengah atas serta seorang pemuda atau pemudi yunior menengah atas dan tentu saja para remaja yang masih berusia belasan tahun dan orang-orang muda. Ada kelompok lain yang mana mereka bersandar khususnya pada hati kita. Dan mereka adalah orang-orang dewasa rata-rata; kelompok dewasa. Baru saja saya diliputi oleh apa yang telah saya pelajari. Jadi, malam ini, pada pukul 07:30, jika saudara memiliki seorang pemuda di dalam keluarga saudara-saudara sekalian, bawalah ia turut serta. Tentu saja, jika memungkinkan secara kemanusiaan, bawalah pemuda atau pemudi itu kemari. Dan kemudian, untuk selebihnya dari kita, kisah itu merupakan sebuah pesan kepada kita semua dan seluruh bangsa.
Di radio dan di televisi, saudara-saudara sekalian turut mengikuti kebaktian dari gereja First Baptist di Dallas. Dan ini adalah Pendeta yang memberikan warta yang diberi judul: “Raja Yang Mabuk.” Saya bisa saja memberikan judul: “Raja dari Para Pemabuk.” Mungkin seharusnya saya melakukannya. Karena cocok dengan khotbah pada hari ini.
Di dalam pelajaran kita melalui kitab Daniel, kita telah sampai pada pasal yang ke 5. Dan warta ini merupakan penjelasan kepada empat ayat yang pertama dari kitab Daniel 5:1-4. Demikian tertulis:
“Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya; dan dihadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur. Dalam kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para istri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu. Kemudian dibawalah perkakas dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para istri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu; mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.”
Ini adalah adegan pembuka di dalam sebuah pasal dari sejarah umat manusia yang selalu terburu-buru seperti aliran air yang deras. Sang raja dan perjamuannya serta pestanya dan obat-obatannya, program mesumnya, dan penistaan serta penodaan dan penghujatan serta penghakiman dan pemusnahan yang luar biasa serta pembunuhan, kerugian dari kekaisaran emas pertama dari yang bukan Yahudi. Hal ini terjadi di dalam beberapa jam setelah perpisahannya. Kepala yang terbuat dari emas itu telah berubah menjadi lumpur yang kotor dan tercemar dan tanah serta membusuk. Saudara mendapatkan sebuah pemandangan sekilas dari hari-hari terakhir kemunduran suatu peradaban. Semua mereka mengalami pola yang sama. Pada akhirnya, kejahatan bertumbuh menjadi suatu bagian yang luas. Dan buah yang sudah masak itu membusuk. Dan neraka itu sendiri terbuka dan menganga lebar. “Kejahatan akan dikembalikan ke neraka dan semua bangsa yang telah melupakan Tuhan Allah.” Di sini saudara mendaatkan atmosfir dari zaman dahulu kala dari zaman dari nabi Nuh dan zaman Sodom dan Gomorah.
“Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar.” Mengapa, tidak ada salahnya membuat suatu perjamuan. Sama sekali tidak salah. Akan tetapi di sanalah di man setan memulai dan ia selalu memulainya dari sana. Mengapa, tidak ada salahnya di dalamnya, membuat suatu perjamuan yang besar. Mengapa, mereka sudah pernah melakukan ribuan kali perjamuan di Babilon kuno. Dan sang raja mengadakan sebuah perjamuan yang besar. Ia selalu memulainya di sana. Setan itu. Tidak ada salahnya melakukan hal itu. Ia adalah seekor binatang yang licik dan ia merupakan yang paling licik dari seluruh penciptaan Allah.
Ia berkata kepada Yesus: “Engkau pasti sudah lapar. Selama empat puluh hari dan empat puluh malam Engkau berpuasa. Ubahlah batu ini menjadi roti.” Engkau pasti sudah lapar. Mengapa, dapatkah itu kurang jahat? Betapa tidak berdosanya bisikan itu. Akan tetapi ia tak lebih dari seorang penipu. Dan pembunuh dari umat manusia. Maknanya ialah kehancuran dari penjelmaan itu. Ia turun ke bawah sebagai seorang manusia dan hidup sebagai seorang manusia, menjelma menjadi darah dan daging manusia. Dan seorang manusia tidak dapat merubah batu menjadi roti. Kita bekerja dan kita mendapatkan roti sebagai upah kita. Suatu bisikan yang tidak berdosa. Tidak ada kejahatan di dalamnya. Ia selalu memulainya dari sana.
Hubungan antara seorang pemuda dan pemudi; Tuhan Allah telah membuanya demikian. Setan memulainya dari sana. Ganja, madat, rokok mariyuana, tidak ada kejahatan di dalamnya. Ia selalu memulainya dari sana.
Saudara adalah bendahara dari toko itu, bendahara dari bank itu, apakah artinya meminjam sedikit uang. Saudara pasti akan membayarkannya kembali. Mungkin saudara merupakan bendahara dari gereja. Saudara hendak meminjam sedikit uang. Saudara akan membayarkannya kembali. Tidak ada kejahatan di dalamnya. Ia memulainya dari sana. Setan selalu memulainya dari sana.
Sebuah perjamuan yang besar, mengapa, tidak ada yang salah di dalam sebuah perjamuan. Akan tetapi perjamuan ini, perjamuan yang satu ini, saudara akan lihat. Perjamuan yang satu ini, ribuan pembesarnya berada di sana, mengapa, semua orang membawa rombongannya, pengawal-pengawalnya, wanita kesukaannya, rombongan para penari yang cantik-cantik, para pemain musik, para pemain sulap, orang-orang kaya yang berkuasa, dan para penghibur. Di saat mereka berkumpul, paling sedikit ada sepuluh ribu orang berada di dalam aula perjamuan yang luar biasa luasnya itu di zaman Babel kuno itu. Kecuali pada waktu itu, dan diatur sedemikian rupa, sungguh suatu hal yang tak dapat dipercaya, tak dapat dipikirkan dan tak dapat dikhayalkan. Karena di luar tembok itu, ayahnya, Nabonidus, sedang berjuang untuk mendapatkan takhtanya, berjuang untuk kerajaannya dan berjuang demi hidupnya. Ia sedang berperang melawan serbuan pasukan dari Media dan Persia di bawah kepemimpinan raja Koresy. Dan Nabonidus, raja dari Babilonia, telah dikalahkan dan diungsikan ke Borsippa. Dan setelah kejatuhan Babilon, ia menyerah pada dirinya sendiri. Dan di setiap sisi di sekeliling kota itu, ketika saudara berdiri di puncak tembok itu, sejauh mana yang dapat saudara lihat di segala penjuru, terdapat tenda-tenda dari pasukan Media dan Persia. Dan pada saat ayahnya bertarung dan berperang untuk kehidupan kekaisarannya, putranya yang mesum dan tak bermoral ini mengadakan suatu pesta untuk para pembesarnya serta para gundiknya. Dan mereka bersuka ria dan minum sampai melakukan hal-hal yang tidak pantas, menyebutkan dewa-dewa tanah dan mesum dan kecurangan dan dosa dan selebihnya yang tidak dapat disebutkan. Saudara tidak dapat mempercayainya. Tetapi, walaupun ketika saya membaca kisah itu, saya berfikir tentang bagaimana biasanya serta umumnya keadaan seperti itu. Tidak ada seorang ayah yang berakhlak mulia serta seorang ibu yang berhati mulia lalu putra mereka mengkhianati mereka. Dan membuat kepala mereka merasakan duka cita serta keputus asaan yang begitu mendalam.
Pada hari Jumat yang lalu, salah seorang pemimpin negara bagian kita membaca sebuah surat. Salah satu surat yang paling menghancurkan perasaan yang pernah saya baca. Surat itu ditulis oleh seorang guru besar di sebuah universitas, sebuah universitas yang terkenal ke manca negara di New England. Dan di dalam suratnya itu ia menuliskan, “Kami mendidik anak murid kami di dalam Tuhan, dan untuk menghormati negaranya, serta memuja tanah airnya dan orang tuanya.” Surat itu bersambung, “Anak kami dikeluarkan dari sekolah. Ia menafsirkan kebebasan sebagai kebebasan untuk cinta dan persetubuhan. Ia menafsirkan demokrasi sebagai suatu kesempatan yang terbuka untuk mencemarkan nama baik lembaga kami dan mencari tahu bagaimana menggulingkan negara kami. Dan ia memandang hina kedua orang tuanya. Sekarang ia hidup di dalam kecemaran dan obat-obatan terlarang.”
Nabonidus, yang mana merupakan salah satu raja yang paling berbudaya yang pernah hidup, ia seorang penggemar barang-barang antik, seorang arkeolog, tidak seperti kebanyakan prajurit, akan tetapi seorang yang berhati mulia dalam setiap pergaulannya. Dan ketika Nabonidus berada di luar tembok kota itu berjuang demi hidupnya, Belsyazar, putranya yang mesum dan tidak bermoral mengundang untuk bersama-sama berpesta. Dan ketika mereka berkumpul, ia berdiri di tengah-tengah sana di belakang temboknya yang tak tergoyahkan, tak dapat disangkal lagi dan tak terkalahkan. Dan walaupun begitu, hal yang satu ini merupakan salah satu putusan yang paling menakjubkan sepanjang sejarah. Kerajaan dan generasi manusia apa yang pernah didirikan serta dibangun. Dan apa yang kelihatannya tidak dapat disangkal lagi, ternyata mampu dimusnahkan di dalam pesta yang hanya berlangsung selama satu jam saja.
Mengapa, Tuhan memberkatimu, ketika saya membaca buku-buku sejarah ini, dan semua perpustakaan bersiap untuk pesan ini, saya telah membaca dimana mereka dari bangsa Media dan Persia telah mengepung Babilonia selama dua setengah tahun lamanya. Ahli sejarah yang lain mengatakan bahwa pengepungan itu berlangsung hanya dalam beberapa bulan saja. Kemudian saya membaca bahwa setelah berbulan-bulan, dan mungkin setelah bertahun-tahun pengepungan kota tersebut, bangsa Media dan Persia itu sedang bersiap-siap untuk menarik mundur pasukannya.
Koresy, sang raja telah menaklukkan Croesus dan Sardis. Dan kerajaannya diperluas dari wilayah Kaspia dan Laut Hitam, menyusuri Teluk Persia. Ia telah menundukkan seluruh wilayah timur. Dan hanya sepotong batu permata yang tergeletak belum di minta, dan itu adalah kota Babel. Dan mereka menyerang kota itu serta mengepung kota itu dari segala penjuru, dan pada akhirnya, gagal dan menarik diri. Tembok itu tak terkalahkan. Tembok itu tidak terbuka untuk kekuatan agresif manusia. Dan pada saat itu ketika mereka tidak mampu menerobos tembok itu atau mendaki menara itu, bahwa anak yang tidak bermoral ini memanggil untuk berkumpul untuk berpesta. Dan ketika saya memikirkan kisah ini, di tempat yang sama, di kota yang sama, di istana yang sama, dua ratus tahun kemudian, Alexander yang Agung yang belum pernah terkalahkan oleh pasukan mana saja di muka bumi ini, Alexander yang Agung terjatuh dan kehilangan nyawanya di dalam sebuah pesta pora yang memabukkan, di tempat yang sama. Dalam satu jam saja, dalam satu malam. Dan ketika saya berfikir sepanjang kisah sejarah, ketika kaisar Napoleon sampai ke Waterloo, ketika seluruh angkatan bersenjata dari daratan Eropa belum pernah melakukannya, di pagi hari itu ketika Duke of Wellington menggabungkan diri dalam pertempuran itu dan mereka menyerbu ke arah Marshal Ney, ia meminum begitu banyak burgundy, minuman kesukaannya di malam sebelumnya. Dan ketika mereka membangunkannya dari mabuknya, pemikiran dari Marshal Ney menjadi gelap dan suram. Waterloo. Raja yang mabuk.
Saudara tahu, merupakan hal yang mengherankan bagi saya berapa banyak di dalam Alkitab tentang Tuhan Allah menegur para pemimpin bangsa. Raja perniagaan, raja industri, raja keuangan, raja dari negara-negara bagian, raja dari bangsa-bangsa dan kota-kota. Perkataan dari raja Lemuel, nubuat kenabian yang telah diajarkan oleh ibunya kepadanya, “Putra saya yang sesungguhnya dan sungguh putra yang dari kandunganku dan putra yang datang dari isi perutku, bukan untuk para raja, Oh Lemuel, bukan untuk para raja, untuk meminum anggur yang keras, juga bukan untuk seorang pangeran untuk minum dengan keras. Kalaupun mereka meminumnya serta melupakan hukum dan merubuhkan hukuman dari setiap orang yang menimpanya.” Dan raja Salomo berkata,
“Siapa yang mendapat kutuk? Siapa yang mendapat penderitaan? Siapa yang mendapat pertikaian? Siapa yang mendapat ocehan? Siapa yang mendapatkan luka tanpa sebab? Siapa yang mendapatkan mata yang merah? Mereka yang lama menikmati anggur. Mereka yang mencari campuran yang memabukkan. Janganlah engkau melihat kepada anggur itu ketika warnanya merah, ketika anggur itu memberikan warnanya ke dalam cangkir. Pada akhirnya, anggur itu akan menggigitmu seperti seekor ular naga dan menyengatmu seperti ular biludak.”
Atau lihatlah lagi pada raja Salomo ketika ia menuliskan,
“Anggur adalah pengolok-olok, Minuman yang keras merupakan kemarahan dan siapa saja yang dapat diperdaya sedemikian rupa ialah orang yang tidak bijaksana.”
Saya memiliki yang lain lagi. Saya tidak memiliki waktu untuk membacakannya. Ah, ah, seorang pengantin wanita, didesak oleh ayahnya untuk meminum minuman keras, minuman dari anggur, minuman anggur untuk memberikan ucapan selamat kepada suaminya dan kepada keluarganya. Dan pengantin wanita itu menolaknya. Dan ayahnya memojokkannya, ia mendesaknya. Akhirnya ia mengangkat gelas anggurnya dan pengantin wanita yang masih muda itu berkata, warna dan gelembungnya mengolok-olok saya. Karena disanalah saya melihat seorang suami yang berpesta pora, seorang istri yang patah hati, dan seorang ibu yang meratap, dan keluarga yang kelam dan menyedihkan. Rumah kita. Keluarga kita. Ha, ha, ha, ha. Itulah kebodohan seorang pendeta. Dengarkanlah. Jika saudara-saudara sekalian memiliki semua ketergantungan, mereka yang selalu berhalusinasi, mereka yang memakai narkotika, mereka yang selalu menggunakan obat-obat tidur, dan mereka yang selalau memakai amfetamin, mereka sudah berjumlah ribuan di hadapan saudara-saudara sekalian, mereka bukanlah satu tetesan di dalam satu timba, dibandingkan dengan jutaan sampai tak terhingga jumlahnya yang hidupnya sekarang hancur dan dihancurkan oleh gelas-gelas minuman keras itu. Pendeta ini bodoh. Lalu, Tuhan Allah itu juga bodoh. Saya baru saja membaca dari Firman Allah tentang suatu pemikiran yang dibuat menjadi gila dibawah pengaruh obat-obatan terlarang serta alkohol tentang apa yang dapat dilakukan.
Nabonidus, ayahnya, berada di luar sana berjuang untuk hidupnya dan hidup putranya yang tidak bermoral itu, Belsyazar, yang sedang minum-minum di dalam sebuah pesta dengan para gundiknya serta seluruh kawanan wanita-wanita cantik kesukaannya. Minum untuk dewa emasnya, perak dan besi, debu, karat, kotor dan rusak. Lalu ia memiliki sebuah inspirasi. Saudara-saudara pasti akan mendapatkan sebuah inspirasi jika saudara-saudara sekalian sedang mabuk. Ia memiliki banyak inspirasi. Anggur itu sedang mengalir seperti menghilangnya sungai-sungai di dalam hutan. Dan perasaan itu mendidih di dalam anggurnya serta membakar pikirannya. Dan ia mendapatkan sebuah inspirasi. Ayahnya, sebenarnya, kakeknya, ayahnya Nebukadnezar telah merampas serta menjarah isi Bait Suci di Yerusalem dan membawa pulang dari kota suci itu semua benda yang indah beserta perkakasnya dan bejana-bejana dari emas dan perak. Ia mendapatkan sebuah inspirasi. Mari kita ambil barang-barang tersebut. Mari kita ambil. Mengapa, anggur-anggur ini lebih pantas berada di dalam piala-piala minuman yang terbaik itu. Anggur seperti ini lebih pantas mendapatkan bejana yang terbaik. Dan apa dosanya jika saudara tidak membersihkannya? Ayahnya melakukan kejahatan itu, menghancurkan kota suci itu dan menjarah seluruh isi dari Bait Suci tersebut. Apa dosanya jika tidak dibersihkan dan diperbaharui? Film-film ini, mungkin di masa yang lalu ketika saya masih seorang anak kecil, kami mendapatkan sebuah film, dan kemungkinan film itu bersifat nasehat dan kemungkinan adanya cinta segitiga di dalamnya. Tapi zaman sekarang ini, film apa itu jika di didalamnya saudara-saudara tidak dapat melihat adegan tanpa busana dan bugil serta mesum dari kerusakan atas kejujuran serta kecemaran? Belsyazar mengatakan: “Ayahku menjarah isi Bait Suci itu dan membawa guci-guci tersebut. Aku akan membersihkannya. Aku akan mencemarinya serta menodainya. Aku akan menghujat nama Tuhan kepada siapa mereka dipersembahkan.”
Sekarang, guci-guci itu tetap suci dan sakral di kota Babel selama tujuh puluh tahun lamanya. Mereka adalah piala kemenangan atas peperangan dan mereka ditempatkan pada kuil yang suci. Saya tidak membesar-besarkan ketika saya mengatakannya kepada saudara bahwa dengan mudah saya dapat melihatnya dengan mata pikiran saya, setiap keluarga Yahudi di Babilon membawa anak-anak laki-laki mereka bersama-sama dengan anak-anak perempuan mereka yang masih kecil-kecil ke dalam tempat pemujaan itu. Dan ayah serta ibu mereka berdiri di sana seraya berkata: “Anakku, dapatkah engkau melihat dian yang berdiri dengan ketujuh cabangnya itu? Lampu itu bersinar di dalam Bait Suci Tuhan Allah di kota suci itu. Dan putriku kecilku yang manis, apakah engkau dapat melihat altar yang terbuat dari emas itu? Altar itu membakar kemenyan seperti doa-doa kita yang naik ke atas menuju pada nama yang kudus, dan satu-satunya Allah di Yerusalem. Anak-anakku, apakah engkau melihat piala-piala minuman serta piring-piring itu? Di atas piring yang suci itu, sesembahan diletakkan satu kali setiap hari Sabat.” Dan bagi bangsa Yahudi, benda-benda itu merupakan lambang-lambang yang suci dari Tuhan Allah Yang Maha Esa dan Hidup.
Dan putra yang tidak bermoral ini, kotor, tercemar, rusak dan penghujat ini, ia berkata: “Orang-orang Yahudi ini berbaur di dalam kumpulan yang beraneka ragam ini, orang-orang yang telah dikolonisasikan di sini di Babilonia ini, di kota Babel ini, mereka itu orang asing. Mereka itu terpisah dan terpencar. Mari mencemarkan serta mengutuk Tuhan mereka.” Dan itulah cara dia melakukannya. Ia mengambil guci-guci yang suci itu dan ke dalamnya ia menuangkan serta membagikannya kepada kekasih-kekasihnya dan para selir-selirnya dan para gundiknya. Dan ribuan pembesar itu melakukan hal yang sama. Apakah saudara memperhatikan bagaimana mereka menyebutnya di sini? Mereka meminum anggur dan memuji dewa-dewa mereka, dan daftar kelam yang panjang ini, memuji “dewa emas, dan perak dan kuningan dan besi dan kayu dan batu.” Saya tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya di depan umum. Akan tetapi walaupun saya memilikinya, saya tidak memiliki keberanian untuk melakukannya. Dewa-dewa dari bangsa Kanaan itu, dari bangsa Babilonia, cara mereka menyembah mereka sangat tidak masukakal. Tidak masuk akal, hina dan jahat. Saya pernah melihat gambar-gambar yang diukirkan pada guci-guci yang mirip dengan sebuah wajah. Pahatan kecil yang dikorek dari peradaban itu. Ketika saya melihat kepada apa yang sedang mereka gambarkan, pikiran saya tidak mampu membayangkannya. Dibandingkan dengan apa yang dilambangkan oleh dewa-dewa ini, dan bagaimana cara mereka menyembahnya, homoseksualitas merupakan gambaran dari zaman modern, dibandingkan dengan kekotorannya. Dan mereka mengambil guci-guci tersebut beserta dengan piala-piala minuman yang disucikan itu dan piring-piringnya yang menjadi tempat dimana sesembahan diletakkan. Dan mereka menghujat nama Tuhan Allah Yang Maha Kuasa.
Kita harus berhenti di sini. Ada ayat yang lainnya. Masih ada paragraf lainnya. Masih ada pasal yang lainnya. Dan Tuhan Allah melihat ke bawah dari langit. Dan Tuhan Allah mendengar hujatan itu. Dan kita akan mendengarkannya pada hari minggu pagi yang akan datang. Dan judul dari khotbah nanti adalah: “Tulisan tangan di dinding.” Di manapun saudara menemukan dosa, kebusukan, di manapun saudara-saudara sekalian menemukan kehancuran nasional, saudara-saudara tidak membutuhkan seorang nabi untuk menunjuk kepada tulisan tangan di dinding tersebut.
Sekarang, hanya sebentar saja, izinkanlah saya berbicara tentang kita hari ini. Penodaan, fitnahan terhadap benda-benda yang dikuduskan, hari-hari Tuhan, bukankah itu suatu hari yang kudus? Bukankah hari-hari tersebut milik Tuhan? Tidak dikatakan, tidak digambarkan, bukankah kata itu sendiri jamak? Hari-hari Tuhan. Hari milik Tuhan. Dan walaupun Amerika yang modern serta orang Kristen yang modern terus meningkat untuk membuatnya bukan Hari Kudus, akan tetapi hari libur. Merupakan sebuah hari untuk melupakan Tuhan Allah. Hari Tuhan.
Saya bisa menyebutkan sepuluh ribu nama. Saya hanya akan menyebutkan satu lagi. Benda-benda yang telah dikuduskan dan suci serta menjadi milik dari Tuhan Allah, akan tetapi kita menodainya serta mencemarinya dan mengotornya. Hati seorang manusia. Bukankah Firman Allah yang kudus itu mengatakan: “Bait Suci untuk Allah Yang Maha Kudus itu, sekarang roh dari Tuhan berdiam di dalam hati manusia. Engkau tidak sendirian lagi sekarang. Engkau telah ditebus dengan sebuah harga. Tubuhmu adalah bait suci Allah.” Dan di atas takhta hati kita, siapakah yang memerinah? Siapa saja yang berada di sana? Siapa yang duduk di sana? Serta mengendalikan dan mengambil keputusan dan bermimpi, menghakimi serta meraih? Siapa yang duduk di atas akhta itu? Takhta suci di hati kita? Kadang kala ketamakan. Kadang kala nafsu kotor. Kadang kala sifat rakus. Kadang kala kesombongan. Kadang kala keinginan diri sendiri. Kadang kala ribuan dewa lainnya. Siapa yang seharusnya berada di sana? Siapa yang seharusnya bertakhta di dalam hati saudara? Bukankah sudah seharusnya Dia di hadapan siapa kita membunggukkan badan di dalam kasih dan penghormatan? Bukankah seharusnya Tuhan Yesus Kristus yang dihormati di dalam hati kita?
Oh, Tuhan, siapa yang bertakhta di dalam kehidupanku? Siapa yang memerintah atas jiwaku? Tuhan, setiap penglihatan yang kami dapatkan, setiap impian yang kami cita-citakan, setiap ambisi yang berada di luar jangkauan hidup kami, rumah, keluarga, anak-anak, pekerjaan, tugas, posisi, tujuan kami, tujuan akhir kami, segalanya, Tuhan, jadilah seperti kehendakMu. Bukankah demikian? Siapa yang bertakhta di tempat yang suci miliki Tuhan sendiri di dalam hati kita? Itulah apa yang dimaksud oleh rasul itu ketika ia berkata, “Saya mati setiap hari.” Mati pada dirinya. Mati untuk setiap mmpi serta ambisi pribadi dan Kristus telah bangkit di dalamnya.
Oh, Tuhan, Engkau melakukannya. Di dalam diri saudara sendiri, kami tidak sanggup. Semua berada pada hak istimewa Allah. Tuhan pasti menolong kita. Dan itulah sebabnya mengapa kita membutuhkan Tuhan Allah.
Kita tidak mampu melakukannya sendiri. Kita tidak dapat membuatnya oleh kita sendiri. Kita tidak memiliki kekuasaan itu. Harus berada di dalam Tuhan Allah. Dan itulah permohonan kita pada hatimu hari ini.
Sebentar lagi kita akan menyanyikan lagu ini. Dan sembari kita menyanyikannya, engkau dan keluargamu datang kepada Yesus. Engkau dan pasanganmu, atau engkau seorang diri saja, sembari kita menyanyikan lagu puji-pujian dan permohonan kita ini, datang dan katakanlah: “Pak Pendeta, saya tidak mau keluar dari dunia ini. Saya ingin pergi ke jalan Tuhan, cara surgawi, caramu. Saya ingin menggabungkan diri saya sendiri bersama-sama dengan orang-orang Tuhan. Engkau, datanglah. Di balkon yang paling atas, engkau, masih ada waktu serta tempat, datanglah. Di lanttai yang lebih rendah ini, masuk ke dalam gang dari belakang sampai ke depan, datanglah. Karena Tuanku akan melesakkan permohonan itu ke dalam hatimu, jawablah dengan nyawamu. Inilah aku, ini aku datang.
Buatlah keputusan itu sekarang juga di dalam hatimu, di manapun engkau berada, di tempat mana engkau sedang duduk. Ambillah keputusan itu sekarang di dalam hatimu. Dan sebentar lagi ketika engkau berdiri, berdiri dan datanglah menuruni anak-anak tangga ini, masuk ke dalam gang dari sini sampai ke depan sembari mengatakan: Inilah aku, pak Pendeta. Pada hari ini kami telah menentukan pilihan itu. Dan pilihan itu adalah untuk Tuhan Allah. Lakukanlah sekarang juga. Datanglah sekarang. Sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.