KEKUATAN DI DALAM DOA
(PREVAILING IN PRAYER)
Dr. W. A. Criswell
Daniel 9:20-23
02-27-72
Ini adalah pendeta yang membawa khotbah yang diberi judul: Kekuatan di dalam Doa. Di dalam pelajaran kita meliputi kitab Daniel, kita telah sampai kepada bagian pertengahan dari satu pasal yang paling hebat di dalam Alkitab, pasal 9. Dan saya membaca dari ayat yang ke 20 sampai dengan ayat yang ke 23:
“Sementara aku berbicara dan berdoa dan mengaku dosaku dan dosa bangsaku, bangsa Israel, dan menyampaikan kehadapan Tuhan, Allahku, permohonanku bagi gunung kudus Allahku, sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku; “Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti. Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat dikasihi.”
Jawaban terhadap doa dari nabi itu datang dengan segera. “Sementara aku berbicara,” di dalam ayat yang ke 20 lalu kemudian diulangi lagi di dalam ayat yang ke 21, “sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku malaikat Gabriel.” Namanya berarti “manusia (dari) Tuhan” – manusia Gabriel. Allah mengutus Gabriel. Sementara ia masih tetap berdoa, Allah telah mendengarkan doanya dan perintah telah dikeluarkan sebagai jawaban terhadap permohonannya. Gabriel disinggung sebanyak empat kali di dalam Alkitab. Di dalam pasal yang kedelapan dalam Kitab Daniel, ia menjelaskan tentang penglihatan tentang kambing dan biri-biri. Di sini di dalam pasal yang kesembilan, namanya disebutkan kembali. Namanya disebutkan kembali untuk yang ketiga kalinya di dalam pasal yang pertama dari Injil Lukas, ketika ia diutus untuk menyampaikan berita kepada Zakharia dan Elisabet mengenai kelahiran Yohannes Pembabtis. Dan kemudian namanya disebut untuk kali yang keempat di dalam pasal yang pertama dari Injil Lukas ketika ia diutus kepada Maria di Nazareth dari Galilea, untuk mengumumkan kepadanya tentang kehamilan atas Anak Allah. Dan orang ini Gabriel, salah seorang penyampai berita dari surga yang mengatakan ia berdiri di hadirat Tuhan Allah, ia memberitahukan kepada Daniel bahwa “ Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman.” Karena Allah telah berjanji di dalam kitab Yesaya pasal yang ke 65, “...sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya; ketika mereka sedang berbicara, Aku sudah mendengarkannya.”
Sementara ia sedang berbicara dan membuat permohonan, di awal dari doanya, Tuhan berbicara melalui Gabriel, “Perintah telah dikeluarkan.” Ini bisa saja mengacu, baik kepada ketetapan dari langit untuk membangun kembali bangsa Tuhan dan Bait suci dan altar Tuhan, atau hal tersebut merujuk kepada keputusan dari raja Persia bahwa hal tersebut harus dilaksanakan. Akan bagaimanapun cara anda menafsirkannya, entah itu telah ditetapkan dari langit atau karena ditetapkan oleh raja Persia, kedua jalan tersebut, doa Daniel telah dijawab dengan segera.
Bagaimana rasanya disentuh oleh Tuhan? Bagaimana rasanya bahwa seluruh energi dari langit bekerja sama untuk bekerja untuk dia? Bagaimana saudara dapat melakukannya? Energi di dalam jagad raya tersebut tersembunyi, berkelimpahan, tidak tersentuh, berada disekitar kita dan di atas kita serta di depan kita. Energi tersebut bersifat misteri, mulia dan berkuasa. Bagaimana saudara menggunakannya? Bagaimana saudara berhubungan dengannya? Oh, kekuasaan dan kekuatan di dalam Allah serta di dalam tangan Allah, jika saja kita tahu bagaimana meminta Allah untuk mendapatkannya di dalam sebuah cara di mana Allah akan memiringkan telingaNya untuk mendengar dan melimpahkan berkat tersebut kepada kita! “Pada saat engkau memulai permohonanmu,” sementara ia sedang berbicara “Firman telah dikeluarkan.” Doanya telah dijawab dengan segera. Seandainya kita mengetahui bagaimana meraih energi yang besar dan tersembunyi dan tersimpan itu!
Saudara dapat mencarinya pada ciptaan Allah disekitar saudara. Dan apabila kita memohon dengan benar, kita dapat mempelajari kondisi bekerja dari kekuatan yang luar biasa itu. Dan di dalam dunia yang alami pada taraf yang alami, mereka memberkati industri dan perdagangan dan semua yang hidup. Dengan alami memohon, dalam cara yang benar, ciptaan Tuhan pada taraf yang rendah ini, kita mampu berlayar diatas awan, dan terbang ke langit. Kita dapat memperoleh kekuatan dari kedalaman bumi. Suara kita di televisi dan radio dapat didengarkan sejauh ribuan mil. Keajaiban dari kesuksesan sampai kepada manusia karena ia telah mempelajari bagaimana caranya bermohon di dalam cara yang benar pada taraf yang alami. Dan segera sesudahnya, firman itu dikeluarkan: bumi akan memanen hutan dan membidangi hasilnya dan lahan itu akan menghasilkan dan berbuah.
Tidak jauh dari kebenaran pada bidang spiritual, pada taraf yang lebih tinggi lagi dengan Allah. Jika saja kita mengetahui kondisi yang bagaimana Allah dapat dimohon, lalu kemudian kita miliki pada semua pemberian kekuatan yang luar biasa dari langit serta anugerah dari Allah itu sendiri. Sekarang, Daniel telah melakukannya. Ia telah menyentuh Allah. “Pada saat engkau memulai permohonanmu, firman telah dikeluarakan.” Sementara ia sedang berdoa, Allah menjawabnya. Sekarang, bagaimana cara dia melakukannya? Apa yang menghampiri Allah dan membawa jawabannnya turun dari langit? Ketika saya mempelajari pasal ini, yang hanya satu, memuat satu orang pendoa yang paling mulia dari seluruh literatur suci, ketika saya mempelajari pasal ini, ada empat hal yang paling jelas pada saya di dalam apa yang dolakukan oleh Daniel yang membawa terang dan kemuliaan serta kekuatan dan hadirat Allah turun dari langit ke bawah. “Dan firman dikeluarkan sebagai jawaban terhadap permohonannya.”
Yang pertama, ia berdoa dalam keinginan dan tujuan Allah. Ia telah mempelajari Kitab Suci. Begitulah caranya pasal ini dimulai. “Pada tahun pertama pemerintahan Darius, keturunan Media, aku, Daniel memahaminya oleh kitab suci dengan jalan mana firman Tuhan sampai kepada Yeremia, nabi itu.” Dan mempelajari kitab-kitab itu, ia mempelajari pikiran Allah dan khususnya ramalan-ramalannya, bagian-bagian kewahyuannya. Seperti Kitab Wahyu dimulai seperti ini: “Diberkatilah orang yang telah membacanya, dan diberkatilah mereka yang mendengar firman Tuhan dari wahyu ini” – untuk mengetahui serta memahami pemikiran serta maksud Tuhan – lalu kemudian bermohon sesuai dengan keinginan langit.
Jadi, Daniel berlutut dalam doa serta menjadikan kehendak Tuhan Allah sebagai subyek dan obyek doanya. Dan kemudian, ia berkata, “Oh Tuhan Allah, oleh karena wajahmu menerangi atas bangsaMu, altarMu dan kota suci itu. Ia tidak berdoa seperti ini: “Oh Tuhan Allah, naikkanlah lebih banyak nabi lagi. Atau, Oh, Tuhan Allah, naikkanlah lebih banyak raja lagi. Atau, Oh, Tuhan Allah, berkatilah bangsaMu.” Akan tetapi ia berdoa, “Oh Tuhan Allah, oleh karena wajahmu menerangi atas bangsaMu, altarMu dan kota suci itu.” Karena jika anugerah telah diberikan kepada bangsaNya, maka semua hal akan menyusul mengikutinya. Bansa itu boleh pulang. Altar-altar akan didirikan. Kota suci itu akan dipulihkan. Semua hal yang baik akan diberikan oleh Allah kepada kita jika kita telah mendapatkan berkatNya. “Oh, Tuhan Allah, oleh karena wajahmu menerangi atas bangsaMu.” Ia memasukkan diriNya sendiri kepada suatu kenangan serta kemurahan dari Keilahian, dan permohonannya hanyalah begini: “ Ya Tuhan, dengarlah! Ya, Tuhan ampunilah! Ya Tuhan, perhatikanlah dan bertindaklah dengan tidak bertangguh, oleh karena Engkau sendiri, Allahku, sebab kotaMu dan umatMu disebut dengan namaMu.”
Apakah ia memiliki alasan untuk percaya bahwa dengan memasukkan dirinya kepada kemurahan hati Allah, dan hanya memberikan dirinya kepada tujuan Allah, bahwa Allah akan memberikan hal-hal yang baik kepadanya atas apa yang telah dimintanya? Apakah sudara tahu bahwa di dalam Kitab Suci bahwa hal itu didefinisikan sebagai kemuliaan Tuhan? Kemuliaan Tuhan adalah kebaikan-kebaikanNya kepada manusia. Di dalam pasal yang ke tiga puluh tiga dalam Kitab Keluaran merupakan kisah pergerakan Musa yang begitu indah yang meminta kepada Allah: “Tuhan, perlihatkanlah kiranya kemuliaanMu kepadaku.” Dan bagaimana tertulis di dalam ayat yang selanjutnya?
Perkenankanlah saya membacanya: “Tetapi jawabNya, “Aku akan melewatkan segala kegemilanganku dari depanmu.” Kegemilangan Tuhan adalah segala kebaikan Tuhan kepada bangsaNya. Dan sekarang, izinkan saya membacanya lagi: “Dan berjalanlah Tuhan lewat dari depannya dan berseru Tuhan, Tuhan Allah yang penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasihNya dan setiaNya, yang meneguhkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang, mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.” Begitulah yang dikatakan oleh Alkitab mengenai kegemilangan dari Allah. Dan masih banyak lagi kegemilangan yang ditunjukkan dalam Allah, dipertunjukkan di dala Tuhan dengan cara membungkukkan badan untuk menolong serta mengampuni seorang pendosa yang tersesat, kemudian ada kegemilangan ketika Allah berhenti menciptakan jagad raya ini. Dan Yesus berbicara dengan penuh kegemilangan ketika Ia sedang disalibkan Ia berkata kepada orang jahat yang sedang menanti ajal itu, “Pada hari ini, engkau akan bersama-sama denganKu di surga,” kemudian ketika dimulanya Ia berkata: “Fiat lux, Jadilah Terang.” Kemuliaan Allah adalah semua kebaikan yang diberikanNya kepada manusia: untuk memberikan kebaikan yang berkelimpahan kepada kita, dan keanggunan dan syukuran atas kenangan dari surga. Dan Daniel telah menyampaikan doanya di dalam tujuan serta keinginan yang seperti itu.
Yang kedua, bagaimana dia menyentuh surga? Dan bagaimana bisa terjadi bahwa doanya telah dijawab bahkan ketika ia masih membuat permohonannya? Yang kedua, ia berdoa di dalam suatu kehebatan dan dalam permintaaan yang sangat mendesak. Ayat yang berikutnya: “Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah.” Ada ketetapan hati yang pasti disana. Ada sebuah komitmen di dalam permintaan. “aku mengarahkan wajahku kepada Tuhan Allah.” Nada dari doa itu menegur seruan dan permohonan kita yang tidak bersemangat, biasa-biasa dan lesu. Tidak ada pejuang yang pernah memenangkan sebuah pertempuran kecuali ia telah menyerahkan hidupnya kepada kematian. Tidak juga ada seorang pahlawan yang menghancurkan penindasan atau emansipasi suatu bangsa yang tidak menerima dirinya berkeinginan untuk diberikan. Tidak seorang atlitpun unggul yang tidak memberikan dirinya. Tidak seorang musisipun sukses yang tidak mengetahui komitmen penuh dari hidup pengabdian yang menarik kepada mana ia memberikan dirinya. Atau tidak ada kekuatan di dalam doa tanpa intensitas yang sama. “Lalu aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah.” Dan cara untuk membaca doa tersebut adalah merasakannya. “Oh, Tuhan, oh, Tuhan Allahku,” karena ia membungkuk di hadapan langit dan membuat permohonan.
Seperti yang saudara ketahui, saya tidak keberatan terhadap hal itu, doa yang dihiasi dengan kata-kata yang indah serta kalimat-kalimat yang begitudramatis dan seimbang bahasanya, saya tidak mencela permohonan yang seperti itu. Akan tetapi saya dapat menunjukkan kepada saudara bahwa, di dalam kepercayaanku dan penilaianku yang hina ini, doa yang benar-benar dapat menyentuh Tuhan Allah adalah doa-doa yang dibentuk dari kalimat-kalimat yang terpecah, tidak ada pemikiran atas kata-kata yang fasih serta struktur tata bahasa. Karena pasal yang kedelapan dari Kitab Roma telah menggambarkannya, doa itu hanya dipanjatkan dengan rintihan yang menentang bentuk-bentuk kalimat atau kata-kata atau bahasa.
Pada tahun 1771, lahir seorang pria di Inggris yang pada usianya yang keempat puluh tiga mengubah kepercayaannya kepada Kristus. Ia bergabung dengan Komunitas Moravia di Inggris di dekt istana dimana ia tinggal. Namanya adalah James Montgomery, dan ia menuliskan sebuah lagu puji-pujian yang memberikan arti pada sebuah doa. Dengarknlah lagu itu:
Do adalah keinginan jiwa yang tulus
Tidak dinyatakan atau diucapkan;
Gerakan dari api yang terselubung
Yang bergetar di dalam dada.
Doa adalah beban nafas,
Jatuhnya air mata
Pandangan mata yang melihat keatas,
Ketika tak seorangpun dekat kecuali Tuhan.
Doa adalah bentuk sederhana dari berbicara
Bibir bayi dapat mencobanya;
Doa, yang memuliakan ketegangan
Yang menghampiri Yang Mulia di atas.
Doa adalah nafas vital orang Kristen,
Udara sli untuk orang Kristen,
SemboyanNya di gerbang kematian;
Ia memasuki surga dengan doa.
Orang-orang kudus menjadi satu
Di dalam kata, perbuatan dan pikiran,
Ketika bersama dengan Bapa dan Putra
Persekutuan yang indah yang mereka temukan.
Tidak ada doa yang dibuat di bumi sendiri,
Pembelaan Roh Kudus,
Dan Yesus, di takhta abadi
Karena orang berdosa mengantarai.
Oh Engkau, olehMu kami sampai pada Allah.
Kehidupan, Kebenaran dan Jalan.
Jalan doa telah Engkau jalani sendiri:
Tuhan, ajarilah kami cara untuk berdoa.
(“Doa adalah Keinginan Jiwa yang tulus,” oleh James Montgomery)
Ia berdoa dengan kesusahan dan kekuatan: “Aku mengarahkan mukaku kepada Tuhan Allah. Oh Tuhanku, dengarkanlah, Oh Tuhan Allahku, ampunilah.”
Sekarang yang ketiga, seperti yang saya pelajari tentang doa tersebut, ia berdoa dengan ketulusan hati dan benar-benar mementingkan orang lain. Tidak ada kalimat-kalimat, tidak ada suku kata, tidak ada referensi untuk dirinya sendiri, tidak ada sama sekali. Akan tetapi ia berdoa untuk bangsanya yang berada dalam kesusahan dan di dalam penderitaan karena penindasan dan perbudakan yang dilakukan oleh bangsa asing. Ia berdoa untuk altar Tuhan, dan ia berdoa untuk pemugaran kota suci, bangsa yang kudus, bangsa yang terpilih. Apakah saudara tahu, saya pasti akan berfikir bahwa di dalam setiap doa yang murni, akan menjadi tidak mungkin untuk membatasinya hanya untuk diri saudara sendiri? Contoh teladan dari Doa. Bukankah terbaca seperti ini? Bapaku yang berada di surga, berikanlah kepada kami makanan yang secukupnya setiap hari, dan ampunilah kesalahan-kesalahan kami? Bukankah doa itu berada dalam bentuk jamak? Bapa kami yang berada di dalam surga, berikanlah kepada kami – kami itu berarti termasuk saya, dan termasuk saudara, berikanlah kepada kami makanan kami secukupnya dan ampunilah kesalahan kami, kekurangan, ketiadaan di dalam diri kita, ampunilah kami. Doa itu berkata seperti itu. Doa itu selalu mementingkan kepentingan orang lain. Termasuk yang lain disamping diri kita sendiri. Dan disini, Daniel menuangkan isi hatinya. Tidak pernah menyinggung dirinya sendiri kecuali di dalam pengakuan dosanya sendrii. Akantetapi selalu di dalam setiap ayat dalam permohonan itu, untuk kita, untuk bangsa kita, Tuhan dengar dan Tuhan berkati.
Dapatkah saya memberikan komentar di sini? Bagaimana Tuhan telah menempatkannya di dalam hati dari bangsa terpilihNya suatu keinginan yang menggebu-gebu terhadap pemugaran tanah air mereka, serta kota suci mereka dan altar mereka. Saudara tidak dapat mengunjungi tempat – tempat itu, karena sekarang telah berdiri Mesjid Omar di sana, Kubah dari Batu Karang, dan Bangsa kudus Tuhan berada di sana di bawah tembok itu, mencium batu-batu itu serta memandikannya dengan air mata. Mereka adalah benar saksi-saksi hidup dari Tuhan di dunia ini, mempertunjukkan kemurahan hati Allah, serta hukuman-hukuman Tuhan. Ah, bukankah saudara berdoa, bukankah saudara menemukan diri saudara sebagaimana yang saudara baca di dalam kitab Daniel, bukankah saudara berdoa, entah bagaimana, entah kapan, kaum Yahudi yang menolak Yesus sebagai Juru Selamat, digambarkan oleh Yohannes Penginjl, bahwa ia akan menerima Yesus sebagai Juru Selamat yang seperti digambarkan oleh Yesaya nabi itu? Dan entah bagaimana, saya percaya banyak mereka melakukannya. Di dalam beberapa hari ini, seorang sahabat terkasih yang kepadanya yang terkasih dan saya hormati, doa ini diterjemahkan. Dan ketika saya berbicara mengenai kematiannya pada saat upacara penguburan, seseorang berkata kepada saya: “Akan tetapi jangan lupa, ia sering sekali mendengarkan anda berkhotbah di televisi. Dan ia mengetahui Injil dari Putra Allah yang agung. Dan di dalam hatinya, ia mempercayai bahwa ia percaya.” Berdoa untuk bangsanya.
Dan yang keempat dan yang terakhir, bagaimana saudara menyentuh Allah? Bagaimana saudara menggenggam curahan kemuliaan dari doa yang terjawab di dalam tanganmu? Apa yang telah dilakukan oleh Daniel ? “Dan ketika ia sedang berbicara, firman itu dikeluarkan?” Yang terakhir, ia telah diterima oleh Allah di dalam dirinya sendiri. Ia berdoa di dalam penerimaan pribadi. Dengarkanlah bagian ini: “Ketika engkau mulai menyampaikan permohonan keluarlah suatu firman, maka aku datang untuk memberitahukannya kepadamu, sebab engkau sangat dikasihi.” Oleh karena itu, - kemudian dilanjutkan, Allah menjawab permohonan Daniel. Dan itu adalah, pertama Ia menerima Daniel sendiri. Kemudian Ia menerima doa Daniel.
Bukankah kisah itu merupakan kisah tentang Kain dan Habil? Allah menolak Kain dan telah menolak diri Kain sendiri, Ia menolak permohonan Kain, persembahannya serta doa-doanya. Bukankah kisah itu merupakan kisah tentang Esther? Ia berkata kepada pamannya Mordekhai: “Sang raja belum memanggilku selama berhari-hari dan jika aku menghadap masuk ke hadapan raja, tanpa dipanggil, tanpa diundang dan tanpa diminta, jika aku melakukannya, maka aku membahayakan hidupku. Berdoalah.” Kata Esther, “bahwa ketika aku masuk ke hadapannya, ia akan mengulurkan tongkat emasnya kepadaku.” Pertama aku harus diterima dulu, baru permohonanku menyusul.
Sekarang, dengan segera ketika saya katakannya, dengan segera datang ke dalam roh saudara beban ini: “Tapi, Oh, Tuhan, bagaimana bisa aku, yang begitu berdosa dan jatuh, bagaimana bisa saya diterima di hadirat Tuhan yang suci? Jika pertama saya harus diterima sebelum permohonan saya dapat diterima, Tuhan, bagaimana saya dapat berbicara, bagaimana saya pernah bisa berharap?” Inilah Daniel. Saudara tidak memperhatikannya ketika saudara membacanya, bukankah begitu? “Aku sedang bermohon, berdoa dan mengakui dosaku pada saat korban petang hariku; pada saat kurban pagiku.” Apa itu? Daniel membawa doanya kepada Allah pada saat domba itu disembelih dan dipersembahkan sebagai kurban kepada Yang Maha Kuasa? Dan di dasar dari pengakuan dosa serta darah penebusan, Daniel membuak permohonan kepada Allah. “Aku sedang bermohon, berdoa dan mengakui dosaku pada saat korban petang hariku.”
Apakah saudara ingat bagaimana mereka bermohon di bawah upacara keagamaan dari darah dan penebusan? Orang-orang yang berdosa membawa persembahannya dan meletakkan tangannya di atas kepala kurban tersebut dan disanalah mereka mengakui dosa-dosa mereka. Dan ketika kurban itu disembelih dan darahnya tercurah, dan domba itu dipersembahkan di atas altar kurban. Dan dalam dasar pengakuan dosa serta darah penebusan, Daniel pada saat korban petang harinya, membuat permohonan kepada Allah. Jadi, ia memulainya. “Aku berdoa untuk mengakui dosa-dosaku serta dosa-dosa bangsaku.”
Anda tahu, anda sedang mendengarkan orang kudus yang paling suci dan anda akan berfikir bahwa ia adalah orang yang paling hina. Saudara mendengarkan seorang jahat, dan saudra akan berfikir bahwa ia yang paling baik dari seluruh ras manusia. Semakin jauh kita dari Allah, semakin baik kita pikir kita ini. Akan tetapi semakin dekat kita menghampiri Yang Maha Kuasa, semakin merasa berdosa serta tersesat kita rasakan. Di dalam kemuliaan Allah kita mendapatkan rasa malu dan ditelanjangi. Di dalam kekudusan Allah, kita begitu berdosanya. Di dalam kemurnian Allah, kita begitu kekurangan. Di dalam kekuasaan Allah, kita begitu lemahnya. Di dalam kemuliaan Allah, kita ini begitu hampa. Seperi Ayub yang menangis dan berkata: “Oh Tuhan, Aku telah mendengar Engkau dengan pendengaran dari telinga ini; tapi sekarang mataku telah melihat Engkau, mengapa aku begitu membenci diriku sendiri dan menyesal dalam abu dan debu.”
Atau seperti nabi Elia ketika Tuhan melintas, menutupi wajahNya dengan mantelNya, atau seperti dua puluh empat wahyu tua-tua yang tersungkur di depanNya yang duduk di atas sebuah takhta. Itulah Daniel. Pada saat persembahan malam, membungkukkan badannya, menutupi mulutnya dengan kedua tangannya, menangis, “Kotor, kotor” dan mengenakan kain kabung dan abu: jiwa yang membungkuk dan hati yang membungkuk juga. Jadi, di dalam pengakuan, dan dasar dari darah penebusan, Daniel memohon kepada Allah. Inilah yang saudara maksudkan ketika saudara mengatakan, “Oh Tuhan Allah, Bapa kami yang ada di surga, di dalam nama Yesus, aku datang.” Begitulah, di dalam kebaikannya, di dalam nilainya, di dalam Darah penebusNya, di dalam kemurahan serta kelimpahanNya; “Tuhan, Aku datang.” Tidak ada satu katapun Daniel pernah mengatakan mengenai kebaikannya ataupun jasa-jasanya. Tidak satupun perbuatan baik yang dilakukannya yang diingatkannya di dalam permohonannya. Akan tetapi merendahkan diri di dalam permohonannya pada saat pengurbanan darahnya, ia menghampiri Allah dan bermohon kepada Allah di dalam pertobatan, di dalam kemurahan serta sifat yang baik.
Begitulah alsannya mengapa kita datang. “Tuhan, bukan untuk satu nilai baik pada tubuhku atau akan tetapi demi Yesus. Di dalam namaNya, Tuhan, aku datang.” Dan jadi, Allah mengundang kita dengan tegas, dengan tegas. “Dimanapun, datanglah dengan tegas kepada takhta kebaikan sehingga kita boleh menemukan kebaikan di dalam waktu yang dibutuhkan.” Begitulah datangnya Daniel dan kemudian, Allah menjawab doanya permohonannya. Orang-orang yang baik, marilah kita memberikan diri kita sendiri kepada kasih dan kebaikan serta kemurahan yang sama dari Allah yang mengurapi Daniel, yang memberkati bangsaNya, serta yang memberkati kita. Lakukanlah. Lalukanlah!
Sebentar lagi kita akan berdiri dan menyanyikan lagu persembahan serta puji-pujian kita. Dan sembari kita menyanyikannya, di dalam balkon disekitar kerumunan yang memenuhi lingkaran ini, kamu, dimanapun engkau duduk, di baris terdepan di balkon yang paling atas, masih ada waktu dan tempat, datanglah. Kerumunan yang mendesak sampai ke lantai yang lebih rendah ini, masuk ke dalam gang dan dari sini sampai ke depan, katakan: “Pak Pendeta, inilah aku, dan inilah aku datang. Sekarang Allah telah berbicara dalam hatiku dan aku sudah siap. Aku menjawab dengan hidupku, dan aku datang sekarang.” Engkau dan keluargamu, engkau dengan pasanganmu, atau hanya engkau sendiri, buatlah keputusan sekarang di dalam hatimu. Dan pada saat ini ketika engkau berdiri, berdiri menuju ke dalam gang itu, dari bawah sampai ke depan. “Inilah aku, pak Pendeta, aku datang sekarang.” Sembari kita berdiri dan sembari kita bernyanyi.