MENGAPA KAUM KRITIKUS MEMBANTAH KITAB DANIEL
(WHY THE CRITICS ASSAIL THE BOOK OF DANIEL)
Dr. W. A. Criswell
Daniel 1:17
11-10-96
Ini membawakan seribu kenangan kepada saya. Saudara tahu, dengan melihat kembali kehidupan saya, saya hampir tidak dapat percaya akan pemeliharaan Tuhan Allah. Gereja saya yang pertama memiliki 18 jemaat anggota dan gaji saya adalah sebanyak $ 20 satu bulan. Dan saya hidup dengan $ 20 satu bulan.
Dan kemudian dalam tahun-tahun yang mengikutinya, ketika saya, pada saat saya masih berada di sekolah selama sepuluh tahun, saya hidup pada sekitar $ 75 satu bulan. Dan saya mendengar gereja-gereja ini memanggil para pendeta ini serta memberikan kepada mereka gaji yang selangit. Ketika saya datang kemari kepada gereja ini, gaji saya adalah $ 7.500 setahun.
Demikianlah gaji yang mereka bayarkan kepada saya ketika saya datang kepada gereja The First Baptist Church di kota Dallas. Kemudian mereka menaikkannya menjadi $ 10.000. Lau pada akhirnya, mereka menaikkannya menjadi $ 22.000 setahun. Dan satu-satunya alasan mereka menaikkannya menjadi $ 22.000 adalah karena mereka membayar pendeta bagian musik lebih daripada yang mereka bayarkan kepada saya.
Akan tetapi, hal ini, di dalam hidup saya, merupakan sebuah ilustrasi yang indah tentang bagaimana, jika saudara-saudara ingin menggasihi Tuhan Allah, janganlah memikirkan hal-hal yang lain. Dan saya tidak pernah melakukannya.
Tidak menjadi masalah berapa besar gaji saya, saya tidak pernah menimbangnya. Allah telah berbuat kebaikan kepada Nyonya C dan kepada saya jauh melebihi apa saja jalannya saudara dapat menggambarkannya. Dan saya berfikir Tuhan hanya melihat kebawah dan berkata: “Engkau telah percaya kepadaKu karena kasih dari Tuhan Allah. Dan Aku akan menjaga engkau.”
Jadi, kita hanya melihat ke sorga untuk segala kebutuhan kita. Dan jika kita akan mempercayaiNya, Ia tidak akan pernah melupakan kita. Maka, saya berterima kasih kepada saudara-saudara sekalian. Tuhan memberkati saudara.
Sekarang, kita kembali kepada kitab Daniel – kitab Daniel. Dan pelajaran kita pada pagi hari ini mengenai berkat nubuat. Judul dari khotbah ini adalah: Mengapa Kaum Kritikus Membantah Kitab Daniel.
Pokok kalimatnya, sebagaimana yang telah saya katakan, merupakan berkat nubuat yang indah. Dan pada saat saudara-saudara sekalian melihat pada pokok kalimatnya, saudara-saudara sekalian akan mempelajari, saya doakan, beberapa hal yang indah mengenai Tuhan kita yang terkasih.
Sebagai sebuah teks latar belakang, lihatlah pada kitab Daniel 1:17:
Daniel 1:17: “Kepada keempat orang muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai tulisan dan hikmat.”
Kemudian kembali ke Pasal yang kedua, ayat 27:
Daniel menjawab, katanya kepada raja: “Rahasia, yang dipertanyakan tuanku raja, tidaklah dapat diberitahukan kepada raja oleh orang bijaksana, ahli jampi, orang berilmu atau ahli nujum. Tetapi di sorga ada Allah yang menyingkapkan rahasia-rahasia; Ia telah memberitahukan kepada tuanku raja Nebukadnezar apa yang akan terjadi pada hari-hari yang akan datang.
Semua daripada ini untuk menepati apa yang Tuhan Allah kerjakan dan ketahui, dan Dia sendiri. Dan kita akan melihat momen yang berharga ini.
Baiklah. Untuk memulai: Tidak ada ahli ilmu agama liberal di dunia ini yang menerima keaslian serta integritas dari kitab Daniel. Ia tidak ada. Dia belum pernah dan tidak akan pernah ada. Semuanya menyangkal keotentikan dari kitab Daniel. Semuanya menyatakan hal itu – semua kaum liberal itu – menyatakan bahwa kitab itu merupakan pemalsuan hak paten secara terang-terangan. Isi dari kitab itu disusun dari fiksi murni. Hal itu merupakan pola penyangkalan selama bertahun-tahun lamanya.
Mengapa serangan keji dan tak berkesudahan ini terhadap kitab Daniel? Karena percobaan pada bagian dari rasionalisme modern untuk menghancurkan hal-hal gaib dan kenabian di dalam Alkitab. Mereka telah memberikan diri mereka sendiri untuk membuat Alkitab sebagai buku manusia seperti buku-buku yang lainnya. Sebagai akibatnya, tidak ada nubuat di dalamnya.
Mereka memulainya dari sini dengan kitab Daniel karena bagi mereka, kitab Daniel merupakan yang paling mudah diserang. Sekali lagi, hal-hal lain apa lagi yang boleh mereka capai di dalam kecaman mereka, jika Daniel tetap dalam keadaan utuh, mereka telah gagal. Tidak ada tesis yang menentang hal-hal gaib di dalam Alkitab yang dapat bersaksi sepanjang kesaksian kitab Daniel. Daniel merupakan sebuah wahyu dari tahun-tahun serta berabad-abad yang mengikuti setelahnya, yang mana sesuatu hal yang hanya bisa dilakukan oleh Tuhan Allah.
Jadi, kita akan membicarakan nubuat di dalam Alkitab. Di dalam Alkitab, nubuat berada di mana-mana – sepanjang Alkitab tersebut. Hal itu bukan merupakan suatu kebetulan. Unsur yang bersifat ramalan, seperti arus teluk, membuat jalan untuknya dari pantai ke pantai melalui Firman yang suci itu – seluruhnya.
Seorang penulis mengakui bahwa dua pertiga dari kitab suci itu merupakan kenabian, bersifat lambang. Lebih dari setengah bagian daripadanya belum digenapi.
Jika saudara memiliki suatu kepentingan di masa yang akan datang, maka bacalah Alkitab. Kitab itu akan menyingkapkannya untuk saudara.
Sekarang, lihatlah ini. Nubuat itu unik di dalam Alkitab. Tidak ada di manapun di seluruh literatur atau di dalam agama lain seperti halnya sebagai nubuat. Semua buku keagamaan lainnya tidak mengandung prediksi apapun seperti masa depan.
Dan tidak ada pengecualian akan hal tersebut. Dan untuk sejenak saudara-saudara sekalian lihat akan hal ini.
Minggu ini, saya membaca buku-buku tentang agama Hindu, kitab Bhagavad Gita serta Upanishad yang merupakan kitab-kitab suci dari agama Hindu. Akan tetapi, di dalam semua buku-buku itu, tidak ada satu referensipun terhadap kemungkinan dari sebuah nubuat, tentang apa yang dapat terjadi di masa yang akan datang.
Jainisme, dengan kitab Anga mereka, dan kitab Sutra-keit-anga mereka, tidak memiliki satu referensipun terhadap apa saja di masa yang akan datang.
Baiklah. Agama Buddha dengan dua kitab sucinya, kitab Vinaya Pitaka dan kitab Abidhamma Pitaka – tidak ada suatu apapun di dalam kitab-kitab itu mengenai masa yang akan datang.
Agama Sikh, dengan kitab sucinya Grantha – tidak satu suku katapun dari sesuatu tentang masa yang akan datang.
Agama Konfuse, dengan kitab Analect dan kitab Mencius: kitab-kitab suci mereka - tidak satu suku katapun dari sesuatu tentang masa yang akan datang.
Taoisme, dengan Tao te King - tidak satu suku katapun dari sesuatu tentang masa yang akan datang.
Agama Shinto, merupakan agama yang universal di Jepang – dua kitab suci mereka: Ko-ji-ki dan Nihon-gi - tidak satu suku katapun dari sesuatu tentang masa yang akan datang.
Zoroastri, dengan kitab sucinya Avesta – tidak ada satu suku katapun yang bersifat kenabian, tidak ada sesuatu apapun tentang masa yang akan datang.
Alasannya degan jelas dapat terlihat. Semua kitab-kitab suci ini – jika pengarang mereka manusia yang mencoba untuk meramalkan masa yang akan datang, kesalahan dan kegagalan mereka serta salah duga dan tidak tergenapinya ramalan tersebut sejak dulu kala sudah akan meragukan penulisan-penulisan mereka.
Hanya Alkitab yang memiliki nubuat, Tidak pernah ada kitab yang pernah ada – tentu saja, tidak di dalam dunia agama. Tidak ada lagi kitab lain yang memiliki nubuat. Tidak di dalam bagian yang kecil, Alkitab mendasarkan otoritasnya serta keotentikannya dan inspirasinya pada nubuat.
Saudara-saudara sekalian tidak mempercayainya. Kemudian lihatlah pada apa yang dikatakan oleh Alkitab tentang masa yang akan datang serta penggenapan dari semua ramalan tersebut. Lihatlah apa yang dikatakan oleh Yesus. Di dalam kitab Yohannes 14:29, Ia berkata: “Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya apabila hal itu terjadi.”
Salah satu pengakuan terhadap otentisitas dari Firman Tuhan adalah: Lihatlah. Itulah yang dikatakan oleh Yesus. Jika hal itu akan terjadi, Hanya Tuhan Allah sendiri yang dapat mengetahuinya.
Demikianlah yang dikatakan oleh Musa di dalam kitab Ulangan, Pasal yang ke 18, 21 dan 22: Jika hal itu akan terjadi, hal tersebut datang dari Tuhan Allah, karena manusia tidak mengetahui masa yang akan datang.
Saudara-saudara sekalian mengetahui kisah tentang Mikha dan Zedekia dalam 1 Raja-Raja 22 dan dalam 2 Tawarikh 18 serta dalam Yeremia Pasal yang ke 29. Mikha nabi itu mengatakan: “Engkau akan dijadikan tawanan di kota Babel.”
Dan Zedekia nabi palsu itu mengatakan: “Apa yang dikatakan nabi Mikha ini merupakan suatu kebodohan serta kedunguan.” Kemudian dalam kisah tersebut diikuti rasa malu yang mendatangi Zedekia.
Yeremia, saudara ingat, saudara-saudara dapat membaca ini dalam 28 – Kitab Yeremia Pasal 28. Nabi Yeremia mengelilingi kota Yerusalem dengan mengenakan sebuah kuk. Dan alasan mengapa ia mengenakan kuk di tengkuknya adalah karena nubuatnya suku Yehuda akan dibawa menjadi tawanan di Babilon.
Dan Hananya, seorang nabi palsu, Hananya mematahkan kuk tersebut dari tengkuk Yeremia, dan berkata: “Tidak ada hal seperti bahwa kita akan dibawa untuk dijadikan tawanan di Babel.” Lalu kemudian mematahkan kuk tersebut dari tengkuk Yeremia.
Dan Yeremia, dalam ayat yang ke 15 dan 16, nabi Yeremia berkata: “Bukan hanya suku Yehuda yang akan di bawa pergi menjadi tawanan di Babel, akan tetapi karena apa yang telah engkau perbuat, tahun ini juga engkau akan mati.” Dan dalam dua bulan, Hananya mati.
Keseluruhan Alkitab adalah seperti itu. Nubuat adalah sejarah yang tertulis di depan. Dan hanya Tuhan Allah yang dapat memiliki pengetahuan seperti itu.
Dalam Daniel 2:45, Tuhan Allah telah memberitahukan apa yang akan terjadi. Nubuat itu terdiri dari dua lipatan. Yang pertama, nubuat itu bersifat nasihat atau peringatan dan menerangkan. Yang kedua, nubuat itu bersifat meramalkan. Nabi itu merupakan penyuluh dan peramal. Mereka memiliki kemampuan pengetahuan yang dalam serta tinjauan ke masa yang akan datang.
Ucapan-ucapan mereka tidak menjadi pengurangan terhadap alasan akan tetapi terinspirasi serta diberikan kepada mereka oleh Roh Kudus. Misalnya, di dalam 2 Petrus 1 : 21: “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”
Nubuat ibarat sebuah sungai yang besar, yang mengalir melalui Alkitab. Nubuat melebarkan serta memperdalam ke dalam samudera dan lautan yang seseungguhnya, dan akhirnya terwujud di dalam dua kitab yang bersifat kewahyuan, yaitu kitab Daniel dan kitab Wahyu. Maka, oleh kaum kafir dan sekuler ini, kedua kitab tersebut telah diserang dengan hebat, akan tetapi terutama dan khususnya kitab Daniel.
Baiklah, bagaimana mereka menyerang nubuat yang sederhana? Jawabannya ada di depan saudara-saudara. Bacalah dan lihatlah pada sejarah itu.
Apa yang mereka katakan? Baiklah, kaum liberal serta modernis ini dan kaum kafir ini, mereka dapat mengatakan bahwa Israel sedang menyeberangi Laut Mereah (Red Sea) – dan saya telah mendengar mereka – dan itu hanya sebuah kesalahan terjemahan saja: ‘Red Sea – Laut Merah.’ Sebenarnya yang benar adalah Reed Sea (Laut Reed) dan mereka baru saja menyeberanginya. Dalamnya laut itu hanya sekitar enam inchi saja.”
Ketika saya membaca hal-hal yang seperti itu, saya berfikir: “Baiklah, bagaimana bisa, pasukan tentara Mesir tenggelam di laut yang hanya sedalam enam inchi saja?”
Mereka mengatakan tentang manna bahwa manna tersebut merupakan getah umum yang menetes keluar dari tanaman gurun. Mereka berkata tentang Elia dan api di gunung Karmel, bahwa hal itu merupakan sambaran kilat yang terjadi secara kebetulan saja. Mereka berkata tentang kebangkitan Yesus: bahwa hal tersebut hanya sebuah halusinasi di dalam benak para murid tersebut. Dan mereka mengatakan bahwa pertobatan Paulus di jalan menuju ke Damaskus, merupakan sebuah hasil dari suatu serangan epilepsi.
Begitulah yang dapat mereka katakan. Akan tetapi nubuat, yaitu ramalan tentang masa depan – yang telah digenapi, apa yang dapat saudara-saudara sekalian katakan mengenainya?
Baiklah. Jawabannya ada di sana, dan saya telah menyinggung dia sebelumnya – ada seorang murid yang bernama Plotinus. Dia hidup sekitar tahun 200. Dan Plotinus mengepalai paham Neo-Platonisme. Dan itu adalah perkembangan yang terakhir dari filosofi Yunani. Dan ia menjadi semakin khawatir bahwa kepercayaan Kristen sedang menggantikan filosofi Yunani terutama sekali paham Platonisme.
Maka ia menugaskan muridnya yang paling berbakat, saya duga, semua guru besar juga berpendapat yang sama, bernama Porfyry – ia menugaskan Porfyry tugas untuk mencemarkan iman Kristen. Dan cara Porfyry melakukannya adalah dengan cara mencemarkan Alkitab. Dan ia memberikan dirinya untuk menunjukkan bagaimana Alkitab itu penuh dengan kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan, dan nubuat-nubuatnya hanya bersifat khayalan saja serta tidak pernah benar.
Di dalam percobaan untuk menghancurkan kekristenan yang telah menyebar di seluruh kekaisaran Romawi, ia membawa bantahannya khususnya untuk menentang kitab Daniel. Ia berkata bahwa kitab tersebut sama sekali bukan nubuat – bahwa kitab tersebut tidak dituliskan oleh Daniel. Kitab itu tidak dituliskan pada tahun 535 SM, selama masa pembuangan, akan tetapi dituliskan oleh seorang Yahudi yang tidak dikenal pada tahun 165, di zaman kaum Maccabee, setelah peristiwa tersebut telah terjadi sebelumnya.
Kitab itu merupakan sebuah pemalsuan naskah, Porfyry berkata, kitab itu dituliskan 400 tahun setelah dikatakan kitab itu telah dituliskan. Tentu saja, hal tersebut merupakan suatu penghinaan dari iman Kristen. Pekerjaannya benar-benar dihancurkan oleh Kaisar Theodotius.
Dan para pendiri gereja-gereja awal ini, seperti Eusebius dan Thodius, mereka hanya bersaksi serta mengambil apa yang telah dikatakan oleh Porfyry ini dan menunjukan bagaimana tidak masuk akalnya serta bagaimana tidak dapat dipercayainya hal tersebut. Maka hal itupun hilang. Serangan Porfyry terhadap Daniel dan nubuat di dalam Alkitab telah berkurang. Selama bertahun-tahun dan bertahun-tahun sesudahnya sebagian besar serangan itu telah diabaikan.
Kemudian – dan hal itu berada di masa hidup saudara-saudara – kaum rasionalis modern, pergerakan liberal, yang mana kelahirannya di dalam kecaman yang lebih tinggi di Jerman, di dalam usaha mereka untuk menghancurkan Alkitab sebagai Firman Tuhan – untuk menguranginya menjadi golongan agama manusia yang umum, mereka beralih kepada Porfyry setelah beratus-ratus tahun dan mereka mengulangi serangannya yang keji terhadap kitab Daniel: bahwa kitab tersebut merupakan sebuah pemalsuan, bahwa pengarangnya hidup 400 tahun setelah seharusnya ia diduga hidup. Dan hal tersebut yang secara universal diterima di antara sesama para ahli ilmu agama yang berfikiran liberal di zaman sekarang.
Saya baru saja mendapatkan waktu yang paling sukar yang berada di dalam benak saya – menyadari hal-hal yang dapat terjadi. Akan tetapi tidak ada ahli ilmu agama liberal di dalam dunia ini yang menerima nubuat serta menerima kitab Daniel.
Baiklah. Mengapa hal tersebut harus menjadi perhatian untuk kita? Disini ada salah satu alasannya: Yesus, di dalam kitab Mateus 24:15, Yesus menyebutkan nama Daniel “seorang nabi.” Yesus tidak menunjuk dia sebagai seorang pemalsu, seorang penipu, akan tetapi Yesus berkata: “Nabi Daniel.”
Sekarang, mengapa Tuhan akan berbicara seperti itu? Mengapa Tuhan menggambarkan Daniel sebagai seorang nabi? Karena, Daniel merupakan pendahuluan yang sangat diperlukan terhadap Perjanjian Baru dan khususnya, terhadap nubuat Perjanjian Baru, dan paling khususnya terhadap kitab Wahyu. Wahyu yang bersifat kenabian ini ditenunkan kedalam kehangatan dan masa muda Perjanjian baru.
Di sini saya menuliskan sebuah kutipan dari Sir Isaac Newton, yang lahir di tahun 1642. Ia menulis: “Pengamatan kepada nubuat Daniel serta Wahyu dari St. Yohannes”: “Siapapun yang menolak nubuat-nubuat dari Daniel sama saja dengan seolah-olah ia telah merusak agama Kristen itu sendiri, yang mana, boleh dikatakan, didirikan di atas nubuat dari Daniel engenai Kristus.”
Demikianlah apa yang dituliskan oleh Sir Isaac Newton. Hal-hal yang seperti ini sangat vital artinya kepada kita yang menerima Firman Tuhan dan siapa yang percaya di dalam peramalan yang bersifat kenabian mereka tentang Tuhan Yesus.
Kitab Daniel merupakan keunggulan dari karakter yang paling tertinggi. Membaca kitab ini lagi dan lagi dan lagi, inspirasi dari kehadiran serta suara dari Tuhan Allah yang bergerak di dalam halaman-halaman tersebut. Serangan terhadapnya didirikan di atas urgensi serta kebutuhan atas ketidaksetiaan modern.
Penglihatan Daniel memberikan sebuah kesaksian yang tidak terjawab terhadap kenyataan inspirasi dan realita gaib. Suara-suara ini harus ditenangkan, jika kaum modernis dan kritikus lebih tinggi ini akan mendapatkan suatu penerimaan di antara sesama siapapun juga. Kata-kata nubuat ini harus dihapuskan.
Dimanapun terdapat suatu mujizat di dalam Alkitab, mereka mengatakannya sebagai hal yang disebabkan oleh alam. Saya tidak dapat mempercayai hal ini. Pasal yang ke lima puluh tiga dari kitab Yesaya merupakan sebuah nubuat tentang kedatangan Kristus: Ia akan memikul beban kita. Ia akan menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Seluruh hal yang indah daripada Allah akan ditemukan di dalam Mesias yang akan datang ini: kematian dari dosa-dosa kita, darah penebusan dosa.
Semuanya ada di sana di dalam Pasal yang ke lima puluh tiga dari kitab Yesaya di dalam Alkitab kita: Dia yang tertikam oleh karena pemberontakan kita. Ia yang diremukkan oleh karena kejahatan kita. Ganjaran yang mendatangkan keselamatan agi kita ditimpakan kepadaNya, dan oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh.
Apa yang saya baca tentang hal tersebut dari kaum kafir ini? Mereka katakan bahwa hal itu tidak mengacu kepada Mesias. Hal tersebut tidak menunjuk kepada Yesus. Hal tersebut sama sekali tidak mengacu kepada Tuhan. Semuanya menunjuk kepada kaum Yahudi. Saya baru saja mendapatkan waktu yang paling berat bahkan hanya memikirkan dalam kaitan apa kaum kafir ini berbicara tentang nubuat di dalam Alkitab.
Baiklah. Kita harus sampai pada suatu kesimpulan. Sekarang, jika penglihatan Daniel adalan benar dan dengan sesungguhnya di lihat pada abad yang kelima sebelum masehi, pada tahun 600an dan tahun 500an, skeptisisme menjadi suatu hal yang mustahil. Saudara-saudara sekalian akan merasa seperti seorang idiot – seperti orang yang bodoh – untuk membaca nubuat itu di sini dan, kemudian, 500 tahun kemudian terjadi.
Apa yang dapat saudara-saudara sekalian katakan mengenai hal itu? Oleh karena itu, farrago dari serangan menentang kitab tersebut. Hal tersebut harus diragukan. Propaganda untuk merendahkan Alkitab menjadi ke tingkatan sebagai kitab manusia menemukan intinya untuk membuktikan bahwa kitab Daniel telah dituliskan setelah peristiwa itu dapat diramalkan.
Percobaan untuk menghancurkan nubuat. Dan jika saudara-saudara sekalian menghancurkan sebuah nubuat, saudara-saudara juga menghancurkan iman kepercayaan Kristen. Saudara-saudara tidak dapat melakukannya.
Agama Kristen merupakan agama yang disingkapkan atau tidak ada sama sekali. Misalnya, dalam Ayub Pasal yang ke 11 berkata, dengan mencari, manusia tidak akan menemukan Allah. Saudara bisa saja menjadi sepintar apapun juga dan dapat melakukan setiap percobaan apa saja yang diketahui terhadap kemungkinan dilakukan oleh tangan manusia, akan tetapi yang jelas, saudara bukan Tuhan.
Tuhan Allah harus menyingkapkan diriNya sendiri. Dan jika Ia tidak melakukannya, kita tidak akan mengenal Dia dan kita juga tidak akan dapat mengenal Dia.
Alkitab merupakan catatan dari penyingkapan diri Tuhan Allah. Dan seperti yang telah saya katakan, fakta dari sebuah nubuat meramalkan hal-hal yang akan terjadi ratusan tahun bahkan kadang kala ribuan tahun kedepan, merupakan sebuah substansi dari inspirasi dan kebenaran dari Firman Allah yang bersifat kenabian di dalam Alkitab. Untuk mendapatkan penyingkapan diri secara gaib dari Alkitab adalah untuk menghancurkan agama Kristen iu sendiri.
Percobaan untuk membuat iman kepercayaan itu menjadi sia-sia kecuali pencarian manusia terhadap Allah adalah untuk merendahkannya kepada suatu tingkatan dari sistem filosofi atau keagamaan yang lainnya dari mana dunia ini memiliki banyak diantaranya. Akan tetapi, agama Kristen itu sendiran. Agama Kristen itu terpisah. Agama Kristen itu unik. Agama Kristen itu memiliki jarak dengan yang lainnya. Agama Kristen itu terasing. Agama Kristen itu suci. Dan keunikan ini dapat terlihat di dalam sifat kenubuatan.
Astaga, misalnya – dan saya akan menutupnya di sini – dalam kitab 2 Petrus 1 –dan saya tidak dapat mempercayai hal ini. Di dalam kitab 2 Petrus 1, ia menggambarkan kebenaran dari Kristus Yesus di dalam fakta yang mereka lihat dengan mata mereka sendiri. Mereka melihat kepadanya.
Kemudian, ia berkata lagi untuk yang kedua kalinya: “Kita mendapatkan keotentikan dari Kristus di dalam penjelmaan yang agung ini. Ada Petrus di atas sana – siapa orang yang satu lagi di atas gunung penjelmaan itu? Petrus dan Elia – saudara-saudara melihat kedua orang ini di atas gunung penjelmaan: suatu pengakuan yang agung terhadap Tuhan Yesus yang indah.
Akan tetapi, Petrus berkata di dalam Pasal 1 dari kitab 2 Petrus, bahwa seolah-olah kita menjadi saksi mata terhadap murid-murid itu dan para penginjil itu, dan seolah-olah kita mendapatkan penghormatan dari Musa dan Elia, walaupun demikian, kita mendapatkan kepastian yang lebih terhadap firman di dalam nubuat. Bahkan orang yang melihat kepadaNya dan melihat mujizat-mujizatNya, dan berbicara denganNya setelah kebangkitanNya setelah kematian, bahkan kesaksian mereka tidak sama dengan kesaksian para nabi yang hidup jauh hari sebelumnya, ratusan tahun sebelum Tuhan Yesus.
Apakah saudara ingat dalam kitab Lukas 14, ketika Tuhan Yesus berbicara kepada mereka yang mana Dia menyingkapkan diriNya sendiri telah bangkit dari kematian. Dikatakan di dalam Lukas 24:27: “Dimulai dari nabi-nabi – dimulai dari nabi-nabi – ia menjelaskan apa yang tertulis tentang Dia.”
Begitu juga di dalam Kisah Para Rasul 26, di hadapan Herodes Agripa, ia mengakui keilahian serta keselamatan dari Yesus melalui nabi-nabi. Dan di dalam Kisah Para Rasul 10:43, Petrus, di dalam rumah kediaman Kornelius berkata kepadanya: “tentang Dialah semua nabi bersaksi.”
Saya harus menutupnya. Tidak ada satupun di dalam seluruh penciptan seperti kitab ini. Dan tidak ada satupun di dalam pikiran atau di dalam sejarah umat manusia seperti nubuat yang berada di dalam kitab ini.
Dan orang-orang yang terkasih, masih sekitar setengah daripadanya yang telah digenapi. Lebih dari setengah bagian lagi masih berada di depan kita. Dan ketika kita membaca Buku Tuhan, kita sedang membaca halaman-halaman tentang hari esok.
Saya mengasihimu.