PEMBUANGAN DI BABEL
(THE BABYLONIAN CAPTIVITY)
Dr. W. A. Criswell
Daniel 1:8-16
09-26-96
Ini merupakan sebuah pendahuluan yang paling baik yang pernah saya dapatkan di dalam hidup saya. Yang paling baik, yang sebenarnya, adalah ketika sahabat yang seharusnya memperkenalkan saya tidak muncul sehingga saya harus memperkenalkan diri saya sendiri.
Baiklah, hal itu merupakan suatu perlakuan khusus yang tiada bandingnya untuk dapat berada di sini bersama-sama dengan saudara-saudara sekalian. Saya telah memberikan khotbah selama 70 tahun lamanya dan saya belum pernah bersama-sama dengan sebuah kelompok yang telah mendengarkan dengan hormatnya seperti saudara-saudara sekalian. Dan itu menginspirasikan hati saya.
Saya ingin memakai waktu sejenak serta melihat kembali pada pelajaran kita yang sebelumnya tentang pembuangan di Babel. Tidak akan mungkin kita dapat pernah masuk ke dalam kesengsaraan yang tragis dari kerajaan Yehuda pada saat mereka dihancurkan dan kemudian dibawa untuk ditahan. Rumah-rumah mereka telah dihancurkan. Ibukota mereka Yerusalem telah dihancurkan. Tembok-tembok kota telah dihancurkan. Bait suci telah dihancurkan. Tempat-tempat yang dikuduskan telah di basmi. Para imam dibunuh. Dan bangsa itu dibawa pergi ke negeri Babilonia.
Saudara-saudara sekalian melihat pada salah satu reaksi yang paling kejam dari seluruh reaksi yang menentukan terhadap kehancuran dari kerajaan itu di dalam kitab Mazmur Pasal yang ke seratus tiga puluh tujuh:
Di tepi sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion.
Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita.
Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita:
”Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!”
Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing?
Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan kananku!
Jika aku tidak mengingat engkau, biarlah lidahku melekat pada langit-langitku; jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku.
Orang hampir tidak dapat mengekspresikan kesengsaraan yang tragis dari bangsa itu ketika mereka di bawa untuk ditawan.
Akan tetapi, di dalam pelajaran itu, kita menunjuk pada tiga berkat yang tak tertandingi yang datang dari penganiayaan serta perbudakan itu. Yang pertama ialah, suku bangsa Yehuda tidak pernah lagi menyembah berhala.
Salah satu hal yang paling mengagumkan di dalam Alkitab bagi saya adalah kebutuhan serta keterbukaan bangsa Allah terhadap pemujaan berhala. Bahkan ketika Musa berada di puncak gunung di sana, menerima kesepuluh Perintah Allah, saudaranya Harun berada di bawah gunung tersebut, memimpin bangsa itu di dalam pemujaan terhadap seekor anak lembu yang terbuat dari emas.
Tentu saja saudara-saudara mengingatnya, nama dari lembah tersebut di sebelah kiri dari Yerusalem dan Gunung Moria. Mereka menamakannya kembali dengan nama Gehena. Berulang kali, kata “Gehenna” dipergunakan di dalam Perjanjian Baru untuk neraka – “Gehenna”: nama lain dari neraka.
Alasannya berada di bawah sana, di dasar gunung itu terdapat sebuah patung Molokh yang besar, yang melipat tangannya sedemikian rupa. Dan dibawahnya mereka menyalakan api yang menggemuruh. Dan mereka membawa anak-anak mereka – beginilah bangsa Yahudi itu – dan mereka membawa anak-anak mereka yang masih kecil dan meletakkan mereka di atas lengan Molokh tersebut. Lalu mereka dibakar hidup-hidup.
Memang sukar untuk menyadarinya. Itulah sebabnya mereka menamai lembah tersebut dengan nama Gehenna, nama lain untuk neraka.
Berkat ajaib yang kedua yang dihasilkan dari pembuangan itu adalah kelahiran sinagog, yang mana merupakan nama lain yang bagi kita disebut dengan gereja. Sampai dengan sekarang, Israel telah – suku bangsa Yehuda sudah menyembah Tuhan di dalam Bait Suci, dan seluruh benda-benda yang indah yang menyinggung Bait Suci itu. Tetapi, sekarang semuanya telah sirna untuk selama-lamanya. Jadi, orang-orang berkumpul untuk beribadah dan melakukan kebaktian mereka di dalam apa yang mereka sebut dengan Sinagog.
Dan di dalam sinagog itu saudara-saudara tidak akan pernah menemukan suatu patung yang disepuh, sama seperti di dalam gereja kita yang tercinta ini. Sungguh tak dapat dipikirkan bagi kita untuk menempatkan sebuah patung di dalam tempat-tempat kudus kita. Jadi, demikianlah berkat yang besar kedua yang dihasilkan oleh pembuangan itu, yakni kelahiran dari sebuah Sinagog. Ketika saudara-saudara masuk ke dalam sebuah sinagog, di sana di bagian atas depan, diletakkan gulungan dari Firman Tuhan, sama dengan di dalam tempat kudus kita, saudara-saudara akan melihat Firman Tuhan di depan sana: Alkitab.
Berkat ajaib yang dihasilkan dari pembuangan itu adalah penciptaan dalil – kelahiran dari kitab suci. Hal itu terjadi di dalam pembuangan itu. Ketika saudara membaca Pasal kedelapan dari kitab Nehemia yang luar biasa itu, saudara akan melihat kisah dari Ezra, yang mengumpulkan orang-orang bersama-sama. Dan kitab suci dibuat dari kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Ibrani. Dan sebuah buku seperti 1 Maccabee, seindah sejarahnya itu sendiri, tidak berada di dalam dalil itu karena dituliskan di dalam bahasa Yunani. Kitab-kitab yang termasuk di dalam dalil tersebut harus dituliskan di dalam bahasa Ibrani.
Sekarang, orang-orang belajar untuk berbicara dalam bahasa Aram di dalam pembuangan itu. Mereka tidak lagi menggunakan bahasa Ibrani. Maka, di dalam Pasal yang kedelapan dari kitab Nehemia, saudara akan melihat Imam Ezra, yang berbicara kepada orang banyak itu dan membacakan kitab suci itu kepada mereka. Tetapi, kitab-kitab itu tertulis dalam bahasa Ibrani. Dan bangsa itu sekarang menggunakan bahasa Aram. Maka, Imam Ezra itu mengajar bangsa itu tentang apa yang dikatakan oleh kitab itu di dalam bahasa Ibrani.
Saudara tidak menyadarinya. Saya fikir tidak ada orang yang menyadarinya. Tetapi, Yesus berbicara dalam bahasa Aram. Orang banyak berbicara dalam bahasa Aram. Dan bahasa Ibrani merupakan bahasa yang telah mati dan dilupakan.
Dan di dalam suatu nubuat yang paling mengagumkan yang dapat saya fikirkan adalah, nabi Yeremia berkata bahwa bahasa Ibrani akan dipercakapkan kembali di dalam berkat kasih dan kemurahan Allah. Dan apakah saudara menyadari bahwa hal itu terjadi hanya pada tahun 1948, ketika kerajaan Israel tercipta kembali di Palestina? Itu berarti bahwa, setelah 2.600 tahun, bahasa itu telah dilupakan – tidak pernah dipercakapkan. Akan tetapi nabi Yeremia berkata bahwa bahasa itu akan dipercakapkan kembali. Dan hal itu terjadi di zaan kita yang sekarang ini.
Dapatkah saya membuat satu pengamatan yang lain saja tentang pembuangan itu? Tidak hanya ketiga hasil yang luar biasa itu saja yang terlahir dari perbudakan tersebut, akan tetapi kelompok kecil yang pulang kembali itu – kelompok kecil yang mengikuti Ezra dan Nehemia dan seluruh hamba terkasih dari Kristus itu, kecuali kelompok kecil itu adalah kelompok yang melahirkan keturunan: kepada Yusuf, kepada Maria dan akhirnya kepada Yesus.
Bagaimana kesengsaraan hidup kita menjadi berkat kita yang paling besar? Di dalam suatu pemulihan yang luar biasa terhadap zaman umat manusia kita, hal itu datang dari air mata kita, dan kepedihan kita, dan kekecewaan kita serta kesengsaraan kita dan kematian yang kita alami dalam berkat kasih kita yang akan datang tersebut.
Jadi, sekarang kita sampai pada pelajaran kita hari ini. Kita akan membicarakan tentang Tuhan Allah yang memerintah atas bangsa-bangsa; Kedaulatan Allah. Beberapa orang mengatakan bahwa sebuah institusi atau bisnis yang besar tak lain adalah sebuah bayangan dari sebuah keluarga yang menciptakannya. Dengan cara yang sama, dapat dikatakan bahwa kerajaan Babilonia, yang berada pada tahun 625 SM sampai dengan tahun 605 SM, merupakan bayangan dari sebuah keluarga yang diberkati.
Keluarga yang ditunjukkan di dalam Perjanjian Lama – keluarga itu membuat suatu kilatan meteor di sepanjang sejarah umat manusia. Dan keluarga itu adalah keluarga dari Nabopolasar dan putranya, Nebukadnezar.
Cukup aneh, keluarga ini memiliki empat generasi yang meninggalkan bukti material yang lebih dari zaman mereka daripada keluarga lainnya di dalam Alkitab – dan saya ingin menambahkan, dari pada semua keluarga yang lainnya di dalam sejarah umat manusia. Dan raja itu sendiri, Nebukadnezar, lebih banyak disebutkan mengenai dia di dalam Alkitab daripada penguasa yang lain.
Ketika kita membicarakan dia, tak terelakkan lagi, kita membicarakan tentang kedauatan Tuhan Allah, yang memerintah atas bangsa-bangsa di dunia ini. Jadi, kita hanya melihat kepada keMaha Kuasaan dan hubunganNya yang mengagumkan dengan kita saja. Di dalam Kitab Kejadian 15:13, Tuhan memberitahukan Abraham tentang 400 tahun pembuangan Israel di Mesir. Dan saudara dapat melihatnya: Nubuat Tuhan kepada Abraham bahwa bangsaNya akan dibuang di Mesir selama 400 tahun, dan diucapkan 500 tahun sebelum itu terjadi.
Berapa tahun usia Amerika Serikat? Saya akan mengatakan sekitar 200 tahun. Sulit rasanya memikirkan memikirkan keajaiban Tuhan di dalam hubungannya dengan kita.
Sekarang, jika sauadar-saudara memiliki sebauh Alkitab, bukalah kitab Yesaya 39 – Kitab Yesaya Pasal yang ke 39. Dan kita akan membaca ayat yang ke 5-7 – Yesaya 39: 5-7:
“Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: “Dengarkanlah firman Tuhan semesta alam! Sesungguhnya suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah Firman Tuhan. Dan dari keturunanmu yang akan kau peroleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel.
Babel, di masa itu, hanya berupa kota yang kecil di sisi sungai Efrata. Ini adalah seratus tahun yang baik dan ganjil sebelum terjadi.
Dan bolehkah saya menunjukkan satu hal kecil lainnya kepada saudara: putra dari raja itu, akan menjadi pegawai istana. Dan pada saat kita melihat pada Daniel: dia adalah seorang pegawai istana. Ketiga anak Ibrani yang turut bersama dengan dia dijadikan pegawai istana di dalam istana Nebukadnezar.
Astaga! Astaga! Bagaimana Tuhan mengatakan hal-hal yang belum terjadi!
Salah satu hal yang diulangi di dalam Perjanjian Baru adalah di dalam kitab Roma 11:25, Paulus menuliskan: “Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.”
Berapa lama kitab suci itu akan benar? Alkitab telah menjadi benar selama 2.000 tahun. Hal ini merupakan tugas penyelenggaraan gereja yang dibuat oleh bangsa-bangsa lain dan sedikit – sedikit – orang Yahudi yang percaya. Dan kita tinggal di dalam nubuat itu. Hal inilah yang disebut dengan “Jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa yang lain”- era ini di mana Tuhan Allah telah membuat hidup kita. Dan ini sudah berlangsung selama 2.000 tahun.
Tuhan membangkitkan manusia untuk melaksanakan hukumanNya. Sebagai contoh, di dalam kitab Yeremia 25:9, 23:6 dan 43:10, Nebukadnezar disebut oleh Tuhan sebagai “hambaKu”. Hal itu membuat saya terkagum. Kata itu adalah kata yang sama di dalam bahasa Ibrani yang dipakai Daud dalam Mazmur 78:70 dan 2 Samuel 7:8. Kata “hambaKu” itu juga merupakan kata yang dipakai Tuhan kepada Koresy, pemimpin dari Persia penakluk itu. Setiap penguasa dari kerajaan besar, di dalam cara yang tidak disadarinya, telah mekukan kehendak Tuhan. Dan ketika Tuhan menghendakinya, tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi atau membatalkannya.
Saya ingin agar saudara melihat akan hal ini untuk sejenak. Di dalam kitab Yeremia 27:2-11, dikatakan bahwa Yeremia mengirimkan kuk kepada seluruh bangsa di sekitar Israel. Dan hal itu merupakan penunjukan nabi itu bahwa bangsa-bangsa itu – seluruh bangsa yang berada di sana – akan menjadi hamba dari Nebukanezar.
Baiklah. Mari kita lihat sebuah kejadian kecil yang bertumbuh dengannya. Di dalam kitab Yeremia 28:16-17, Hananya, yang mengusulkan untuk memilih serta menghunjuk dia sebagai seorang nabi - Hananya mematahkan kuk yang berada di tengkuk nabi Yeremia, yang menandakan bahwa Yehuda juga akan masuk ke dalam pembuangan tersebut. Bukan hanya ia mengirimkan kuk tersebut kepada seluruh bangsa di sekeliling Yehuda untuk menunjukkan bahwa mereka akan ditawan, akan tetapi ia juga meletakkan sebuah kuk di tengkuknya, yang menandakan bahwa Yehuda akan masuk ke dalam pembuangan di Babel.
Hananya, nabi yang mengangkat dirinya sendiri sebagai nabi, mengambil kuk tersebut dan mematahkannya dari Yeremia dan berkata: “Kita tidak akan ditawan.”
Dan Tuhan melihat kepada Hananya dan berkata: “Engkau pastilah akan masuk ke dalam pembuangan. Dan salah satu pertanda akan hal itu bukan hanya engkau telah mematahkan kuk itu dari tengkukku, akan tetapi, dalam waktu beberapa minggu, engkau akan mati.”
Hal itu membuat saya terkagum: pekerjaan Tuhan melalui hamba terpilihNya! Saya memiliki contoh lain terhadap hal yang sama. Ketika saya membuka kitab Yesaya 20:2, Yesaya berjalan telanjang dan tidak berkasut selama tiga tahun penuh melalui Yerusalem, sebagai sebuah pertanda bahwa bangsa itu akan berada di bawah kekuasaan yang perusak dari Asyur dan sebagai pertanda ketidakberdayaan bangsa-bangsa di sekeliling mereka yang berada di bawah nubuat yang mengerikan tentang kehebatan pasukan dari Asyur itu.
Saya tidak dapat menahan diri saya kecuali untuk berkata tentang betapa tidak biasanya hal itu telah “terjadi”. Yesaya nabi itu berjalan telanjang dan tidak berkasut melalui ibukota Yerusalem sebagai sebuah pertanda bahwa seluruh dunia di sekitar sana akan menjadi tawanan di Asyur.
Saya memiliki satu lagi contoh dari kisah seperti itu di dalam Kisah Para Rasul 21:11. Agabus, yang merupakan seorang nabi, mengikat rasul Paulus dengan ikat pinggangnya sendiri, yang menandakan bahwa ia akan pergi, sebagai tahanan yang terikat, ke Roma.
Sekarang, kita akan melihat pada orang yang dipakai oleh Tuhan untuk melaksanakan hukumanNya serta karakter-karakter pribadi mereka. Tidak menjadi masalah bagaimana kejinya raja itu dulunya, Tuhan memakai dia. Dan sifat pribadinya tidak masuk secara keseluruhan kepada pilihan Tuhan untuk memakainya.
Baiklah, mari kita mulai, yang pertama, Nebukadnezar, seorang penyembah berhala. Di dalam Daniel 1:1-2 dan 3:1, ia merupakan hamba Tuhan. Dan lihatlah pada lelaki seperti apa – penguasa seperti apa – dia. Ia merupakan seorang yang dipenuhi rasa dendam serta sombong. Sebagai contoh, ketika orang-orang bijaksana itu, di dalam Pasal yang ke 2 kitab Daniel, tidak dapat memberitahukan dia tentang apa yang telah dimimpikannya, mereka semua akan dibantai – dibunuh.
Baiklah. Bukalah satu Pasal lagi menjadi Pasal yang ketiga dan lihatlah pada ketiga anak Yahudi itu, yang menolak untuk membungkukkan badan serta dilemparkan ke dalam tungku yang berapi-api itu. Sekarang, begitulah Nebukadnezar, orang yang dipilih Tuhan untuk menjadi hambaNya.
Sekarang, lihatlah kembali di dalam Daniel 4:30. Nebukadnezar tampak sombong dan angkuh. Ketika ia berjalan di seluruh kota, ia berkata, “Inilah kerajaan Babelku yang besar itu.”
Tetapi, kehendak Tuhan - di dalam kitab Habakuk 1:12, Tuhan berkata tentang Nebukadnezar dan Babel, “Mereka telah ditentukan untuk penghukuman dan ditetapkan untuk penyiksaan.”
Hal itu membuat saya terkagum pada saat saya membaca semuanya ini. Tidak menjadi masalah bagaimana sifat pribadi dari penguasa itu, atau orang itu, atau bangsa itu, Tuhan memakai mereka.
Sekarang, lihatlah lagi: Penguasa yang kejam, tidak kenal ampun dari Asyur, seperti Sargon dan Sanherib. Tetapi, nabi Yesaya di dalam kitab Yesaya 10:3, menyebut mereka sebagai “tongkat amarahKu dan cambuk murkaKu.” Tuhan memakai mereka untuk maksud dan kehendakNya.
Izinkanlah saya berbicara sedikit tentang faktor-faktor yang diperhitungkan tentang peperangan serta penghukuman dari Tuhan? Marilah kita mengambil salah satu yang baru-baru saja saudara-saudara sekalian ketahui. Dapatkah saudara percaya – dapatkah saudara – bahwa negara Amerika yang besar dan kuat – tidak ada negara di muka bumi ini bahkan mulai untuk berfikir tentang proporsi yang besar untuk negara kita.
Ada sebuah negara kecil di sana – saya telah pergi ke sana – ada sebuah negara kecil di sana yang bernama Vietnam – sebuah negara yang teramat sangat kecil – dan siapa yang memenangkan peperangan itu? Amerika pulang dengan rasa malu – dicemoohkan, diremehkan.
Dari mana datangnya hal seperti itu? Saudara-saudara sekalian melihat pada Amerika. Saya tidak perduli apa yang anda fikirkan. Amerika adalah negara yang paling korup yang pernah ada: pembunuhan, kejahatan, asusila – semua hal yang buruk. Dan semua itu semakin memburuk.
Tidak ada yang tahu tentang masa depan Amerika kecuali Tuhan. Ia adalah Tuhan dari penghakiman.
Demikianlah sebabnya mengapa ketika saya berada di sana di perguruan tinggi kita – pada hari Selasa yang mendatang ini, saya akan berkhotbah di dalam kapel mereka – saya akan memberitahukan sahabat-sahabat muda itu secara jujur, dengan penuh kebenaran dan segenap kekuatan yang saya mampu: “Engkau tidak akan pernah sampai kepada hari di dunia ini seperti hari di mana Tuhan telah memanggil engkau sebagai seorang pekabar Injil.”
Sukar untuk difikirkan dan dipercaya – satu hari yang lalu, satu hari yang lalu – oh, satu hari yang lalu, ada sebuah acara keagamaan di TV yang memiliki sebuah kelompok bersama untuk berbicara kepada mereka tentang gerhana bulan.
Dan salah satu dari mereka berkata, “Oh, ini merupakan hal yang menarik.” Yang lain berkata: “Luar biasa, luar biasa. Seluruh dunia dapat melihat hal ini. Benar kan?”
Dan mereka memberikan komentar demi komentar. Lalu mereka bertanya kepada seorang anak kecil dan berkata: “Apa yang engkau fikirkan mengenai hal itu?”
Lalu ia berkata, “Ketika saya melihat padanya, saya melihat kemuliaan Tuhan.” Dan dengan segera, pembawa acara TV itu mengambil mikrofon tersebut dan tidak membiarkan dia memberikan komentar yang lain karena ia berbicara tentang kemuliaan Allah.
Saudara-saudara sekalian tidak boleh berbicara tentang kemuliaan Tuhan di Amerika. Apa yang dapat saudara-saudara bicarakan adalah benda-benda yang saudara lihat di dalam televisi atau di dalam film dan buku-buku yang tidak masuk akal yang dipublikasikan ini.
Jangan pernah meyakinkan diri saudara sendiri dengan hal yang sebaliknya! Ada Tuhan Penghakiman yang sedang melihat ke bawah ke Amerika.
Apakah saudara-saudara ingat tentang Rudyard Kipling? Ia mengunjungi perayaan besar terhadap ulang tahun ke enam puluh dari Ratu Victoria.
Belum pernah ada suatu parade arak-arakan besar yang dapat dibandingkan dengan yang ada di sana sepanjang sejarah dunia. Astaga. Seluruh dunia berada di sana – dengan pasukan angkatan daratnya dan angkatan lautnya dan apapun yang memungkinkan untuk mengagungkan Ratu Victoria.
Dan Rudyard Kipling juga berada di sana. Dan apakah saudara-saudara ingat puisi yang telah ditulisnya: “Tuhan dari nenek moyang kami, yang dikenal sejak dulu kala?”
Tuhan dari nenek moyang kami, yang dikenal
sejak dulu kala,
Tuhan dari garis pertempuran kami yang sangat luas,
Di bawah tangan kejam siapa kami berpegang
Penguasa atas pohon-pohon palem dan cemara
Sekalipun begitu, Tuhan Allah semesta alam, hadirlah bersama kami,
Supaya kami tidak lupa – supaya kami tidak lupa!
Keributan serta jeritan orang-orang yang sekarat;
Para pengawal dan para raja yang berangkat:
Tetap mendirikan kurbanmu yang dahulu,
Hati yang sederhana dan merasa berdosa.
Sekalipun begitu, Tuhan Allah semesta alam, hadirlah bersama kami,
Supaya kami tidak lupa – supaya kami tidak lupa!
Panggilan dari jauh angkatan laut kami yang hancur meleleh;
Diatas bukit pasir dan tanjung mengkaramkan api:
Lihatlah, semua kemegahan kita di masa lalu
Bersatu dengan Niniwe dan Tirus!
Walaupun begitu, Hakim dari segala bangsa, bebaskanlah kami,
Supaya kami tidak lupa – supaya kami tidak lupa!
Jika, mabuk dengan penglihatan terhadap kekuasaan, kami lepaskan
Lidah yang liar tidak melihatMu dalam pesona,
Seperti kesombongan yang digunakan bangsa-bangsa lain,
Atau keturunan tanpa hukum yang lebih sedikit
Sekalipun begitu, Tuhan Allah semesta alam, hadirlah bersama kami,
Supaya kami tidak lupa – supaya kami tidak lupa!
Karena hati yang berhala yang menaruh kepercayaannya
Dalam tabung berbau dan palang besi,
Semua debu yang gagah berani yang dibangun di atas debu,
dan menjaga, tanpa memanggilMu untuk menjaga.
Karena ketakutan membual dan berkata bodoh,
Engkau bermurah hatilah pada bangsaMu, Tuhan!
[Rudyard Kipling, “Pengunduran”]
Dan Inggris, pemimpin dari kerajaan yang terbesar yang pernah diketahui di dunia ini – dan Inggris memiliki kekuatan dari seekor anak anjing. Negeri itu begitu terpecahnya: Skotlandia di sebelah sana, Wales di sebelah yang lain, Inggris di sebelah yang lain lagi, di bagian selatan Irlandia satu arah yang lain lagi, bagian yang utara adalah sebelah yang lain lagi. Inggris Raya tidak mampu menyusun sebuah kekuasaan dari setiap keadaan atau kekuatan di mana saja di muka bumi ini.
Baiklah, bagaimana dengan Amerika? Itulah sebabnya kita perlu untuk berpaling kepada Tuhan. Kita membutuhkan suatu kebangkitan yang sangat kuat. Kita perlu memohonkan diri kita sendiri serta meminta ingatan dari Tuhan.
Maka, saya sampai pada pengakuan ini: Tuhan memimpin penaklukan Nebukadnezar. Tuhan yang melakukannya. Hal itu sudah diramalkan terlebih dahulu oleh nabi Yeremia di dalam Pasal yang ke 23 dan Pasal yang ke 17 serta Pasal yang ke 27. Telah diramalkan juga oleh Yehezkiel di dalam Pasal yang ke 12.
Apakah saudara ingat, di dalam sejarah Babel kuno, di dalam abad yang ke delapan belas SM, ketika seorang raja dan pengacara yang terkenal, Hamurabi, merupakan pemimpin dari bangsa tersebut? Apakah saudara mengingatnya?
Baiklah, Babilonia yang baru ini ada 1.000 tahun sesudahnya. Dan bangsa itu bangkit untuk menjadi seperti kekuatan dunia di bawah raja Semith yang lainnya, bernama Nebukadnezar. Hamurabi – seribu tahun sebelumnya; Nebukadnezar – seribu tahun sesudahnya.
Dan di antara kedua kerajaan Babilonia yang “lama” dan “baru” – ada kerajaan Asyur, dengan ibukotanya yang terkenal di seluruh penjuru dunia Niniwe di sisi sungai Tigris, yang menguasai dunia. Raja besar mereka yang terakhir bernama Ashurbanipal. Ia meninggal pada tahun 625 SM. Ia telah mengangkat Nabopolasar sebagai seorang raja muda yang berkuasa di seluruh Babilonia.
Dan pewaris terhadap takhta Asyur ketika Ashurbanipal meninggal sangat lemah dan sangat tidak mampu. Dan Nabopolasar, serta putranya yang diberkati, Nebukadnezar, memberontak menentang Asyur dan berperang melawan Niniwe.
Sekarang, saudara-saudara sekalian ingat ketika Firaun – Nekho merupakan seorang Firaun di Mesir. Ia datang untuk menolong Asyur melawan Babilonia.
Tapi Tuhan telah berkata: “Babilonia akan menguasai dunia.” Akan tetapi Firaun - Nekho membawa pasukannya untuk menolong melawan Babilonia.
Dan apa yang dilakukan oleh Raja yang baik, Yosia? Sekarang, saudara ingat bahwa Allah telah berkata bahwa Babilonia akan menguasai dunia.
Saya hanya tidak dapat mempercayainya. Ketika Firaun - Nekho membawa pasukannya ke sana untuk membantu Asyur melawan Babilonia, Yosia membawa pasukan kecilnya serta menempatkan mereka di perlintasan Megido, untuk menghancurkan bantuan Nekho untuk membantu Asyur melawan Babilon.
Dan sudara telah mengetahui terlebih dahulu apa yang terjadi. Bukan hanya pasukan kecil Yehuda saja yang dihancurkan, akan tetapi Yosia, raja besar terakhir yang baik dari Yehuda, juga dibunuh.
Saya beritahukan saudara, ketika Tuhan mengatakan sesuatu, tidak menjadi masalah siapa saudara – bahkan raja yang besar ini, Yosia – ketika Tuhan mengatakan sesuatu – ketika Tuhan menyatakan kehendakNya dan keinginanNya, maka yeng terbaik untuk kita adalah menyetujuinya. Ini adalah Firman Tuhan, kehendak Tuhan dan keinginan Tuhan.
Jadi, pasukan dari Asyur serta Mesir bertemu untuk berperang di Karkemis, salah satu kota kuno besar yang terkenal di dunia. Mereka bertemu di sana – pasukan dari Nekho dan pasukan dari Asyur melawan Babel. Dan pasukan Asyur serta pasukan Mesir menderita kekalahan.
Dan pertempuran itu merubah sejarah dunia. Babilon menjadi suatu kejayaan.
Jadi, bolehkah saya menunjuk: di dalam kemenangan besar Babel terhadap Asyur dan Mesir di Karkemis, ada 5 hal yang dihasilkan. Lima hal yang dihasilkan dari sebuah pertempuran:
#1: Kerajaan Asyur lenyap untuk selama-lamanya.
Satu hal yang paling kalah yang pernah saya baca di dalam sejarah adalah: Alexander yang Agung – di dalam perjalanannya ke arah timur, Alexander yang Agung, pemimpin militer yang perkasa – tidak pernah dikalahkan - Alexander yang Agung melewatkan pasukannya melalui Niniwe dan tidak bernah berfikir bahwa sebuah kota besar berada di bawah kakinya.
Betapa meyakinkannya beberapa dari hukuman Tuhan? Dan peristiwa tersebut merupakan salah satu dari antara mereka.
Baiklah. Yang lain adalah: tulang punggung Mesir telah dipatahkan untuk selama-lamanya. Mereka tidak pernah bangkit kembali. Mesir tidak pernah bangkit kembali sebagai kekuatan dunia. Dan sampai pada hari ini, negeri itu merupakan salah satu dari negara kecil di sebelah utara Afrika.
#3: Kota megah Karkemis, dengan sejarahnya yang panjang dan cemerlang, sama sekali dimusnahkan oleh Nebukadnezar. Dan sekarang, bahkan sampai sekarang, kota itu terkubur di bawah pasir gurun – sampai dengan sekarang.
Baiklah. #4: salah satu hasil dari kemenangan Babel di Karkemis – Yehuda menjadi budak pengikut Babel – dan hal ini berkenaan kepada nubuat yang telah kita baca di dalam kitab Yesaya 39 bahwa Yehuda tidak akan pernah mampu untuk bangkit kembali.
Sekarang, #5: sementara Nebukadnezar sedang mengejar pasukan dari Firaun-Nekho, dan pasukan dari raja Yosia di dalam serangan panik mereka dari Karkemis, kembali melalui Palestina dan Yehuda, menuju ke Mesir, sebuah pesan telah dikirimkan kepada Nebukadnezar bahwa ayahnya, Nabopolassar, telah meninggal dunia. Dan hal ini terjadi pada tahun 605 SM. Jadi, Nebukadnezar berbalik dan kembali ke Babel, untuk dinobatkan sebagai seorang raja dari kerajaan Babilonia.
Tetapi, ia tidak kembali sendirian. Bersama-sama dengan dia, pada tahun 605 SM, ia membawa beberapa anggota keluarga kerajaan Yehuda yang terpilih untuk membantu, dan untuk menambahkan kecemerlangan istana kerajaannya. Dan dari orang-orang yang terpilih itu terdapat Daniel, yang dinamainya dengan Beltsyazar; Hananya, yang dinamainya Sadrakh; Misael, yang dinamainya Mesakh; dan Azarya, yang dinamainya dengan Abednego.
Dan di sanalah dimana kita akan memulai pelajaran kita yang berikutnya: bagaimana keempat orang pemuda yang berasal dari Yehuda itu, yang dibawa pergi untuk ditawan – bagaimana mereka berjalan dengan baik di ibukota berhala Babel.