PARA PENGKRITIK DANIEL DI DALAM PERAPIAN YANG MENYALA-NYALA
(DANIEL’S CRITICS IN THE FIERY FURNACE)
Dr. W. A. Criswell
Daniel 2:1-7
12-08-96
Baiklah, bagamanapun waktunya, saya yakin bahwa akan berharga apabila kita memakai waktu sebentar untuk memperkenalkan huruf-huruf hidup ini kepada kita, sehingga kita dapat mempelajari pelajaran tersebut.
Di pagi hari ini saya memulainya dengan sebuah perjalanan. Saya telah mencoba untuk bekerja di dalamnya selama beberapa waktu, dan saya tidak pernah mendapatkan waktu yang cukup untuk melakukannya. Jadi, di pagi hari ini, saya hanya berfikir bahwa saya akan mengambil waktu sejenak serta membicarakan tentang bahasa Tuhan.
Ada suatu fenomena tentang bahasa yang kita temukan di dalam Alkitab. Sering kali disebutkan bahwa Peraanjian Lama dituliskan di dalam bahasa Ibrani dan Perjanjian Baru dituliskan di dalam bahasa Yunani.
Tetapi, ada bahasa yang lain lagi di dalam Perjanjian Lama, yaitu bahasa Aram. Di dalam kitab kejadian pasal 11:17, ada dua kata-kata yang berasal dari bahsa Aram. Di dalam Yeremia 10:11, ada sebuah kalimat yang memakai bahasa Aram. Dalam kitab Ezra, dari Ezra 4:8 sampai 6:18, dan di dalam 7:12-26 – yang berarti hampir sepertiga dari kitab Ezra – ditulis di alam bahasa Aram. Hal tersebut termasuk dokumen-dokumen resmi yang menyangkut tentang pembangunan kembali Bait Suci tersebut.
Dan sekarang, kita sedang mempelajari tentang kitab Daniel. Dimulai dari Daniel 2:1 sampai ke Daniel 7:28, seluruh bagian tersebut di tulis dengan bahasa Aram. Setengah bagian dari kitab Daniel ditulis di dalam bahasa Aram, seperti sepertiga ari kitab Ezra.
Sekarang, Ezra lahir dan bertumbuh di Babel. Dan Daniel dibawa ke sana ketika ia masih remaja. Keduanya berbicara dan menulis dalam bahasa Aram. Dan sepertinya mereka berdua, jatuh ke dalam penggunaan dari bahasa Aram atas saran yang paling sederhana.
Di dalam Perjanjian Baru yang berbahasa Yunani itu, saudara-saudara sekalian akan melihat kata-kata dalam bahasa Aram: Abba, yang diterjemahkan menjadi “ayah” -Markus 14:36; Talitha cumi, “bangun dan bangkitlah,” di dalam Injil Markus 5:41. Dan kata-kata Lama sabachthani, “Mengapa Engkau telah meninggalkan Aku,” di dalam Injil Markus 15:34. Kesemuanya ini melambangkan kenyataan bahwa bahasa Aram merupakan bahasa dari bangsa Palestina ketika Tuhan dan murid-murid-Nya tinggal di dalamnya. Dan mereka berbicara dalam bahasa Aram.
Sekarang, sejarah dai bangsa Aram serta bahasa mereka merupakan sesuatu yang mengagumkan yang “melintasi” diri saya. Apakah bahasa Aram itu dan dari mana datangnya bahasa tersebut?
Siapakah orang-orang Aram itu? Di dalam kitab Kejadian 10:22, dikatakan bahwa Aram adalah putra dari Sem, tentu saja keturunan dari Abraham. Dan Sem adalah namanya - Aram adalah putra dari Nuh dan putra dari Sem. Ia adalah cucu dari Nuh dan putra dari Sem, sehingga kita mendapatkan kata “semitik” dari kata Sem.
Bangsa Yunani menyebut orang-orang ini sebagai bangsa Asyur, kependekan dari kata Assyria, dan mereka adalah rakyat dari kerajaan Asyur. Bangsa Aram ini tersebar di seluruh Timur Tengah. Mereka alaha keum pedagang, sebagaimana mereka juga adalah pengge,bala. Bahasa mereka menjadi bahasa perniagaan. Mereka mengendalikan perniagaan di Asia sebelah barat. Bahasa mereka merupakan bahasa percakapan dari kaum Ayur, Babilonia dan kerajaan Persia, dan yang terakhir, menjadi bahasa percakapan di Palestina.
Terjadi sebuah perubahan di dalam bahasa kaum Yahudi. Dan saudara-saudara telah mendengar saya berbicara tentang hal ini. Setelah ditaklukkan oleh Nebukadnezar, dan setalh selama 70 tahun dalam pembuangan di Babel, sebuah perubahan terjadi di dalam bahasa percakapan orang-orang Ibrani. Mereka mulai memakai bahasa Aram.
Mereka jugat tetap meneruskan untuk menjadi mengetahui bahasa Ibrani, karena adanya buku-buku dari Hagai, Zakharia dan Maleakhi yang tertulis di dalam bahasa Ibrani. Akan tetapi, mereka berhenti menggunakan bahasa Ibrani dan mulai menggunakn bahasa Aram, bahasa dari orang-orang Babel. Maka, ketika mereka pulang ke negeri mereka ke Palestina, mereka menggunakan bahasa Aram.
Sebagai contoh, di dalam kitab Nehemia 8:8,di mana Ezra membaca hukum di dalam bahasa Ibrani, sangat penting untuk menterjemahkannya di dalam bahasa Aram. Yaitu, saya katakan, suatu hal yang luar biasa, bahasa Aram, secara aktual, secara keseluruhan menggantikan tempat bahasa Ibrani sebagai bahasa dari bangsa Tuhan. Bahkan Alkitab bangsa Ibrani: firman-firman orang0orang Ibrani di eja dalam huruf-huruf alfabetik Aram. Keetika saudara-saudara melihat [pada Alkitab dalam bahasa Ibrani, maka saudara-saudara melihat pada huruf-huruf Aram.
Di sepanjang tahun-tahun itu, kitab suci Perjanjian Lama harus diterjemahkan serta diuraikan – saya sedang membicarakan tentang setelah Kristus dan setelah murid-murid-Nya – sepanjang tahun-tahun yang mengikuti, Kitab Suci harus diterjemahkan serta dijelaskan di dalam bahasa Aram. Dan yang demikian disebut juga dengan Targum.
Bahasa Aram merupakan bahasa yang dipergunakan di zaman Kristus. Di dalamnya adalah hal yang luar biasa. Sejak dari sebelum Kristus, dari tahun 605, 600 tahun sebelum Kristus, sampai kepada setelah Kristus, 1.900, 1.900 tahun sesudah Kristus, bahasa Ibrani merupakan bahasa yang telah hilang. Hanya karena kebutuhan di dalam permulaan negara Israel di Palestina saja bahasa Ibrani kembali dipergunakan setelah 2.500 tahun lamanya.
Sebagaimana yang saudara-saudara sekalian ketahui, Palestina – di dalam negara Israel di masa kini, ditetapkan oleh bangsa Yahudi dari begitu banyak negara, yang mana satu-satunya cara mereka dapat berbicara antara satu dengan yang lain adalah mencari bahasa yang umum. Dan demi menggenapi nubuat dari Yeremia, seperti yang dikatakan di dalam 31:33, bahasa yang umum adalah bahasa Ibrani. Dan saya katakan, untuk yang pertama kali di dalam 2.600 tahun bahwa bahasa Ibrani diperdengarkan kembali, dan itu terjadi di dalam waktu kita. Yaitu, jika saudara-saudara bukan seorang anak kecil. Terjadi di dalam waktu kita bahwa nubuat yang berada di dalam Kitab Yeremia itu digenapi dan sekarang mereka menggunakan bahasa Ibrani.
Jadi, bahasa Aram dari kitab Daniel, separuhnya dituliskan di dalam bahasa Aram – apakah kitab itu ditulis oleh dua pengarang yang berbeda? Apakah pengarang yang satu menulis dengan menggunakan bahasa Aram dan yang satunya lagi dengan menggunakan bahasa Ibrani? Tidak. Gaya yang sama baik di dalam bagian yang dengan menggunakan bahasa Aram dan bagian dengan menggunakan bahasa Ibrani – gaya yang sama terlihat. Dan penggunaan kata-kata yang sama serta penyajiannya di dalam kedua bagian sangat, sangat menggunakan bahasa Aram.
Maka, kedua bahasa digunakan sebagai referensi kepada dua bagian bangsa itu: bagian yang menyangkut bangsa yahudi, dituliskan dengan menggunakan bahasa Ibrani sehingga bangsa yahudi dapat memahaminya; dan apa yang menyangkut bangsa lain, dituliskan dengan menggunakan bahasa Aram, sehingga bangsa Aram dapat memahaminya.
Daniel merupakan seorang Imam di dalam istana raja. Dan bahasa Aram menjadi bahasa diplomasi serta perniahaan. Hal itu kerap diucapkan oleh Daniel. Dan apa yang telah dituliskan di dalam kitab Daniel telah dituliskan khususnya bagi orang-orang Aram dan untuk menjangkau daerah yang lebih luas lagi penglihatan terhadap nubuatan kenabiannya.
Jadi, tanggapan saya adalah: Tuhan memberikan pesan kepada seluruh dunia, baik kepada bangsa yang lain, bangsa Aram serta bagi bangsa Tuhan yang terpilih, bangsa Yahudi. Bahasa Aram dan Yahudi – demikianlah kasih Allah untuk kita. Maka, demikianlah perjalanan tersebut.
Sekarang, kita sampai pada pelajaran kita di pagi hari ini. Saya hanya menyesali bahwa kita tidak memiliki begitu banyak waktu hanya untuk melihat kepada seluruhnya ini, hanya untuk mempelajarinya semua.
Apa yang akan kita lakukan di pagi hari ini adalah untuk melihat, untuk memandang bagaimana kecaman-kecaman itu dilontarkan – bagaimana kecaman-kecaman itu berjalan di dalam tungku yang berapi-api itu. Sebagai latar belakangnya – dan saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan di dalam hal seperti ini karena waktu – akan tetapi, sebagai latar belakang, marilah kita mencobanya pagi hari ini. Bukalah kitab Daniel pasal yang ke 3.
Kita telah melalu pasal yang kedua selama beberapa bulan. Jadi, mari membuka pasal yang ke 3. Ayat yang pertama: “Raja Nebukhadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya enam puluh hasta dan lebarnya enam puluh hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel.”
Ayat yang keenam: dan dia mengakui: “Siapa yang tidak sujd menyemba, akan dicampakkan seketika itu juga dalam perapian yang menyala-nyala.”
Sekarang, ayat yang kedua belas: “Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan.”
Sekarang, ayat – bagian terakhir dari ayat ke sembilan belas: “Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednoego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat tujuh kali lebih panas dari yang biasa.”
Ayat yang ke dua puluh satu: “Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.”
Sekarang, ayat yang kedua puluh tiga: “Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednoego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
Kemudian, ayatnya yang berikut: “Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera: berkatalah ia kepada menterinya: Bukankah tiga orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?”
Jawab mereka kepada raja: “Benar, ya Raja.”
Katanya: “Tetapi ada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti Putra Allah!”
Sekarang, ayat yang ke 27: “Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.”
Demikianlah kisah anak-anak Tuhan ketika mereka dicampakkan di dalam perapuan yang menyala-nyala itu.
Kita akan melihat pada apa yang terjadi terhadap para pengkritik yang tidak percaya kepada Alkitab dan melihat kepadanya dengan cemoohan dan penghinaan, dan terutama sekali kepada kitab Daniel. Kaum kritikis mengatakan bahwa kitab Daniel merupakan suatu lawakan dan sebuah pemalsuan. Kitab itu telah dituliskan 400 tahun setelah dikatakannya bahwa kitab itu telah dikmposisikan. Dan perilaku ini, bujuk rayu ini, tentang kitab Daniel diangkat serta diterima oleh seluruh dunia liberal dan diajarkan di hampir semua sekolah-sekolah kita, termasik sekolah-sekolah ilmu agama – sekolah-sekolah kaum lebieral.
Baiklah, bagaimana mereka berjalan, kecaman-kecaman ini, di dalam Well, how do they fare, these critics, di dalam fakta sejarah yang terang dan berpijar? Baiklah, marilak kita ikat kaki mereka di dalam api. Marilah kita masukkan mereka di dalam perapian yang menyala-nyala.
Mereka menduga, sebagai contoh, bahwa kitab Daniel adalah penuh dengan ketidak-akuratan secara sejarah, dengan tata bahasa yang tidak ada rujukannya, dengan kemustahilan peramalan serta penyimpangan secara doktrinal. Sekarang, kita tidak memiliki waktu yang cukup untuk mulai melihat ke dalam semuanya ini. Akan tetapi kita akan mengambil waktiu sejenak dan melihat bagaimana mereka berjalan pada semua hal-hal yang mereka percaya dan mereka ajarkan. Saya akan memberitahukan suatu hal yang membuat saya kagum kepada saudara-saudara sekalian.
Dan demikian, hanya sebentar saja: fakta-fakta sejarah, dugaan atas fakta sejarah, sejarah yang dikutip di dalam kitab tersebut. Dan hal yang khas dari para kafir, orang yang tidak percaya, kaum liberal ini, mengatakan, kita hanya akan memilih satu saja.
Kita akan memilih Belsyazar. Dia yang paling menggelikan. Perkara sejarah menentang dia, kata mereka kedap. Ia merupakan suatu isapan jempol dari daya imajinasi yang murni. Tidak ada seorangpun raja Babilonia yang bernama Belsyazar yang perbah hidup. Tidak ada raja yang seperti dia, tidak ada kematian yang seperti itu, tidak ada sejarah yang seperti itu. Dan dipersenjatai dengan semua pernyataan ini, kaum kritikus kelihatannya menjadi suatu pesukan yang tidak terlihat, pasukan perang yang hebat.
Baiklah, mari kita masukkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala, di dalam terangnya sejarah dan melihat bagaimana mereka akan menghadapinya. Baiklah. Apa yang menjadi kenyataan hasil dari sejarah itu? Sekarang, Nebukhadnezar merupakan raja yang pertama di Babilonia. Dan dia meninggal pada tahun 562 SM. Dia diikuti oleh putranya yang bernama Bel – Merudakh. Kemudian di adiikuti oleh putranya Neriglisar. Lalu dia diikuti oleh putranya, Labasyi-Marduk. Dan kemudian dia disusul oleh putranya Nabonidus, raja di Babilonia itu. Dia telah – dia telah memerintah selama 17 tahun di kerajaan Babilonia dan ditawan oleh Koresy, raja itu, pemimpin militer dari Persia. Sekarang, demikianlah hal tersebut. Tidak ada nama belsyazar di dalam daftar itu.
Seluruh sumber dunia pendidikan kuno menyebutkan bahwa Nabonidus merupakan raja yang terakhir. Akan tetapi, Daniel mengatakan bahwa Belsyazar adalah raja yang terakhir. Demikianlah “hal” itu bagi kaum liberal sana. Dan mereka memiliki kasus yang keras. Alkitab ini penuh dengan kekeliruan dan ketidak-akurasian sejarah, dan seterusnya, dan seterusnya.
Dan semua ahli sejarah yang terkenal – dan saya telah menyebutkan nama-nama mereka disini – semua mereka mengatakan bahwa Nabonidus merupakan raja yang terakhir dari kerajaan Babilonia. Dan mereka mengatakan bahwa dia tidak dibunuh, akan tetapi dipensiunkan oleh penakluknya, oleh Koresy.
Daniel mengatakan Belsyazar adalah raja yang terakhir dan dia tewas terbunuh. Jadu, kaum kritikus mengatakan bahwa Belsyazar merupakan sebuah ilustrasi klasik dari kekeliruan sejarah di dalam kitab Daniel, dan tentu saja, di dalam Alkitab secara keseluruhan – penuh dengan ketidak-akuratan serta kekeliruan.
Jadi, sekop-sekop dari arkeolog mulai untuk melihat ke arah ini. Dan apa yang telah dilakukan oleh para penggali itu kepada Daniel. Sejumlah besar lembaran-lembaran bertulisan yang terbuat dari tanah liat telah digali dari puing-puing reruntuhan Babilonia, kebanyakan dari temuan tersebut dikirimkan kepada Museum Inggris. Dan ahli-ahli sejarah Asyria, sebagaimana mereka dinamakan, mulaii mempelajaran lembaran bertulisan baji yang terbuat dari tanah liat itu. Dan dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi sesuatu banjir – maksud saya membanjiri – membanjiri penemuan-penemuan.
Dan apa yang saya dapatkan di sini adalah sepotong kecil daripadanya. Belsyazar, “Baal, melindungi sang raja” – yang merupakan dewa dari bangsa Babilonia – sekarang beridi di depan kita sebagai seorang manusia yang nyata, slah satu roh yang paling menonjol di zamannya.
Sekarang saya akan membuat suatu daftar yang mereka temukan mengenai Belsyazar dari prasasti lembaran-lembaran bertulisan tersebut.
Yang pertama: Dia lahir pada tahun 575 SM, putra tertua dari Nabonidus, raja Babel. Dia masih berusia 14 tahun ketika Nebukadnezar meninggal dunia. Dia berusia 20 tahun ketika ayahnya, Nabonidus, turun dari takhta.
Yang kedua, di usia 20 tahun, dia memiliki rumah sendiri di Babel.
Yang ketiga, di usia 25 tahun, ada disinggung tentang sekretarisnya.
Yang keempat, di usia 27 tahun, ada disinggung mengenai pelayannya.
Yang kelima, di usia 27 tahun, kita tahu dia berada di sebelah utara babel, sebagai pemimpin pasukan perang.
Yang keenam, di usia 39 tahun, kita tahu dia mengirimkan biri-biri air serta lembu jantan sebagai kurban kepada kuil di Sipar, yang berada di sebelah atas sungai Efrata. Dan di kesempatan lain, ia mengirimkan potongan-potongan emas seberat satu manna. Dengan cara yang sama salah satu dari saudarinya mengirimkan sebuah piala dari perak, seberat 25 syekel, sebagai perpuluhannya kepada kuil tersebut. Saudarinya yang lain dekurbankan sebagai kurban perawan kepada dewa bulan, Sin, di sebuah kuil di Ur, di sebelah bawah sungai Efrata, dan ia membangun sebuah rumah untuk tetap dekat dengan rumah untuk wanita-wanitanya.
Yang ketujuh, kita bahkan mengetahui bahwa ketika berusia 26 tahun, kakeknya meninggal di dalam usia lanjut 140 tahun.
Mengapa Belsyazar raja yang tinggal di Babel? Alasannya berada pada karakter serta pribadi dari Nabonidus, ayahnya.
Nabonidus merupakan seorang manusia dengan perhatian yang besar terhadap kebudayaan serta keagamaan. Dia merupakan seorang arkeolog dan pendiri serta pemugar bait-bait suci mereka. Ia mencari prasasti-prasati yang menyangkut perbuatan dari raja-raja sebelumnya. Ia mencari dokumen-dokumen di dalam pondasi serta batu-batu penjuru di kuil-kuil tersebut.
Kelihatannya ibunya telah menjadi Imam di dalam kuil dewa bulan. Dan seperti yang telah kita lihat, putrinya sendiri telah dipersembahkan kepada dewanya itu. Kecenderungan ini mengarahkannya jauh dari hubungan antar negara.
Pada tahun-tahun belakangan ini, seorang ahli kebudayaan Asyria yang tercatat di Universitas Yale menerbitkan sebuah buku yang menunjukkan bahwa Nabonidus menghabiskan banyak sekali pada saat tahun-tahun dia memerintah di Tema, Arab. Sebuah prasasti telah ditemukan yang menyatakan bahwa, sebelum dia meninggalkan Tema, ia mempercayakan jabatan raja kepada Belsyazar. Kesemuanya itu telah digali oleh para arkeolog tersebut.
Ia adalah seorang raja sama seperti ayahnya Nebukhadnezar dengan ayahnya, Nabolpolassar. Hal ini menjelaskan kiasan aneh di dalam kitab Daniel 5:16 dan 29. Raja itu, karena berkat sihirnya serta nubuatnya yang luar biasa berkata: “Engkau akan diangkat sebagai raja yang ketiga di Babel.”
Baiklah, mengapa dia bukan raja yang kedua di Babel? Alasannya adalah karena Nabonidus merupakan rajanya, dan Belsyazar adalah putranya – merupakan raja yang kedua. Oleh sebab itu, Daniel harus menjadi raja yang ketiga.
Saya menunjuk padanya hanya untuk menunjukkan kepada saudara-saudara sekalian bahwa ktika saudara sedang berurusan dengan kebenaran, suatu waktu yang sangat kecil akan mendukungnya. Akan tetapi apabila saudara-saudara tdak mengatakan yang sesungguhnya, semua perincian yang kecil itu akan menyebut saudara sebagai seorang penipu. Sungguh luar biasa bagi saya.
Sekarang, kematian dari Nebukadnezar telah dikuatkan. Sekop penggali para arkeolog telah menyingkapkan lembaran-lembaran keterangan dari Koresy beserta dengan gambarannya mengenai kejatuhan Babel. Ia adalah seorang pemimpin Persia, sebagaimana yang saudara ketahui, yang mengambilnya.
Bangsa Persia telah menangkap Nabonidus, raja dari Babel, sekitar empat bulan sebelum jatuhnya Babilonia. Dan dimata semua, Belsyazar – dengan perginya Nabonidus – merupakan raja di kota itu.
Lembaran bertulis dari Koresy mengatakan bahwa Babilonia direbut dengan mudah. Jadi Daniel mangatakannya di dalam kitab Daniel 5:30-31. Lembaran bertulis itu juga mengatakan bahwa ketika kota itu direbut, putra dari raja itu meningga. Besyazar meninggal dunia. Jadi, Daniel berkata di malam Belsyazar dibunuh.
Sekarang, hal yang paling mengagumkan – dari sekian hal yang mengagumkan – nama Belsyazar keluar dari sejarah secara komplit dan mutlak. Ingat, telah beberapa kali saya singgung kenyataan bahwa Herodotus mengunjungi Babel pada tahun 460 SM, dan menulis sangat banyak mengenai hal tersebut. Dan ia menyebutkan nama-nama para raja dan ratu, akan tetapi dia tidak menyinggung nama Belsyazar - Herodotus. Dia tidak pernah mendengar namanya. Demikianlah betapa nama Belsyazar benar-benar sudah dikeluarkan dari sejarah.
Dan saya ulangi, Herodotus, yang berada di sana hanya 70 tahun setelah jatuhnya kerajaan Babel, tidak pernah mendengar apa-apa tentang dia. Dia menulis sangat banyak tentang kerajaan Babel, akan tetapi tidak mendengar apa-apa tentang Belsyazar. Saya beritahu saudara-saudara bahwa kaum kafir ini benar-benar memiliki kasus yang tahan air terhadap kemurnian kisah di dalam kitab Daniel.
Baiklah, bagaimana bisa Daniel mengenalnya jika ditulis yang menurut kaum kritikus 400 tahun sesudahnya? Jawabannya sederhana. Dia hidup di zaman tersebut. Ia sejaman dengan Belsyazar. Jadi, dia menuliskan tentang Belsyasar secara pribadi.
Sekarang, saya ingin membicarakan tentang kitab Daniel dalam sejarah. Kitab Daniel berada di dalam dalil Alkitabnya orang Ibrani. Kitab itu merupakan salah satu kitab yang terinspirasi. Kitab itu berada di sana. Suatu karya agung yang banyak ditolak oleh kaum Ibrani di dalam persekutuan mereka yang agung. Mereka menolak untuk membiarkan mereka ke dalam dalil tersebut, ke dalam Alkitab. Saudara-saudara sekalian tidak akan menemukannya.
Sebagai contoh, 1 Maccabee – saudara-saudara sekalian telah mendengar saya berbicara tentang 1 Maccabee – jika pernah ada kitab yang berharga dimasukkan ke dalam dalil Alkitab Ibrani, maka kitab itu adalah kitab Maccabee. Kitab itu merupakan suatu mujizat dari keunggulan yang paling tinggi. Kitab itu memiliki wewenang serta nilai yang mana tidak ada bagian dari Apocryfa, naskah di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru memilikinya. Bahkan Luther menyatakan kitab itu berniai untuk digabungkan diantara kitab-kitab suci.
Akan tetapi, kitab tersebut ditolak. Salah satu peraturan di dalam dalil tersebut adalah kitab tersebut harus dituliskan di dalam bahasa Ibrani. Dan kitab 1 Maccabee dituliskan dengan menggunakan bahasa Yunani. Dan kitab itu dituliskan sekitar, oh, saya akan mengatakan sekitar tahun 200.
Baiklah. Mari kita ambil buku yang mengagumkan yang lain: Kitab Ecclesiastika, menerangkan pemikiran Yahudi yang dominan pada saat disusun sekitar tahun 200 SM. Kitab itu merupakan pekerjaan yang agung, akan tetapi kitab itu telah ditolak untuk dimasukkan di dalam Perjanjian Lama karena kitab itu dituliskan dengan menggunakan bahasa Yunani.
Bahkan kitab-kitab yang bersifat dalil – kitab yang berada di sini di dalam Alkitab ini seperti kitab Amsal, Pengkhotbah, dan bahkan Yehezkiel – telah ditantang. Akan tetapi hak dari kitab Daniel terhadap kedalilan tidak pernah dipertanyakan di dalam Gereja Yahudi zaman dahulu. Demikianlah apa yang dikatakan oleh Edersheim tentang Daniel. Saya hanya tiak dapat mempercayai semua ini.
Sekarang, dalil tersebut – ukuran peraturan dari Perjanjian Lama – telah ditetapkan secara kaku. Di sini ada tiga hal yang ditempatkan oleh setiap buku di dalam dalil itu, ditempatkan di dalam Alkitab, di dalam Perjanjian Lama, ada tiga buku – ada tiga hal yang harus diterima, harus terlihat.
Tidak ada buku yang diikut sertakan yang tidak dipercayai telah ada di zaman Nehemia. Demikianlah kembali ke belakang, beratus tahun sebelum Kristus. Setiap buku yang dijumpai di dalam Perjanjian Lama harus sudah ada di zaman nabi Nehemia.
Nomor dua: setiap buku harus terinspirasi. Dan sinagog lama percaya bahwa inspirasi diberikan bersama-sama dengan nabi-nabi, dan tidak ada nabi yang bangkit sejak Maleakhi. Jika ada kitab yang ditemukan di dalam Perjanjian Lama, kitab itu harus ditulis sebelum Maleakhi.
Baiklah. Yang ketiga – hal yang telah saya singgung sebelumny: kitab itu harus dituliskan dengan menggunakan bahasa Ibrani.
Sekarang, kaum kritikus harus membuat kita percaya bahwa sekitar tahun 165 SM – dengrakanlah hal yang gila ini – mereka harus membuat kita percaya bahwa sekitar tahun 165 SM, beberapa penulis Yahudi menggabung-gabungkan sejarah kehidupan Daniel dalam nubuatnya yang palsu, yang seharusnya telah dinyatakan 400 tahun sebelumnya, dan pekerjaan itu oleh karenanya diterima sebagai hal yang terinspirasi bersama-sama dengan mazmur dari Daud serta kitab-kitab suci dari para penulis Yahudi itu.
Gereja Yahudi kuno yang agung dari abad yang kedua sebelum masehi, dibentuk oleh orang-orang yang terkenal keluhurannya serta prestasi akademisnya. Mereka menyelenggarakan pemandangan dari inspirasi yang tegas dan melakukan penghormatan yang intens terhadap naskah-naskah suci mereka.
Sekarang, kaum kritikus – orang-orang kafir ini, mereka mengatakan bahwa orang-orang beriman ditahun 200 SM ini, termasuk dalam Gereja Yahudi yang besar itu – orang-orang beriman ini diselundupkan ke dalam kitab suci, ke dalam dalil dari sebuah kitab yang mana merupakan sesuatu yang palsu – seorang Yahudi penipu, novel yang bertanggal sejaman yang bersifat fiktif.
Izinkanlah saya bertanya kepada saudara-saudara mengenai sesuatu. Dapatkah saudara membayangkan suatu pertemuan antara para ahli ilmu agama zaman sekarang untuk membahas kehidupan modern Kristus yang akan ditempatkan di dalam Alkitab? Dapatkah saudara membayangkannya? Tak dapat terfikirkan bahwa sekelompok orang-orang yang beriman, orang-orang bergama yang suci akan bertemu bersama-sama dan mengambil kehidupan modern Kristus lalu memasukkannya ke dalam Alkitab sebagai sesuatu yang terinspirasi.
Demikianlah tepatnya apa yang dikatakan oleh kaum kritikus ini telah terjadi: 400 tahun kemudian, seorang penulis curang yang menulis hal ini yang kemudian keita sebut dengan kitab Daniel lalu menempatkannya di dalam kitab suci – meletakkannya di dalam Perjanjian Lama. Semua hal tersebut, tidak dari hal menggelikan yang fantastis, merupakan usulan bahwa Sinagog besar di abad yang kedua sebelum Masehi akan menghibur suatu pendapat tentang penambahan suatu kisah roman palsu dari zaman mereka sendiri terhadap dalil dari Perjanjian Lama. Dapatkah saudara-saudara sekalian percaya bahwa orang-orang kafir tersebut mempercayai hal ini? Sungguh mengherankan saya.
Terjemahan yang paling luar biasa yang pernah dibuat di dunia ini disebut juga dengan Septuaginta: LXX, Septuaginta, yang ketujuh puluh. Terjemahan itu merupakan suatu terjemahan yang paling berpengaruh di dalam sejarah dunia. Terjemahan itu mengenai Alkitab dan para rasul. Terjemahan itu adalah Alkitab dari Tuhan kita. Dibuat di Alexandria dibawah koloni sekitar tahun 300 SM. Dan, saudara-saudara sekalian akan menemukan kitab Daniel di dalam Septuaginta itu.
Baiklah. Kitab 1 Maccabee dituliskan segera setelah pada saat mereka mengatakan bahwa kitab Daniel merupakan pemalsuan, katakanlah sekitar, oh, tak lebih dari tahun 200 SM. Maccabee yang pertama dituliskan sekitar tahun 200 dan ingat, seluruh perihal Daniel ini terjadi sekitar tahun 600-500 SM. Baiklah. Macabee yang pertama dituliskan sekitar tahun 200 SM, dan Macabee yang pertama banyak mengutip dari kitab Daniel.
Sekarang, Josefus – dan saya akan memberitahukan kepada saudara-saudara tentang salah satu hal yang paling menakjubkan yang pernah saya baca di dalam sejarah manusia - Josefus adalah satu zaman dengan rasul Paulus dan Yuhannes. Di sekitar tahun 90, ia menuliskan kisah tentang bangsa Israel – dan saya telah membacanya – dari mulai Abraham sampai pada kehancuran dari kota Yerusalem di tahun 70.
Dan salah satu kisah yang paling indah yang pernah saya baca di dalam hidup saya ditemukan di dalam kisah tersebut di dalam pasal ke sebelas tentang Peninggalan Zaman Kuno Bangsa. Dan tertulis seperti ini: Alexander yang Agung, di sekitar tahun 335 SM, 335 tahun sebelum Kristus - Alexander yang Agung menaklukkan, seperti yang saudara-saudara ketahui, kerajaan Persia. Dan itu termasuk kerajaan Babel.
Dan secara keseluruhan, dia tidak pernah kalah perang, tidak dalam hidupnya. Alexander yang Agung menaklukkan keseluruhan dunia yang beradab dan bahkan sampai ke tepi India dan harus kembali lagi karena pasukannya tidak dapat melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi.
Alexander yang Agung, merupakan pemimpin yang tiada bandingannya. Dan semua kota yang dulunya berada di bawah kekuasaan Persia, di bawah pemerintahan Koresy, semuanya dihancurkannya. Ia menyapu bersih semuanya, serta menempatkan kebudayaan dan bahasa serta agama dari bangsa Yunani.]
Maka, Alexander yang Agung sampai ke Yerusalem, dengan pasukannya yang besar untuk menghancurkannya. Sekarang, saudara dengarkan tentang hal ini: pada saat Alexander yang agung datang dengan pasukannya ke Yerusalem untuk menghancurkan kota itu, dari pada bertemu dengan suatu pasukan untuk mempertahankan kota mereka, saudara-saudara sekalian tahu apa yang telah terjadi?
Jaddua, Imam tinggi, mengenakan pakaiannya berupa jubah berwarna ungu yang indah – ia diikuti oleh semuah pendeta yang berpakaian serba putih. Dan mereka diikuti oleh ribuan orang-orang Yahudi. Dan daripada bertemu dengan suatu pasukan, Alexander yang Agung lebih memilih untuk bertemu dengan para pendeta serta suku Lewi itu dan para pendeta, dan semua orang-orang beriman dari bangsa Yahudi.
Dan apa – apa Jaddua, imam tinggi itu memegang sebuah Alkitab di dalam tangannya. Apa yang dipegangnya di dalam tangannya adalah kitab Daniel. Lalu kemudian ia bertemu dengan Alexander, yang telah datang untuk menghancurkan kota tersebut, dan membuka kitab Daniel tersebut serta membacakannya kepada Alexander tentang nubuat Daniel di sekitar kedatangan Alexander, di sekitar kedatangan bangsa Yunani, dan di sekitar kota Yerusalem yang membuat bagian dari kerajaan Yunani.
Dan ketika Alexander yang Agung membaca dalam nubuat Daniel, ia terjatuh dan menyembah Allah yang sejati dan pergi bersama dengan Jaddua, imam tinggi itu masuk ke dalam bait suci dan di sana membuat persembahan kepada Tuhan Allah langit dan mencintai Israel sampai dengan kematian-Nya. Saya hampir tidak dapat percaya akan hal yang menakjubkan seperti itu. Demikianlah Tuhan. Demikianlah Firman Tuhan.
Sekarang, saya harus menutupnya, akan tetapi saya harus menutupnya dengan sesuatu. Di dalam kitab Daniel, dalam pasal yang kesembilan, saudara-saudara sekalian akan menemukan nubuatnya bahwa, sampai akhir dari zaman nanti, telah ditentukan kekekalan, peperangan serta kehancuran.
Sekarang, dapatkah saya melakukan sesuatu sebelum saya menutupnya? Maka, Daniel berkata, sampai pada akhir zaman nanti – akhir dari peradaban, kesudahan zaman nanti – telah ditentukan peperangan serta penghancuran.
Baiklah, dengarkanlah pada yang satu ini. Di dalam bulan Februari tahun 1914, sebuah konferensi besar tentang kenabian diadakan bersama di kota Los Angeles. Dan di dalam konfrensi kenabian tersebut, perhatian ditujukan kepada Kitab yang bersifat ramalan dalam kitab Daniel “bahwa bangsa akan bangkit melawan bangsa dan akan ada peperangan dan pemusnahan seperti yang telah ditetapkan,” seperti di dalam kitab Daniel 9:26 mengatakan bahwa akan ada peperangan serta kelaparan dan kemelaratan yang tragis.
Baiklah. Salah satu dari kaum kafir ini, saya memanggil mereka. Salah satu dari kaum kritikus ini, salah satu dari kaum liberal ini, editor dari Christian Advocate menuliskan sebuah editorial tentang kepercayaan mereka di dalam konfrensi kenabian tersebut bahwa perang dan pemusnahan telah ditetapkan di akhir zaman.
Dan disini ada sebuah kalimat dari editor tersebut. Ia berkata, “Konfrensi di Los Angeles itu” – mengutip – “bukanlah sebuah konfrensi kenabian, akan tetapi sebuah konfrensi yang menyedihkan. Tidak ada ditentukan peperangan di akhir zaman nanti.”
Ingat apa yang telah saya katakan? Hal itu terjadi pada tahun 1914. Hanya selang beberapa hari setelah dia menuliskan hal yang sarkastis, menunjukkan penghinaan serta gambaran dari konferensi kenabian tersebut, seorang Pangeran dari Austria terbunuh di Serbia dan Perang Dunia besar yang pertama dimulai.
Sekarang, saudara-saudara sekalian masih terlalu muda untuk mengingat hal itu. Saya ingat. Saya ingat. Saya mengingatnya. Dan perang tersebut berlangsung selama empat tahun. Dan Amerika Serikat terbawa masuk kedalamnya.
Saya ingat setiap suku kata daripadanya. Meskipun demikian ia berkata, “Sebuah konferensi yang menyedihkan” karena mereka percaya di dalam nubuat kitab Daniel.
Baiklah. Mari kita lanjutkan lagi jika saya boleh menggunakan satu menit lagi. Ketika saya dalam masa pertumbuhan, saya tidak pernah mendengar seorang pendeta Premillennialist – tidak pernah. Pendeta Premillennial: saya tidak pernah mendengar seorangpun. Semua pendeta yang pernah saya dengan adalah pendeta post-millennial. Kita akan bekerja dan kita akan menyebarkan agama dan kita akan memenangkan jiwa, akan pergi untuk mengutus missionaris dan kita akan mengajarkan orang banyak tentang Firman Tuhan serta menyelenggarakan pertemuan-pertemuan kebangkitan. Kita akan mendapatkan segalanya berjalan untuk kita untuk Tuhan sampai eribu tahun, sampai dunia ini sempurna – setiap pendeta yang saya pernah dengar.
B. H. Carroll, yang mendirikan Seminari Selatan, merupakan seorang yang sangat rajin, penuh dengan semangat dan Post-Millenialist yang vokal. Dan pendahulu saya yang hebat George W. Truett, merupakan seorang yang post-millennialist. Teks yang menjadi kesukaannya adalah 1 Korintus 15: “Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya.”
Saya tidak pernah mendengar seorang pendeta – dan saya bersekolah di Baylor selama empat tahun. Saya menempuh pendidikan di sebuah seminari di Louisville, Kentucky selama enam tahun – saya tidak pernah mendengar seorang pendeta yang pre-millennialist. Dan kemudian, dan kemudian, Hitler bangkit dan kita masuk ke dalam Perang Dunia Kedua.
Dan di dalam perang tersebut, lebih dari 50.000.000 jiwa dibunuh – seluruh kita, seluruh penduduk, setengah dari bangsa terlibat. Lima puluh juta jiwa terbunuh di dalam Perang Dunia yang kedua.
Saya belum pernah mendengar seorang post-millennialist sejak – bukan satu – nukan satu. Akan tetapi saya masih tetap membaca Firman Tuhan yang mengatakan bahwa perang masih akan dilanjutkan sampai pada akhir zaman.
Orang-orang yang terkasih, hal itu hanyalah suatu hal yang indah untuk hidup dan untuk mempercayai kesempurnaan Firman Tuhan.