KRISTUS, KUASA ALLAH
(CHRIST, THE POWER OF GOD)
Dr. W. A. Criswell
04-02-85
John 2:13‑20
Tuhan memberkati anda semua dengan luar biasa, bagi anda semua yang telah berpaling dari waktu makan siang yang sibuk ini untuk datang ke rumah Allah. Anda boleh merasa bebas untuk meninggalkannya sewaktu-waktu jika memang anda harus. Jika anda dapat datang dan tinggal untuk beberapa menit, anda sangat disambut dengan senang hati. Kita akan berusaha untuk membuat ibadah ini berlangsung selama tiga puluh menit dari pukul dua belas siang hingga 12.30.
Ini adalah tahun keempat puluh satu, di mana saya telah memimpin ibadah pra paskah ini. Dan tema untuk tahun ini adalah : “Kesaksian Yohanes tentang keilahian Yesus Kristus.” Kemarin kita telah membahas, “Kristus, Firman Allah,” pernyataan Allah; besok, “Kristus, karunia Allah,” kasih Allah, hari berikutnya, pada hari Kamis, “Kristus, Jalan kepada Allah; dan pada hari Jumat, pada hari dia disalibkan: “Kristus; Tebusan Allah,” Korban Allah; dan hari ini: Kristus: Kelimpahan yang Luar Biasa—Kuasa Allah.
Di dalam Kitab Yohanes pasal dua dimulai dari ayat 13:
Ketika hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem.
Dalam Bait Suci didapati-Nya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ.
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya.
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."
Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?"
Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.
Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.
Saya telah membaca dari Allah yang suci, permulaan, garis awal, pengantar, dari Tuhan kita dalam pelayan umum pertamaNya di Yerusalem. Dan hal itu sama seperti sebuah bom atom. Itu adalah sebuah ledakan yang menghancurkan. Itu adalah penggenapan dari Maleakhi 3:1-2, yang telah bernubuat, bagi kamu yang menantikan kedatangan Mesias Tuhan:
…. Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu itu akan masuk ke baitNya!…
Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatanganNya? Dan sipakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri? Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.
Itu adalah bencana besar. Itu adalah sebuah ledakan, permulaan pelayanan Tuhan kita di Yerusalem.
Apa yang telah terjadi di sana adalah hal yang sangat telak sekali. Orang-orang yang datang dari seluruh ujung dari Imperium Roma menggunakan denari, mata uang Roma. Tetapi di dalamnya ada gambar dari Kaisar Roma. Dan tanpa sebuah pengecualian, Bait Allah akan ternodai dengan membawa ke dalam daerah yang kudus sebuah rupa dan gambar dan berhala. Jadi, mereka harus menukar uang denari itu dengan uang setengah syikal perak Yahudi yang kudus.
Tidak hanya itu, tetapi ketika mereka membawa persembahan mereka, untuk menarik hewan itu dari ujung Imperium Roma merupakan sebuah pembunuhan. Dan dalam perintah untuk meniadakannya maka dibuatlah sebuah seperti sebuah tafsiran, yaitu bahwa ada 14 hektar di dalam halaman Bait Suci untuk bangsa-bangsa lain, sebuah bagian dari Bait Suci. Dan di dalam lokasi yang 14 hektar itu, di sana ada orang yang memiliki berbagai jenis hewan untuk dipersembahkan. Dan tidak hanya hewan-hewan, mereka juga memiliki makanan, tepung, minyak, rempah-rempah dan bahan-bahan tambahan untuk sebuah persembahan yang kudus.
Sekarang apa yang telah terjadi di Bait Allah itu merupakan hal yang sangat telak. Orang Saduki, yang memimpin kehidupan rohani dalam ibadah di Bait Allah, telah membuatnya ke dalam menopoli yang sangat menguntungkan yang pernah dilihat oleh dunia ini. Ketika mereka menukar uang dari denari ke dalam setengah syikal perak, mereka menukarnya dengan mengambil untung yang besar. Mereka membuat keuntungan dalam jumlah yang tidak dapat dibayangkan dalam penukaran uang.
Dan jika anda membawa sebuah korban ke dalam Bait Allah, maka korban itu harus sempurna. Korban itu harus tanpa cacat. Dan jika anda membawanya, mereka akan mengadakan pemeriksaan dengan teliti. Dan jika korban itu lulus dari pemeriksaan, maka korban itu akan diterima.
Tetapi jika anda membawa korban itu dari Hanas, atau dari salah satu dari keempat anaknya, atau dari Kayafas—yang pada saat itu, merupakan menantu dari imam besar maka tentu saja anda akan diterima.
Jabatan Imam Besar itu sendiri merupakan sebuah jabatan yang dapat dibeli. Jabatan itu untuk dijual. Dan jabatan itu dijual kepada penawar yang tertinggi dan yang memiliki aktivitas politik yang lihai. Dan Hanas menjadi orang Saduki yang lihai, memiliki jabatan iman tertinggi termasuk keluarganya, yaitu dirinya sendiri, setiap orang dari keempat anaknya dan , ketika hal ini terjadi, yang menjadi iman besar adalah menantunya Kayafas.
Itu adalah sebuah bisnis yang menguntungkan. Itu adalah sebuah monopoli, usaha yang keterlaluan. Dan ketika Yesus datang ke kota Yerusalem dan masuk ke dalam halaman Bait Allah, reaksiNya terhadap apa yang Dia lihat sangat mengerikan.
Dan kita telah membaca apa yang telah Dia lakukan: Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: "Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan."—menggunakan tujuan Allah untuk keuntungan pribadi.
Anda tahu ada sesuatu tentang Tuhan yang tidak dapat saya lupakan, di dalam akhir pasal enam dari Kitab Wahyu. Dan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: “Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikan kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.” sesudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan?
Biarkan kita tidak memotong kalimat itu, “murka Anak Domba.” Dan kemarahan Tuhan kita serta apa yang Dia lihat di Rumah Allah itu meledak dan sangat dahsyat.
Sekarang apa yang ingin saya ketahui, sebagaimana saya berpikir tentang pemandangan ini: Bagaimana Tuhan Yesus, seorang manusia oleh diriNya sendiri, membuat sebuah bencana, mengusir semua penjual hewan-hewan itu, dan uang penukar-penukar di hamburkanNya ke tanah dan meja-meja dibalikkanNya, serta melakukan semua itu dengan mengabaikan hukuman?
Bagaimana hal seperti itu dapat terjadi?
Mengapa para penukar uang itu tidak bangkit dan menghancurkan Dia? Dan mengapa para penjual hewan korban itu tidak membunuhNya? Dan mengapa para polisi dan petugas Bait Allah yang selalu berada di sana tidak menangkap Dia dan memenjarakanNya?
Mengapa seperti itu? Bagaimana Dia dapat melakukan hal seperti itu? Ada dua alasan. Alasan yang pertama dan diatas dari semuanya adalah hal ini: Kebesaran moral dari Tuhan kita. Seseorang berkata kepada saya pada suatu waktu, “Saya tidak percaya muzijat. Hal itu tidak dapat terjadi.”
Dan saya membalas, “Saudaraku, anda tidak tahu apa yang dapat terjadi di hadapan kepribadian Anak Allah.”
Ada sebuah moral yang yang sangat tinggi dan sangat mempesona tentang Kristus yang menaungiNya dan sukar untuk dilukiskan. Biarkan saya memberikan anda sebuah contoh. Ketika Dia menyampaikan sebuah khotbah yang berhubungan dengan keterbukaan dan kasih Allah kepada bangsa-bangsa lain di kota kelahiranNya di kota Nasareth, mereka dipenuhi dengan kemarahan. Dan mereka membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu dan untuk membinasakan Dia.
Alkitab berkata bahwa Yesus berjalan lewat dari tengah-tengah mereka. Mengapa mereka tidak menangkapNya? Ada sebuah kebesaran moral tentang Tuhan kita yang tidak dapat dilukiskan serta tidak dapat didekati.
Mari kita ambil contoh yang laian, juga orang-orang Farisi, yang bersepakat dengan orang Saduki, mengirim petugas-petugas Bait Suci untuk menangkap Dia, ketika Dia bebicara kepada banyak orang. Dan ketika petugas-petugas Bait Allah itu kembali dan memberi laporan, orang-orang Saduki dan Farisi berkata, “Mengapa kamu tidak menangkapNya?”
Dan dengan lemas mereka menjawab: “Tidak ada seorang pun dari antara Israel yang pernah berbicara seperti orang itu.”
Atau ambillah salah satu contoh yang lain, bukan sebagai poin yang diulang-ulang. Pada malam Dia dikhianati, datanglah sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah untuk menangkap Dia, yang dipimpin oleh Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia dengan sebuah ciuman. Dan ketika Tuhan, bertemu dengan gerombolan orang banyak itu, Dia berkata, “Siapakah yang kamu cari?”
Dan mereka menjawab, “Yesus dari Nasareth.”
Dan Dia menjawab, “Akulah Dia. Akulah Dia.”
Dan Alkitab berkata bahwa, ketika Dia mengatakan itu, maka mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Saya ulangi: Ada sebuah hal yang mempesonakan dari kebesaran dan kemuliaan dan kuasa moral di dalam kehadiran Yesus, Anak Allah, yang sangat mengagumkan. Itu adalah alasan pertama mengapa mereka tidak menangkapNya ketika Dia mengusir para pedagang hewan kurban itu dan membalikkan meja-meja penukar uang.
Alasan yang kedua, terletak dalam diri orang itu sendiri. Sebuah hati nurani adalah sebuah hal yang mengagumkan di dalam kehidupan manusia.
“Hati nurani, hati nurani, yang menimbulkan rasa takut bagi kita semua,” kata Shakespear.
Dan, permainan, tragedi, yang ditulis oleh Shakespear, Richard III, bukanlah sesuatu yang kosong, tetapi sebuah pemandangan, sebuah gambaran, sebuah dramatikal dari kalimat yang mempesonakan itu.
Richard III—seperti yang anda ingat, adalah Bangsawan dari Gloucester—yang memperoleh mahkota Inggris dengan melakukan sebuah pembunuhan satu dengan yang lainnya. Dan ketika anda berpaling ke akhir permainan, Richard III menghadapi pertempuran terakhir dan di akhir kematiannya, inilah yang dia katakan: “Oh hati nurani yang menakutkan bagaimana engkau menimpa aku? Hati nuraniku memiliki ribuan lidah. Dan setiap lidah dibawa dalam beberapa kisah. Dan setiap kisah menghukumku untuk sebuah kejahatan.”
Biarkan saya mengutipnya dari Alkitab, yang akan saya katakan dalam sebuah cara yang lain: “Pengecut melarikan diri ketika tidak seorang pun mengikuti, tetapi kebenaran berani seperti seekor singa.”
Itu adalah alasan kedua mengapa Tuhan kita tidak dapat disentuh ketika dia membersihkan Bait Allah.
Sekarang bolehkah saya menyimpulkannya? Mereka bertanya kepada Dia—dan hanya itu keberanian yang dapat mereka lakukan: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?”
Dan Dia menjawab, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.”
“Dia berkata,” Kata Yohanes, “yang Dia maksudkan dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri”—sebuah tanda bahwa Dia adalah kuasa dan kehadiran serta penyataan dan Kemuliaan Allah—KematianNya dan kebangkitanNya. Dan sesungguhnya ini adalah penegasan yang hebat dari iman Kristen.
Di dalam Kitab Yohanes pasal sepuluh, berbicara kepada orang yang sama, Dia berkata: “Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu. Iniah tugas yang Kuterima dari BapaKu. Aku memberikan nyawaKu. Tidak seorang pun dapat mengambilnya dari padaKu, melainkan aku memberikannya menurut kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya, dan berkuasa mengambilnya kembali.” Tidak seorang pun dan tidak ada kuasa apa pun dan pemerintahan mana pun yang pernah dapat membunuh Tuhan kita. Merupakan kehendakNya sendiri dan kerelaanNya untuk memberikan nyawaNya. Dan Tuhan Yesus yang sama yang telah memberikan hidupNya, pada hari yang ketiga akan bangkit dari kematian dengan kuasa kemuliaan yang sama yang luar biasa dan merupakan wujud kehadiran Allah.
Saya tidak menekankan makna dari ini terlalu jauh ketika saya menambahkan satu kata yang laian. Tidak hanya Dia menunjukkan kepada baitNya sendiri, yaitu tubuhNya sendiri: “Rombaklah Bait Allah ini dan pada hari yang ketiga Aku akan membangkitkannya dari kematian.” Saya tidak ingin menekankannya terlalu jauh ketika saya juga menyatakan bahwa hal itu juga merujuk kepada seluruh sistem persembahan, di sekitar Dia.
Kematian Kristus menghancurkan hal itu selama-lamanya. Tirai pembatas Bait Allah telah koyak dalam ikatannya. Dunia merobeknya dalam gempa bumi yang besar. Sistim korban telah dihancurkan selamanya. Dan pasukan Roma setelah 37 tahun kemudian, menembakkan sebuah panah api ke dalam tempat yang paling kudus. Dan Bait Suci dilenyapkan selamanya dari muka bumi.
Tetapi yang keluar dari keruntuhan, dari gempa bumi dan dari api serta dari kehancuran dan dari kematian, di sana bangkit sebuah tubuh yang baru: Jemaat dari Yesus Kristus, persekutuan dari umat Allah. Itu adalah sebuah ciptaan yang baru, yang keluar dari reruntuhan yang lama—umatNya yang percaya, jemaatNya yang memiliki iman di dalam Tuhan dan pada akhirnya, dalam kedatangan kerajaan Allah.
Aku mencintai kerajaanMu, Tuhan,
Rumah yang menjadi kediamanMu selamanya
Jemaat dari Penebus kami yang penuh berkat
Yang dibawa dengan darahNya sendiri
Aku mengasihi gerejaMu, Ya, Allah
Tembok-temboknya yang yang berdiri di depanMu
Yang menjadi biji mataMu
Dan patung buatan tanganMu
Untuknya air mataku terjatuh
Untuknya doaku kunaikkan
Untuknya kerja kerasku dan kepedulianku kuberikan
Hingga usahaku dan kepedulianku akan berakhir.
Dan Tuhan kita, di dalam kebangkitan hidup yang baru, yang luar biasa itu dari Juruselamat kita dan ciptaan dari permulaan yang baru, tubuh yang baru, kerajaan Kristus, jemaat dari Juruselamat kita—O Tuhan, dengan pujian apa dan ucapan syukur yang bagiamana, yang berasal dari dalam hati kami yang mengalir dengan limpahan syukur kepada Allah! Dan memberkati kami, Tuhan, sebagaimana kami mempersembahkan kepadaMu hidup kami. Di dalam hidupMu yang abadi dan namaMu yang menyelamatkan, Amin.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.