DOKTRIN PEMBENARAN
(The Declaration of Justification)
Oleh Dr. W.A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini sebelumnya dikhotbahkan di Kebaktian Munggu, 8 Agustus 1982
di First Baptist Church in Dallas, Texas
Bagaimana orang berdosa dan terhilang seperti kita dapat berdiri dalam hadirat Allah? Bagaimana kita dapat berdiri di dalam hadirat Allah yang hidup? Ini adalah doktrin Pembenaran atau Justifikasi. Mari kita membaca dalam Galatia 2 mulai ayat yang ke 16:
“Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat. Tetapi jika kami sendiri, sementara kami berusaha untuk dibenarkan dalam Kristus ternyata adalah orang-orang berdosa, apakah hal itu berarti, bahwa Kristus adalah pelayan dosa? Sekali-kali tidak. Karena, jikalau aku membangun kembali apa yang telah kurombak, aku menyatakan diriku sebagai pelanggar hukum Taurat. Sebab aku telah mati oleh hukum Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku. Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus” (Galatia 2:16-21).
ETIMOLOGI KATA PEMBENARAN
Doktrin pembenaran, baik dalam bahasa Ibrani dan bahasa Yunani memiliki akar kata yang sama yang diterjemahkan ke dalam Alkitab bahasa Inggris sebagai “righteousness” dan “justification” atau “pembenaran.” Di dalam bahasa Ibrani kata ini diterjemahkan dari kata tsedeq. Tsedeq berarti “dijadikan benar” yang juga berarti “dinyatakan benar” atau “justifikasi/pembenaran.” Dalam Kejadian 5:6 seperti dikutip dalam Galatia 3:6, “Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.” Kata “kebenaran” seperti terdapat dalam Kejadian 6:15 berasal dari bahasa Ibrani yaitu bentuk substantif dari kata tsedeq yang berarti “righteousness” atau “kebenaran.” Jadi di sini iman Abraham di perhitungkan sebagai kebenaran. Sedangkan dalam kata bahasa Yunani, khususnya dalam Galatia 3:6 ini menggunakan kata dikaios yang berarti “dijadikan benar.” Dalam Matius 1:19, “Yusuf disebut orang benar” atau dalam terjemahan bahasa Indonesia di sebut “tulus hatinya.” Di dalam Matius 5:45 dikatakan bahwa “Tuhan menurunkan hujan bagi orang benar atau dikaios dan orang yang tidak benar atau adikos.” Dalam Kisah Para Rasul 10:22, “Kornelius seorang perwira yang tulus hati atau dikaios.” Dalam Roma 1:17 dikatakan bahwa “orang benar atau dikaios akan hidup oleh iman.” Bentuk verbal dari kata dikaios adalah dikaioo yang berarti “menyatakan kita benar.” Pemungut cukai yang berdoa di Bait Suci pulang ke rumahnya dengan dikaioo atau “dinyatakan benar”. Dalam Roma 8:30 dikatakan “dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga di benarkan-Nya (edikaisomen) dan mereka yang dibenarkan (edikaisomen) mereka itu juga dimuliakan-Nya.” Bentuk substantif yang lain dari kata kerja Yunani adalah dikaiosis yang berarti “pembebasan atau pembenaran.” Dalam Roma 4:25, dikatakan bahwa “Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran (dikaiosis) kita.” Kata yang sama juga digunakan di dalam Roma 5:18, “Sebab itu sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran (dikaiosis) untuk hidup.” Jadi kata “justifikasi” atau “pembenaran” berarti “dinyatakan benar atau dijadikan benar.”
DEFINISI DOKTRIN PEMBENARAN
Maksud dari doktrin justifikasi atau pembenaran ini bahwa Allah menyatakan kita sebagai orang benar berdasarkan penebusan oleh karena kematian Kristus, yaitu bagi kita yang percaya melalui iman di dalam Dia. Allah menyatakan bahwa kita telah ditebus dari hukum Taurat atau dibebaskan karena penghukuman oleh dosa-dosa kita, oleh karena kematian Kristus. Kristus mati untuk membayar hutang dosa-dosa kita dan kita diampuni, dibenarkan atau dinyatakan benar oleh karena percaya kita di dalam Dia melalui iman.
Hal kedua yang terkandung dalam doktrin pembenaran ini adalah bahwa kita yang telah dinyatakan benar di dalam penebusan oleh karena kematian Kristus tidak lagi menjadi subyek penghukuman hukum maut. Di dalam pembenaran ini kita sudah dinyatakan teruji, terhukum dan telah mati di dalam anugerah penebusan Tuhan kita.
Hal yang ketiga yang terkandung di dalam doktrin pembenaran ini adalah bahwa kita yang dulu pernah ditolak oleh Allah namun sekarang diterima oleh Dia di dalam kasih dan anugerah-Nya. Kita yang dahulu dihakimi atau dinyatakan bersalah, namun sekarang kita dibebaskan atau dinyatakan benar. Kita yang dahulu pernah menentang Allah di dalam dosa-dosa kita, tetapi sekarang kita dapat diterima di dalam pemandangan dan hadirat Allah.
Kita dibenarkan dalam pengertian bukan berarti bahwa kita bukan lagi orang berdosa bahwa kita bukan berarti tidak memiliki dosa atau suci tetapi Allah memandang suci oleh karena penebusan Kristus. Lihatlah dalam Zakharia pasal 3, di sana nabi melihat Yosua berdiri sebagai imam besar di hadapan Allah dan ia memakai pakaian yang kotor. Di sebelah kanannya Iblis berdiri untuk mendakwa dia, “Lihatlah orang yang mengenakan pakaian kotor itu, imam besar yang berdiri di hadapan Allah Yang Mahatinggi itu. Lihatlah dia.” dan Allah menjadikannya bersih dan menggantikan pakaian Yosua dengan pakaian yang indah dan penuh kemuliaan dan menaruh serban tahir pada kepalanya. Allah selalu berdiri di antara umat-Nya dan membela umat-Nya terhadap segala tuduhan, karena di dalam pemandangan Allah umat-Nya adalah suci, kudus. Itulah doktrin pembenaran. Paulus juga berbicara demikian di dalam Roma 8:33, “Siapakah yang akan menghujat orang-orang pilihan Allah? Allah yang membenarkan mereka.”
Anselm adalah seorang filsuf dan seorang teolog Kristen yang sangat terkenal. Jikalau anda belajar teologi anda pasti mengenal Anselm, ia adalah Archbishop dari Canterbury pada kira-kira tahun 1100 Masehi. Dan ia menulis sebuah traktat untuk menghibur orang-orang yang mendekati ajalnya yang terus dituduh oleh dosa-dosa mereka. Traktat ini ditulis dengan menggunakan gaya penulisan tanya jawab yang menggambarkan seorang hamba Tuhan berdiri di samping seseorang yang sedang sekarat dan ia berkata kepada orang yang akan segera meninggal itu:
Pertanyaan: “Apakah engkau percaya bahwa Tuhan Yesus Kristus telah mati untuk engkau?”
Dan jawabnya, “Ya saya percaya.”
Pertanyaan: “Apakah engkau telah mengucap syukur untuk penderitaan dan kematian-Nya?”
Jawab: “Ya saya mengucap syukur kepada-Nya.”
Pertanyaan: “Apakah engkau percaya bahwa engkau tidak akan diselamatkan kecuali oleh kematian-Nya?”
Jawab: “Saya percaya.”
Hamba Tuhan itu menegaskan kepada orang yang sedang sekarat, “Tetaplah hidup di dalam Dia, Kristus yang adalah satu-satunya tempat dimana engkau menaruh seluruh kepercayaanmu. Tiada tempat lain yang dapat engkau percaya. Dan jika Tuhan Allah akan mengadili engkau maka engkau dapat berkata, ‘Tuhan antara penghakiman-Mu dan aku, aku membawa kematian Tuhan Yesus Kristus.’ Dan jika Allah akan berkata bahwa engkau adalah orang berdosa, maka engkau dapat berkata, ‘Tuhan aku membawa kematian Tuhan Yesus Kristus antara dosaku dan Engkau.’ – “Jikalau Allah berkata engkau harus dihukum, katakan, ‘Tuhan aku membawa kematian Tuhan Yesus Kristus antara kejahatanku dan Engkau.’ – “Jikalau Ia berkata bahwa Ia murka terhadap Engkau maka katakan, ‘Tuhan saya mau melakukan pembelaan oleh karena kematian Tuhan Yesus Kristus, antara murka-Mu dan aku.’
“Dan ketika engkau telah menjelaskan semua ini katakan lagi ‘Tuhan aku telah membawa kematian Tuhan Yesus Kristus antara aku dan Engkau.”
Ini adalah justifikasi, bukan karena saya benar atau suci atau tanpa dosa tetapi karena Allah memandang saya sebagai orang benar oleh karena Yesus Kristus yang telah menanggung segala dosa dan kesalahan kita ketika kita percaya dan beriman kepada Dia.
YANG PERTAMA TUHAN BERKENAN
PADA ORANGNYA SEBELUM
PADA PERBUATANNYA
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa mula-mula Allah berkenan kepada seseorang sebelum Ia berkenan atas pekerjaan atau perbuatan orang itu. Kita dapat membaca dalam Kejadian 4:4. Di sana diceritakan bahwa ketika Habel datang di hadapan Tuhan dan “Allah berkenan atau mengindahkan Habel dan korban persembahannya.” Jadi di sini Allah berkenan atau mengindahkan Habel terlebih dahulu, baru kemudian persembahannya. Begitu juga di ayat 5 dikatakan, “tetapi Kain dan setelah itu korban persembahannya tidak diindahkan oleh Tuhan.”
Jadi pertama-tama Allah mengindahkan atau respek terhadap Habel, kepada manusia itu sendiri dan kemudian barulah Ia menerima persembahan Habel. Allah mengindahkan atau respek terhadap pekerjaan atau korban persembahannya oleh karena sebelumnya Allah telah respek atau menerima Habel. Demikian jugalah pelajaran seluruh Alkitab yang juga anda dapat baca dalam Mazmur 23, “Tuhan adalah gembalaku takkan kekurangan aku, Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang, Ia menyegarkan jiwaku, Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.”
Saya berpikir tentang Samuel yang diutus Tuhan untuk pergi ke Betlehem ke keluarga Isai untuk mengurapi raja baru atas Israel menggantikan Saul, dan Samuel mengajak keluarga Isai untuk memberikan korban persembahan dan ia meminta Isai untuk mengumpulkan anak-anaknya di depan mereka, karena salah satu dari mereka Tuhan berfirman bahwa ia akan diurapi menjadi raja atas Israel. Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab lalu pikirnya: “Sungguh di hadapan Tuhan berdiri yang diurapinya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi sebab Aku telah menolaknya.
Lalu Samuel meminta Isai untuk memanggil anaknya yang kedua, lalu Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata: “Orang inipun tidak dipilih Tuhan.” Kemudian Isai menyuruh Syama lewat tetapi Samuel berkata: “Orang inipun tidak dipilih Tuhan.” Demikianlah Isai menyuruh tujuh anaknya lewat di depan Samuel tetapi Samuel berkata: “Semua ini tidak dipilih Tuhan.” Dalam keputusasaan lalu Samuel berkata kepada Isai: “Inikah anakmu semuanya?” Jawab Isai: “Masih tinggal yang bungsu tetapi sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai: “Suruhlah orang memanggil dia sebab kita tidak akan duduk makan sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia, ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok, lalu Tuhan berfirman: “Bangkitlah urapilah dia sebab inilah dia.” kemudian Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya dan Allah berkata kepada Samuel “Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah, manusia melihat apa yang di depan mata tetapi Tuhan melihat hati.”
Allah melihat hati. Yang pertama manusia itu sendiri yang diterima oleh Allah, baru kemudian pekerjaan-pekerjaan atau perbuatannya. Selalu demikian apa yang kita temukan dalam Alkitab.
Kita tidak diselamatkan oleh perbuatan atau pekerjaan kita, tetapi kita diselamatkan oleh karena pembenaran Allah. Kita tidak dapat berkata, “Aku telah melakukannya, aku telah menyelamatkan diriku sendiri, kebenaranku sendiri yang menyelamatkan aku.” Baru-baru ini saya membaca suatu surat kabar dan inilah yang saya baca. Seorang polisi pada hari rabu ini berkata, “Seorang ibu yang memiliki tujuh anak baru-baru ini membakar dirinya sendiri pada suatu tiang dengan harapan menjadi orang kudus. Para pejabat pemerintahan berkata bahwa Angelita Borsen, umur 48 tahun menyiram dirinya sendiri dengan gasolin dan kemudian menyulutnya dengan api. Ia berkata “Aku akan mati seperti Joan of Arc dan jiwaku akan diterima dalam kerajaan sorga.”
Ini bukan doktrin pembenaran, tetapi ini adalah doktrin pembenaran diri sendiri. Pikiran ini berkata bahwa aku akan melakukan itu, kebenaranku sendiri, usahaku sendiri akan diperkenan oleh Allah dan aku akan menjadi orang kudus.
DOKTRIN PEMBENARAN DIRI SENDIRI
DARI AGAMA-AGAMA PALSU
Saya tidak peduli siapa dia, jikalau ia berkata, “Perbuatan baikku dan kebenaran hidupku akan membuat aku layak berdiri di hadapan Allah,” ini adalah seruan dan kesombongan dari orang-orang yang belum dilahirkan kembali, atau orang-orang duniawi. Jika anda pernah bertemu dengan orang yang sudah diselamatkan atau orang percaya, ia akan berkata, “Aku bukanlah orang kudus, aku adalah orang yang paling berdosa, diantara orang berdosa akulah yang paling berdosa. Pengharapanku hanyalah di dalam anugerah dan kebaikan Yesus Tuhanku.” Itulah pernyataan dari orang yang telah diselamatkan. Ia tidak akan pernah menyombongkan kebaikannya ataupun kebenarannya sendiri.
Bukan hanya itu tetapi doktrin pembenaran diri sendiri ini atau pengajaran yang mengajarkan bahwa kita diselamatkan dengan perbuatan baik atau keselamatan melalui usaha kita sendiri adalah doktrin atau ajaran yang umum yang dipertahankan oleh semua agama palsu di dunia ini. Mereka mungkin memiliki perbedaan dalam penyampaiannya, namun sebenarnya memiliki kesamaan berhubungan dengan doktrin ini. Semua agama-agama palsu di dunia ini menerapkan doktrin pembenaran diri sendiri atau doctrine of self justification. Mereka berkata, “Kita akan diselamatkan oleh diri kita sendiri melalui perbuatan baik kita.”
Ini nampaknya menjadi refleksi atau menjadi bagian dari manusia yang telah jatuh di dalam dosa. Semua agama di dunia ini memiliki pemikiran dan doktrin seperti itu, namun di dalam perikop ini Rasul Paulus menegaskan bahwa doktrin pembenaran diri sendiri atau pemikiran yang mengajarkan bahwa keselamatan adalah melalui usaha dan kebaikan diri kita sendiri, itu tidak akan dapat diterima oleh Allah. Paulus menggunakn kata Yunani di dalam perikop ini yang di terjemahkan menjadi, “menolak kasih karunia Allah dan kematian Kristus” (Galatia 2:21) dengan kata atheto. Kata atheto ini berasal dari “a” (alpha) yang di dalam bahasa Yunani menunjukkan bentuk negatif atau disebut juga αlpha privitif. Kata tithemi adalah kata Yunani yang berarti “menempatkan.” Jadi atithemi atau di sini atheto berarti, “mengingkari atau menolak.” Kata ini juga berarti “suatu pembatalan” atau “suatu penghapusan” dan kata-kata ini merupakan kata yang sangat kuat.
DOKTRIN PEMBENARAN DIRI SENDIRI
MENJADIKAN PENEBUSAN KRISTUS
MENJADI SIA-SIA
Dan Paulus mengajarkan kepada kita bahwa bila kita mengikuti doktrin ini, yaitu doktrin yang mengajarkan bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri, yaitu bahwa kita diselamatkan melalui pembenaran diri sendiri atau melalui usaha perbuatan baik sendiri dan berpikir bahwa dengan cara ini kita dapat diperkenan oleh Allah dan pintu sorga akan terbuka bagi kita, ketika kita melakukan hal itu ada tiga hal terjadi:
Pertama berarti kita atheto atau menolak atau membatalkan atau menghapuskan penebusan oleh kematian Kristus. Itu artinya bahwa kita tidak memerlukan kematian-Nya, karena kita berpikir bahwa kita dapat menyelamatkan diri kita sendiri. Korban kematian Anak Allah yang menebus tidak diperlukan karena ini adalah sesuatu yang dapat saya tangani sendiri, sesuatu yang dapat saya selesaikan sendiri, karena saya dapat menebus diri saya sendiri dan kematian Kristus menjadi sia-sia.
Kedua, itu membuat anugerah dan rahmat Allah menjadi sia-sia atau tidak berguna karena jikalau manusia dapat menyelamatkan dirinya sendiri dia tidak perlu menghempaskan dirinya sendiri ke atas anugerah Allah, karena ia dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Jika kita tidak ada dosa dan jika kita adalah orang benar, maka kita tidak memerlukan rahmat dan anugerah dari Allah.
Yang ketiga, ketika kita berdiri di hadapan Allah yang Mahakudus, setiap kita akan dihakimi. Hati kita sendiri akan menghakimi kita, perbuatan-perbuatan kita menghakimi kita, pikiran-pikiran kita akan menghakimi kita, mimpi dan pengharapan dan juga hidup kita akan menghakimi kita. Kita diperhadapkan pada kenyataan bahwa kita adalah orang berdosa, baik secara natur maupun secara praktis dalam kehidupan kita. Dan apa yang manusia lakukan ketika ia berdiri di depan penghakiman Allah yang Mahatinggi? Ia harus menghempaskan dirinya sendiri ke dalam anugerah Allah. Itulah apa yang seharusnya kita lakukan, “Tuhan memiliki anugerah bagi saya, orang yang berdosa.”
Dalam Wahyu 1 dikatakan, “Bagi Dia yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya… Bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya Amin” (Wahyu 1:5-6). Dan dalam Wahyu fasal 5 dikatakan, “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa dan kekayaan dan hikmat dan kekuatan dan hormat dan kemuliaan dan puji-pujian!” (Wahyu 5:12). Firman Tuhan juga berkata “Karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan kaum dan bahasa dan bangsa.” (Wahyu 5:9). Dan semua tua-tua itu dan keempat kerubim atau mahluk itu tersungkur dan menyembah dan tidak ada lagu pujian yang bunyinya demikian, “Terpujilah aku, aku telah menyucikan dosa-dosaku dan menjadikan dosa-dosaku menjadi putih. Segala kemulian hanya bagiku. Aku telah mengerjakan karya keselamatan yang besar bagi diriku sendiri,” namun di dalam Alkitab tercatat bahwa puji-pujian yang keluar dari mulut mereka adalah, “Segala kemuliaan bagi Dia yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya.”
KESELAMATAN KITA ADALAH OLEH
PEMBENARAN PENEBUSAN ANAK ALLAH
Jadi di sini jelas bahwa saya tidak diselamatkan oleh karena kebaikan saya sendiri atau karena kebenaran saya sendiri, tetapi saya diselamatkan oleh karena anugerah Allah. Saya tidak diselamatkan oleh karena saya layak atau saya adalah orang berdosa yang baik, tetapi saya diselamatkan karena Yesus mengasihi saya dan memberikan diri-Nya sendiri untuk saya. Yesus menutup pintu neraka di depan saya dan Ia membuka pintu sorga untuk saya dan menyambut anak-anak yang telah ditebus-Nya untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya.
Itulah sebabnya saya menekankan ayat yang agung dan luar biasa ini, yang harus senantiasa kita ingat yaitu dalam Galatia 2:20 yang dikatakan, “Namun aku hidup tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman oleh karena Anak Allah yang telah mengasihi aku dan yang telah menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Pujian dan kemuliaan serta ucapan syukur kita bukan berbunyi, “Lihat apa yang telah aku lakukan,” tetapi “Lihat apa yang telah Dia lakukan.” Anugerah-Nya serta rahmat-Nya menjangkau orang berdosa sehingga saya diselamatkan oleh Dia.
Dalam Galatia 4 Paulus memberikan perbedaan yang jelas antara pembenaran oleh iman dan pembenaran oleh pekerjaan manusia, antara perbudakan dan menjadi anak. Seorang budak atau hamba bekerja untuk mendapatkan upah, tetapi seorang yang adalah ahli waris, dia tidak perlu bekerja untuk mendapatkan upah, karena dia adalah ahli waris dalam rumah itu. Paulus berkata, “Jadi kamu bukan lagi hamba melainkan anak, jikalau kamu anak maka kamu juga adalah ahli-ahli waris oleh Allah.”
Yesus pernah menceritakan tentang anak yang hilang. Anak itu telah meninggalkan rumah dengan membawa semua warisan dari ayahnya dan kemudian menjualnya dan dibuatnyalah warisan atau uang itu untuk berfoya-foya. Dan ketika semuanya habis dan kota dimana ia berada terjadi bencana kelaparan, maka ia bekerja sebagai penjaga babi dan makan dari ampas-ampas babi itu, dan kemudian ia berpikir bahwa seandainya ia kembali ke rumah bapanya dan menjadi hamba di rumah bapanya, itu jauh lebih baik daripada kelaparan di kota itu. Akhirnya anak yang hilang itu kembali kepada bapanya, pulang ke rumah bapanya dan ternyata bapanya senantiasa menanti kepulangan anaknya itu. Ketika anak itu berjumpa dan disambut oleh bapanya, ia berkata, “Bapa aku telah berdosa jadikan aku salah satu dari pembantu-pembantu Bapa.”
Dan bapanya tidak pernah mengijinkan dia menyelesaikan kalimatnya dan ia berkata, “Ini adalah anakku, anakku yang dulu telah mati kemudian hidup lagi yang dulu telah hilang kini kutemukan, lalu bapanya berkata kepada para hamba-hambanya, ‘lekaslah bawa kemari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dengan sukacita sebab anakku ini sudah mati dan telah menjadi hidup kembali dan telah hilang dan menjadi di dapat kembali.’” Itulah anugerah Allah bagi kita. Kita bukan lagi hamba yang harus bekerja di rumah orang lain, tetapi kita adalah ahli waris bersama Yesus Kristus dalam kerajaan Allah.
Pada suatu Sabtu pagi saya makan pagi di Lakewood Country Club bersama dengan orang-orang yang akan menjadi penyumbang dana beasiswa bagi anak-anak di sekolah kami yaitu First Baptist Academy. Di sana ada banyak anak-anak yang ingin sekolah, namun karena mereka miskin, mereka tidak dapat membayar uang sekolah dan kami mencoba untuk melakukan sesuatu yang mungkin dapat menolong mereka sehingga mereka dapat sekolah tanpa harus membayar. Dalam kesempatan itu Charles Rhodes yang adalah kepala sekolah di tempat kami, memberikan kesaksian demikian:
Ia berkata, “Ada anak yang nakal sekali di sekolah kita, ia berumur 14 tahun ia telah melarikan diri dan saya telah menghabiskan banyak waktu untuk mencari dia di jalanan Dallas.” Namun akhirnya suatu hari seorang guru SMU datang dan membawa anak itu ke kantor kepala sekolah dan kemudian berkata kepada kepala sekolah itu, “Saya menolak untuk bekerjasama dengan anak ini, saya tidak ingin dia masuk dalam kelas saya, saya tidak ingin melihat dia lagi, itu tidak mungkin. Saya tidak dapat melakukan apapun bersama dia dan saya membawa dia kepada anda agar anda tahu bahwa saya tidak mau menyambut dia dan saya tidak mengijinkan ke kelas manapun yang saya sedang ajar.”
Guru itu segera meninggalkan ruang kepala sekolah dan meninggalkan anak itu duduk di sana, di depan Mr Rhodes. Kemudian Mr Rhodes berkata, “Saya telah memiliki banyak masalah hari ini.” Kemudian ia memandang anak itu dan berkata, “Berdiri dan tinggalkan tempat ini, saya tidak ingin bicara denganmu hari ini, saya hanya tidak ingin bicara sekarang karena itu sekarang pergilah.”
Mr. Rhodes berkata sambil kepalanya menunduk kemeja dan kedua tangannya memegang kepalanya dan kemudia ia mengangkat wajahnya dan ternyata anak itu masih duduk di sana, ia tidak beranjak dan pergi meninggalkan kantornya. Ia masih duduk di sana.
Dan kemudian Mr Rhodes berkata, “Saya bicara kepada kamu nak, apakah kamu tidak mendengar apa yang saya katakan? Saya bilang agar kamu berdiri dan meninggalkan kantorku ini, saya tidak ingin berbicara denganmu hari ini.”
Dan anak itu berkata kepada sang kepala sekolah itu, “Pak, saya tetap tinggal di sini karena saya ingin berubah, saya ingin diselamatkan, saya ingin menjadi orang Kristen dan saya berpikir anda telah menunjukkan kepada saya bagaimana menjadi orang Kristen dan anda telah mengajar kepada saya bagaimana menjadi orang Kristen.”
Kemudian kepala sekolah itu berbicara kepada kami katanya, “Saya telah menunjukkan dan mengajar anak itu bagaimana diselamatkan, bagaimana menjadi orang Kristen dan ia menerima Tuhan sebagai Juruselamatnya, dan ia pulang dan dia memenangkan ayah dan ibunya kepada Tuhan dan mereka bertiga sekarang ada bersama kita sekarang di sini, di First Baptist Church, untuk memuji Tuhan dalam kebaktian ini.”
Itulah anugerah Allah. Anugerah itu mengubah hidup kita dan semua berkat mengikutinya. Anugerah Allah yang menjadikan kita menjadi manusia baru menjadi anak-anak dari Bapa yang telah dilahirkan kembali. Oleh sebab itu saudaraku yang kekasih datanglah kepada Allah, buanglah kebenaran dirimu sendiri di hadapan Allah, dan biarlah Kristus menebus anda, sehingga oleh karena penebusan Kristus, Allah menyatakan dan memandang anda sebagai orang benar, bukan karena kebenaran anda, bukan karena kebaikan anda, bukan karena usaha dan perbuatan anda, tetapi apa yang telah Ia lakukan bagi kita, yaitu penebusan Kristus melalui darah-Nya.