Daftar isi

KESELAMATAN OLEH ANUGRAH

(SALVATION BY GRACE)

 

12-07-69A

Efesus  2:8-10

 

Saat ini adalah waktu ibadah First Baptist Church di Dallas, dan inilah gembala gereja kami yang sedang membawa Firman Tuhan dengan tema KESELAMATAN OLEH ANUGRAH. Inilah khotbah yang diambil dari salah satu teks yang agung dalam Alkitab dan salah satu terminologi theologia yang agung di segala abad. Kita memasuki Surat Efesus pasal kedua, dan teks kita adalah Efesus 2:8-9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu; tetapi pemberian Allah; itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada seorangpun yang memegahkan diri.”

            Di sini ada dua cara, bagaimana seseorang ingin diselamatkan. Ada dua kemungkinan dan hanya dua, bukan satu atau setengah atau tiga cara. Tidak! Hanya dua. Hanya ada dua cara kemungkinan seseorang dapat diselamatkan. Pertama, ia berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Itu adalah alternatif yang pertama, yaitu dia berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Dan itu adalah cara yang tidak akan pernah dapat berhasil memperoleh keselamatan. Kedua, Tuhan yang menyelamatkannya. [Dan ini adalah satu-satunya cara yang benar]. Pagi ini kita akan mengambil kemungkinan dua alternatif ini, dan dua bagian ini.

 

USAHA MANUSIA UNTUK MENYELAMATKAN DIRINYA SENDIRI

ATAU CARA YANG SALAH

 

PERTAMA, manusia berusaha menyelamatkan dirinya sendiri. Tentu hal seperti ini adalah usaha semua manusia secara praktis atau pada umumnya. Ada empat cara yang berbeda, yang mereka duga dapat menyelamatkan diri mereka.

Pertama adalah dengan askese/ menyiksa diri sendiri.  Dengan menyiksa tubuh, maka mereka pikir akan ada pengharapan bahwa kita dapat melepaskan jiwa kita dari kematian kekal. Penyiksaan terhadap diri sendiri, askese terhadap diri sendiri merupakan bentuk peyisakaan secara fisik.

Kita semua pernah melihat gambaran-gambaran tentang hal itu---saya sendiri pernah melihat beberapa gambaran itu---yang ada pada orang-orang Hindu, ketika mereka mencari tuhan mereka untuk mengakui dosa-dosa mereka. Beberapa di antara mereka akan menyatukan tangan mereka dan mengarahkan tangan mereka ke langit dan mereka melakukan hal itu sangat lama, sehingga tangan mereka menjadi kaku dan mereka tidak dapat menurunkan tangan mereka sedikitpun. Beberapa di antara mereka meletakkan tangan mereka di atas bantal paku dan  ujung-ujung paku yang panjang. Beberapa di antara mereka membiarkan diri mereka mati kelaparan. Beberapa di antara mereka melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki sebagai musafir. Mereka menyiksa diri mereka, agar dapat menyelamatkan jiwa mereka.

            Pernahkah anda melihat film tentang Martin Luther atau membaca biografinya? Martin Luther, ketika ia menjadi seorang rahib, dia menyiksa dirinya, memukul dirinya dengan menyiksanya dengan sebuah cambuk,  dengan ikat pinggangnya ia memukuli dirinya, memukuli dirinya, menyiksa dirinya,  dan terbaring di malam hari dengan lumuran darah di badannya.   

            Saya kira, Origen adalah  Bapak Gereja yang Agung, yang memiliki pemikiran theologia yang agung, yang pernah muncul di dalam keluarga manusia. Origin menghancurkan kemanusiaan dirinya dan membuang dirinya dengan cara mengkebiri dirinya sendiri. Padahal dia adalah  seorang manusia normal. Penyiksaan dan kesedihan dan askese terhadap diri sendiri adalah suatu upaya untuk bisa terlepas dari hukuman kematian dan dosa.

 

Kedua, cara yang lain, di mana orang-orang mengusulkan untuk menebus rasa bersalah mereka, untuk menyelamatkan diri mereka sendiri, yakni dengan cara yang salah, dengan memberi persembahan. Dengan memberi persembahan, maka dalam pandangan mereka Tuhan pasti menerimanya.

            Pernahkah anda pergi ke Meksiko Kuno? Sudahkah anda melihat Pyramid Aztex? Apakah anda tahu untuk apakah tempat-tempat tersebut digunakan? Jika anda mengunjungi Meseum Meksiko Kuno, anda akan melihat potongan lukisan seni pahat di Aztex Indian Kuno dan di atas sebuah altar diletakkan seorang prajurit perang dekat orang mempersembahan sesuatu dengan seorang imam dan sebuah pisau yang tajam. Persembahan itu harus darah yang masih hangat dan korban potongan hati itu harus merupakan nadi kehidupan, ketika kematian datang melumpuhkannya. Memberi tubuh manusia untuk menebus dosa dalam jiwanya.

            Saya pernah berdiri di Sungai Gangga. Pada waktu di sana masih belum terjamah hukum, selama berabad-abad yang lalu, para ibu-ibu datang ke Sungai itu untuk melemparkan anak-anak mereka ke dalam mulut-mulut buaya yang sedang kelaparan, agar supaya dapat menyelamatkan jiwa-jiwa mereka. Hasil yang diharapkan dari melemparkan sesosok tubuh itu adalah untuk menebus dosa dalam jiwa mereka.   

            Ketika anda membaca Kitab Perjanjian Lama, anda akan menemukan bahwa Ahaz, raja Yehuda. Dia mempersembahkan anaknya kepada dewa Molok di dalam perapian. Itulah cara yang dia pakai untuk mempersembahkan anaknya kepada dewa Molok. Di Lembah Hinom, yang menurut mereka adalah dewa kekayaan yang agung, yang ada di perapian, yang mereka anggap dewa yang menyelamatkan jiwa mereka, sehingga mereka melemparkan anak-anak mereka ke tempat perapian itu. Manase yang memerintah Yehuda selama 40 tahun lamanya juga melakukan hal yang sama, mempersembahan anaknya kepada dewa molok di Lembah Hinom.

            Kebangunan rohani yang besar terjadi di bawah kepeimpinan Yosia, Yosia mengotori dan mencemari lembah itu selamanya dan membuatnya sebagai tempat sampah, bangkai binatang, kotoran, dan kota yang kotor dan menjijikkan. Inilah kata dalam Perjanjian Baru yang mewakili kata neraka---Gehenna---Lembah Hinom. Dan itu ada di dalam lembah – jika anda pernah ke kota Yerusalem, itu adalah salah satu dari banyak ciri topographical yang dapat dilihat di negeri itu – di sana mereka mempersembahkan anak-anak mereka sendiri untuk menebus dosa jiwa mereka. Saya kira bahwa, secara harafiah orang-orang Amazone menumpahkan darahnya untuk menutupi dosa mereka. Berjalan melewati benua Afrika, anda akan melihat darah berceceran di pohon-pohon, di setiap tempelan kertas dan di batu-batu. Dan misionaris akan berkata bahwa itu adalah penganut animisme yang percaya bahwa roh-roh hidup di semua obyek yang tidak bernyawa dan mereka mempersembahkan darah kepada mereka – darah kambing, darah ayam—itulah cara kedua, yaitu mereka orang-orang dapat diselamatkan.

Ketiga, ada banyak orang berpikir bahwa mereka bisa menyelamatkan diri mereka sendiri dengan cara berbuat baik. Jika saya baik, jika saya cukup baik, maka saya akan dapat masuk ke surga. Mereka melihat kehidupan mereka seperti sebuah tangga dengan pasak-pasak penyangga. Dan mereka baik, dan lebih baik, dan tetap lebih baik, lalu mereka meningalkan semua hal-hal yang keji dan hal-hal yang tidak adil dan mereka membuang semua kehidupan mereka yang tidak berarti itu dan mereka terus menanjak naik ke atas, lalu terakhir mereka berpikir bahwa mereka akan mencapai tangga surga itu dengan kekuatan mereka sendiri. Mungkin kita cukup baik untuk diselamatkan, tetapi Tuhan berkata bahwa semua kebenaran kita ibarat kain kotor di hadapan Allah. Kita sering tidak berpikir demikian. Kita berpikir kita cukup baik untuk diselamatkan. Ada banyak orang berkata, “ Saya pegang prinsip hidup.” Itulah agama ku. Agamaku adalah agama yang mememang prinsip. Itu mengejutkan saya betapa dangkalnya pengertian manusia tentang dalamnya kerusakan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Dosa telah masuk ke dalam setiap bagian pikiran kita, emosi kita, kehendak kita. walaupun ketika seseorang mungkin sangat mementingkan kepentingan orang lain dan sangat berperikemanusiaan, pada saat yang sama dia bisa menjadi orang yang sangat egois dan sangat sombong. Tidak ada sesuatu yang kita lakukan secara sempurna, selalu ada unsur kesalahan, unsur kekurangan, dan kekhilafan manusia dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Tuhan berkata, tidak ada seorang pun yang dapat diselamatkan dengan kebenarannya sendiri. Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran dan hidup, tidak ada seorang pun dapat datang kepada Bapa, jika tidak melalui Aku.” Seseorang tidak dapat diselamatkan dengan kebaikan dirinya sendiri. Dia tidak pernah memiliki kebaikan yang cukup untuk bisa diselamatkan. Kita mungkin kelihatannya lebih bersih dari pada yang lain, tetapi sebenarnya kita penuh dengan noda di hadapan Allah yang kudus. Kita kotor, hitam dan gelap. Kita adalah orang-orang berdosa.    

Keempat, banyak orang berpikir bahwa mereka dapat menyelamatkan diri mereka sendiri dengan cara melaksanakan ritual, upacara, sakramen agamawi. “Saya dapat melakukan sesuatu dan dapat menyelamatkan diri saya sendiri.” Dan itu bagi saya adalah tipu muslihat Setan. Anda tahu, ketika saya membaca  Alkitab dan saya berpikir tentang apa maksudnya, saya meyakinkan anda bahwa Setan, Lucifer adalah agamais yang paling besar dari semua ciptaan Allah. Dia paling sensitif terhadap hal itu dan sangat menginginkannya dan cerdik dalam memutar-balikkan kebenaran. Alkitab berkata dia mengubah dirinya sendiri menjadi seperti malaikat terang.  Salah satu alasan yang saya pikirkan tentang malaikat terang ini adalah dia menjadi pribadi yang sangat agamais---Dalam Injil Matius 4, pada waktu pencobaan yang ketiga, Setan membawa Yesus di atas sebuah gunung yang tinggi dan menunjukkan kepadaNya semua kerajaan dunia dan kemuliaannya. Inilah yang ia katakan, “Semua itu akan diberikan kepadamu, jika Engkau sujud menyembahku.” Tipu muslihat Setan adalah agama. Dan dia memutarbalikkan pikiran-pikiran dan hidup manusia dengan pengharapan dan ritual yang salah bahwa dengan upacara dan sakramen, kita dapat menyelamatkan diri sendiri, kita dapat melakukannya. “Jika saya memberi diri saya untuk dibaptis, maka saya akan diselamatkan. Air dipakai sebagai upacara penyucian untuk membersihkan noda dosa hati kita.” Kita berpikir dengan air, sikat dan sabun bisa membersihkan noda dosa dari hati kita. Itu sama sekali tidak mungkin, tetapi anehnya orang-orang juga percaya akan hal itu bahwa upacara agamawi akan menyucikan kita. Atau ada juga orang-orang yang percaya bahwa saya dapat diselamatkan dengan cara mengikuti sakramen. Dan mereka mengambil satu kata yang berasal dari bahasa Latin, Sacramentum---sebuah kata yang menunjukan kesetian yang besar, yang sering dipakai oleh pasukan tentara Romawi untuk menyatakan kesetian mereka terhadap Kaisar mereka dan terhadap kerajaan Roma yang agung.  Mereka telah mengambil kata itu dan mengaplikasikannya secara ekklesiatikal untuk sebuah maksud anugrah keselamatan. “Jika anda melakukannya dan mengambil sakramen ini, maka anda akan diselamatkan.” Woh, betapa Setan telah membutakan mata kita terhadap iman yang nyata dan agama yang benar.

 

KESELAMATAN HANYA OLEH ANUGERAH MELALUI IMAN DI DALAM KRISTUS DAN INI ADALAH CARA KESELAMATAN YANG BENAR

 

Alternatif yang benar untuk seseorang bisa menyelamatkan dirinya sendiri, hanyalah Allah yang dapat melakukannya bagi kita. Hanya Dialah yang dapat menyelamatkan kita. Dan ini adalah keyakinan theologia yang agung dan yang menyebabkan sebuah kalimat yang agung, yang ditulis oleh Rasul Paulus, “Oleh kasih karunia, engkau diselamatkan melalui iman dan itu bukan hasil usahamu, tetapi itu adalah karunia dari Allah.”  Bukan pekerjaanmu, jangan ada seorangpun yang memegahkan diri. Oleh anugrah kamu diselamatkan melalui iman.

 

Kita akan mengambil salah satu kata dari kalimat di atas, “Oleh Anugrah.” Kata ini adalah sebuah kata yang sangat indah di dalam bahasa Grika, Charis, yang mana kata ini berasal dari kata charin. Mel Carter memiliki seroang putri kecil yang bernama Karen, artinya anugrah. Ini adalah kata yang sangat indah. Dalam bahasa Grika dan orang-orang Grika menyukai kata itu. Kata itu menunjukkan sesuatu yang tidak bisa dilukiskan, sesuatu yang tidak bisa didefinisikan, sesuatu yang tidak bisa dinamakan, yang membuat anda mengasihi seseorang, menjadi atraktif terhadap seseorang, sebuah berkat yang menarik hati. Itu yang disebut charis. Ngomong-ngomog, sebenarnya banyak kata-kata yang indah dalan bahasa Grika. Misaalnya: Margaretha adalah sebuah kata Grika yang sederhana, yang artinya sebutir Mutiara. Irene juga adalah sebuah kata Grika yang sederhana, yang berarti Damai. Stephen adalah sebuah kata Grika yang umum, yang berarti Mahkota. Dorothea atau Theodore, adalah sebuah kara Grika yang bearti Karunia Allah. Kata charis ini, wah, betapa orang-orang Grika memberi nama yang sangat bermakna. Beberapa instansi mengunakan kata ini untuk menunjukkan ungkapan kemurahan hati yang menganugrahkan hadiah cuma-cuma yang tak semestinya, sebagai reward yang tidak perlu dikembalikan atau dibayar. Hari ini orang-orang Kristen mengambil kata ini, seindah apa yang terdapat dalam bahasa Grika Klasik, yakni di dalam Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Grika. Kata ini dipuja  dan didedikasikan  terhadap kasih dan kemurahan Kristus Yesus. Dan mereka menggunakan kata ini dalam banyak hal. Sebuah charisma  adalah sebuah karunia dari anugrah Allah. Sebuah karunia charisma. Kita telah mengadopsi kata ini ke dalam bahasa Inggris, “charisma, charismatic,” yakni berasal dari kata charis. Secara original, kata ini menunjukkan sebuah karunia. Secara khusus kata ini menunjukkan kepada pengampunan kepada seseorang yang berhutang. Orang itu tidak dapat membayar hutangnya itu dan di dalam anugrah-Nya, Dia mengampuni orang yang berhutang itu. Dan akhirnya kata itu menunjukkan arti dari kemurahan Allah dalam mengampuni dan menyelamatkan kita. Dan ini betapa Tuhan telah melakukanNya untuk kita. Kita semuanya seharusnya binasa seperti daun-daun yang jatuh pada musim gugur, tetapi Tuhan, di dalam kebaikan dan kemurahan-Nya telah mengangkat kita dan menyelamatkan kita. Dia telah melakukannya untuk kita. Anda bisa melihat, menurut Firman Allah yang diwahyukan kepada kita. Tuhan bukan seperti sebuah gelombang air, tidak mau diganggu, terpisah, terasing, atau lainnya. Menurut wahyu Kitab Suci Tuhan adalah seperti sebuah aliran kehidupan, yang mengalirkan kemurahan, kasih, anugrah dan belas kasihan. Oleh karena itu, anda ada seperti anda ada sekarang ini. Oleh karena itu, kita ada sebagaimana kita ada sekarang ini. Tuhan mengasihi kita dan terus berkarya di dalam kita. Sungguh benar Dia adalah  sebuah aliran hidup yang mengalirkan cinta kasih dan belas kasihan. Dan anda ada pada jalan ini. Salah satu comedian akan bernyanyi demikian, “Suatu hari nanti setiap orang akan saling mengasihi satu sama lainnya.”  

             

            Mungkin anda akan berpikir sekeras paku-paku dan membuat anda sekeras besi. Tidak ada seorangpun yang dapat mengambilnya dari padamu. Karena apa yang ada di dalam diri anda, sebenarnya hanyalah kelembutan dan kecendrungan anda sebagaimana anda dapat perbuat. Dan anda dapat jatuh cinta. Itulah yang dikatakan oleh anak-anak muda. Anda dapat jatuh cinta dan biasa melakukan sesuatu di mana pun juga. Itu adalah karena anda seperti Tuhan dan Tuhan seperti anda. Sebab kita diciptakan segambar dan serupa dengan Dia. Bukan sebuah lautan, bukan sebuah bintang, bukan dunia ini, tetapi anda diciptakan segambar dan serupa dengan Dia. Dan Tuhan adalah sebuah aliran kasih yang penuh perhatian dan berbelas kasihan. Mengapa demikian? Karena Allah penuh dengan anugrah.  Oleh karena itu, orang-orang berdosa diundang untuk datang kepadaNya. Sebab Tuhan berlimpah rahmat dan kasih kepada kita, sehingga Dia mau mengampuni kita. Karena kemurahanNya untuk selama-lamanya, kita tidak akan binasa. Karena Dia penuh belas kasihan. Yesus melayani dan berkarya dengan berbelas kasihan kepada manusia-manusia berdosa, sehingga Dia menyelamatkan manusia, termasuk menyelamatkan kita. Kita sekarang ada di dalam Tuhan. Oleh karena itu, Rasul Paulus berkata, bagian kita adalah menerima, percaya, berharap dan menyerahkan hasil kita kepadaNya. Dan dia mengatakannya positif dan negatif. “Oleh anugrah anda diselamatkan melalui iman, itu bukan hasil usahamu sendiri, tetapi pemberian atau karunia Allah. Itu bukan pekerjaanmu. Jangan ada seorangpun yang memegahkan diri.” Itu adalah sesuatu yang telah dikerjakan oleh Allah bagi kita, di dalam kemurahan, anugrah dan kasihNya. Namun demikian Rasul Paulus sangat hati-hati dalam mengungkapkannya kepada kita.    

            Betapa anugrah Allah dan kemurahanNya, yang memungkinkan Dia mengasihi kita, sehingga dengan jalan demikian Ia menyelamatkan kita. Dan Rasul Paulus mengatakan bahwa Tuhan melakukannya melalui iman, melalui saluran iman.

Saudara-saudara kita masih mempunyai sedikit waktu. Mari kita melihat hal ini sebentar. “Oleh Iman.” Ini adalah sebuah denominator yang umum dalam setiap kehidupan kita. Kita semua pasti memiliki sesuatu hal yang umum dalam hidup kita. Kita hidup dengan hal itu. Kita hidup oleh percaya, kepercayaan kita karena iman kita. Kita hanya perlu melakukannya. Bagaimana saya tahu bahwa matahari terbit pada pagi hari? Saya tidak dapat membuktikan itu kepada anda. Saya tidak punya cara untuk membuktikan kepadamu di dunia ini. Tetapi saya percaya akan hal itu. Saya percaya matahari akan terbit di sebelah timur. Bagaimana saya tahu bahwa uangku di bank akan aman di sana? Saya tidak dapat membuktikannya pada Anda, tetapi saya percaya akan hal itu. Saya hanya percaya. Bagaimana saya tahu bahwa jembatan-jembatan aman untuk di lalui mobil. Tidak pernah terpikir oleh saya untuk menguji apakah salah satu dari jemabatan-jembatan itu dapat dilalui oleh mobil atau tidak. Kalau saya melakukannya, mungkin anda akan berkata, “Pendeta kita adalah seorang idiot.” Itulah yang harus anda katakan, “Saya melakukannya dengan iman.” Saya akan membawa mobil saya melewati jembatan itu. Saya percaya jembatan itu aman. Saya tidak akan keluar dari mobil dan menguji pilar-pilar jembatan itu dan fondasi-fondasinya, balok-baloknya, lalu kemudian saya turun ke bawah jembatan. Saya hanya percaya dengan iman bahwa jembatan itu tidak akan membuat saya jatuh.  

             Dan demikian juga, saya dapat melakukan hal yang sama ketika saya makan. Apakah anda tahu, minggu yang lalu, saya mendengar siaran radio, ketika saya berkunjung ke rumah sakit dan berjalan di sekitarnya, saya mendengar sebuah siaran radio. Saya sangat sepakat dengan seorang wanita yang sopan yang menjelaskan bagaimana cara makan yang baik. Dia berkata bahwa Tuhan telah memberkatinya. Dia berkata bahwa pada waktu yang lalu ketika ia duduk untuk makan, seorang pelayan membawakan makanan, itu memang patut dan benar bahwa seorang tuan rumah harus dilayani terlebih dahulu, setelah itu barulah melayani tamu-tamunya. Tetapi ia berkata, mungkin makanan itu ada racunnya. Karena itu, ketika tamu-tamu itu duduk dan melihat tuan rumah itu makan, lalu mereka semua bisa dengan bebas memakan makanan mereka juga. Oleh karena itu, tuan rumahlah yang dilayani terlebih dahulu. Tetapi ia berkata zaman memang sudah berubah, kita semua percaya bahwa makanan itu pada dasarnya adalah baik adanya. Kita tidak meragukannya. Bukankah itu benar? Kita semua percaya bahwa makanan itu baik adanya. Karena itu, dia berkata, hari ini ketika anda bersikap manis – semua kita ingin bersikap manis. Kita tidak ingin menjadi penyembah berhala, orang kafir, orang yang tidak beradab, terbelakang dan primitif. Anda tahu, kita semua ingin menjadi orang yang manis. Ketika anda bersikap manis, maka seseorang akan menyambutnya dengan manis—kita tidak perlu memiliki pelayan-pelayan. Kita ingin menjadi putri sulung, mari semua mengatakannya. Ketika putri sulung membawakan makanan dengan manis. Mengapa wanita yang sopan itu berkata, kamu layanilah tamu-tamu terhormat yang sedang duduk di samping tuan rumah itu. Anda melayani tamu-tamu yang terhornat itu dulu, lalu layanilah semua wanita-wanita itu. Kemudian barulah anda melayani yang lainnya. Dan yang kita tangkap dalam hal ini kita hanya perlu menjadi orang yang menyenangkan secara nyata. Anda tidak harus mengambil makanan mu terlebih dulu sampai tuan rumah mengambil makanannya terlebih dahulu. Dan itulah sebuah kenyataan yang harus dicapai, saya akan menunjukkan  kepada Anda bagaimana melakukannya. Kemudian saya duduk di sebelah kanan tuan rumah dan saya menjadi tamu kehormatan, dan mereka melayani saya terlebih dahulu.

            Saya tidak dapat memberitahu kepadamu nomor rumah di mana saya tinggal ketika saya diundang untuk sarapan pagi dengan sebuah keluarga yang bahagia. Dan saya duduk di sebelah kanan dan saya menjadi tamu kehormatan tuan rumah dan saya sangat menyukainya. Di sana ada sebuah meja yang dipenuhi dengan banyak makanan yang lezat dan menakjubkan dan saya diselamatkan untuk menikmati itu dan saya bisa mati kelaparan jika saya terus menunggu sampai semua yang lainnya dilayani terlebih dahulu.  Lalu saya mencoba untuk bersikap manis. Saya duduk di sana untuk menunggu tuan rumah mengambil makanan terlebih dulu, lalu dia sedang berbicara, dan berbicara, lalu dia masuk ke dalam dapur dan dia kembali lagi dan mulai berbicara lagi dengan tamu-tamu yang hadir, sampai akhirnya, saya berkata, “Tolong, tuan rumah, ambillah makananmu dulu, sehingga saya dapat makan.”

            Saudara-saudara yang kekasih, saya hanya mencoba mengarahkan kita agar dapat melihat bahwa iman adalah sebuah denominator (yang umum dan pasti), yang umum dari setiap kita. Kita hidup oleh iman. Makanan yang kita makan. Atap yang ada di atas kita. Bank, yang mana di dalamnya kita melakukan bisnis. Semua bidang kehidupan kita adalah iman, kepercayaan dan keyakinan.

 

Ada tiga bagian dari iman yang menyelamatkan.

 

Pertama, adalah mendengar. Saya harus mendengar dan mendengar dengan seksama. Paulus menulis dalam Kitab Roma, bahwa iman itu timbul dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Allah. Oleh karena itu, seseorang harus mengkhotbahkan Alkitab, ketika ia berada di atas mimbar. Iman itu datang dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Allah. Ketika seorang pengkhotbah berdiri di atas mimbar dan dia menguraikan dengan panjang lebar tentang ekonomi, dan berbicara tentang hubungan ras dan politik, dan kejadian-kejadian yang terjadi pada hari ini, orang-orang bisa mendengarnya selamanya dan tidak akan pernah diselamatkan. Tidak akan pernah bertobat. Itulah yang mereka dengar dari siaran radio. Itu apa yang mereka dengar dari para komentator di televisi. Itu apa yang mereka baca di Koran-koran.

            Iman itu datang dari pendengaran, pendengaran akan Firman Tuhan. Jika seseorang berdiri di atas mimbar dan mengkhorbahkan Alkitab, maka seseorang akan diselamatkan. Dia hanya berkehendak. Mungkin tidak semua, tetapi seseorang akan diselamatkan. Iman datang dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Tuhan. Salah satu pasal yang sangat menakjubkan dalam Alkitab adalah Kitab Yesaya 55, yang menyebutkan ‘ayo, ayo, ayo’ bagi setiap orang yang haus. Itulah sebuah puji-pujian yang mulia, yang anda nyanyikan, ‘ayo, ayo, ayo,’ bagi setiap orang yang haus. Apakah anda ingat hal itu? Sendengakanlah telingamu dan datanglah kepadaKu. Dengarlah, maka jiwamu akan hidup. Dengarlah! Dengarlah. Iman yang menyelamatkan adalah belajar mendengar. Yang kedua adalah, iman yang menyelamatkan adalah belajar bagaimana menerima sesuatu. Misalnya; Saya mendengarnya dan menerimanya sebagai kebenaran. Saya percaya akan kesaksian Alkitab dan saya juga percaya akan kesaksian orang-orang Kristen.

 

            Saya tidak pernah ke Tibet. Tetapi saya percaya ada Negara namanya Tibet. Saya tidak pernah ke Afganistan, tetapi saya percaya ada Negara yang namanya Afganistan. Walaupun saya belum pernah berbicara dengan orang-orang Afganistan di sana. Saya tidak pernah melihat Gunung Himalaya, tetapi saya telah berbicara dengan orang-orang Himalaya. Saya percaya bahwa ada daerah yang namanya Himalaya. Saya percaya kesaksian ini. Dan itu adalah sebuah saluran, yang olehnya anugrah Allah datang kepada saya. Seperti tanganmu; tanganmu diciptakan dengan tujuan untuk meraih dan mengambil sesuatu.  Keduanya diciptakan untuk maksud tersebut. Hatimu diciptakan untuk dengan cara seperti itu, yakni menerima dan mengambil. Maka demikianlah maksud-maksud sesuatu diciptakan Tuhan.  Seperti; jembatan-jembatan air yang ada di kota Roma. Banyak di antaranya telah runtuh, tetapi masih ada satu yang saya lihat tetap ada bertahun-tahun lamanya. Dari gunung Apennine, datang air kehidupan yang mengalir turun ke kota kerajaan, sebuah saluran air yang memberi kehidupan. Itulah saluran iman, yang olehnya  Allah dapat menjangkau kita dangan anugrah dan kemurahanNya.

 

            Dan bagian ketiga dari hal di atas, bukan hanya pendengaran atau penerimaan, tetapi bagian lain adalah komitmen diri sendiri terhadap FirmanTuhan. Seperti penabur yang menabur benih-benihnya di ladang. Dia percaya bahwa benih itu akan tumbuh dan membawa seuatu tuaian besar bagi Tuhan. Itu seperti seorang yang sedang sakit. Di bawah tangan ahli bedah, ia percaya sepenuhnya akan ahli bedah itu. Seperti kita naik pesawat terbang, kita pasti percaya bahwa pilot akan membawa kita sampai kepada tujuan. Seperti itulah kita diselamatkan, kita percaya bahwa Yesus telah melakukan itu untuk kita. Kita mendengar suaraNya, kita menerimanya, tawaran janji yang telah Ia buat dan kita memberi diri kita sepenuhnya untuk itu. Ketika anda melakukannya anda ada di dalam jalur itu. Anda telah menyeberang masuk pintu gerbang. Anda telah masuk melalui pintu. Anda telah melangkah masuk melewati garis keselamatan. Dan anda akan diselamatkan. Pandanglah kepada Yesus, oh, betapa indah dan manisnya sebuah komunitas, sebuah persekutuan, sebuah keselamatan, sebuah janji, sebuah pengharapan, sebuah visi, sebuah mimpi, sebuah komitmen, sebuah hidup, sebuah kemuliaan. Lakukanlah itu pada hari ini, maka kamu akan mendapatkan semua itu.                      

            Pada saat ini, marilah kita berdiri dan memuji Tuhan. Dan sementara kita memuji Tuhan, saya mengundang anda, keluarga anda, pasangan anda, dan seseorang yang menjadi bagian anda untuk datang kepada Tuhan. anda yang ada di balkon, silahkan turun, dan anda yang ada di bawah balkon dan anda yang di barisan  depan, mari datang ke depan mimbar dan buatlah keputusan untuk datang kepada Tuhan dan hidup seturut dengan kehendakNya. Saat ini sementara kita berdiri dan menyanyikan pujian ini, datanglah ke depan, dan katakan, “Pak Pendeta, saya ada di sini dan saya mau datang kepada Tuhan sekarang. “ Lakukan dan buatlah keputusan itu. Sementara kita berdiri dan menyanyikan pujian itu datanglah, Tuhan memberkati anda semua.