ABRAHAM: BAPA ORANG PERCAYA

(ABRAHAM: FATHER OF BELIEVERS)

 

Dr. W. A. Criswell

 

Kejadian 12:20

06-02-57

 

Khotbah ini diambil dari Kitab Kejadian tentang Abraham: Bapa Orang Percaya. Kisah Abraham tersebar dari kejadian 11:26 sampai Kejadian 25:10. Di dalam perikop itu, di dalam Firman Allah diungkapkan sebuah kisah tentang orang besar Allah. Di dalam bagian itu, ia adalah orang terbesar di hadapan hadirat Tuhan. Hanya satu yang lebih besar. Menurut pasal ketujuh Kitab Ibrani, Melkisedek, imam Agung Allah. Melkisedek adalah yang terbesar. Tetapi di samping Melkisedek adalah Abraham.

 

Abraham mewakili umat Allah. Melkisedek mewakili Allah sendiri. Banyak orang menyangka kalau Melkisedek ini adalah pra-inkarnasi sebelum kedatangan Yesus, Kristus Tuhan. Jadi dalam bagian Kitab Kejadian ini, dikisahkan tentang sosok Abraham yang luar biasa ini. Allah melihat sesuatu yang istimewa dalam dirinya. Dan di dalam II Tawarikh, dalam Yesaya dan juga di dalam Yakobus, ia disebut sebagai “sahabat Allah” (Yesaya 41:8; Yakobus 2:23). Dan di dalam Roma, “ bapa semua orang percaya” (Roma 4:11).

 

            Pada hari Minggu pagi yang lalu, saya menyebutkan tiga agama besar yang monotheistis—Yudaisme, Kristen dan Islam—ketiganya memandang Abraham sebagai bapa leluhur dari keyakinannya. Nah, sosok ini—dalam Kitab Kejadian pasal sebelas dan dua belas—dipanggil keluar dari dunia yang gelap dan pada hari yang suram. Tampaknya demikianlah yang Allah lakukan. Dari kematian, Ia membangkitkan kehidupan. Dari kegelapan, Ia memerintahkan terang untuk menyinari. Dan dari kegagalan dan kejatuhan manusia, Ia mendirikan saksi-saksi abadiNya. Setelah kejatuhan Adam, kebajikan dan kemuliaan Habil hadir. Setelah dunia dipenuhi dengan kekerasan dan ketidakadilan lah, Nuh, hamba Allah yang benar, datang. Dan kini, dalam hari-hari kejatuhan, kegagalan dan kemunduran dari keturunan Nuh, tokoh ini, Abram, dipanggil oleh Allah. 

 

            Abram hidup dalam dunia yang memuja berhala. Dalam Yosua 24:2, kita diberitahukan kalau bahkan Terah pun, ayah Abram, seorang pemuja berhala, dan keluarga Abram, rumahnya dan orang-orangnya juga pemuja berhala. Pada Minggu pagi yang lalu, kami pergi bersama para arkeolog untuk melihat Ur-Kasdim. Kota ini adalah kota kaum pemuja berhala, dan seluruh dunia tenggelam dalam pemujaan atas allah-allah palsu. Matahari, bulan dan bintang, dan semua benda-benda animisme dari pemujaan di bumi. Dari kegelapan itu dan dari kekelaman itulah, firman Tuhan dan Tuhan sendiri, datang di hadapan Abraham.

 

            Menurut saya ada dua hal indah yang kita ketahui dan ikuti dalam kehidupan sosok yang tidak ada bandingannya ini. Pertama adalah, Allah memanggilnya untuk memisahkan dirinya dari dunia. Dan ia mematuhi suara Tuhan. Dan yang kedua yaitu, Tuhan memerintahkannya untuk pergi demi sebuah janji, hanya sebuah janji. Hanya mempercayai Allah untuk janji itu dan ia patuh. Ia pergi dengan penuh rasa percaya pada Allah. Hanya itu saja. Nah, inilah khotbah pada pagi hari ini. Pertama, pemisahan dirinya. Dan kedua, kepercayaan dan kayakinannya untuk pergi hanya berdasarkan firman dan janji Tuhan.

 

            Dalam kisah Abraham, lihatlah pada Kejadian pasal duabelas. Dan saya ingin anda menyadari berapa banyak hal ini ditekankan, tentang kepergiannya, pemisahan dirinya, keberangkatannya. Sekarang, lihatlah dalam Kejadian 11:31, pada pertengahan ayat:” Ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim.” Sekarang lihatlah pasal duabelas ayat satu,”Berfirmanlah Tuhan kepada Abram:’pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu, dari rumah bapamu ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu,’ (Kejadian 12:1). Pada ayat keempat,” Lalu pergilah Abram.” (Kejadian 12:4). Sekarang lihatlah dalam kalimat terakhir dari ayat empat tersebut,” ia berangkat.” Sekarang bacalah ayat kelima pada bagian pertengahan,”mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ,” (Kejadian 12:5). Berapa kalikah kata itu dipergunakan dalam ringkasan kecil tentang panggilan Abraham? Hal itu selalu diulang setiap kali kisah Abraham diceritakan, itulah hal yang akan mengawalinya ketika Allah berfirman,”pergilah, berangkatlah, keluarlah.” Dalam Kisah Para Rasul pasal 7, hal itu diulangi lagi. Ayat ketiga—Allah “berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu.” Dan lagi,”pergilah ke negeri itu.” Sekarang ayat keempat,” Maka keluarlah ia.” Anda akan temukan hal itu digambarkan secara luar biasa dan bagus sekali di dalam Ibrani sebelas pada ayat delapan,” Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat.” Sekarang bagian terakhir dari ayat delapan tersebut,  ”Lalu ia berangkat.” Lihat ayat tiga belas,”Mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini,” (Ibrani 11:9-13).

 

            Ketika anda memulai untuk mengikuti kehidupan Abram, itulah hal pertama yang sangat ditekankan, yaitu firman Allah kepada Abram untuk memisahkan dirinya dari dunia ini. Dan dalam perkembangan kisah ini, proses pemisahan ini berjalan terus. Merupakan suatu panggilan pribadi bagi Abram, bagi dirinya untuk memisahkan diri. “Tetapi Tuhan, bagaimana dengan ayahku Terah?” Allah berfirman,” Abram, aku telah memanggilmu untuk memisahkan dirimu.” Tetapi bagaimana dengan ini, dan bagaimana dengan mereka, dan bagaimana dengan yang lainnya.” Tidak ada masalah dengan mereka, Allah memanggilmu untuk memisahkan diri. Pandanglah pada panggilan itu. Allah berfirman kepada Abram, ”pergilah.” Kata ini mempunyai arti, bukan hanya sekedar kata-kata. Setiap suku katanya memiliki arti. Allah berfirman kepada Abram,” pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu,” (Kejadian 12:1). Nabi besar Yesaya, menaruh perhatian pada hal tersebut seperti tertulis dalam Yesaya pasal lima puluh satu, ayat dua. Nabi itu berkata, mengutip firman Allah,” Ketika Abraham seorang diri, Aku memanggil dia, lalu Aku memberkati dia dan memperbanyak dia,” (Yesaya 51:2). Panggilan itu bersifat pribadi bagi Abraham, untuk memisahkan dirinya dari dunia ini untuk pergi, keluar. Nah, dalam kisah yang terurai, anda memiliki suatu proses pemisahan. Maksud saya begini, dalam cerita hidupnya ini, Allah semakin bertambah untuk memisahkan dia. Memisahkannya. Menjauhkannya. Menariknya. Mengirimnya pergi, seorang pendatang dan orang asing di bumi ini.

 

            Sekarang, perhatikan ini. Kitab Kejadian dalam pasal dua belas itu juga, yang dimulai dari ayat sepuluh. Anda membaca kisah Abram yang pergi ke Mesir. Apakah Allah memerintahkannya untuk pergi ke bar? Apakah Allah menyuruhnya untuk pergi ke tempat dansa? Apa Allah menyuruhnya untuk pergi ke pesta cocktail? Apa Allah memintanya untuk pergi ke tempat-tempat yang asing dan tak pantas dimana dunia berkumpul? Tidak. Allah memanggil Abraham untuk keluar. Pergi. Dan ia tidak pantas berada di Mesir. Dan sampai sekarang ia berada di tanah Mesir. Dan Allah berfirman, tetapi anak-anakKu tidak pantas berada di Mesir. “ Keluar dari Mesir, Aku memanggil anakKu.” Pergi keluar. Keluar dari Mesir. Apakah Allah mengutus Musa untuk membebaskan anak-anakNya? Anda tidak pantas berada di Mesir. Allah telah memisahkan anda. Dan saya katakan sesuatu pada anda berdasarkan firman Tuhan. Setiap kali seorang anak Allah berada di Mesir, ia akan merasa dirinya canggung—saya tak seharusnya ada di sini. Dan saya merasa tidak nyaman.

 

            Dengarkan saya. Bila anda mampu untuk pergi Mesir dan merasa di sana seperti di rumah, dan menyukainya, maka anda bukanlah anak Allah. Anda bukan seorang Kristen yang sudah lahir baru. Bila anda anak Allah, jika anda anak dari Abraham yang setia, dan jika anda adalah pengikut Anak Domba, saat anda berada di Mesir, maka anda adalah orang yang paling merasa tidak nyaman yang ada di dunia ini. Anda tidak menyukainya. Tidak ada sesuatupun yang anda sukai mengenainya. Anda tidak menyukai percakapan mereka yang kotor, anda tidak menyukai minuman mereka dan kemabukkan mereka. Anda tidak menyukai pesta pora dan keriaan mereka. Dan tidak suka cara mereka menghibur. Anda tidak menyukai apapun dari mereka. Anda adalah anak Allah, dan anda tidak pantas untuk berada di tanah Mesir. Allah telah memisahkan anda dari tanah Mesir. Ada ribuan dan ribuan laki-laki di kota ini yang suka pergi ke pesta khusus pria dan menonton film cabul  atau menonton tarian telanjang, dan mereka menyukainya. Dan ada sebagian dari laki-laki semacam itu di Gereja Baptist Church ini. Dan saya pernah mendengar beberapa dari mereka menggambarkannya, bagaimana mereka bertepuk tangan, dan bagaimana mereka tertawa dan bagaimana mereka masuk ke dalam hal tersebut. Saya katakan, mereka bukan anak-anak Allah. Mereka ada di gereja ini hanya sebatas anggota, namun mereka bukanlah anggota gereja Allah yang sejati. Siapapun yang telah lahir baru dan berada dalam kelompok cabul semacam itu dirinya akan merasa malu dan canggung. Anda tidak pantas. Tidak pantas. “Aku memanggil anak-anakku untuk keluar dari Mesir.” “Abram, pergilah, pergilah”—sebuah pemisahan dari Allah.

 

            Seperti saya katakan, hal itu berlanjut. Allah memisahkannya dari Ur. Allah memisahkannya dari Haran. Allah memisahkannya dari Terah, ayahnya. Allah memisahkannya dari Mesir. Dan sekarang, pandanglah kepada Tuhan, Allah akan memisahkannya lagi. Dalam pasal berikutnya, pasal tiga belas dalam Kitab Kejadian, anda menyaksikan pemisahan ini. Alkitab katakan, negeri itu tidak cukup luas bagi Lot dan Abraham, dengan kelompok mereka dan ternak-ternak mereka. Maka berkatalah Abraham kepada keponakannya, Lot : “Lot, seluruh negeri ini terbuka untuk engkau. Sekarang pilihlah. Jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri. Engkau pilihlah yang ada di hadapanmu, dan wilayah yang engkau tinggalkan, akan aku ambil. Sisanya adalah milikmu sesuai dengan pilihanmu” (Kejadian 13:9).            Baiklah, perhatikan ini. Pada Kejadian 13:10 dikatakan: “Lalu Lot melayangkan pandangannya.” Sekarang, dengarkan, kata-kata ini bukan tidak ada maksudnya. Ini adalah firman Allah. “Lot melayangkan pandangannya”—sekarang lihat ini—“dan dilihatnyalah seluruh lembah Yordan, seperti tanah Mesir” (Kejadian 13:10). Bukankah demikian yang dikatakan Alkitab? Perhatikan lagi, Lot melayangkan pandangannya dan dilihatnyalah lembah itu, sebelum Tuhan memusnahkan Sodom dan Gomora, seperti tanah Mesir.

 

            Baiklah, lihat ayat sebelas,” sebab itu Lot memilih baginya seluruh lembah Yordan itu.” Ayat berikutnya,” Lot menetap di kota-kota lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom.” Dan sampai akhirnya Lot tinggal di kota Sodom. (Kejadian 13:10-13). Sekarang perhatikan ayat berikutnya: berfirmanlah Tuhan kepada Abraham,” Pandanglah sekelilingmu.” Anda lihat itu? Dalam ayat sepuluh dikatakan, Lot melayangkan pandangannya dan tampaklah Sodom dan Gomora, seperti tanah Mesir, dan ia memilih Sodom—kota di lembah, seperti tanah Mesir—dan mendirikan tendanya di dekat Sodom dan tinggal di sana. Kemudian Tuhan berfirman,” Abraham, pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kau lihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya” (Kejadian 13:14,15).

 

            Apakah perbedaan di antara keduanya? Saya ingin anda melihat perbedaan itu. Anda bisa menilai bagaimanakah sifat seseorang itu melalui caranya berdoa, bukan yang lainnya. Bagaimana ia berdoa? Baik? Lihatlah dalam Kejadian pasal delapan belas ayat duapuluh tujuh, dan anda akan mengerti bagaimana Abraham ini. Lihatlah dia: Abraham menyahut,” Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu.” Itulah Abram. Itulah sosok Abraham. Lihatlah betapa rendah hatinya dia: “Sesungguhnya aku telah memberanikan diri berkata kepada Tuhan, walaupun aku debu dan abu” (Kejadian 18:27). Allah di surga tidak bisa tidak, mengasihi orang seperti itu: “Walaupun aku debu dan abu.”

 

             Baiklah. Sekarang, lihatlah Lot. Bacalah pasal sembilan belas ayat delapan belas: “Larilah ke pegunungan, selamatkanlah nyawamu, supaya engkau jangan mati lenyap” (Kejadian 19:17). Baiklah, lihatlah Lot,” janganlah kiranya demikian, tuanku” (Kejadian 19:18). Janganlah demikian. “ bukanlah kehendakmu yang jadi, melainkan kehendakKu” (Matius 26:39). Kemudian ia memuji dirinya sendiri seperti yang terlihat pada ayat sembilan belas: “Sungguhlah hambamu ini telah dikaruniai belas kasihan di hadapanMu” (Kejadian 19:19). Sangat berbeda. Pada proses pemisahan ini, seseorang mungkin akan mengatakan, pada akhirnya Tuhan memisahkan Abram dari Lot, keponakannya sendiri dan Abram sendirian di sana di daerah pegunungan, bersama dengan Allah. Dimana Tuhan.....(transkrip berakhir di sini).