LOT: WALIKOTA SODOM
(LOT: MAYOR OF SODOM)
Dr. W. A. Criswell
Kejadian 13
10-12-88
Sebagaimana yang telah diberitahukan, judul dari khotbah Bapak Gembala Sidang malam ini, yang dibawakan di First Baptist Church di Dallas ini, adalah—Lot : Walikota Sodom. Dan kita mengikuti suatu bagian yang besar di bagian pertengahan Kitab Kejadian. Jadi, dalam waktu yang sangat singkat ini, saya hanya dapat menunjukkan bagian-bagiannya saja.
Pertama, kita akan diperkenalkan pada Abraham dan Lot dalam Kejadian 11 ayat 27 dan 28. Dan dalam Kejadian 12 ayat 5. Abraham, sebagaimana yang anda tahu adalah sahabat Allah. Ia disebut demikian pada tiga masa yang berbeda di Alkitab, sebagai sahabat Allah. Ia adalah bapa orang percaya. Ketiga agama besar memandang dia sebagai asal-usul mereka : Yudaisme, Islam dan Kristen.
Abraham memiliki saudara bernama Harun. Harun wafat di negeri Mesopotamia. Dan anak Harun, Lot, diasuh oleh Abraham. Dan ketika Abraham meninggalkan Mesopotamia, ketika ia meninggalkan Ur untuk pergi ke Haran, dan ketika ia meninggalkan Haran untuk pergi ke Kanaan, ia bawa serta Lot, keponakannya itu.
Nah, perbedaan di antara kedua pria itu adalah seperti siang dan malam, seperti timur dan barat. Kehidupan Abraham merupakan suatu kepercayaan penuh kepada Allah. Ia menjalani hidupnya dengan kepercayaan. Sebagai contoh, Allah menjanjikannya negeri Kanaan untuk menjadi miliknya untuk selamanya, namun ia tidak pernah memiliki seinchi pun dari negeri itu. Satu-satunya pengecualian hanyalah—ia membeli dari anak-anak Heth, Machpelah, gua Machpelah, dimana dia, Sarah dan anggota keluarga yang lainnya dimakamkan. Dan bila anda pernah berkunjung ke Hebron, anda melihat ke dalam gua tersebut dan melihat sarkofagus (peti batu) milik Abraham dan Sarah. Hanya itulah satu-satunya bagian dari tanah Kanaan yang pernah ia miliki dalam masa perjalanannya. Padahal Allah menjanjikan negeri itu kepadanya untuk menjadi kepunyaannya selama-lamanya. Dan ia percaya kepada Allah. Saya rasa suatu hari nanti janji Allah yang luar biasa itu akan terpenuhi dalam seribu tahun.
Menurut saya, ia adalah seorang yang beriman. Ia berusia 99 tahun dan isterinya, Sarah, berusia 89 tahun. Allah telah berjanji bahwa ia akan mempunyai seorang anak dan Sarah akan melahirkan seorang anak laki-laki, darah daging mereka sendiri, yang dilahirkan dari hubungan mereka. Ia berumur 99 tahun dan isterinya 89 tahun, dan belum punya anak. Ketika ia berusia 100 tahun dan Sarah 90 tahun, Allah memenuhi janjiNya.
Satu contoh lain dari kepercayaan Abraham yang penuh kepada Allah adalah ketika anaknya itu masih berusia remaja. Ketika Ishak, anak yang dijanjikan itu berusia remaja, Allah menyuruhnya untuk pergi ke bukit Moria, dan di sana Allah memerintahkan Abraham untuk mengangkat pisaunya dan menghujamkannya ke jantung anak yang dijanjikan itu. Dan Abraham mematuhi Tuhan, membuat altar di atas bukit Moria, mengikat anaknya, dan membaringkannya di atas batu sebagai korban. Ingatkah apa yang dikatakan Alkitab—memperhitungkan bahwa Allah sanggup untuk membangkitkannya dari kematian? Benar-benar orang yang penuh keyakinan dan kepercayaan! Abraham!
Lot sangatlah berbeda. Ia manusia dunia. Semua pengusaha dari
seluruh kota di Amerika pasti akan mengaguminya. Ia sangat cakap. Ia mampu untuk
melihat suatu keuntungan dalam dunia. Nah, ia adalah seorang yang budiman—dalam
cerita yang baru saja anda baca, dalam II Petrus 2 ayat 7 dan 8, ia digambarkan
di Alkitab sebagai pria yang berbudi. Ia bukanlah seorang yang tidak jujur. Ia
orang baik. Namun, dia bersedia untuk mengkompromikan kehidupan spiritualnya
demi kemajuan dan keuntungan duniawi.
Dia seorang yang sangat mewakili. Tidak ada satupun karakter di dalam Alkitab yang mewakili begitu banyak orang seperti halnya Lot. Seperti yang telah saya katakan, anda akan punya satu Abraham, satu Yosua dan satu Daniel, tetapi anda akan punya seribu Lot. Mereka ada dimana-mana: manusia duniawi.
Jadi, kita akan membahas Lot dan pilihan yang dibuatnya. Ini bisa dilihat di dalam Kejadian 13 ayat 5-13. Dimulai dari Kejadian 13:7, dengan adanya perselisihan antara para gembala Lot dan para gembala Abraham. Dan dalam Kejadian 13 ayat 8 dan 9, Abraham yang tidak egois itu berkata kepada keponakannya,” Pilihlah wilayah yang kau sukai, dan aku akan mengambil apa yang tersisa.”
Dalam Kejadian 13 ayat 10 dan 11, Lot memilih dataran yang indah dan banyak airnya, dan kota-kota di lembah. Dunia akan berkata Lot adalah seorang pengusaha yang cerdas. Ia tahu ada suatu penawaran ketika ia melihatnya, dan ia mengambil keuntungan darinya. Lot tidak mengatakan kepada Abraham,”Allah telah memberkati aku melalui engkau. Engkau pilihlah. Pilihlah Abraham, dan aku akan mengambil sisanya.” Ia juga tidak mengatakan kepada paman Abrahamnya,”Kita akan membaginya sama rata. Kita bagi negeri ini untuk kita berdua.” Yang di katakannya adalah,”Aku akan mengambil seluruh dataran yang subur dan airnya banyak. Aku akan mengambil kota-kota di lembah, dan engkau dapat mengambil gurun pasir, hutan belantara dan gunung yaang berbatu-batu itu.”
Abraham sangat baik dan murah hati kepada keponakannya, dan berkata,”Ambillah dataran yang airnya banyak dan kota-kota di lembah, dan aku akan mengambil gunung-gunung batu, gurun pasir dan hutan belantara.” Jadi ada pemisahan di antara keduanya: Abraham di atas pegunungan, dan—pasal 13 ayat 12: ”Dan Lot mendirikan kemahnya di dekat Sodom....dan menetap di kota-kota di lembah.” Dan dalam pasal 19 ayat 1, ia menjadi makmur di Sodom. Bila anda pergi ke kota ini, ia adalah orang pertama yang akan anda jumpai dari antara semua penduduk kota yang maju itu. Tidak ada seorang pun yang pernah seberhasil Lot di Sodom. Dia adalah walikota Sodom. Dia duduk di gerbang. Dia adalah “hakim Lot”. Nyonya Lot adalah seorang pemimpin yang modern dalam lingkungan sosial di Sodom. Dan anak-anaknya telah berkeluarga dengan baik. Mereka menikah dengan penduduk Sodom, dan mereka hidup makmur di kota itu.
Dalam pasal 13 ayat 4 dikatakan bahwa Abraham membangun sebuah mezbah. Hal pertama yang ia lakukan di atas gunung di gurun pasir—Abraham mendirikan sebuah mezbah. Anda bisa membaca Kitab Kejadian sepanjang sisa hidup anda, dan anda tidak akan pernah menemukan kalau Lot membuat sebuah mezbah di Sodom. Ia seorang yang berbudi. Ia seorang pengusaha yang cerdik. Ia seorang manusia duniawi. Ia tidak membangun sebuah mezbah pun di Sodom!
Sekarang kita akan melihat keuntungan dari pilihannya yang duniawi: Apakah yang terjadi bila seseorang membangun hidupnya di dunia yang dikuasai oleh ambisi dan menjawab panggilan dunia? Dalam Kejadian pasal 14 ayat 5,10,11 dan 12, ia ditangkap saat terjadi pertempuran. Sodom diambil alih. Dan dalam kejatuhan kota Sodom, dalam peperangan, Lot ditangkap. Seluruh keluarganya dan semua yang ia miliki dirampas. Itu artinya, pada hari itu, ia di bawa untuk dijadikan budak, demikian halnya dengan seluruh keluarganya. Kemungkinan ia dan seluruh anggota keluarganya akan sudah dijual untuk menjadi budak andai saja tidak dibebaskan oleh Abraham, pamannya.
Nah, ketika itu terjadi, pada waktu Lot dibebaskan oleh Abraham dari perbudakan, apakah yang dilakukannya? Apakah ia menolak untuk kembali ke Sodom dan berkata kepada Abraham: “Aku akan membagi kehidupan Allah denganmu”? Tidak! Hal pertama yang dilakukan Lot, pengusaha yang cerdas ini, adalah ia kembali kepada isteri dan keluarganya dan kembali pulang ke Sodom. Dunia telah menguasai hatinya dan mengendalikan hidupnya, dan ia tidak mampu untuk memisahkan diri darinya.
Sekarang kita akan melihat hal kedua yang terjadi pada Lot—Lot yang makmur di kota Sodom. Kisah ini merupakan isi dari Kejadian pasal 18. Para malaikat datang, dan mereka memberitahukan kepada Abraham tentang penghakiman Allah atas Sodom.
Nah, Abraham—ingat, Abraham tahu bahwa di kota itu ada Lot dan keluarganya. Jadi, ia berdoa di hadapan Allah. Ketika para malaikat pergi untuk mengunjungi penghakiman Tuhan atas Sodom. Abraham tetap tinggal berdiri di hadapan Allah dan ia berdoa. Dan inilah yang ia doakan—sekarang perhatikan—“Oh Allah, jika Lot, yang telah tinggal di Sodom selama 20 tahun; Tuhan, jika ada 50 orang benar di Sodom—(buah dari pernyataan dan kesaksian dari orang yang budiman ini, Lot, duniawi namun seoran yang budiman)—Tuhan, andaikan ada 50 orang benar di Sodom, apakah Engkau akan menyelamatkan kota itu demi yang 50 ini?”
Dan Allah berfirman,” Ya. Jika Lot telah memenangkan 50 orang benar di Sodom dalam 20 tahun ini, Aku akan mengampuni kota itu demi 50 orang benar itu.”
Dan Abraham, masih berdiri di hadapan Allah, berkata,”Tuhan, bagaimana jika kurang lima orang dari antara mereka. Jika Lot telah memenangkan 45 orang bagi Tuhan dalam masa 20 tahun, apakah Engkau akan menyelamatkan kota itu demi yang 45 ini?”
Dan Allah berfirman,”Aku akan menyelamatkannya, jika Lot telah memenangkan 45 orang benar di kota itu. Aku akan mengampuni kota itu demi yang 45 itu.”
Namun Abraham berkata,” Tuhan, janganlah murka kalau aku berkata sekali lagi. Tuhan, bagaimanakah sekiranya ada 40 orang benar dalam 20 tahun, apakah Engkau akan mengampuninya demi yang 40?”
Dan Allah berfirman,”Akan aku ampuni demi yang 40 itu.”
Dan Abraham berkata,” Tuhan, jika ada 30 orang benar yang telah dimenangkan oleh Lot dalam waktu 20 tahun, apakah Engkau akan menyelamatkannya demi yang 30 ini?”
Dan Allah berfirman,” Aku akan menyelamatkannya demi yang 30 itu.”
Dan Abraham berkata,” O Tuhan, janganlah kiranya Engkau marah kepadaku. Tetapi, seandainya ada 20 orang, Tuhan, akankah Kau menyelamatkan kota itu demi kedua puluh orang ini?” (Ini berarti satu orang dalam setahun).
Allah berfirman,” Akan aku selamatkan demi 20 orang benar ini.”
Dan Abraham berkata,” Tuhan, hanya satu kali lagi saja. Jika dalam 20 tahun Lot telah memenangkan 10 orang, Tuhan, apakah Engkau akan menyelamatkan kota ini demi 10 orang benar ini?”
Dan Allah berfirman,” Abraham, demi kesepuluh orang yang telah dimenangkan oleh Lot dalam 20 tahun, Aku akan menyelamatkan kota ini demi kesepuluh orang benar ini.”
Saya ingin anda memperhatikan hal ini sejenak: anak-anak Lot menikah dengan orang Sodom. Dan tidakkah anda berpikir kalau di dalam keluarganya sendiri, ia akan punya paling tidak 10 orang untuk mengikut Tuhan? Tapi apa yang kita katakan? Di Sodom, Lot tidak membangun altar; di Sodom, Lot tidak ada kesaksian; di Sodom, Lot tidak pernah memenangkan satu orangpun. Tidak ada seorangpun yang akan mendengarkannya; tampaknya tak ada seorangpun yang perduli, bahkan para menantunya. Mereka hanya tertawa dan mengolok-oloknya—kehilangan kesaksiannya di Sodom.
Saudara yang baik, saya memutar balik ingatan saya tentang hal yang saya lakukan pada satu waktu di kota ini, apakah saya ingin berbicara tentang hal itu atau tidak, atau apakah saya bahkan seharusnya sudah melakukannya atau tidak, saya tidak tahu. Tetapi saya berpikir saya akan maju terus dan membicarakannya. Apa yang akan saya ceritakan bukanlah suatu hal yang buruk; itu hanya hal duniawi—hanya keduniawian.
Ada seorang wanita di gereja—wanita yang baik, wanita yang berTuhan—dan suaminya telah menjadi sesat. Dan ia datang kepada saya dan meminta saya untuk berdoa bagi suaminya. Dan saya melakukannya: “O Allah, tolonglah kami untuk menjangkau orang ini demi nama Kristus.”
Jadi, suatu hari saya, saya membuat janji untuk datang ke rumahnya untuk bicara dengan suaminya tentang Yesus, untuk berdoa bersamanya, membaca firman Allah dengannya, dan untuk menyampaikan hak Kristus atas hidupnya—bahwa ia harus menjadi seorang Kristen. Saya pergi ke rumah itu, berdiri di depan pintu dan mengangkat tangan saya untuk mengetuk pintu. Ada sebuah kaca oval yang besar, sebuah jendela kaca, di pintu. Dan ketika saya hendak mengetuk pintu, saya melihat melalui jendela kaca itu ke ruang duduk. Di salah satu sisi ruang duduk, pria yang sesat itu duduk—membaca koran. Dan di sisi lain ruangan itu, isterinya duduk di sebuah kursi, sedang merokok—ruangan itu penuh dengan asap rokok.
Saudara, saya tidak mengerti, benar atau salah, namun ada sesuatu yang—pada saat saya mengangkat tangan untuk mengetuk pintu, dan melihat melalui jendela kaca itu, dan di sanalah dia duduk di seberang suaminya sambil merokok, memenuhi ruangan dengan asap, saya menurunkan tangan saya. Saya berbalik dan menuruni tangga dan keluar halaman.
Saya tidak tahu harus berkata apa. Dan saya bisa saja sangat salah dengan reaksi hati saya terhadap keduniawian anak-anak Allah. Hanya saja, bagi saya jika seseorang mengasihi Yesus, dan terikat pada Kristus, dan merasa terbeban atas tersesatnya hati dan jiwa, kita haruslah berbeda dari dunia ini, harus terpisah dari dunia.
Nah, itulah Lot. Anak-anak perempuannya menikahi orang Sodom. Dan Allah berfirman,”Jika engkau hanya dapat sepuluh orang yang dibenarkan dalam masa dua puluh tahun, para menantu laki-laki dan para menantu perempuan di keluargamu, sepuluh saja, Aku akan menyelamatkan kota itu demi yang sepuluh orang ini.” Dan Lot tidak pernah memenangkan satu jiwapun bagi Tuhan Yesus, tidak dalam dua puluh tahun itu.
Baiklah, hal lainnya—kita lihat keuntungan dari kehidupan duniawi. Dalam Kejadian 19 ayat 16,17 dan 26, Lot dibawa secara badaniah, secara jasmani dengan desakan dari para malaikat dan dipaksa keluar dari kota itu. Dan ia tetap berlambat-lambat, hal itu bisa dimengerti kan? Segala yang dimilikinya ada di Sodom. Anak-anaknya ada di sana, cucu-cucunya ada di sana, tempat tinggalnya di sana, rumahnya di sana, keluarganya di sana, hartanya ada di sana, hatinya di sana, semua yang ia miliki ada di Sodom. Dan ketika para malaikat itu memaksanya untuk keluar,”Larilah, selamatkanlah hidupmu!”, ia berlambat-lambat, dan terus berlambat-lambat.
Tahukah anda hal itu menggambarkan apa? Hal itu menggambarkan hari kematian kita, ketika semua yang kita miliki ada di dunia ini. Saya bisa mengerti mengapa seseorang yang duniawi menganggap kematian sebagai sesuatu yang mengerikan. Mereka tidak punya apapun di surga, tidak punya kekayaan Allah, tidak punya rumah besar di balik gerbang yang seperti mutiara. Persis seperti Lot, semua yang ia miliki ada di Sodom. Dan ketika para malaikat harus memaksa dia untuk keluar, Lot berlambat-lambat, menunda-nunda. Segala miliknya ada di Sodom.
Saya mau ceritakan sesuatu pada anda, hal itu terjadi pada seorang teman saya, orang baru, karena kami sekolah di tempat yang sama. Ia dipanggil ke sebuah gereja di Carolina Selatan. Dan seperti yang anda tahu, jika anda pernah pergi ke sana, orang yang memiliki penggilingan memiliki seluruh dunia. Tidak ada apapun di sana kecuali penggilingan, dan setiap orang bekerja di penggilingan, dan orang yang memiliki penggilingan memiliki kota dan memiliki segalanya di sana. Nah, teman saya yang masih muda ini, pendeta muda ini, dipanggil untuk menjadi Gembala Sidang di gereja di sana. Ia berada di sana hanya untuk berkhotbah, oh ia hanya menyampaikannya sebagaimana adanya. Dan ia berkata,”Kita tidak memiliki apapun. Tidak ada apapun yang menjadi milik kita. Tidak sesuatupun. Kita boleh memakainya untuk sementara tetapi kita tidak memilikinya.”
Dan setelah kebaktian selesai, pemilik penggilingan berkata,” Anak muda, saya ingin anda menemui saya di suatu tempat pada pukul dua siang ini.” Dan pendeta muda itu berkata,”Tentu saja.” Jadi ia menemui pemilik penggilingan sekaligus pemilik kota dan pemilik segalanya itu, pukul dua siang. Dan pemilik penggilingan itu membawanya ke penggilingan besar itu dan berkata,”Anda lihat penggililingan ini? Saya pemiliknya, namun anda berkhotbah di atas mimbar sana kalau saya sama tidak memiliki apapun.” Kemudian ia membawanya ke rumah-rumah apartemen, ke cottage-cottage, dan ke ladang-ladang. “Semua ini—Milik saya! Akan tetapi anda katakan saya tidak punya apa-apa.” Setelah mereka menghabiskan waktu berkeliling melihat-lihat semuanya itu, pemilik penggilingan berkata,”Saya ingin bertemu dengan anda lagi di lain waktu. Pada jam yang sama, hari Minggu depan pada pukul dua, saya ingin anda menemui saya.” Dan anak muda ini menjawab,”Tuan, saya akan senang untuk menemui anda di tempat yang sama ini, pada jam yang sama, hari Minggu pada pukul dua, hanya saja 100 tahun dari sekarang.”
Kita tidak memiliki apapun—sama sekali tidak ada. Bahkan tubuh yang kita miliki ini diberikan, dipinjamkan, dan disewakan kepada saya oleh Allah, dan kembali ke debu tanah; kita tidak punya apapun. Seperti yang dikatakan Ayub dalam kebaktian Minggu saya,” Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.” Oh Allah, betapa saya harus mengingat bahwa semua yang saya miliki adalah untuk digunakan bagi kemuliaanNya, untuk maksudNya, untuk memberitakan kerajaanNya, untuk menyelamatkan yang tersesat. Karena itulah Lot berlambat-lambat.
Kita harus tutup. Satu hal lain: dalam Kejadian 19 ayat 35-38 merupakan salah satu dari kisah incest yang paling kotor yang dapat ditemukan di dalam Alkitab. Alasan untuk menceritakan kisah ini adalah karena keturunan Lot yang mengerikan. Seperti yang anda tahu, ketika para malaikat membawa Lot keluar dari Sodom isterinya menengok ke belakang dan dimusnahkan, kedua anak gadisnya selamat bersamanya. Dan anak perempuannya yang lebih tua membuat ayahnya mabuk, dan tidur bersamanya, seperti yang dikatakan Alkitab, dan dari hasil hubungan incest itu lahirlah Moab. Kemudian ketika anak perempuan yang lebih tua ini melihat bahwa ia telah berhasil dalam menggoda ayahnya dan menjadi hamil oleh ayahnya sendiri, wah, ia merayu adiknya untuk membuat ayah mereka mabuk lagi. Dan ia kemudian tidur dengan ayahnya sepanjang malam. Ia kemudian hamil dan menjadi ibu bagi Ammon. Dan Alkitab katakan dari sanalah bangsa Moab dan bangsa Ammon berasal. Dan mereka telah ditakdirkan untuk menjadi musuh Allah yang paling buruk, bangsa Moab dan bangsa Ammon.
Saudara-saudara sekalian, keduniawian adalah kutukan dari surga Allah; keduniawian. Dan Alkitab mengajarkan kita, bahwa kita harus memisahkan diri kita dari dunia—segala bujukkannya, segala daya tariknya, segala upahnya yang hanya sekejap, cepat hilang, sebentar, dan sementara saja—kita harus memisahkan diri darinya. Kita harus menjadi anak-anak Allah, keluarga Tuhan yang suci. Dan saya sampaikan ini pada anda berdasarkan firman Allah sendiri: jika anda mau memisahkan diri dari dunia dan mau memberikan diri anda kepada Allah, Allah akan membayar anda kembali seribu kali lipat seperti yang telah dilakukannya kepada Abraham. Abraham mengasihi Tuhan, melayani Tuhan, menyembah nama Tuhan. Dia adalah bapa leluhur kita. Lot kehilangan segalanya di dunia yang sesat. Tuhan memberi kita kepercayaan dan komitmen yang akan kita yakini, yaitu jika saya memberikan diri saya dan kalau saya melayani Allah, Ia akan memberi saya upah seribu kali lipat, baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang.
Sekarang kita akan menyanyikan sebuah lagu pujian. Dan pada saat kita menyanyikannya, jika ada seseorang yang ingin memberikan hatinya, hidupnya dan kepercayaannya kepada Tuhan Yesus, majulah ke depan. Keluarga yang ingin menjadi anggota gereja ini, majulah. Seseorang yang hendak memberikan hidupnya sebagai jawaban atas panggilan Allah, marilah. Seorang peziarah yang ada bersama kita yang melayani Yesus dengan seluruh kekuatan dan hidupnya, kemarilah. Karena Roh Kudus akan menekankan seruan itu di hati anda, sementara kita menyanyikan lagu ini, jawablah dengan hidupmu. Lakukan sekarang. Malaikat menyertai anda begitu anda maju, sementara kita berdiri dan bernyanyi.