MELKISEDEK, TIPE KRISTUS—MENERIMA PERSEPULUHAN
(MELCHIZEDEK, TYPE OF CHRIST—RECEIVING TITHES)
Dr. W. A. Criswell
Kejadian 14 : 18-20
11-3-57
Anda sedang mengikuti kebaktian bersama kami di First Baptist Church di Dallas. Ini adalah Bapak Gembala Sidang, membawakan khothbah Minggu pagi. Kebaktian ini disampaikan untuk mempelajari Perjanjian Baru dalam Perjanjian Lama—Perjanjian Lama digenapi dalam Perjanjian Baru. Kadangkala kita menyebutnya “tipe”, yaitu apa yang Allah ajarkan pada anak-anakNya pada jaman dulu, dan apa artinya begitu hal itu terlaksana dengan baik dan penggenapan wahyu di jaman yang baru.
Kita belajar banyak hal dari rencana Allah yang kekal dan tidak berubah. Yang Lama ada di dalam yang Baru—segala kejadian ini, tokoh-tokohnya, hukum-hukumnya, upacaranya, ritualnya, bahkan warna dan isi pokoknya, adalah merupakan adaptasi dari kebenaran spiritual yang besar bahwa, di masa yang kemudian, akan Allah ungkapkan. Semua yang ada di dalam yang Baru ada di dalam yang Lama.
Pagi ini, untuk sebuah alasan yang istimewa, kita akan mengambil seorang tokoh yang merupakan tipe dari Anak Allah sendiri. Salah satu dari tokoh-tokoh yang misterius dan asing, untuk melewati halaman demi halaman dari Kitab Suci. Ia bisa ditemukan dalam Kitab Kejadian pasal 14. Bila anda buka Kejadian pasal 14, kemudian ke Mazmur pasal 110, lalu ke Ibrani pasal 7, anda dapat mengikuti khotbah pagi ini secara berkesinambungan.
Nama dari tokoh yang asing dan misterius ini adalah Melkisedek. Ia diperkenalkan kepada kita di dalam Kitab Kejadian 14 dalam tiga ayat—ayat delapan belas, sembilan belas dan dua puluh :
Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi.
Lalu ia memberkati Abram, katanya: ”Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi.
Dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu. Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.
Hanya itulah yang dikatakan tentang Melkisedek—hanya itu, tidak ada sebelum atau sesudahnya, hanya itu.
Dalam Kejadian pasal 13, Lot melayangkan pandangannya dan melihat seluruh lembah Yordan. Dan Lot memilih lembah Yordan, dan Lot bermukim di kota-kota di lembah, dan berkemah di dekat Sodom. Itulah pasal ketiga belas dari Kitab Kejadian.
Dalam pasal 14, ada raja-raja yang bersekutu yang mengalahkan Sodom dan kota-kota di lembah Yordan, dan mereka menangkap Lot. Berita itu segera diberitahukan ke Abram, si orang Yahudi, bahwa keponakannya telah ditangkap untuk diperbudak oleh raja-raja yang bersekutu ini. Abram memperlengkapi 318 orang-orangnya dan, dengan pertolongan Allah—kemenangan atas Allah, ia mengalahkan tentara-tentara itu dan membawa pulang Lot beserta segala miliknya yang telah dirampas oleh raja-raja tersebut. Ia membawanya kembali dan dalam perjalanannya pulang kita sampai pada Kejadian 14 ayat 18 :
Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur; ia seorang imam Allah Yang Mahatinggi. Lalu ia memberkati Abram, dan Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.
Sekarang, seribu tahun setelah Kitab Kejadian pasal 14 itu—Melkisedek hidup sekitar 2000 tahun S.M.—dalam Mazmur 110, yang jelas sekali merupakan “Mazmur Mesias”, diakui demikian oleh semua orang Yahudi, kita bertemu dengan orang asing misterius yang sama:” Berfirmanlah Tuhan”—Allah, Jehova—kepada tuanku—Mesias—“Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.”
Ingat, Yesus menanyakan hal itu kepada orang Yahudi. Jika Tuhan Allah memanggil Daud “anak”; Tuhan, Mesias, bagaimana ia kemudian menjadi anak Daud? Jika Daud dan Tuhan memanggilnya tuanku, bagaimana ia bisa menjadi anak?
Sekarang, ayat 4: Tuhan Allah, Yehova berfirman lagi, tentang Mesias ini,”Tuhan—Yehova, Allah—telah bersumpah, dan ia tidak akan menyesal; “Engkau adalah imam untuk selama-lamanya, menurut Melkisedek.”
Dan kita menjumpainya lagi seribu tahun kemudian. Tuhan, Allah, Yehova telah bersumpah berkata tentang anakNya, Mesias, seperti yang dikatakanNya kepada Mesias,” Duduklah di sebelah kananKu.” Di sanalah tempat Yesus sekarang berada, ”sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.”
Jangan pernah mengkhawatirkan tentang siapa yang akan memenangkan konflik ini. Pada hari-hari ini, seluruh musuh Kristus—kegelapan, anarkis, ketidakadilan, setan, kematian, neraka, dosa, malam, kehancuran—semua ini akan ditempatkan di bawah kaki Anak Allah. “Keturunannya akan meremukkan kepalamu”—penginjilan yang pertama, Protoevangelium.
Allah tidak pernah berubah dalam Sosok tersebut. Ia mengatakannya dalam Messianic Psalm ini, kepada Anak Messianic ini—memanggilnya “Tuan”—“Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhMu menjadi tumpuan kakimu.” Kemudian, Tuhan Allah yang sama itu berfirman kepada sang Anak,” Aku telah bersumpah dan tidak akan berubah. Engkau adalah imam untuk selama-lamanya menurut Melkisedek”—seribu tahun kemudian, ia muncul lagi.
Nah, seribu tahun kemudian, kita bertemu lagi dengannya. Dalam Ibrani pasal lima, enam dan tujuh, sosok asing ini hadir lagi. Di dalam bacaan yang kita baca, dalam Ibrani pasal 5, ia mengutip dari Mazmur, seperti yang juga Allah katakan di tempat lain,” Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”
Kemudian di dalam Ibrani 5 ayat 10, ia mengulanginya,” Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.” Nah, dalam pasal 6, ia menutup pasal itu dengan ayat 20,” di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.”
Ibrani 5 ayat 11: “ Tentang hal itu banyak yang harus kita katakan, tetapi yang sukar untuk dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan.” Sekarang perhatikan hal aneh yang akan dikatakannya. Dimulai dari pasal 7, setelah ia berbicara tentang Tuhan Yesus, yang telah masuk ke dalam surga, dan Imam Besar untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek:
Sebab Melkisedek ini adalah raja Salem dan imam Allah Yang Mahatinggi; ia pergi menyongsong Abrahan ketika Abraham kembali dari mengalahkan raja-raja dan memberkati dia.
Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja damai sejahtera.
Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.
Camkanlah betapa besarnya orang itu, yang kepadanya Abraham, bapa leluhur kita, memberikan sepersepuluh dari segala rampasan yang paling baik.
Dan mereka dari anak-anak Lewi, yang menerima jabatan imam, mendapat tugas, menurut hukum Taurat, untuk memungut persepuluhan dari umat Israel, yaitu dari saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga adalah keturunan Abraham.
Tetapi Melkisedek, yang bukan keturunan mereka, memungut persepuluhan dari Abraham dan memberkati dia, walaupun ia adalah pemilik janji.
Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.
Dan di sini manusia-manusia fana menerima persepuluhan, dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup.
Maka dapatlah dikatakan, bahwa dengan perantaraan Abraham dipungut juga persepuluhan dari Lewi, yang berhak menerima persepuluhan.
Sebab ia masih berada dalam tubuh bapa leluhurnya, ketika Melkisedek menyongsong bapa leluhurnya itu.
Jika oleh karena itu, kesempurnaan dari para imam Lewi, (karena di bawah merekalah orang-orang menerima hukum), dengan kepentingan apakah, sehingga imam lain akan datang menurut peraturan Melkisedek, dan tidak disebut menurut peraturan Harun?
Sekarang, bacalah ayat lima belas:
Dan hal itu jauh lebih nyata lagi, jikalau ditetapkan seorang imam lain menurut cara Melkisedek,
Yang menjadi imam bukanlah berdasarkan peraturan-peraturan manusia, tetapi berdasarkan hidup yang tidak dapat binasa.
Sebab tentang Dia diberi kesaksisan: “Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek.”
Dan kemudian dalam ayat duapuluh satu, ia mengulanginya lagi:
Memang mereka telah menjadi imam tanpa sumpah, tetapi Ia dengan sumpah, diucapkan oleh Dia yang berfirman kepadaNya: “Tuhan telah bersumpah dan Ia tidak akan menyesal: Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya.”
Anda melihat hal yang tidak biasa di sini, pada saat anda membaca tentang Imam Besar Allah Yang Mahatinggi, pemilik surga dan bumi.
Sekarang, kita akan butuh beberapa menit saja—dan jika ada waktu, kita bisa melakukannya untuk beberapa jam. Kita akan melihat sosok Melkisedek yang asing dan luar biasa ini.
Ia adalah, seperti yang dikatakan oleh pengarang Injil Ibrani—ia seperti yang dikatakan Allah di dalam Mazmur 110. Ia adalah tipe, figur, Anak Allah, yah, dalam tiga hal: pertama, ia adalah raja: “ Dan Melkisedek, raja Salem, melek tsedek—melek. Bahasa Ibrani untuk raja adalah melek; bahasa Yunani untuk kebenaran adalah tsedek. Jadi Melkisedek—“kebenaranlah rajaku”; atau Melkisedek—“Raja Kebenaran”.
Anda bisa membacanya, tepat setelah kata melek Salem—“Raja Salem”. Dan dalam Injil Ibrani, ia menterjemahkannya untuk anda—“menurut arti namanya”—Melkisedek—“raja kebenaran”, dan kemudian langsung diikuti dengan kata-kata melek Salem, raja Salem—Salem, yang berarti raja damai sejahtera. Dan ada juga kata lain shalom, kata yang sama—salem, damai sejahtera. Melkisedek, raja damai sejahtera; raja kebenaran.
Orang yang bertemu dengan Abraham ini, mengetahui—bagaiamana ia tahu?—ia mengetahui hubungan yang berisi perjanjian antara Abraham dan Allah. Orang ini tahu, adanya kemenangan, seperti yang tertulis di dalam Kejadian 14 ayat 20. Abraham bersama-sama dengan 318 orang pasukannya telah menang atas persekutuan raja-raja—salah satu dari raja itu adalah Amrafel, Raja Babylonia. Kita bisa melihatnya dalam buku sejarah kita dengan nama Hammurabi—bagaimana Abraham dengan 318 orang-orangnya, mengalahkan raja-raja dan tentara-tentara hebat.
Melkisedek tahu, ia mengerti, bahwa ini semua dilakukan oleh tangan Allah Yang Maha Kuasa. Dan ia merupakan perwakilan dari El Elyon, Allah Mahatinggi.
Kemudian, ia menggambarkan Dia sebagai “pemilik surga dan bumi”. Tetapi hal yang luar biasa dan mengagumkan adalah kesucian dan pengenalan intuitif Abraham atas Melkisedek; tentang dari siapa dia—dari Allah. Melkisedek mengetahui hubungan perjanjian antara surga dan Abraham, secara langsung. Tidak ada pendahuluannya. Tidak ada tindak lanjutnya. Juga secara langsung, secara intuitif, Abraham mengenali Melkisedek sebagai sosok spiritual yang lebih tinggi daripada dirinya. Melkisedek ini memberkati Abraham, bukan Abraham memberkati Melkisedek.
Orang ini, raja ini, mengenali Abraham dan Abraham mengenali dia. Dan orang asing ini, memberkati Abraham; dan Abraham mempersembahkan kepadanya sepersepuluh dari apa yang dimilikinya. Sungguh suatu sosok yang luar biasa!
Ia adalah raja, dan kita tidak pernah lupa kalau Tuhan kita adalah raja, dan Ia yang memiliki kerajaan. Menghidupkan iman Kristen berarti menyangkal hati dan isinya yang paling dalam dan tentu saja, untuk menolak pelanggaran iman. Jika anda menganggap iman Kristen hanya sebagai kumpulan dari prinsip-prinsip spiritual, atau mengatakan iman kepercayaan Kristen hanya berhubungan dengan di sini dan saat sekarang, itu berarti, saya katakan, menolak takdir kita yang sudah ditentukan dengan bimbingan tangan Allah.
Sosok yang dituliskan dalam Alkitab sebagai tipe Kristus adalah, pertama-tama, ia seorang raja. Dan Tuhan kita adalah Raja, dan ia memiliki kerajaan, dan suatu hari nanti Ia akan memerintah di bumi ini.
Namun, oh kita harus mempercepat ini, Melkisedek, namanya berarti raja kebenaran, raja damai sejahtera—1 Korintus 1:30: “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita”—raja kebenaran. Dan Efesus 2:14 : “Karena Dialah damai sejahtera kita”
Hal lainnya, Melkisedek adalah seorang imam, dan Tuhan kita seorang imam: “Dan Melkisedek, raja Salem”—raja damai—“membawa roti dan anggur: dan ia adalah seorang Imam.”
Kapan saja anda bertemu dengan seseorang bernama Mr. Cohen—dalam bahasa Ibrani namanya itu, Cohen, berarti “imam”—C-O-H-E-N, Cohen. Ia adalah seorang Imam. Inilah pertama kalinya kata ini dipergunakan di dalam Alkitab. Pertama kali disebutkan adanya imam: Dan Melkisedek, raja Salem, membawa roti dan anggur dan ia adalah seorang cohen, imam Elyon, Allah Yang Mahatinggi.
Tuhan kita adalah seorang imam. “Dan Ia membawa roti dan anggur.” Mengapa bukan mentimun dan lobak? Mengapa bukan apel dan asparagus? Mengapa bukan daging panggang dan daging domba berkuah? Karena firman Allah ini memiliki arti dan itulah yang akan kita coba untuk lihat dan pelajari. Hal yang terjadi ini merupakan suatu pemikiran yang sangat besar dan mereka memiliki arti yang mendalam.
Dan hal yang membuat kita berlari ke tangan Allah memiliki arti dan relevansi yang kekal. Melkisedek membawa roti dan anggur dan ia adalah Imam El Elyon, Allah Yang Mahatinggi. Roti dan anggur mengingatkan kita pada suatu waktu yang berbeda, di tempat yang berbeda, dimana Ia berdiri di sana, seseorang yang merupakan anti-tipe dari Melkisedek.
Dan Ia menyucikan roti dan anggur, dan mereka makan pada perjamuan itu, makan malam bersama itu—roti dan anggur. Dan Ia adalah Imam Allah Yang Mahatinggi, dalam keseluruhan tulisan yang panjang ini, inilah yang paling banyak saya baca. Dalam Ibrani pasal tujuh dikatakan kalau ia merupakan tipe, bayangan, penggambaran seorang pengkhotbah yang fasih berbicara dari Tuhan Yesus Kristus, yang tetap menjadi imam untuk selama-lamanya sesuai dengan sumpah yang telah Allah buat.
Dalam Ibrani 7 ayat 3 :
Ia tidak berbapa, tidak beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama dengan Anak Allah, ia tetap menjadi imam sampai selama-lamanya.
Ketika anda berjumpa dengan Melkisedek, ia tidak memiliki silsilah keturunan. Ia datang kepada kita tidak berbapa, tidak beribu. Ia tidak mempunyai keturunan. Tidak dibuat, tidak disebutkan. Ia menerima jabatan imamnya tanpa ada pendahulunya, dan ia melepaskan jabatan imamnya tanpa ada penerusnya. Ia tetap unik, sendirian, dan untuk selama-lamanya.
Imam Lewi menerima jabatannya berdasarkan kemampuannya untuk menelusuri silsilah keturunannya dari Alkitab sampai ke Harun. Dan ia berfungsi sebagai imam dalam kebaktian dan pelayanan karena ia ada di dalam garis keturunan suku Lewi dan dari Harun, seorang imam besar. tanpa adanya silsilah itu, ia tidak bisa menjadi imam. Ia menjadi imam berdasarkan nenek moyangnya. Ia menerimanya dari mereka. Ia mewarisinya dari bapanya.
Tetapi, Melkisedek, orang yang dikatakan dalam Ibrani sebagai imam yang pandai berbicara, menerima jabatan imamnya bukan dari bapanya, bukan dari silsilah keturunannya, bukan dari nenek moyangnya, ia juga tidak meneruskan jabatannya itu kepada anaknya atau keturunannya. Namun, ia menerima jabatan imamnya itu menurut perjanjian antara Allah dengan dirinya.
Dan pengarangnya mengatakan kalau itu merupakan tipe dari imam besar Yesus Kristus. Ia menerimanya tidak dari silsilah, tidak dari leluhurnya, tidak mewarisinya; ia juga tidak mengundurkan diri atau wafat dan kemudian meneruskannya ke anaknya atau ke keturunannya. Melainkan imam tinggi dari Yesus Kristus bedasarkan perjanjian dengan Allah yang telah bersumpah dan tidak akan berubah: “Engkau akan menjadi imam untuk selama-lamanya”—akan tetap begitu—“menurut peraturan Malkisedek.”
Tidakkah anda mengerti? Tetap menjadi unik dan untuk selama-lamanya dan tetap sendirian. Apa yang Allah maksudkan adalah demikian: pelayanannya tidak berakhir di kayu salib, tidak juga pada saat kenaikan, melainkan untuk selama-lamanya. Kita memiliki imam tinggi yang dapat “tersentuh oleh perasaan atas kelemahan kita”—yang sepenuhnya mampu menyelamatkan....karena Ia tetap hidup dan tetap ada”.
Dengar, bila anda tidak dapat berkhotbah mengenai itu, berarti anda tidak mampu berkhotbah. Apakah anda tahu itu? Anda tidak mampu. Sayang sekali kita tidak mempunyai banyak waktu untuk membahas mengenai hal ini. Pikirkanlah itu, tanpa banyak bicara. Saya buat satu kalimat dan saya akan lanjutkan ke yang ketiga.
Saya bisa melihatnya di sini, bahwa merupakan rencana Allah yang mendalam dan mendasar untuk mengakhiri masa jabatan imam Lewi. Tidakkah anda melihatnya? Bukanlah merupakan rencana Allah kalau pengorbanan harus selalu diberikan di bait Allah—bahwa darah kerbau dan kambing dapat menerima hukuman dariNya. Tetapi sudah merupakan kosistensi dari rencana Allah selama ini bahwa masa keimaman Lewi harus diakhiri.
Lalu mengapa jabatan itu diadakan? Karena itu merupakan suatu pelajaran. Merupakan tipe, sebuah pengajaran, menurut Dia yang darahnya telah membersihkan kita dari dosa, hanya itu.
Sekarang, kita harus cepat-cepat membahas yang ketiga. Raja ini, yang Alkitab katakan adalah tipe dari Tuhan Yesus—raja dari hati dan jiwa kita. Melkisedek yang adalah Imam Allah Yang Mahatinggi—menerima persepuluhan dari Abraham.
Tidakkah itu membuat anda heran? Tidakkah itu suatu hal yang luar biasa bagi anda? Yang ia katakan adalah bahwa Abraham, ketika ia berjumpa dengan Melkisedek dan diberkati olehnya—apa yang dilakukan Abraham? Satu-satunya hal yang dicatat adalah Abraham memberikan kepada Melkisedek, raja dan imam Allah, sepersepuluh dari kepunyaannya.
Saya menemukan respon yang tak biasa ini lagi, hanya beberapa tahun kemudian dalam kehidupan cucu Abraham. Di Betel, Yakub mendapat suatu penglihatan yang sangat indah, sebuah tangga, dengan malaikat-malaikat yang turun naik di atas tangga seperti yang dikatakan Yohanes di dalam Injilnya pasal yang pertama, “malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”
Dan apakah respon Yakub? Yakub berkata,”Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku, akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepadaMu.” Bukankah itu hal yang aneh? Itu adalah respon, bukan berdasarkan hukum atau adanya suatu paksaan, tetapi itu merupakan respon hatinya atas wahyu Allah yang luar biasa.
Saudara terkasih, ini bukan hukum Taurat. Saya tidak berbicara tentang hukum Taurat. Saya belum sampai ke sana. Hukum Taurat baru ada 450-500 tahun kemudian. Hal ini terjadi setengah milenium sebelum hukum itu diberikan.
Sekarang, hal ini termasuk di dalam hukum Taurat. Dibuat menjadi bagian dari hukum Taurat. Kitab Imamat menutup pasal terakhirnya dengan hal itu:
Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik Tuhan; itulah persembahan kudus bagi Tuhan.....dan mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi Tuhan. Janganlah dipilih-pilih mana yang baik dan mana yang buruk, dan janganlah ditukar.
Karena sudah termasuk ke dalam hukum Taurat, Injil Matius pasal 23 ayat 23 mengatakan demikian :
.....sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Persepuluhan merupakan bagian dari hukum Taurat. Ia termasuk di dalam hukum Taurat, dan Yesus telah membuktikannya. Tetapi saya tidak berbicara mengenai hukum Taurat.
Lima ratus tahun sebelum hukum itu ada, Abraham memberi hormat dan mempersembahkan di hadapan Melkisedek, Imam Allah Yang Mahatinggi, sepersepuluh dari seluruh kepunyaannya. Dan itulah dasar dari argumen besar dimana kita tidak memiliki waktu untuk melanjutkan yang ada di dalam Ibrani 7: “Dan di sini manusia-manusia fana menerima persepuluhan.”
Ia berbicara mengenai imam-imam Lewi dan kuil pemujaan dan orang-orang yang datang demi hukum Taurat itu untuk menyerahkan sepersepuluh kepada imam di bait Allah tersebut. “Dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup.” Keingingan memberi persepuluhan itu ada di sana, puji syukur, ketika anda bertemu dengan Tuhan, bertatap muka, demikian juga di dalam hati anda—bukan dengan tekanan, bukan karena kebutuhan, hal itu akan ada di dalam hati anda. Keingingan untuk mempersembahkan sepersepuluh kepada imam dan raja Allah Yang Mahatinggi itu datang dari sumbernya di dalam jiwa.
“Kepadanyapun Abraham memberikan sepersepuluh dari semuanya.” Dan menurut imam Lewi, manusia-manusia fana menerima persepuluhan, tetapi itu berdasarkan hukum Taurat, berdasarkan undang-undang, dan itu sudah berlalu—lenyap untuk selamanya—“Dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup”—Juru Selamat kita di surga.
Tuhan yang menciptakan kita, saudara-saudara kita memiliki keyakinan dan komitmen untuk percaya bahwa jika kita memberikan sepersepuluh dari penghasilan kita, Allah akan mengembalikannya kepada kita seratus kali lipat.
Allah melihat dan mengetahui hal-hal yang ada di masa depan. Ia mengumpulkannya. Tetapi, oh Tuhan, mengapakah seorang putera Surgawi harus berada di tangan takdir yang menghancurkannya, mengambil alihnya?
Seberapa lebih suci, dan lebih manis, dan lebih baikkah untuk menjadi seperti Abraham, seperti Yakub, seperti anak-anak Allah yang telah percaya kepadaNya sepanjang jaman, yang dengan senang hati, Tuhan, memberikan kepadaMu sepersepuluh dari semuanya—dan kemudian mempercayai Allah, yang dapat melihat masa depan untuk menangkal hari-hari jahat, untuk melihatnya melalui masa-masa kegelapan, untuk menguatkan kita di saat kita membutuhkannya, dan memberikan kepada kita apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita, jiwa kita dan kehidupan manusia.
Saya sudah tua—“Dulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta minta roti;
Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak akan membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.
Karena kita memberi kepada Allah, Ia akan memberi kembali kepada kita.
Oh, Tuhan, berikanlah kepada kami kepercayaan seperti itu, dan pengabdian seperti itu di dalam diri kami, dalam nama Juru Selamat kami, Amin.
Sekarang, untuk sebentar saja, kita akan menyanyikan sebuah lagu—sebentar saja. Dan begitu kita menyanyikan lagu itu, satu bait—majulah ke depan untuk memberikan hidupmu dan kepercayaanmu kepada Tuhan, atau untuk meletakkan hidup anda lewat surat atau baptisan ke dalam keanggotaan gereja ini—pada saat kita menyanyikan bait ini, maukah anda datang dan berdiri di samping saya, sementara kita semua berdiri bersama?