FAKTA PERTAMA: ALLAH
(THE FIRST FACT: GOD)
Oleh Dr. W. A. Criswell
Diedit oleh Dr. Eddy Purwanto
Khotbah ini dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas
30 Desember 1956
Kejadian 1:1
12-30-56
Demikianlah, khotbah pagi ini berjudul: Fakta Pertama: Allah Pencipta Kita. Ada suatu waktu ketika orang menundukkan kepala di hadapan “Allah”—segala macam ilah, tetapi mereka tetap ilah-ilah. Beberapa waktu lalu, ada satu buku terkenal berjudul: This Believing World. Mereka mungkin ilah yang terbuat dari emas, dan ilah-ilah yang terbuat dari kayu dan ilah-ilah yang terbuat dari batu, atau mereka mungkin ilah-ilah dari langit penuh bintang, tetapi mereka menundukan kepalanya di hadapan ilha-ilah tersebut. Dan tentu, Orang Kristen menundukan kepala di hadapan Allah yang maha besar, yang menciptakan langit dan bumi.
Ada satu perubahan menonjol dalam semua generasi-generasi terakhir ini. Saudara-saudara—banyak orang—tidak lagi memuliakan Allah, atau ilah-ilah, tetapi mereka menundukan kepala di hadapan ilmu pengetahuan dan mereka memuliakan ilmu pengetahuan.
Sepanjang apa yang saudara maksudkan dengan ilmu pengetahuan — sepanjang kata itu berarti kebenaran — fakta, kemauan untuk menerima hal-hal besar yang Allah telah jalinkan — sepanjang yang saudara maksudkan dengan ilmu pengetahuan itu demikian, kita tidak mempertengkarkan hal-hal tersebut. Bujukan bahwa tidak pernah ada fakta, tidak pernah ada kebenaran yang ditemukan, yang sekarang diketahui atau di kemudian hari diketemukan, yang akan melanggar atau bertentangan dengan kebenaranm dan fakta dan wahyu dari Buku yang saya pegang dalam tangan saya ini — yaitu Kitab Suci.
Tetapi, hal yang telah berlau itu mengejutkan, suatu yang mengherankan, suatu yang tidak dapat ditawar-tawar, kemauan untuk membuang iman, kebenaran-kebenaran abadi besar kebenaran akan Allah dan untuk menerima, sebagai gantinya, hipotesis-hipotesis dan teori-teori imajinatif manusia. Hal itu, menurut saya, hal yang sangat mengejutkan.
Dan padahal manusia-manusia ini mencerca kecendrungan mudah percaya, atas sifat mudah tertipu, dari mereka yang menundukan kepala dan menyembah Allah, atas kata hormat saya, yang belum pernah saya temukan dalam sejarah, atau dalam perjalanan saya, sesuatu yang dapat diperbandingkan dengan kecendrungan mudah percaya, mudah tertipu, dari mereka yang menerima teori-teori yang paling tidak terhormat dan imajinatif dan dibuat-buat dan tidak terbukti dari ilmu pengetahuan sebagai hukum utama dan Injil.
Misalnya, ini adalah percakapan tipikal dengan seseorang yang adalah penganut ilmu pengetahuan, beginilah:
“Dari mana menurutmu dunia ini berasal?”
“Mengapa,” dia katakan, “dunia ini berevolusi.”
“Baik, menarik. Dunia berevolusi dari apa?”
“Dunia berevolusi dari satu nebula besar, sejenis gas.”
“Baik. Dari mana bahan nebula, gas itu berasal?”
“Baik, diciptakan.”
“Siapa yang menciptakannya?”
“Baik, alam.”
“Baik, menarik. Alam membuatnya. Alam menciptakannya. Siapakah alam itu?”
“Baik, alam ya alam itu saja.”
“Itu tidak ilmiah. Saudara mengatakan alam melakukan ini. Baik, apa itu alam? Siapakah alam ini yang telah menciptakan ini?”
“Baik, alam saja?”
“Dari manakah alam itu berasal?”
“Alam tidak berasal dari manapun?”
“Baik, siapa yang membuatnya?”
“Tidak seorangpun. Alam itu selalu ada.”
Tidakah hal itu memberkahi hati saudara? Apakah hal itu menginspirasikan jiwa saudara: jika seseorang memberikan kita penjelasan. Dan itu semuanya, tidak hanya satu saja. Dan itu sejauh yang dapat dijelaskan.
Atau—Saya mengilustrasikan kemudah tertipuan manusia-manusia ini—para ahli ilmu pengetahuan, —dan kemauan mereka untuk mengesampingkan kebenaran-kebenaran abadi yang agung yang diungkapkan dalam Kitab Suci dan untuk menerima hipotesis-hipotesis dan penjelasan-penjelasan yang belum terbukti dan imajinatif ini, dan mitos-mitos. Hari Jumat— Hari Jumat lalu ini, saya melihat di halaman depan Dallas Morning News ada artikel berjudul: “Mata rantai Manusia yang hilang kini Ditemukan (Missing Link Man Found).” Sabtu pagi, muncul di bagian redaksi the Dallas Morning News, satu editorial yang mengukuhkannya.
Baiklah, ada waktu ketika saya membaca hal itu dan hal itu sangat menganggu saya – sangat menganggu saya. Sekarang, pada waktu saya membaca ini, saya tidak dapat percaya orang-orang ini serius. Itu hanya lelucon semata. Lucu. Bodoh. Menggelikan. Saya melihat hal itu dan saya tertawa.
Namun, hal ini diterbitkan oleh para ahli terkenal, besar. Sehingga, hal ini merupakan satu contoh mengenai orang berpikiran ilmiah yang berpikir besar. Dan itu satu lelucon. Dan lucu. Dan bodoh.
Saya baca judul beritanya: “Mata rantai Manusia yang hilang kini Ditemukan.” Dan pada artikel itu dikatakan mata rantai itu ditemukan 10 tahun lalu—10 tahun lalu. Seorang saudara, di sini, mengatakan bahwa mata rantai yang hilang yang menghubungkan monyet dan manusia tersebut hidup satu juta tahun lalu, dan saudara lainnya mengatakan mata rantai yang hilang ini antara manusia yang hidup 75.000 tahun lalu—semuanya dalam napas yang sama. Dan mereka tidak berpikir hal itu lucu. Tetapi saya pikir hal itu lelucon. Hal itu bodoh.
Mereka harus bersatu untuk sesuatu. Ada banyak perbedaan antara satu juta tahun dan 75.000 tahun. Tetapi, inilah bagian lucu darinya. Inilah bagian bodoh darinya: “Mata Rantai Manusia yang hilang kini Ditemukan.” Lihat. Seluruh dasar dari evolusi adalah—seluruh dasar hal hal itu, dalam seluruh perkembangan dari apa yang anda sekarang lihat—bentuk-bentuk kehidupan—bentuk-bentuk yang mengarah ke kehidupan yang saudara lihat sekarang, dan bagaimana, selama jutaan dan miliaran dan jutaan dan bermiliar-miliar tahun, termasuk ribuan dan jutaan dan miliaran bentuk-bentuk peralihannya. Kehidupan itu berasal dari satu bentuk sel tunggal kecil, dan mereka berkembang, dan berkembang, berkembang hingga saudara mendapatkan bentuk-bentuk kehidupan yang kita miliki dewasa ini. Itulah teori tersebut. Itulah teorinya. Itulah “injil” yang ada di baliknya.
Baik, karena datangnya bentuk-bentuk peralihan—dan ada jutaan dan miliaran dan miliaran dari bentuk-bentuk peralihan itu---mereka katakan, “mata rantai yang hilang tadi ditemukan,” seolah-olah ada salah satu orang tersebut. Tetapi, menurut mereka, ada miliaran dan miliaran dan miliaran hubungan-hubungan yang hilang tersebut. Mengapa, kita mesti melihat bentuk-bentuk peralihan pada setiap jalan. Mereka mesti lebih tebal dari umbul kapas dan kelinci hutan dan binatang kaki seribu dan dan binatang-binatang kecil dan laba-laba dan serangga dan segala sesuatu yang anda lihat dalam hidup.
Mereka mengklaim ada satu bentuk peralihan, padahal mestinya miliaran dan miliaran bentuk peralihan tersebut, menurut kata mereka sendiri. Kita mesti melihat mereka dewasa ini.
Apakah saudara lihat? Tidak! Ketika dia adalah seekor kucing, dia adalah kucing. Dia adalah anjing. Dia adalah kuda. Dia adalah sapi. Dia adalah binatang-binatang kecil. Dia menjadi apa saja.
Apa yang membuat dia menjadi demikian? Saudara tidak akan mendapatkan bentuk-bentuk peralihan. Jika mereka datang melalui seluruh zaman geologis ini, mengapa tidak saudara lihat mereka dalam bentuk fosil? Tetapi, saudara tidak menemukan mereka dalam fosil-fosil. Saudara tidak menemukan mereka di manapun juga.
Saya katakan, itu bodoh. Hal itu dapat ditertawakan. Itu patut ditertawakan. Hal itu lucu. Mereka menemukan satu hubungan yang hilang—padahal, menurut kata mereka sendiri, ada miliaran dan miliaran hubungan-hubungan yang hilang tersebut. Mata rantai yang hilang mestinya kelihatan di mana-mana.
Dan namun mereka ingin agar saya menyerah pada wahyu-wahyu agungr dan kebenaran-kebenaran agung menurut Firman Allah. Mengapa mesti saya? Mereka mengklaim telah menemukan manusia prasejarah dan mereka menerka bahwa dia adalah, “tidak diragukan berusia jutaan tahun.” Apa sesungguhnya yang dia maksudkan dengan mengatakan itu dalam editorial tersebut adalah mereka tidak benar-benar tahu berapa usianya.
Baik, peluangnya adalah dia adalah salah satu dari dua hal: jika mereka memiliki kerangka seorang manusia, dia betul-betul seorang manusia. Dia adalah seorang manusia. Atau, menemukan sisa-sisa dari seekor binatang. Tetapi, hal itu baru akan dibahas pada kuliah keenam atau ketujuh mendatang. Kita akan bersenang dulu di sini—yaitu, Saya akan bersenang-senang dulu.
Sekarang, pagi ini, mari kita kembali ke fakta yang pertama—keyakinan fundamental pertama, keyakinan utama pertama akan iman Kristen: “Pada awalnya, Allah menciptakan, surga dan bumi.” Fakta pertama dari agama Kristen adalah ini: bahwa ada seorang Allah pribadi—atau mereka memanggilNya kecerdasan, karena kecerdasan menyiratkan kepribadian, aktivitas, ketegangan, kepekaan, ketanggapan, mengetahui. Fakta besar pertama dari iman kita adalah ini: bahwa ada satu Allah, satu kecerdasan, yang rancangan pribadinya ada di balik semua yang kita lihat. Seseorang—bukan sesuatu, tetapi seseorang telah membuatnya.
Sekarang, pagi ini, dari seribu cara saudara dapat pikirkan, kita akan menunjukan hal itu. Dapatkah saudara mendemonstrasikan hal itu? Saya dapat medemonstrasikan fakta mengenai Allah, yang menjadi dasar fundamental dan utama dari seluruh keyakinan kita dalam iman Kristen, dari mana seluruh yang sisanya mengalir— fakta akan Allah.
Ada satu hukum yang tidak berubah mengenai logika, yang diawali dengan satu fakta, yang secara universal diakui—bahwa kita secara pribadi mengetahui dan kemudian membuat alasan dari sana. Inilah hukum yang tidak berubah pertama mengenai logika. Faktanya adalah saudara — saudara. Cubitlah diri saudara dan lihat jika bukan saudara. Maukah saudara? Maukah saudara?
Dan kemudian, lihatlah seluruh dunia di sekeliling saudara. Itu adalah fakta yang secara universal diakui, bukan? Di sinilah kita. Dan di sini, di tempat di mana kita tinggal ini adalah alam semesta yang begitu kompleks. Planet ini dan saudara dan saya—ini adalah fakta yang sangat jelas, bukan? Dan planet kita adalah satu sistem yang ada hanya salah satu di antara 350.000.000 bintang dengan planet-planetnya yang mengelilingi mereka, seperti galaksi kita, tetapi jumlahnya tidak terbilang banyaknya, lebih banyak dari planet-planet kita.
Demikianlah kita. Itu baru satu hal. Itu baru satu hal. Sekarang inilah hukum fisika, —di sinilah hukum fisika yang tidak berubah itu. Saudara mendengarnya: “Dalam transformasi zat, ketika ada produksi energi, produksinya melalui degenerasi—pemecahan yang kompleks ke dalam yang sederhana.”
Coba saya katakan sekali lagi: “Transformasi zat yang mengakibatkan produksi energi datang dari degenerasi—pemecahan atas yang kompleks menjadi sederhana.” Pada waktu saudara membakar bensin—ketika saudara melakukannya, saudara melepaskan energi. Saudara memecahkan satu struktur kompleks menjadi satu struktur sederhana. Saudara mendapatkan energi dari degenerasi.
Hal yang sama dalam pemecahan atom—pengambilan substansi kompleks menjadi substansi lebih sederhana. Dan dalam pemecahan itu—dalam degenerasi itu, dia melepaskan energinya.
Sekarang, saudara melihat energi di mana-mana. Apa artinya semua itu? Saya tidak peduli akan apa teori saudara mengenai penciptaan, saudara harus mulai dengan satu alam semesta yang begitu besar dicas dengan energi. Sama seperti satu jam yang sudah diputar dan terus berjalan sejak itu.
Sekarang, siapa yang memutar jam itu? Siapa yang memutar jam tersebut pertama kalinya? Siapa yang membuat barang ini dan membuatnya dengan kompleksitas dan energi begitu besar, tetapi jam itu berdegenerasi. Jam itu mengalami degenerasi. Jam itu tidak akan pernah beralih. Saudara tidak melihat barang-barang bergerak dari yang sederhana ke yang kompleks, tetapi dia berdegenerasi dari yang kompleks ke yang sederhana.
Saudara harus memulainya—saudara harus mulai dengan barang ini yang sudah diputar. Kemudian, barang itu berjalan, berputar sama seperti satu jam, sejak saat itu. Baiklah, siapa yang melakukan hal itu? Siapa yang berbuat itu? Siapa?
Dalam dunia ini, hal itu sangat-sangat kompleks. Pada waktu yang sama, dunia terbuat dari hal-hal lebih sederhana dari pada apa yang saudara cari. Seorang anak leaki kecil, di hadapan seorang profesor, yang berkunjung di rumahnya, bertanya kepada professor itu, “Tuan, bagaimana banyak jenis barang berbeda ada di dunia ini?”
Dan mama anak itu menyela dan mengatakan, “Anda tidak harus menjawab pertanyaannya yang bodoh itu, tuan.”
Tetapi sang profesor mengatakan, “Saya mau menjawab pertanyaan itu. Saya tidak tahu banyak,” dia katakan. “Tetapi, saya kebetulan tahu jawaban atas pertanyaan itu. Allah, dalam segenap karyaNya, dalam seluruh bintang, dalam seluruh matahari, dalam seluruh planet, semuanya dalam dunia ini, ada kurang dari seratus jenis barang berbeda.”
“Mengapa, tidak demikian,” kata anak lelaki kecil tadi. “Saya sendiri tahu lebih dari satu juta barang.”
“Oh, tidak,” kata profesor tadi, “Kamu tidak tahu satu juta jenis barang berbeda, karena hanya ada kurang seratus barang berbeda di seluruh alam semesta ini, dalam seluruh penciptaan. Faktanyat,” kata profesor itu, “ada 96—hanya 96 jenis barang berbeda dan kita menyebut barang-barang itu unsur-unsur.”
“Mengapa,” kata anak lelaki kecil itu, “Saya sendiri bisa sebutkan kepada bapak sejuta jenis barang berbeda.” Dan dia menoleh ke sana ke meja dan mengatakan: “Dan ada satu dari antara mereka: garam.”
“Tidak,” kata professor tadi, “Garam itu terdiri dari dua barang. Garam adalah sepotong logam yang disebut sodium dan gas yang disebut khlor. Campurkan unsur-unsur itu bersama dan akan terjadi klorida sadium. Tetapi, kamu menyebutnya ‘garam.’”
“Baiklah!,” kata anak lelaki itu, “Uh, uh—bagaimana dengan air? Itu sesuatu yang lain’kan.”
“Tidak,” kata profesor itu, “Air bukan satu hal lain juga. Dua bagian kecil hidrogen kecil dan satu bagian kecil oksigen—ditempatkan bersama, dan itulah apa yang kamu sebut sebagai air.”
“Bagaimana dengan udara yang saya hirup. Itu tentu sesuatu yang lain?”
“Bukan, udara terbuat dari tiga hal: 79 bagian nitrogen, 21 bagian oksigen dan sejumlah gas dioksida karbon. Begitulah bagaimana udara kita itu tercipta.”
Segala sesuatu dibuat dengan cara seperti itu—segala sesuatu. Hanya ada sekitar 96 unsur (elements)—jenis-jenis hall berbeda, yang dijadikan satu dalam cara-cara berbeda. Dan itulah apa yang membuat dunia ini.
Sekarang, itulah hal yang sama yang kamu dapatkan dalam matematika, dalam dunia aritmatika. Ada sembilan faktor dalam aritmatika—satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan. Ada sembilan faktor, kemudian saudara punya angka nol demi kemudahan pengalihan.
Dibutuhkan dua hal untuk memecahkan masalah apapun: sembilan faktor tadi dan satu pikiran cerdas untuk mengerjakannya. Dan dengan sembilan faktor dan kecerdasan tadi, saudara bisa mengerjakan soal apapun dalam kalkulus, dalam trigonometri atau geometri. Dalam proyek bangunan apapun di mana saudara menggunakan matematika, dua hal yang harus saudara miliki: saudara harus memiliki faktor-faktor dan saudara harus memiliki kecerdasan untuk menyelesaikan soal tersebut. Lalu, saudara bisa memecahkan persoalan tersebut.
Hal yang sama dalam kesusasteraan—saudara mesti memiliki dua hal untuk dikerjakan dalam kesusasteraan. Pertama, saudara mesti memiliki faktor-faktor: 26 faktor semuanyal—a, b, c, d, e dst—saudara harus memiliki faktor-faktor itu—26 faktor. Kemudian, saudara mesti memiliki kecerdasan untuk memanipulasikan faktor-faktor tadi. Dan jika saudara memiliki kecerdasan dan saudara memiliki faktor-faktor tersebut, lihat—saudara memiliki dua puluh tiga Mazmur. Lihat—saudara punya pidato Gettysburg. Lihat—saudara punya sandiwara “Hamlet.” Lihat—saudara punya Undang-Undang Dasar Amerika Serikat.
Tetapi, saudara mesti memiliki kedua hal tadi: faktor-faktor dan kecerdasan. Itulah yang ada di balik hal ini ketika Allah menciptakan surga dan bumi.
Saudara memiliki faktor-faktor—yaitu 96 faktor. Dan saudara harus memiliki kecerdasan.
Dan Allah, Kecerdasan—Allah, Kepribadian, mengambil ke 96 faktor tadi yang Dia ciptakan, dan Dia menempatkan semua hal ini menjadi satu bersama-sama. Dan Dia dapat mengalihkan faktor-faktor ini satu sama lainnya. Dan ketika dia mengalihkan mereka satu dengan lainnya, mereka berarti hal-hal berbeda.
Sekarang, dunia dibuat dengan cara demikian. Ada faktor-faktor dan faktor-faktor dapat diatur. Ambillah faktor karbon, aturlah dalam satu cara tertentu dan saudara mengartikannya intan. Putarlah faktor-faktor itu dan saudara mengeja grafit, seperti yang saudara dapat laklukan dengan pinsil saudara. Putarlah hal yang sama dan dia akan mengeja batu bara. Putarlah sekali lagi dan dia akan mengeja sejumlah jenis tanah liat pembuat barang tembikar.
Ada semua faktor tersebut, mereka hanya diartikan secara berbeda dalam menciptakan barang-barang berbeda ini. Saudara mengubah seluruh barang ini dan terciptalah semua barang yang berbeda ini. Baiklah. Siapa yang mengubah semua barang-barang ini ? Siapa yang merancang itu? Siapa yang melakukan hal itu?
Baiklah. Mari kita lihat pada hal itu. Saudara mengatakan suatu kebetulan melakukan hal itu. Mari kita lihat apakah kesempatan melakukannya. Saudara katakan ya, suatu kebetulan yang melakukannya. Coba kita ambil kesembilan faktor tadi—satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan—dan mari kita tempatkan nol di sana. Dan buat satu tumpukan dari satu, dan satu tumpukan dua dan satu tumpukan tiga dan mari kita letakan mereka di sana.
Dan kemudian, apa soal yang kita dapat di sini adalah kalkulus, atau dalam geometri, untuk memecahkannya. Jadi, kita akan hanya mengambil faktor-faktor itu saja dan memutarnya berulang-ulang—putar sekali lagi dan lagi dan sekali lagi. Dan kita akan hanya melihat jika, tanpa kecerdasaran atau rancangan, faktor-faktor itu dapat memecahkan. Sekarang, saudara dapat menyusun faktor-faktor itu selama satu juta, atau satu miliar miliaran tahun abadi, dan saudara tidak akan pernah memecahkan soal itu. Tanpa kecerdasan, tidak akan—tidak akan.
Sekarang, coba kita ambil faktor lainnya: kesusasteraan. Kita punya 26 faktor di sini: a, b, c, d, e—26 faktor. Coba kita letakan faktor-faktor itu dalam satu tumpukan. Dan coba kita lemparkan faktor-faktor itu ke udara dan mari lihat, mungkinkah oleh suatu kebetulan, saudara mendapat dua puluh tiga Mazmur. Bagaimana sampai saudara mendapatkan Undang-Undang Dasar Amerika Serikat ?
Saudara mengatakan suatu kebetulan yang melakukannya. Tetapi, saudara dapat mengambil satu juta miliar tahun, dan tidak pernah menemukan apa-apa. Faktor-faktor dan suatu kebetulan, tanpa kecerdasan, tidak pernah menghasilkan apa-apa. Dan di samping itu, dari mana faktor-faktor itu datang?
Pada waktu saudara mengeluarkan kecerdasan dari faktor itu—ketika saudara mengeluarkan kepribadian dari faktor itu— ketika saudara mengeluarkan Allah dari faktor itu— ketika saudara mengeluarkan tangan Yang Mahakuasa yang memanipulasinya dari faktor itu, saudara akan tidak memiliki apa-apa—tidak ada apa-apanya, tidak ada. Tidak ada akan terjadi dari yang tidak ada. Bahkan seorang anak lelaki TK tahu tentang hal itu.
Jika saudara tidak juga percaya akan hal itu, coba ke luar ke sini ke tengah ruang, di mana tidak ada apa-apanya, dan lihat apa yang dapat saudara lakukan atasnya. Ketika saudara mengeluarkan kecerdasan dari faktor itu, tidak punya apa-apa saudara. Seluruh konsep suatu kebetulan jatuh ke tanah sebagai bahan tertawaan.
“Baik, kemudian, hukum melakukannya. Hukum melakukannya. Hukum melakukannya. Hukum memanipulasi seluruh hal tersebut. Hukum melakukannya. Hukum melakukannya.” Baik, saudara tidak memiliki hukum tanpa suatu kewenangan, suatu badan penegak hukum. Hukum merupakan satu hal yang diciptakan.
Dan hukum gaya berat (gravitas) adalah salah satu ciptaan-ciptaan misterius dari Perancang besar dari alam semesta tersebut. Faktanya adalah Kitab Suci ini akan jatuh ke atas mimbar ini. Jika saya tidak menjaga keseimbangan diri saya, saya akan jatuh ke tanah. Salah satu dari misteri-misteri besar alam semesta adalah hukum gravitasi tersebut. Tetapi Allah yang melakukan hal itu. Zat dan hukum tidak menciptakan apa-apa.
Baiklah. Saudara akan menyuruh alam semesta ini diciptakan oleh hukum—diciptakan oleh kesempatan pada waktu saudara melihat hal ini datang melaluinya: ketika saudara melihat ke 96 unsur-unsur ini berkumpul menjadi satu, dengan tanpa rancangan dan tanpa kecerdasan, dan membentuk satu mobil dan dapat berjalan sendiri, atau membentuk satu pesawat terbang dan dapat terbang sendiri atau membentuk satu jembatan dan jembatan itu tersusun sendiri melintasi jurang tanpa ada tangan yang membangunnya. Tanpa kecerdasan, saudara tidak memiliki apa-apa.
Bahkan faktor-faktornya harus diciptakan dan manipulasi atas faktor-faktor itu membutuhkan seseorang untuk berpikir dan melakukan hal itu. Demikianlah, di balik alam semesta ini, ada kecerdasan Allah.
Sekarang, hal itu nampak di mana-mana dan dalam segala hal. Allah memberikan kecerdasanNya kepada seluruh mahlukNya—semua mahlukNya. Allah melakukan hal itu. Allah melakukan hal itu.
Pada binatang, saudara menyebut kebijakan Allah yang didatangkan itulah yang memungkinkan kita untuk tinggal dan hidup di lingkungan hidup ini—saudara menyebutnya instink. Itulah kebijakan ilahi Allah yang didatangkan yang Dia berikan kepada mahluk kecil itu agar dia hidup di lingkungannya. Saudara menyebutnya instink.
Ada seorang profesor yang membatasi instink, suatu kali, sebagai “ingatan yang diwarisi”—Instink: ingatan yang diwarisi. Binatang ini mempelajarinya dari binatang itu. Dan binatang ini mempelajarinya dari binatang itu!—dan seterusnya dan seterusnya. Instink: ingatan yang diwarisi, bukan sama sekali kebijakan Allah yang didatangkan!, tetapi ingatan yang diwarisi.
Sehingga, sejumlah orang bertanya kepadanya tentang definisinya. Dan dia mengatakan, “Apakah saudara tahu, di atas ini di pantai-pantai Pasifik Utara, ada sedikit laba-laba yang tinggal di pantai-pantai itu? Mereka tidak lebih besar dari kancing sepatu—laba-laba sangat kecil.
“Dan inilah cara mereka memelihara anak-anaknya, di mana untuk memelihara anak yang masih muda: mereka mengambil satu katub-ganda, seperti satu keram besar, dan melokasikan katub-ganda tersebut—yaitu kulit kerang—dan menempatkannya dalam hubungan dengan cabang yang menjulur keluar atau semak-semak. Dan kemudian, laba-laba itu akan memelihara kulit kerang itu dan mengayunnya di udara sekitar 20 inci di atas tanah. Dan kemudian, dia akan menutupnya dengan satu jaringan sutera dan dia akan membuat baris jaring dengan jaringan sutera, memotong satu lubang di bagian luar dan, di dalamnya, dia akan memelihara anak-anaknya.
“Sekarang, agar laba-laba itu bisa melakukan hal tersebut, dia memiliki masalah teknik lebih besar. Bruder Rollins, masalah teknik yang saudara hadapi dalam proposisi laba-laba kecil dari kulit kerang tersebut adalah laba-laba beratnya hanya sepersekian ons. Sedangkan kulit kerang beratnya setengah pon.
“Agar laba-laba itu bisa mengangkat kulit kerang 20 inci dari tanah adalah proposisi yang sama seolah-olah saudara mengambil 3.600 ton beton dan baja dan mangayunnya 1.800 kaki ke atas sana di udara. Baiklah, saudara katakan bahwa saudara tidak dapat melakukan hal itu. Baik, saudara dapat melakukannya dengan rekayasa, dengan matematika, dengan berpikir dan kecerdasan terapan. Saudara dapat menaikan 3.600 ton beton dan baja 1.800 kaki ke atas sana di udara. Saudara dapat melakukannya dengan kecerdasan.
“Baiklah, laba-laba kecil ini mendapatkan masalah teknik yang sama. Laba-laba kecil itu mendapatkan setengah pon berat dari kulit kerang tersebut untuk dinaikan setinggi 20 inci ke atas.
“Dan inilah cara bagaimana laba-laba itu melakukannya. Dia melakukannya menurut hukuma fisika. Ada satu hukum fisika yang mengatakan bahwa, bila satu barang itu basah dan kemudian kering, dia akan berkontraksi. Dia menyusut. Jadi, laba-laba itu akan mengayun dari cabang pohon tersebut dan turun dengan benang basah- dibuatnya sebasah mungkin—dan memasangnya pada satu sisi kulit kerang tersebut. Kemudian, laba-laba tadi akan kembali lagi ke sana dan mengayunkan ke bawah dengan satu tali yang dibuatnya sebasah mungkin dan memasangnya pada sisi lain dari kulit kerang tersebut.
“Kemudian, pada waktu tali itu kering, dia menarik kulit kerang itu ke atas hanya sedikit saja. Demikianlah, dengan kesabaran tanpa batas, dia membuat tali-tali sutera di bawah di sisi ini dan di sisi lainnya, dan terus pada sisi ini dan sisi itu, dan seterusnya pada sisi ini dan sisi ini dan sisi ini dan sisi ini.
Dan segera saja, kulit kerang itu terangkat, terangkat, dinaikan, dinaikan, hingga dia mendapatkannya di sana di mana dia menginginkannya. Kemudian, ketika dia mendapatkannya di atas hingga 20 inci, dia mengikat seluruh benang tersebut menjadi satu kabel sutera yang kuat dan dia membuat rumahnya di dalam kulit kerang tersebut.”
Sekarang, jika instink itu—hal yang membuat dia melakukannya merupakan ingatan yang diwarisi, maka dia belajar melakukannya dari ibunya. Dan ibunya belajar melakukannya dari ibunya juga. Dan ibunya belajar melakukan hal itu dari ibunya—dan ibunya dari ibunya, dan ibunya dari ibunya, dan ibunya dari ibunya—dan neneknya dan nenek-buyutnya, dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya ke belakang.
Sekarang, jika instinknya merupakan ingatan yang diwarisi, dan setiap satu laba-laba mempelajarinya dari yang lainnya, seterusnya ke belakang, dan ke belakang dan ke belakang, maka, bahwa ibu pertama itu duduk dan bayangkan untuk dirinya. Itulah kebenaran yang jujur. Itulah kebenaran yang jujur. Itulah kebenaran yang jujur.
Sekarang, kecerdasan yang Allah datangkan kepada laba-laba kecil itu, yaitu labna-laba yang tidak lebih besar dari satu kancing sepatu merupakan kecerdasan yang sama yang ada di balik semua ciptaan. Jika instink itu benar, saudara dapat mengambil satu telur bebek seribu mil jauhnya dan meletakan telur bebek itu dierami seekor ayam. Dan ketika telur bebek itu menetas, dia akan bertindak sama seperti seekor anak ayam.
Tetapi, seyakin seperti saudara dapat, jika bebek itu menetas di tengah sekelompok anak ayam, saudara membawa anak bebek itu dekat air dan dia akan segera masuk ke air dan berenang. Bebek kecil itu akan masuk ke air dan anak-anak ayamnya akan berdiri di tepinya. Allah melakukan hal itu. Dia memasukan instink ke dalam embrio—kebijakan yang dimasukan Allah.
Ini satu anak sapi kecil baru lahir dan dia memakan rumput di pinggir air tersebut. Dan ini seekor pelican baru lahir kecil. Dia akan mulai memancing ikan di sana di laut. Hal itu benar dengan semua hal lainnya. Di balik hal itu adalah kecerdasan Allah. Keluarkan kecerdasannya dan saudara tidak akan punya sesuatu apapun—apapun.
Tetapi berikan aku Allah. Biarlah aku memiliki Tuhan: “Pada awalnya Allah menciptakan langit dan bumi.” Dan seluruh hal itu dibuat, diciptakan. Saya dapat menengadah melihat bintang-bintang dan pekerjaan tanganNya menyatakan kemuliaanNya. Allah melakukan hal itu. Dan saya melihat semua mahluk Allah. Ada kebijakan di sana. Dan saya melihat kerangka manusia, dan jiwa manusia dan hati manusia. Dan ada lagi kebijakan yang dimasukan Allah di sana.
Dosa telah merusak dunia. Dan Kitab Suci membawa pesan mengenai Yesus Kristus, yang bisa menghapus dosa-dosa kita, sehingga kita dapat satu hari nanti berdiri tanpa noda di hadapan tahta maha besar. Itulah Kitab Suci: bagaimana Allah menebus kembali dosa manusia. Dan semuanya itu adalah berkah.