Daftar Isi

HARAPAN-HARAPAN KEHIDUPAN YANG SALEH

(Great Godly Expectations)

 

Oleh Dr. W.A. Criswell

Diterjemahkan Made Sutomo, M.A.

 

Kisah Para Rasul 1:1

10-24-76

 

            Satu pelajaran menarik yang saya akan sampaikan kepada saudara dalam bagian ini adalah tentang Harapan-harapan Kehidupan yang Saleh.  Firman Tuhan yang saya ambil sebagai landasan pembahasan saya adalah Kisah Para Rasul 1:1.  Untuk dapat mengerti pokok-pokok yang terkandung dalam ayat ini, kita perlu melakukan eksposisi.  Ayat ini berbunyi sebagai berikut:

 

Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sampai pada hari Ia terangkat”

 

Pertama-tama, pokok penting yang perlu kita ketahui di sini adalah bahwa penulis buku Kisah Para Rasul adalah rasul Lukas. Dalam ayat tadi kita membaca Lukas berkata,  “dalam bukuku yang pertama aku menulis,” ini memberi indikasi bahwa ia juga telah menulis buku lain.  Saya yakin Anda akan dengan mudah menemukan buku pertama yang ditulis oleh Lukas, karena ia mendedikasikan bukunya kepada orang yang sama, seorang yang bernama Teofilus.  Dalam pembukaan bukunya yang pertama, Lukas berkata, “Teofilus yang mulia” (Lukas 1:1).   Kata “yang mulia” dari bahasa Yunani kratiste merupakan julukan untuk seseorang yang terhormat.  Dalam konteks di sini julukan itu merupakan kata descriptif mengenai orang bangsawan atau sorang yang berada.  Dalam kekaisaran Romawi ada orang-orang biasa dan untuk kelas ini disebut plebes, kemudian ada orang-orang bangsawan, orang-orang berada, orang-orang terhormat, orang-orang yang menonjol dalam status sosial, orang-orang yang memiliki kuasa, dan kelas ini disebuut pretastoy. Dan kelas yang paling tinggi terdiri dari orang-orang yang punya kedudukan dalam pemerintahan yakni para senator.  Lukas berkata kepada Teofilus, kratiste Theofilus.  Anda akan menemukan orang-orang seperti Feliks, gubernur Romawi di Yudea, yang diberi julukan yang sama.  Teofilus yang kepadanya Lukas mengalamatkan kedua bukunya sudah jelas adalah seorang yang sudah bertobat dan telah menjadi orang Kristen yang memiliki nama yang indah sekali.  Theo artinya Allah, dan philos adalah “sahabat Allah.”   Tradisi mengatakan bahwa ia adalah orang penting dan seorang yang baik.  Ia memiliki seorang budak Yunani yang bernama Lukas, dan ia seorang dokter.  Dan Lukas, budak Yunani inilah yang membawa dia untuk mengenal dan percaya kepada Kristus.  Karena kasih dari seorang dokter ini, yang telah dibebaskan, Teofilus akhirnya mengenal Tuhan Yesus.  Sebagai imbalan bagaimana ia telah diperlakukan oleh Teofilus, seorang bangsawan, seorang terhormat, Lukas kemudian menulis Injil Lukas yang indah dan melanjutkan menulis cerita Tuhan Yesus dalam Kisah Para Rasul dan mengalamatkan kepadanya.

 

            Lukas begitu mudah diidentifikasikan dalam kedua kitab yang ia tulis, karena kekhususannya di mana ia menulis sangat indikatif tentang pribadi dirinya. Kita semua berbeda satu sama lain.  Masing-masing dari kita berbeda: kita berbeda dalam hal-hal kecil tentang keesentrikan, keistimewaan dan keanehan, hal-hal yang kecil seperti itu membuat siapa Anda sebenarnya.  Dan jika seseorang menulis, Anda akan meilhat hal-hal seperti ini, karakteristik itu secara literal bagaimana ia menulis.  Demikianlah dengan Lukas.  Ada banyak, kira-kira lima puluh bahkan lebih tentang kata-kata khusus dan ekspresinya ditemukan dalam kehidupan Lukas yang tidak ditemukan di tempat lain.  Kita bisa temukan di mana-mana dalam Injil Lukas dan Kisah Para Rasul.  Bila Anda memperhatikan kata-kata yang ia pakai, kebanyakan yang dipakai adalah istilah-istilah kedokteran.  Dengan demikian kata-kata itu secara langsung menunjukkan bahwa Lukas adalah seorang dokter.  Jadi siapapun yang menulis Injil Lukas dan Kisah Para Rasul, yang pasti dia adalah seorang dokter.  Itulah sebabnya sangat mudah bagi kita untuk mengidentifikasikan dia.  Dalam Surat Kolose 4:14, Paulus menyebut Lukas sebagai “tabib yang kekasih.”   Satu sebutan yang indah sekali.  Dalam surat Filemon 1:24, lukas disebut sebagai “teman sekerja.”  Kemudian dalam 2 Timotius 4:19-11 Paulus meminta Timotius segera datang kepadanya, “karena Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkan aku.  Ia telah berangkat ke Tesalonika.  Kreskes telah berangkat ke Galatia dan Titus ke Dalmatia.  Hanya Lukas yang tinggal dengan aku.”  Dalam tahanan di bawah tanah, menghadapi hukuman mati di bawah kaisar Nero, Paulus berkata, “hanya Lukas yang tinggal dengan aku.”  Demikianlah komentar Paulus tentang Lukas.

 

            Dalam Kisah Para Rasul 16:10, kita membaca “Setelah Paulus melihat penglihatan itu, segeralah kami mencari kesempatan untuk berangkat ke Makedonia, karena dari penglihatan itu kami menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil kami untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana.”  Kata “kami” dalam ayat ini memberi indikasi bahwa Lukas menjadi teman sejawat dengan Paulus dalam pelayanannya. Ketika Paulus di penjara Kaesaria selama kurang lebih tiga tahun, Lukas datang mengunjungi Paulus dan berbicara dengan para saksi iman yang pertama.  Dari Maria, ibu dari Yesus, ia menulis cerita-cerita tentang bayi.  Tentang Yohanes, putra dari Zakharia dan Eliszabet, yang dikenal sebagai Yohanes Pembaptis, dan tentang keintiman kelahiran Yesus, dan tentu saja ia menulis hal itu sebagai seorang dokter.  Saya percaya bahwa Lukas adalah seorang dari latar belakang bukan Yahudi.  Dalam Kolose 4 Paulus memisahkan orang Yahudi dengan orang bukan Yahudi.  Ia menamakan mereka yang di sunat orang Yahudi, dan ada tiga orang yang ia sebut sebagai orang bukan Yahudi.  Ketiga orang tersebut adalah: Epafras, orang yang dimenangkan oleh Paulus; yang kedua, Demas; dan yang ketiga adalah Lukas.  Jadi, satu-satunya penulis bukan Yahudi (orang Gentile) dari ke 66 kitab dalam Alkitab adalah Lukas, tabib yang terkasih.

 

            Dalam kitab Wahyu pasal pertama, Tuhan memberikan rasul Yohanes garis besar kitab Wahyu.  Tuhan berkata, “Karena itu tuliskanlah apa yang telah  kaulihat, baik yang terjadi sekarang maupun yang akan terjadi  meta tauta - sesudah ini” (Wahyu 1:19).  Jadi Yohanes dengan setia mengikuti garis besar itu.  Pertama, Yohanes menulis apa yang telah ia lihat, yakni penglihatan tentang Tuhan Yesus yang dimuliakan; kemudian ia menulis apa yang terjadi sekarang, yakni gereja di Asia yang ada saat itu.  Ketujuh gereja-gereja di Asia mencakup cerita dispensasi Kristiani hingga akhir zaman, kedatangan Kristus kedua kali; lalu ia menulis hal-hal yang akan terjadi, mulai dari pasal empat, meta tauta, sesudah hari pengangkatan gereja.  Dan ia teruskan itu hingga pasal dua puluh, satu masa kekekalan di mana Allah membawa orang-orang kudusnya untuk memenuhi seluruh bumi.

 

Sekarang garis besar kitab Kisah Para Rasul, kita juga menemukan kitab yang ditulis berdasarkan inspirasi Allah.  Dalam Kisah Para Rasul kita bisa melihat dengan jelas garis besar dari kitab ini.  Dalam Kisah Para Rasul 1:8,  di katakan bahwa mereka akan menjadi saksi bagi Tuhan, “di Yerusalem, di Yudea, dan Samaria, dan sampai keujung bumi.”   Di sini kita melihat bahwa Tuhan membuat program ini dan memberi garis besar tentang perluasannya, dan Lukas secara teliti mengikuti garis besar itu dalam menulis kitab Kisah Para Rasul: pertama, dispensasi Roh Kudus, dicurahkan pada murid-murid di Yerusalem; dan penginjilan Yudea, di desa-desa, di jalan-jalan besar, dan menyebar lebih luas lagi, memberitakan Injil kepada orang-orang keturunan Yahudi, yang disebut orang-orang Samaria di Samaria; kemudian kepada orang-orang Yahudi yang tulen yang berada di daerah-daerah orang bukan Yahudi, seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia.  Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan Injil kepada Kornelius, seorang perwira pasukan yang disebut pasukan Italia.  Ia bukan seorang Yahudi, namun ia seorang yang saleh, yang takut akan Allah, yang telah meninggalkan berhala-berhalanya dan yang telah menerima Hukum Musa, tetapi masih sebagai seorang bukan Yahudi.  Kemudian dalam Kisah Para Rasul pasal tigabelas, Injil diberitakan oleh orang-orang Yahudi yang berbicara bahasa Yunani kepada para orang-orang Yunani yang menyembah berhala di Antiokia.  Dan satu hal yang mengagumkan terjadi ketika para penyembah berhala mengenal pekerjaan Tuhan, meninggalkan penyembahan berhala mereka dan menerima iman Kristen.  Sampai sekarang, setiap orang yang telah datang, mereka datang melalui Yudaisme.  Orang-orang di Antiokia, yang tadinya menyembah berhala, sekarang berpaling kepada cahaya kemuliaan Injil anak Allah.  Sangat mengagumkan bagaimana untuk pertama kali orang-orang percaya di Antiokia disebut sebagai orang Kristen, dan hal itu menimbulkan reaksi dalam dunia Kekristenan. 

 

Setelah perjalanan misi pertama selesai, dalam Kisah Para Rasul 15 pada konperensi pertama di Yerusalem, dengan pimpinan Roh Kudus para rasul dan penatua-penatua berserta jemaat mengambil keputusan untuk memilih dari antara mereka beberapa orang yang akan di utus ke luar, ke dunia Geco-Roman.  Dalam konperensi itu Roh Kudus juga menuntun para murid dan para rasul dalam satu pengakuan bahwa seseorang bisa menjadi orang Kristen tanpa terlebih dahulu menjadi orang Yahudi. Namun demikian, mereka harus menyadari bahwa orang-orang di dunia kafir pada dasarnya berada dalam kegelapan dan mereka tidak bisa dengan mudah menerima Kristus dan diselamatakan.  Yakobus memberi beberapa saran yang akan membantu orang-orang kafir yang berbalik kepada Tuhan (Kis. 15:19-21). 

 

Kemudian untuk pelayanan Paulus dan Silas, Lukas melaporkan bahwa Paulus sendirilah yang membawa berita Injil ke dalam kerajaan di Roma.  Jadi, dengan demikian, Paulus mengikuti garis besar pelayanan misi sedunia yang diberikan oleh Tuhan di Yerusalem (Kis. 1:8), di mana di situ disebutkan bahwa pelayanan pemberitaan Injil di mulai di Yerusalem, dan di Yudea, Samaria dan hingga ke ujung bumi.

 

Sekarang, apakah Anda dapat melihat dalam tempat ketiga nama dari buku itu?  Dalam Alkitab kita, kita memiliki “Kitab Kisah Para Rasul.”  Kitab ini merupakan satu naskah tertua dan terbaik yang kita miliki.  Sinaiticus, menulis dalam tahun 300, yang berjudul, Praxeis, (The Acts) “Kisah Para Rasul.”  Saya kira itu adalah nama yang paling baik, karena tidak saja merupakan pekerjaan para rasul, tetapi juga pekerjaan Allah Roh Kudus.  Dan yang paling signifikan, adalah pekerjaan Tuhan Yesus Kristus dari sorga.  Jika Anda melihat teks tersebut, sebagaimana itu dimulai, “Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus” (Kis. 1:1).  Dan itu adalah Injil;  apa yang Yesus mulai kerjakan dan ajarkan, pada waktu Ia ada di bumi.  Tetapi sekarang para rasul berkata bahwa kita harus mengikuti Kisah Para Rasul dari Tuhan kita Yesus Kristus, apa yang dikerjakan oleh Tuhan kita dari sorga.  Apa yang Ia lakukan ketika di bumi adalah Injil ketiga, yakni Injil Lukas; tetapi apa yang Ia lakukan dari sorga adalah tindakan-tindakan Yesus Kristus yang menuntun kita kepada kemuliaan.  Dan Anda akan menemukan bahwa buku itu disajikan secara berkesinambungan seperti itu:  Apa yang sedang dilakukan oleh Tuhan dari sorgia, seperti yang Ia mulai di bumi, sekarang Ia memimpinnya dari atas, yakni dari dalam kerajaan sorga.  Sebagai contoh dalam pasal kedua dari Kisah Para Rasul, dikatakan bahwa Yesus mencurahkan Roh Kudus dari sorga. Dengan demikian, Roh Kudus merupakan pemberian dari Tuhan Yesus Kristus dalam kemuliaanNya.  Pasal kedua berakhir dengan kata-kata, “Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumalah mereka dengan orang yang diselamatkan” (Kis. 2:47).  Apa yang telah dilakukan oleh gereja mula-mula, adalah atas perlindungan dan pengawasan Tuhan dari sorga.  Tuhanlah yang menambahkan gerejaNya.  Selanjutnya, dalam Kisah Para Rasul pasal ketiga, Lukas melaporkan bahwa  “Karena kepercayaan dalam Nama Yesus,  maka Nama itu ... telah memberi kesembuhan” kepada orang lumpuh yang setiap hari berada di Gerbang Indah Bait Allah.  Dalam pasal ketujuh dari Kisah Para Rasul, Tuhanlah yang berdiri, mengangkat dan menerima roh Stefanus,  martirNya yang pertama.  Dalam Alkitab, di mana-mana Tuhan Yesus disebut duduk di sebelah kanan tahta Allah, tetapi dalam contoh di sini, ketika Stefanus, seorang martir pertama ini mati di bumi, Tuhan Yesus disebut dalam posisi berdiri menerima rohnya.  Dengan demikian Tuhan yang berada di sorga yang menuntun pekerjaanNya di bumi: “segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus,” untuk seterusnya menuntun pekerjaanNya dari tempat kemuliaanNya di sorga.

 

Secara konsekwensi, tidak ada akhir yang resmi dari kitab Kisah Para Rasul.  Cerita yang ditulis oleh Lukas tiba-tiba terputus.  Tidak ada akhir, tidak ada klimaks, tidak ada kesimpulan.  Tidak ada satu penjangkauan terhadap satu klimaks besar.  Tiba-tiba berehenti.  Dan suatu alasan mengapa tidak ada klimaks, karena ceritanya berlangsung terus.  Tuhan kita belum selesai, Dia tidak akan selesai hingga zaman ini berakhir.  Jadi kitab Kisah Para Rasul tiba-tiba berhenti.  Paulus ada di penjara.   Ceritanya dimulai kurang lebih sekitar tahun 30 A.D., dan berhenti sekitar tahun 60 A.D. Jadi ada sekitar 34 tahun, dan cerita itu berakhir dengan seorang pahlawan besar, yang dimasukkan di penjara, namun tiba-tiba tiba-tiba berhenti.  Seperti pementasan film seri lama, biasanya mereka akan memberitahukan ceritanya dan kemudian mereka meninggalkan pahlawannya digantung dengan tali sepatu di atas tebing yang tingginya empat ribu kaki, lalu berhenti di situ tanpa kesimpulan.  Kalau demikian, itu berarti bahwa dalam cerita itu masih ada bagian lain, ada pasal lain, ada cerita lain.  Cerita dalam Kisah Para Rasul seperti itu.  Tidak ada disebutkan akhir atau kesimpulannya.  Satu alasan utama mengapa tidak ada akhir adalah karena Allah belum menyelesaikan tugasNya di dunia ini. Tuhan kita masih bekerja.   Dan gerakan kerajaan besar Allah berjalan terus hingga akhir zaman.

 

Satu-satunya yang sudah diselesaikan oleh Yesus dalam hidupNya dalah rencana keselamatan.  Ketika Ia menundukkan kepalaNya di atas kayu salib Ia berseru, “sudah selesai” (Yoh. 19:30). Itulah yangYesus telah selesaikan – hanya rencana keselamatan.  Tetapi pekerjaanNya masih terus berlangsung.  Rasul Paulus menulis dalam Kolose 1:24 kata-kata yang mengagumkan. Ia berkata bahwa kita harus menggenapi apa yang kurang dalam penderitaan Kristus.  Apakah ia maksudkan pengorbanan; penebusan tidak cukup untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita?  Tidak, apa yang dikatakan oleh Paulus adalah harus ada pengorbanan dan penderitaan yang berlangsung terus.  Saksi dan kesaksian harus berlangsung terus.  Paulus berkata, “Aku mempunyai satu bagian,” dalam pelayanan Tuhan yang terus berlangsung, yang Ia pmpin dari dari sorga.”  Dan kita juga harus ambil bagian kita dan tugas dan mandat yang ada di dalamnya.  Karena itu merupakan tugas Allah dari sorga yang sekarang terus berlangsung dan bertumbuh di bumi.  Sekarang, hal-hal yang sangat menonjol yang Tuhan katakan kepada kita adalah; bahwa ketika Ia pergi, dan duduk di sebelah kanan tahta yang maha tinggi dan mulia, pekerjaan yang lebih besar akan diselesaikan di bumi oleh dan melalui kita.  Sebagai contoh, dalam Injilnya, Yohanes menulis, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu.  Sebab Aku pergi kepada Bapa” (Yoh. 14:12). Tuhan berkata, pekerjaan yang lebih besar dari iman Kristiani, belum selesai apa yang telah Ia mulai dan ajarkan ketika Ia ada di bumi, dan itu akan diselesaikan di abad-abad sesudah itu.  Itulah sebabnya saya telah menganjurkan Anda untuk membaca Injil Yohanes pasal limabelas: “Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu” (Yoh. 15:8).  Melakukan pekerjaan Allah di bumi; dan Yesus memerintahkan itu pada waktu Dia masih di bumi, dalam Injil Lukas; jadi Ia meneruskan sekarang dalam praxis – perbuatan-perbuatan, pekerjaan-pekerjaan, tindakan-tindakan – tindakan Tuhan kita di bumi, dan Ia memimpin pekerjaan itu dari sorga.   Tuhan ada dalam gerejaNya, dan Ia ada dalam pelayanan gerejaNya.  Ia menuntun dan mendorong dan memimpin kita dari sorga.  Kristus adalah Kepala dari gereja, dan Roh yang bergerak dalam gerejaNya adalah Roh Kristus.  Dan mandat yang kita bawa adalah mandat sorgawi dan pekerjaan yang dapat kita lakukan adalah berdasarkan kemurahan dari tanganNya yang terpaku.  Jadi, pelayanan Tuhan kita adalah pelayanan yang Ia lakukan dalam gerejaNya melalui kita.

 

Pada  saat ini, saya akan menyebut dua atau tiga hal yang dilakukan Yesus dalam meneruskan pekerjaanNya di bumi.  Saya akan menyebutkan tindakan Tuhan Yesus Kristus seperti yang Ia teruskan dari tahun ke tahun, yang sekarang Ia lakukan melalui kita.  Pertama, adalah pelayanan Tuhan kita dalam gerejaNya, dalam rumah penderitaan dan kematian.  Dengan tanganNya teracung untuk memberkati seperti pada hari-hari ketika Ia ada di bumi, demikian juga dalam pelayanan gereja, Ia memberkati dan mendorong kita dalam melayani.  Saya tahu bahwa beberapa di antara Anda telah melihat satu gereja Ingris yang kecil di Stoke Poges.  Gereja itu terletak di sebuah kuburan kecil.  Secara praktis, seluruh jemaat-jemaat Inggris yang kecil keberadaannya seperti itu.  Gereja-gereja itu berada di antara kuburan kecil.  Thomas Gray pada tahun seribu tujuh ratus menulis sebuah syair yang sangat berarti dalam literatur kita dengan judul, “Kata-kata pujian Tertulis dalam satu Halaman Gereja Desa.” (Eulogy Written in a Country Churchyard).  Anda melihat, orang-orang kudus yang meninggal dalam iman ingin dikuburkan sedekat mungkin dengan tembok gereja.  Dalam pelayanan gerejani, Tuhan kita menumpangkan tanganNya untuk memberkati dan memberi pengharapan kepada orang-orangNya, seperti yang Ia lakuakan ketika ada di bumi. 

 

Pagi ini saya membuat rencana kebaktian penguburan untuk salah seorang ibu yang manis, seorang kudus dari anggota jemaat kita.  Dan acaranya akan diadakan di sini pada hari selasa jam sebelas pagi.   Ketika ayah saya meninggal kami mengadakan upa cara di sebuah gereja kecil.  Ketika ibu saya meninggal kami mengadakan upacara di sebuah gereja kecil.  Kehadiran Tuhan ada di tengah-tengah kami; hal itu kami rasakan betapa manisnya, betapa kasihnya, penghiburanNya yang penuh pengharapan itu, dan itu sama halnya pada waktu Yesus masih ada di bumi.  Ketika Ia menghibur Maria dan Marta, ketika Ia menghibur janda di Nain, ketika Ia menjanjikan kebangkitan kita karena kemenanganNya atas dosa, kematian dan kuburan, dan hal itu masih berlangsung terus. 

 

Demikianlah kita temukan pekerjaan Tuhan dalam Kisah Para Rasul, tidak ada akhir, karena Tuhan masih belum selesai dengan pekerjaan di dunia.  Jadi dalam Kisah Para Rasul, masih ada satu pasal dua puluh sembilan sesudah pasal dua puluh delapan. Bahkan masih  ada satu pasal tiga puluh sembilan, satu pasal enam puluh sembilan, ada satu pasal seratus sembilan.  Dan akan terus berlangsung dari pasal ke pasal hingga akhir zaman.

 

Bolehkah saya menyebutkan hal lain tentang kemanisan pelayanan Yesus dalam gerejaNya dewasa ini?  Tuhan kita melayani melalui gerejaNya di ladang misi, dalam penginjilan.  Melalui gerejaNya Ia memberitakan kabar baik kepada mereka yang ada di dalam kegelapan dalam bayang-bayang maut.  Dan alangkah berharga dan indahnya pengharapan yang kita bawa, kaki kita yang diurapi dengan Injil damai sejahtera, kabar baik, euangelion berita keselamatan.  Dalam anggaran kami di sini merupakan bagian yang besar sekali, ribuan dolar dialokasikan untuk program misi di Yerusalem kami.  Satu hari minggu ini, di Aula Baker, saya berjumpa dengan Dr. Patterson, presiden dari Pusat dari Studi Alkitabiah, dan dengan Dr. Steve, profesor homelitika.  Mereka telah mengumpulkan anak muda yang membantu secara sukarela dan telah memberikan diri mereka untuk berbagi-bagi program misi yang saya miliki dalam hati saya.  Apa yang saya ingin lakukan dan apa yang saya percayai, Allah sedang memberkati kami sekarang dan mulai melakukannya, adalah bahwa kami memiliki tiga puluh atau empat puluh pengkhotbah misi di kota Dallas.  Mengapa kami memerlukan pengkhotbah sebanyak itu?  Di Lakewood di mana saya tinggal, tidak terlalu jauh dari tempat kami, ada lebih dari delapan puluh ribu orang yang mana hanya dua belas ribu orang merupakan anggota dari gereja-gereja lain.  Di antara gereja ini dan rumah pastori kami saya menemukan ada enam puluh delapan ribu orang yang belum menjadi anggota dari satu gereja, dan seluruh kota seperti itu.  Jadi, dalam hati saya percaya bahwa Allah akan memberkati kami karena kami telah membawa anak-anak muda yang telah memberikan hidup mereka kepada pelayanan Injil dan mereka ada di sekolah kami, dan mereka akan berkhotbah, menyenangkan hati Allah – di depan bangunan-bangunan, di dalam rumah-rumah kosong, pada pojokan-pojokan jalan, menyampaikan kabar baik tentang Yesus.

 

Dan salah satu alasan mengapa hal itu begitu kuatnya tertanam dalam hati saya karena satu pengalaman yang saya ketika saya di Buenos Aires, Argentina.  Saya berkhotbah sekali di Gereja Baptis, sebuah gereja di kota seperti Gereja Baptist Pertama kita. Dan saya tidak melihat pada ladang misi lainnya atau pada gereja misi di bumi seorang anak muda yang memberi kesan kepada saya lebih dari orang lain seperti pendeta dari Gereja Baptis itu.  Untuk satu hal, setiap gadis akan menyukai dia.  Ia seorang yang memiliki badan yang tinggi, berkulit sawo matang dan tampan.  Ia seorang berpendidikan yang sangat pandai.  Ia memiliki gelar doktor dalam ilmu kedokteran, doktor dalam bidang psikiatri, dan doktor dalam teologi.  Dan ia memimpin gereja dengan anugerah dan kelemahlembutan yang sedemikian rupa.  Benar-benar seorang yang sangat tampan, seorang yang berkarisma, seorang anak muda yang paling berpendidikan, seorang pelayan, yang dapat ditemukan diseluruh persekutuan Southern Baptis.  Ketika saya kembali ke Seminari, Southern Baptist Seminari kami di Buenos Aires, saya memberitahukan kepada profesor di seminari di sana betapa terkesannya saya terhadap doktor yang muda yang melayani sebagai pendeta di sebuah gereja Baptis di kota, di kota Buenos Aires yang besar itu.  Dan para anggota fakultas itu berkata, “Anda tidak tahu dari mana asalnya dia bukan?”

 

Saya menjawab “Tidak.”  “Baiklah kami beritahukan Anda. Sore ini, kata mereka, “Anda sebagai tamu di rumah misionari tua itu, dan akan minum teh dengan ibu tersebut.”  Anda perlu ketahui bahwa Buenos Aires secara luas memiliki adat Inggris.  Jadi, Anda akan minum teh Inggris dengannya sore ini.  “Anda mungkin tidak tahu, tetapi dalam beberapa tahun yang telah silam, ketika misionari itu berada di tempat umum di Buenos Aires, tiba-tiba datang seorang wanita miskin yang kusut dan basah kuyup.  Dia menggendong seorang bayi laki-laki.  Dan misionari itu akhirnya memenangkan ibu miskin tersebut kepada Tuhan.  Dan kemudian mereka juga menambahkan dengan berkata, “Pelayan muda yang pandai itu, yang memberi kesan yang luarbiasa kepada Anda, dan yang melayani di Gereja Baptist di kota itu adalah bayi dari ibu yang miskin dan kumal itu. 

 

Saya orang pertama yang mengakui bahwa orang-orang itu miskin dan apa yang Anda sebut orang-orang biasa, kebanyakan tidak berpendidikan.  Mereka adalah orang-orang yang terkatung-katung dan terbuang.  Tetapi Allah mengasihi mereka, Ia bekerja di tengah-tengah mereka, karena Allah belum selesai dalam pelayananNya di bumi ini.  Ia masih membangkitkan Spurgeon-Spurgeon dan Moody-Moody dan Truet-Truet.  Ia masih menyelamatkan jiwa-jiwa.  Kitab Kisah Para Rasul masih berlangsung terus.  Dan kita meberitakan Injil di tempat-tempat ini, dan terus ke luar dan ke luar.  Bagaimana Anda tahu bahwa hasilnya akan muncul Chysostom yang lain; atau Wesley lain; atau Savonarola yang lain; atau Spurgeon yang lain?  Betapa bahagianya bila kita menyenangkan hati Allah. 

 

Izinkan saya mengatakan satu pelayanan Tuhan kita yang lainnya yang berlangsung di gerejaNya. Sebagaimana Anda ketahui, minggu lalu saya berkhotbah di kota New York kepada asosiasi gereja-gereja Southern Baptist di kota metropolitan.  Acara saat itu sangat panjang, baik acara pagi, sore dan malam semuanya panjang.  Apalagi saya duduk di kursi kayu yang keras selama berjam-jam, yang akhirnya membuat saya tidak betah.  Akhirnya, antara acara pagi dan sore, saya ambil waktu untuk jalan-jalan dengan salah seorang pendeta dari kota New York.  Dan tempat pertemuan kami hanya satu blok dari jalan yang bernama “Bowerly.”   Di Jalan Bowerly itu terdapat orang-orang yang ditolak karena ras.  Ketika saya sedang berjalan di jalan tersebut dengan pendeta yang masih muda itu, tiba-tiba dia memegang lengan saya lalu menarik saya, dan saya menatap dia karena ingin tahu mengapa ia berbuat itu.  Ternyata di depan saya, ada seorang miskin, keadaannya sangat menyedihkan, dan dalam keadaan tergeletak. Di jalan itu ada pintu keluar masuk dan sebagian dari tubuhnya tampak di pintu keluar masuk itu dan separohnya ada dipinggir jalan.  Keadaannya sungguh sangat menyedihkan, kotor dan tergeletak.

 

Demikianlah tanpa disengaja kami telah mengadakan pelayanan Misi Bowerly.  Saya bersyukur kepada Allah atas pelayan-pelayan Kristus yang bekerja di Misi Bowerly dan melakukan apa yang dapat mereka lakukan untuk menolong orang-orang yang hidupnya sangat menyedihkan. Namun demikian, sebenaranya ada hal yang lebih baik, jauh lebih baik, yakni usaha menjaga manusia dari kejatuhan daripada mencoba melayani mereka setelah mereka menyia-nyiakan hidup mereka.  Di hadapan para diakon kami, ada satu laporan yang luar biasa dibuat oleh Dr. Ben Watts, yang hingga masa pensiunnya menjabat sebagai kepala departemen dari Southern Methodist University.  Dalam laporan itu, seorang pria mengadakan studi hampir setahun, kembali dengan satu rekomnedasi yang luar biasa, yang isinya seperti berikut: “Kami memberikan rekomendasi kepada pendeta, kepada staf, kepada para diakon dan kepada gereja, bahwa kami menekankan kembali Sekolah Minggu kami dan pelayanan pengajaran kami di gereja ini.”  Mereka berkata dalam laporan tersebut, Sekolah Minggu kami, yang biasa kami kunjungi, yang programnya kami carikan sumbangannya, yang biasa kami ajarakan Firman Allah, sekarang diberi rekomendasi.  Atas rekomendasi itu, kami mendesak pendeta kami dan orang-orang kami untuk menekankan kembali pelayanan pengajaran di gereja kami.  Kami benar-benar mendesak untuk membangun Sekolah Minggu kami, untuk menempatkan itu pada prioritas utama dalam kehidupan gereja kami.

 

Kadang-kadang dalam pelayanan kita, ada hal-hal yang aneh datang kepada kita tepat pada waktunya.  Waktu berjalan di jalan Bowerly, hampir saja saya menginjak orang miskin yang tergeletak di jalan itu.  Kejadian itu membuat saya terus berpikir bahwa adalah lebih berusaha  memenangkan mereka bagi Allah sebelum mereka jatuh, daripada melayani mereka ketika hidup mereka sedang hancur.  Coba perhatikan apa yang saya lukiskan dalam kata-kata berikut ini:

 

Satu tebing yang berbahaya

sebagaimana mereka mengakui dengan bebas

walaupun berjalan dekat puncaknya

Begitu menyenangkan.

tetapi pada ujungnya yang jelek

di sana tergelincir satu adipati

dan menarik banyak petani.

Jadi masyarakat berkata,

“Sesuatu harus dilakukan.”

Tetapi proyeknya tidak

samasekali dihitung.

Beberapa orang berkata, “Taruh pagar

di sekitar tepi tebing itu.”

Dan orang-orang lainnya berkata,

“Mari panggil ambulance

Di lembah sana.”

Jadi, jeritan untuk ambulance

sepanjang hari

bagi penyebarangnya

melalui tetangga di kota.

Pagar mungkin berguna

itu benar,

tetapi hatinya menjadi tergerak

dengan rasa belas kasihan kepada mereka

yang telah tergelincir

di atas tebing yang berbahaya tersebut.

Dan orang-orang yang tinggal di jalan raya dan lorong

berikan pon-pon dan berikan pagar

bukan mendirikan pagar

tapi untuk membeli ambulance

Di bawah disatu lembah.

dan seorang tua bijaksana berkata,

“Itu mengagumkan bagi saya

bahwa masyarakat memberikan lebih jauh perhatian

untuk memperbaiki hasilnya

daripada menghentikan penyebabnya

bila mereka tangan yang lebih baik

pada pencegahan.

Mari kita menghentikan pada sumbernya

seluruh rasa sakit ini,” seruannya.

“Marilah, para tengtanga dan teman-teman,

marilah kita bersatu.

jika tebing itu kita pagari,

kita mungkin hampir keluar

dengan ambulance

di bawah lembah.”

Lebih baik menuntun anak muda dengan baik,

daripada mengklaim kembali

ketika mereka telah tua.

Karena suara dari hikmat yang benar sedang memanggil.

untuk menyelamatkan yang jatuh adalah baik,

tetapi lebih baik untuk mencegah mereka dari kejatuhan

bila mereka masih muda.

Lebih baik membangun dalam hati mereka

kasih akan Tuhan

daripada melepaskan mereka dari tahanan di bahwa tanah atau dapur.

Lebih baik memasang pagar yang kuat

di sekitar tebing

daripada satu ambulance

di lembah.

 

            Dalam melayani Tuhan kita, mari kita menaruh lengan kita pada anak-anak kecil, para remaja dan para anak muda.  Dan marilah kita berdoa agar Roh Kristus bekerja dengan kita untuk memenangkan mereka kepada iman.   Marilah menuntun dan melihara mereka dalam kasih Tuhan agar mereka bertumbuh menjadi kuat dan perkasa bagi Allah. Jangalah membiarkan mereka tergeletak seperti orang yang jatuh di jalan Bowerly itu.  Itulah sebabnya mengapa saya berpikir setiap dari kita yang mengasihi Yesus berkata, “Pendeta taruh namaku di antara mereka yang mengasihi Tuhan, yang mendukung pekerjaannya di bumi.”  Siapa pun kita, yang diberikan karunia oleh Allah, kita harus melayani di hadapan tahtaNya, dalam namaNya dan oleh anugerahNya.”