IMAM BESAR SIMPATIK KITA
(Our Sympathetic High Priest)
Oleh Dr. W.A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini sebelumnya dikhotbahkan di First Baptist Church in Dallas
pada tanggal 19 Juli 19 81
“Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibrani 2:17-18)
“Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:15-16).
KEBUTUHAN KITA
Kita hidup di dunia yang penuh dengan dosa, kematian, penghakiman, ketidakbahagian, frustasi, kebinasaan dan kekecewaan. Pada dasarnya anda dapat mendeskripsikan dunia kita ini tidak lebih baik dari pada suatu tempat di mana kita menguburkan kematian.
Kita memerlukan seorang gembala yang dapat memimpin kita, menunjukkan jalan dan menunjukkan kita bagaimana kita masuk ke gerbang sorga. Kita perlu seseorang untuk berjalan bersama kita di dalam musyafir ini, karena kita adalah musyafir dan pengembara di dunia ini. Kita memerlukan seseorang yang dapat memberikan dukungan kepada kita dan menolong kita di dalam berbagai dukacita kita.
Seorang wanita datang ke gereja ini dan berkata, “Adakah seseorang di sini dengan hati yang hancur yang dapat berbicara kepada saya?” Kita memerlukan seseorang yang dapat membesuk kita ketika kita ada di ruang rumah sakit, yang dapat mendampingi kita sebelum kita menghadapi kematian. Kita memerlukan seseorang yang bukan hanya digerakkan oleh kehidupan heroik dari para martir agung, tetapi juga seseorang yang digerakkan oleh kepeduliannya terhadap teriakan orang-orang lemah, orang-orang miskin, orang-orang terlantar dan tanpa pertolongan. Kita memerlukan seseorang yang dapat menunjukkan kepada kita, Allah dan membawa kita kepada jalan Tuhan.
Ada kerinduan yang tak tertahankan di dalam hati semua manusia untuk Allah. Rasa laparnya akan Bapa surgawi telah menginspirasi orang-orang itu untuk membangun kuil-kuil di setiap tempat, membangun altar atau mezbah dan menetapkan setiap imam untuk memimpin ibadah mereka di dalam setiap ras, suku dan bangsa. Kerinduan dan rasa lapar untuk menemukan Allah selalu ada dan diekspresikan di dalam semua itu.
Kita memerlukan seseorang yang dapat memperdamaikan kita dengan Allah yang agung yang telah menjadikan kita - yang dapat mengampuni dosa-dosa kita. Pengalaman akan dosa adalah fakta yang paling erat dalam pengalaman manusia. Itu melukai hati dan keluarga kita. Itu membuat kita terpecah belah dan itu menghukum kita. Kita tidak dapat lari dari penghakiman yang begitu menakutkan dan mengerikan itu. Siapa yang dapat menyelamatkan kita? Siapa yang dapat menyelamatkan kita, baik dari diri kita sendiri maupun penghakiman? Siapa yang dapat menolong supaya kita tidak jatuh ke dalam api neraka? Siapa yang dapat mengampuni dosa-dosa kita? Siapa yang dapat membuat kita dipandang tidak bersalah di hadapan Allah? Siapa yang dapat membukakan bagi kita pintu gerbang kerajaan sorga? Kita memerlukan Allah yang Agung dan Juruselamat yang Agung yang dapat menyelamatkan kita akan dosa dan penghakiman kematian.
KRISTUS ADALAH JAWABAN
KEBUTUHAN-KEBUTUHAN KITA
Semua yang dibutuhkan hati dan hidup manusia ditemukan di dalam Juruselamat yang agung dan imam besar kita yang ada di sorga. Ia dapat mengajar kita tentang jalan Tuhan. Ia dapat menunjukkan kepada kita Allah karena Ia adalah Allah sendiri. Yesus berkata, “Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Bapa.” Jika saya ingin mengetahui seperti apakah Allah itu, maka saya memandang atau melihat Yesus. Jika saya ingin mengetahui jalan Tuhan, maka saya akan mengikuti Yesus. Jika saya menerima Tuhan berarti saya harus menerima Yesus. Jika saya mengenal Allah, maka saya mengenal Yesus. Jika saya duduk di kaki Yesus, itu berarti saya duduk di kaki Allah. Jika saya mengasihi Yesus, berarti saya mengasihi Allah. Jika saya melayani Yesus berarti saya melayani Allah. Yesus telah datang kepada kita untuk menyatakan Allah yang Agung, Yang Mahatinggi, Makahuasa yang telah menjadikan kita.
Walaupun saya tidak mungkin dapat menembus misteri keillahian dan kemanusian yang ditemukan dalam satu pribadi yaitu Yesus, walaupun saya tidak mungkin dapat memahami misteri inkarnasi yang tak terselami, namun saya dapat menerima cawan kasih yang sebenarnya saya tidak layak untuk menerimanya, rahmat, kemurahan, anugerah yang Ia tawarkan kepada saya dari tangan-Nya yang terpaku di kayu salib, sehingga saya dapat mengenal Allah Tuhan kita.
Bukan hanya itu, tetapi kita juga mendapat pengampunan dosa di dalam Dia, itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa karena tidak seorangpun di dunia ini yang dapat mengampuni dosa-dosa kita, memperdamaikan kita dengan Allah dan mati menggantikan posisi kita. Anda dapat menyebut nama-nama orang besar di dunia ini misalnya Alexander Agung, Caesar Agung, Charles Agung, Friedrich Agung, Napoleon Agung, namun tidak akan pernah ada yang masuk dalam pemikiran seseorang bahwa bahkan para pahlawan yang paling terkenal dan tersohor bagi umat manusia yang saya sebutkan di atas dapat menyelamatkan kita dari penghukuman bagi dosa-dosa kita.
Tetapi ada pribadi yang dapat dan yang telah melakukan dan yang telah menyelamatkan kita. “Siapa yang dapat mengampuni dosa selain Allah?” Itulah yang ditanyakan orang-orang pada zaman Perjanjian Baru. Untuk mendemonstrasikan kuasa-Nya untuk mengampuni dosa dengan kata-kata yang keluar dari mulut-Nya, Ia membangkitkan orang mati, mencelikkan orang buta, mentahirkan orang yang terkena kusta, membuat orang lumpuh berjalan dan memuliakan Allah.
Itu adalah hal yang sangat luar biasa bahwa Yesus ini yang begitu mengagumkan dan agung ini menanggung beban dosa dan kesalahan seluruh umat manusia. Ia telah membayar seluruh hutang yang kita miliki di hadapan Allah karena dosa-dosa kita.
Anda mungkin berpikir bahwa pribadi yang begitu mengagumkan itu akan jauh dari kita. Namun tidaklah demikian, karena Ia adalah salah satu dari kita. Ia memiliki kita, Ia saudara kita, Yesus Allah Yang Mahatinggi Bapa Yang kekal itu adalah Juruselamat kita. Sebagai penguasa langit dan bumi dan penguasa atas segala ciptaan Yesus yang telah menjadikan seluruh sejarah, namun Ia juga mengasihi kita. Walaupun Dia adalah Raja, namun Ia memiliki simpati terhadap kita. Nama-nama kita terukir di dalam hati Imam Besar Agung kita ini. Ia senantiasa mengingat orang-orang yang telah ditebus dan keluarga yang telah dibeli dengan darah-Nya. Ia adalah salah satu dari antara kita.
Tidak ada pengumuman yang lebih besar dan agung daripada ini: Allah dari seluruh alam semesta, menjadi Manusia yang berdiri di depan pengadilan Pilatus dan Manusia yang dibaringkan di dalam kuburan yang dibangun oleh Yusuf adalah Manusia yang sama yang saat ini duduk di Tahta Allah dan Ia adalah Tuhan dari seluruh bumi. Itu adalah kebenaran yang agung.
PELAYANAN KEIMAMATAN KRISTUS EFEKTIF
DARI SEKARANG SAMPAI SELAMA-LAMANYA
Pelayanan efektif dari Tuhan sebagai Imam Besar yang Agung dan simpatik kita di Sorga menyelamatkan kita sekarang dan untuk selama-lamanya. Ketika Ia ada di bumi, Ia bukanlah imam, karena Ia tidak lahir dari suku Lewi, tetapi Ia lahir dari suku Yehuda. Ia tidak memiliki garis keturunan keimamatan dari keluarga Harun, tetapi Ia memiliki keturunan dari garis keluarga Daud. Ketika Ia datang ke Bait Suci, Ia tidak datang untuk memimpin upacara korban, tetapi Ia datang untuk mengajar tentang jalan Tuhan, yaitu ketika Ia masuk ke Bait Suci dan rumah-rumah ibadat Yahudi. Tetapi di Sorga dalam kemuliaan, Ia adalah Imam Besar kita untuk selama-lamanya. Bukan menurut peraturan Harun tetapi menurut peraturan Melkisedek yang melayani seluruh generasi dan sampai selama-lamanya. Ia adalah representatif simpatik dan perantara serta pendoa syafaat kita di Sorga yang mulia.
Saya selalu berpikir bahwa separuh dari obat yang dapat menyembuhkan seorang pasien adalah perhatian yang simpatik dan penuh keramahan dari seorang dokter. Saya tidak pernah melupakan sentuhan lembut dari tangan ibu saya ketika saya sakit pada waktu saya masih kanak-kanak. Yesus seperti itu. Ia begitu simpatik memperlakukan kita dengan penuh kelemah-lembutan. Ia tidak mengiring kawanan domba-Nya yang sedang pincang, tetapi Ia menggendong domba itu di dalam gendongan-Nya. Ia adalah Imam Besar kita yang lemah lembut dan murah hati yang menjadi seperti salah satu dari kita dan merasakan apa yang kita rasakan, mengetahui apa yang kita butuhkan.
Bukan hanya itu, tetapi juga kita diselamatkan oleh hidup-Nya di Sorga. Kadang-kadang saya mencoba memikirkan maksud Roma 5:10 yang memiliki kebenaran begitu mendalam.
“Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:10).
Kita diselamatkan oleh hidup-Nya, yaitu hidup-Nya di Sorga, hidup-Nya yang terus-menerus di dalam kemuliaan. Kita diselamatkan oleh hidup-Nya, Ia memelihara keselamatan kita.
Pengalaman Kristen bukanlah sejarah yang terisolasi seperti ketika kita disentuh oleh Tuhan disatu poin di dalam hidup kita ketika kita diselamatkan, dilahirkan kembali dan kemudian di poin yang lain kita memiliki kematian dan tanpa Juruselamat. Tidak demikian! Ia hidup untuk memelihara kita tetap selamat, Ia hidup untuk menyucikan kita, Ia hidup untuk membersihkan kita dari dosa-dosa, Ia hidup untuk memimpin kita dan membawa kita langsung kepada Tuhan, Ia adalah Tuhan yang hidup.
Kadang-kadang saya berpikir bahwa banyak orang di antara kita memandang Yesus, tapi ia hanya melihat gambar Yesus di dinding rumah kita. Dalam bentuk gambar itu, Ia tidak pernah melangkah keluar dari bingkainya. Ia tetap tinggal di sana di dalam bingkai lukisan itu. Kita memandang Dia dalam lukisan pada hari Minggu ketika kita datang ke gereja dan kemudian kita meninggalkan Dia di sana ketika kita pulang. Ia tidak hidup, Ia tidak berjalan bersama kita dalam sepanjang Minggu. Kita hanya melihat Dia di dalam bingkai lukisan. Oh seharusnya tidak demikian! Tuhan kita adalah Tuhan yang hidup. Ia tidak pernah terkurung di dalam lukisan atau kayu salib. Tuhan kita hidup dan karena Ia hidup maka kita hidup bersama Dia. Ia hidup untuk memelihara kita tetap selamat untuk selama-lamanya.
Bacalah kata-kata yang begitu indah dan mengagumkan dari Ibrani 7:25.
“Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka” (Ibrani 7:25).
Saya hidup di dalam dunia ini, dipimpin oleh pangeran yang memiliki kuasa kematian. Bagaimana saya tahu bahwa saya tidak akan jatuh ke dalam Neraka? Apakah jaminan yang saya miliki sehingga saya akan masuk dalam hadirat Allah, ditebus, disucikan dan diselamatkan? Bagaimana saya tahu itu?
Jaminan saya terletak di dalam syafaat Tuhan kita yang hidup untuk selama-lamanya. Saya bukan mainan korek api Setan. Memang kita tidak sebanding dengan dia, bahkan Mikhael sang penghulu Malaikat ketika dalam suatu perselisihan bertengkar dengan Iblis mengenai mayat Musa tidak berani menghakimi Iblis itu dengan kata-kata hujatan. Jika Mikhael sang penghulu malaikat itu tidak berani menghakimi Setan dengan kata-kata hujatan, bagaimana kita yang begitu kecil yang terbuat dari debu tanah dapat berkonfrontasi dengan dia? Bagaimana mungkin saya dapat mengalahkan dosa dan kekejaman iblis? Jaminan saya terletak di dalam syafaat dan pelayanan kasih Tuhan kita di Sorga. Ia mengirimkan malaikat-malaikat-Nya untuk menjaga kita. Ia mengelilingi kita dengan kereta perang-Nya. Dia yang menyelamatkan kita, juga memelihara kita, menjaga kita dan suatu hari nanti menyambut kita masuk ke dalam hadirat kemuliaan yang agung di Sorga.
Dapatkah saya terkurung di sini untuk sesaat saja? Jantung dan pusat dari iman Kristen bukanlah organisasi atau sistem yang dibuat oleh manusia. Itu bukanlah rencana atau program yang dibuat oleh manusia, tetapi itu adalah rencana dan program yang dibuat oleh Yesus Kristus. Kekristenan bukanlah tentang doktrin tentang pengampunan, tetapi seseorang yang mengampuni kita. Kekristenan bukan rencana keselamatan tetapi seseorang yang menyelamatkan kita. Kekristenan bukan doktrin substitusi atau penggantian penebusan, tetapi Kekristenan adalah seseorang yang mengasihi saya dan memberikan diri-Nya sendiri untuk saya. Kekristenan bukan kode etik atau kode moral, tetapi Kekristenan adalah Tuhan kita yang Agung dan mulia yang memimpin kita ke dalam jalan kebenaran dan kesucian. Kekristenan bukanlah persuasi pengharapan atau doktrin tentang kehidupan yang tidak fana di masa depan, tetapi Kekristenan adalah gambaran yang anda lihat di dalam pelayanan baptisan. Kita mati bersama Dia, kita dikuburkan bersama Dia dan di dalam anugerah dan kebaikan Allah kita dibangkitkan ke dalam kehidupan yang tidak fana yaitu kehidupan kekal di dalam Dia. Itu adalah iman. Itu adalah manusia Kristus Yesus. Itu adalah Ia yang menyelamatkan kita dan Ia yang memelihara kita tetap diselamatkan untuk selama-lamanya.
Ia hadir di sini sebagai Imam Besar yang penuh kasih dan perhatian. Adakah sesuatu yang lebih indah dari ini?
“Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai” (Ibrani 2:17-18).
Ia memahami kelemahan kita. Ia menguatkan dan memberikan dukungan kepada orang yang sedang kelelahan. Ia yang ada di Sorga sama seperti ketika Ia ada di sini di dunia ini ketika Ia menjadi manusia. Ia memiliki simpatik dan merasakan apa yang kita rasakan dan memahami setiap jeritan hati kita.
Ketika berada di tengah kerumunan orang banyak tiba-tiba Ia berhenti dan bertanya, “Siapa yang menjamah Aku?” Simon Petrus menjawab: “Guru orang banyak mengerumuni dan mendesak Engkau, namun bagaimana Engkau bertanya siapa yang menyentuh Aku?” Tetapi Tuhan Yesus menjawab, “Ada seseorang yang menjamah Aku, sebab Aku merasa ada kuasa keluar dari diri-Ku.” Wanita lemah yang telah mengalami pendarahan itu berkata dalam hatinya, “Asal ku jamah saja jubah-Nya aku akan sembuh.”
Pada masa hidup-Nya di dunia Dia dapat merasakan apa yang dirasakan Bartimeus buta. Bartimeus buta berseru kepada Yesus ketika orang yang ada di sana berkata, “Huss, Nabi besar dari Nazareth itu terlalu banyak hal besar yang harus Dia lakukan, jadi jangan susahkan Dia.” Namun Yesus berhenti dan berkata “Bawalah dia kepadaku.” Dan Ia membuka mata orang buta itu sehingga melihat.
Ketika Yesus sendiri sedang menghadapi kematian, pencuri yang disalibkan di sisi-Nya menengok kepada Tuhan dan berkata, “Yesus ingatlah aku apabila Engkau datang sebagai raja.” Dan Tuhan menjawab, “Aku berkata kepadamu sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku dalam Firdaus.”
Seperti itulah perhatian-Nya kepada umat manusia di masa Ia hidup di dunia, dan penulis Kitab Ibrani berkata Yesus Kristus tetap sama sampai sekarang dan selamanya. Ia turut merasakan apa yang kita rasakan. Ia memahami kelemahan-kelemahan kita. Ketika seseorang berdoa dan berseru kepada-Nya, Ia menundukkan kepala-Nya dari sorga untuk mendengar dan memandang orang itu.
Dapatkah anda membayangkan Tuhan Allah yang agung dan Mahatinggi, berhenti memperhatikan dan mendengarkan seruan dari orang-orang kudusNya! “Barangsiapa yang mau memanggil nama Tuhan akan diselamatkan.” Ia memperhatikan, Ia mendengarkan ketika umat-Nya berseru kepada-Nya.
Ketika saya berada di Afrika Timur salah satu dari Missionaris berkata kepada saya “Pak pendeta, suku-suku di sini tidak dapat mengucapkan kata-kata “Come By Me.” Mereka mengucapkan kata-kata itu dalam bahasa mereka “Kum Ba Yah.” Itulah yang mereka nyanyikan “Lord, Come By Me” atau “Kum Ba Yah.”
Someone’s cryin’ Lord, kum ba yah!
Someone’s cryin’ Lord, kum ba yah!
Someone’s cryin’ Lord, kum ba yah!
O, Lord, kum ba yah.