Daftar Isi

 

IMAN YANG PERNAH INGIN IA BINASAKAN

(THE FAITH HE ONCE DESTROYED)

 

Oleh Dr. W. A. Criswell

Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto

 

Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Malam, 16 Juli 1972

di First Baptist Church in Dallas

 

“Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya. Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku” (Galatia 1:13-14).

 

 

Tema khotbah kita pagi ini adalah Iman yang Pernah Ingin Ia Binasakan.  Dan ini adalah eksposisi dari ayat pertama dan beberapa ayat sentral dan pasal pertama ayat terakhir dari surat Paulus kepada jemaat-jemaat di Galatia. Ia mulai dengan:

 

“Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati” (Galatia 1:1). 

 

Kemudian ayat sebelas berbunyi:

 

“Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus” (Galatia 1:11, 12). 

 

“Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia – Injil Kristus – di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik. Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya. Tetapi aku tidak melihat seorangpun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus – gembala di Yerusalem” (Galatians 1:15-19).

 

“Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia. Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea. Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. Dan mereka memuliakan Allah karena aku” (Galatians 1:21-24).

 

“Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya” (Galatians 1:23).

              

Tujuan surat Galatia ini adalah untuk memastikan bahwa para pengajar yang menekankan seremonial itu merusak iman orang-orang percaya di Galatia. Dan apa yang terjadi di sini, yaitu apa yang terjadi di salah satu provinsi Roma ini dan apa yang terjadi terhadap jemaat-jemaat yang dirintis oleh Paulus pada perjalanan misinya yang pertama ini adalah bahwa ada para pengajar palsu yang telah memutarbalikkan Injil dan menyesatkan jemaat. Paulus berbicara dalam sidang di Yerusalem dalam Kisah Rasul 15 oleh karena ada orang-orang yang menentang Injil yang diberitakan oleh Paulus dengan mengatakan kepada jemaat bahwa mereka tidak dapat diselamatkan bila hanya dengan percaya kepada Tuhan Yesus saja.  Mereka mengajarkan bahwa selain percaya kepada Yesus anda juga harus melaksanakan upacara-upacara atau ritual-ritual atau sermonial atau memelihara dan mentaati hukum Taurat. Dan untuk menghadapi serangan ini Paulus menunjukkan antipati pribadi mereka terhadap dirinya dan kritik mereka terhadap dirinya. Mereka berkata bahwa Paulus bukanlah rasul yang sejati.  Mereka berkata bahwa ia adalah rasul palsu – ia adalah pseudo-apostle. Mereka berkata bahwa ia bukanlah salah satu dari kedua belas rasul. Mereka berkata bahwa ia tidak pernah melihat Tuhan pada waktu hidup di dunia. Mereka berkata bahwa Paulus belajar dari para rasul, dan bahwa ia tidak memiliki otoritas dari Yesus, dan sudah pasti tidak menerima amanat dari kedua belas rasul yang asli. Untuk menghadapai serangan ini, anda mungkin berpikir bahwa Paulus akan menjadi sycophantic atau penjilat dan minta maaf karena ia bukanlah salah satu dari dua belas rasul, karena ia yakin bahwa ia tidak pernah melihat Yesus, dan ia tidak menerima amanat dari kedua belas rasul asli. Anda mungkin akan berpikir bahwa ia akan melunak, dan bahwa ia akan meminta maaf. Namun ketika anda mengambil Alkitab anda dan membaca Kitab Galatia anda akan menemukan apa yang ia tuliskan sebagai jawabannya terhadap segala tuduhan itu, dan anda akan dikejutkan dengan ketegasan dan keberaniannya. Sungguh inilah yang nampak ketika saya membaca Kitab ini, yaitu bahwa Paulus dengan tidak sabar menunggu kesempatan untuk berbicara tentang kerasulannya dan ia bangga terhadap indepensinya, bahwa ia mengaku bahagia secara unik terpisah dari kedua belas rasul asli. Sehingga ketika saya mempelajari pasal ini saya dapat melihat jawaban Paulus tentang panggilannya secara khusus, yang untuknya ia sangat mengucap syukur, bahwa ia menerima Injil langsung dari Kristus sendiri dan menerima amanat untuk memberitakan Injil langsung dari Kristus sendiri.

 

 

INDPENDENSI/KEKHUSUSAN PANGGILAN PAULUS

 

Pertama, independensi panggilannya atau panggilan khususnya terdapat dalam kalimat ini:

 

“Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati”(Galatians 1:1).

 

Ini adalah keterterus-terangannya bahwa panggilannya secara khusus datang dari Tuhan dan bukan dari kedua belas rasul. Ia berdiri sendiri secara unik. Berita Injil yang ia beritakan bukan datang dari manusia, dan juga tidak ia pelajari sebelumnya dari manusia, namun itu datang melalui penyataan dari Yesus Kristus, dan ini melalui panggilan khususnya untuk menjadi rasul. Saya sering memikirkan tentang pemilihan Matias untuk menempati jabatan rasul menggantikan Yudas Iskariot yang dapat kita baca dalam Kisah Rasul pasal pertama. Ini terjadi sebelum hari Pentakosta, dan sebelas rasul yang lain beserta saudara-saudara di Yerusalem berkumpul, dan mereka memilih seseorang untuk menggantikan Yudas Iskariot yang telah mati bunuh diri. Dan kemudian mereka memilih Matias. Namun orang-oranglah atau manusia yang melakukan itu. Daging dan darah yang melakukan itu. Saya sering berpikir bahwa orang yang Allah pilih untuk menggantikan posisi Yudas yang telah bunuh diri itu tiada lain adalah Saulus dari Tarsus. Manusia memilih Matias, namun Allah yang ada di sorga memilih Paulus. Dan ia berkata bahwa panggilannya menjadi rasul adalah unik atau istimewa dan ini datang langsung dari Allah sendiri. Ini adalah independensi Paulus. Dan ia menerima kerasulannya bukan menurut tradisi. Ia menerima dan mempelajari Injil yang diberitakannya bukan dari otoritas gereja, atau dari kedua belas rasul, namun panggilannya datang langsung dari Allah sendiri.

 

 

SUMBER INJIL YANG IA BERITAKAN

 

Kedua, dengan terus terang ia berkata bahwa Injil yang ia beritakan datang dari sorga sendiri. Ini bukan datang dari manusia. Ia berkata:

 

“Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus” (Galatia 1:11, 12). 

 

Injil itu datang dari bibir dan pengajaran Tuhan sendiri. Jika anda sejenak memperhatikan pernyataan ini, anda tahu bahwa ini adalah sesuatu yang luar biasa, hal yang ajaib dan sungguh sesuatu yang sangat mengejutkan. Selama sekitar tiga tahun kedua belas rasul mengikuti Tuhan keliling Galelia dan Yudea dan Pirea, duduk di bawah kaki-Nya, belajar penyataan-penyataan dari sorga yang diucapkan langsung dari bibir Tuhan sendiri. Selama kurang lebih tiga tahun mereka melakukan itu. Dan demikian juga Rasul Paulus, Saulus dari Tarsus ini. Selama tiga tahun pula di tanah Arab – tidak diragukan bahwa itu adalah Sinai, di mana Musa menerima Sepuluh Perintah dan di mana Elia melarikan diri pada saat ia mengalami tekanan yang sangat menakutkan. Saulus dari Tarsus ada di sana selama tiga tahun setelah pertobatannya di jalan menuju Damsyk, dan di sanalah Tuhan mengajar Dia – muka dengan muka, berbicara dan mengajarnya – di sanalah Tuhan mengajar dia tentang Injil yang ia beritakan.  Ini adalah hal yang unik, di mana ia menerima Injil itu melalui penyataan atau pewahyuan langsung dari Yesus Kristus yang ada di sorga. Ia berkata bahwa:

 

Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus” (Galatians 1:12). 

 

Untuk menunjukkan kepada anda perbedaan yang ada di dalamnya, marilah kita membandingkan rasul Paulus dengan apa yang ia katakan bersama dengan Dr. Lukas. Dokter terkasih yang menemani Rasul Paulus dalam perjalanan misinya mulai pada perjalanan misi kedua sampai akhir hidupnya, yaitu ketika Paulus mati menjadi martir. Dan ketika selama dua tahun atau bahkan mungkin lebih rasul Paulus dipenjarakan di Kaisaria, kesempatan itu digunakan oleh Lukas untuk mengunjungi para saksi mata tentang pelayanan Kristus. Ia bertemu dan berbicara dengan Maria, Ibu Yesus. Ia mewawancarai semua orang yang dapat ia jumpai, yang pernah melihat Kristus pada waktu menjelma menjadi manusia. Ia membaca semua dokumen dan catatan-catatan yang pernah ditulis berhubungan dengan Dia. Ia menyatakan tentang semua yang ia lakukan itu di dalam Injilnya atau Injil Lukas pasal pertama. Dan kemudian di bawah inspirasi Roh Kudus Lukas menuliskan semua yang ia telah lihat dan apa yang ia telah dengar ketika ia berbicara dengan para saksi mata, seperti yang ia baca dalam dokumen-dokumen, dan ketika ia mengunjungi tempat-tempat di mana Juruselamat kita melakukan hal-hal atau pekerjaan yang ajaib. Itulah yang kemudian menjadi Injil Lukas. Namun Injil Paulus ada di era yang lain. Itu bukanlah sesuatu yang ia baca. Itu bukan dari dokumen yang ia temukan atau teliti. Itu bukan suatu tradisi yang ia ikuti, dan itu juga bukan pengulangan dari pengajaran yang ia terima dari rasul-rasul lain. Namun dengan tegas ia berkata: “Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.” Secara literal itu adalah Injil kelima. Itu adalah independensi kesaksian (independent witness) untuk kebenaran Allah di dalam Kristus Yesus. Tuhan sendiri yang menyatakan atau mewahyukan Injil itu kepada Paulus secara pribadi. Ia tidak pernah mempelajarinya dari orang lain. Dan itu juga bukan dari apa yang ia baca dari dokumen-dokumen yang ada. Namun Injil itu datang kepadanya langsung dari Kristus sendiri. Injil itu diajarkan langsung oleh Tuhan.

 

“Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti” (I Korintus 11:23).

 

Bahkan berhubungan dengan Perjamuan Tuhan ia juga diajar langsung oleh Tuhan kita. Dan perkataan-perkataan di dalam Perjamuan Tuhan itu adalah kata-kata yang Kristus pernah ucapkan kepadanya. Anda tidak akan menemukan perkataan-perkataan itu di dalam Empat Injil. Perkataan-perkataan itu diwahyukan atau dinyatakan kepada Dia oleh Kristus yang ada di sorga:

 

“Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus” (Galatia 1:12)

 

 

KEISTIMEWAAN PEKERJAAN PELAYANANNYA

 

 Bukan hanya panggilannya yang istimewa (independent calling), dan juga bukan hanya sumber Injil yang diberitakannya yang istimewa (independent witness), bisa dikatakan sebagai Injil Kelima, atau kesaksian lain untuk kebenaran Tuhan di dalam Kristus, namun pekerjaannya juga istimewa atau independent (independent work). Ketika ia menulis surat kepada jemaat di Roma, ia berkata,

 

Dan dalam pemberitaan itu aku menganggap sebagai kehormatanku, bahwa aku tidak melakukannya di tempat-tempat, di mana nama Kristus telah dikenal orang, supaya aku jangan membangun di atas dasar, yang telah diletakkan orang lain” (Roma 15:20)

 

Pekerjaan pelayanan Paulus sama sekali saluran yang berbeda dari pekerjaan pelayanan kedua belas rasul. Dalam Galatia pasal dua ia menjelaskan pada waktu sidang di Yerusalem pada saat itu Yakobus dan Kefas atau Simon Petrus dan Yohanes berjabat tangan dengan dia dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan (Galatians 2:9). Dan dalam persetujuan ini mereka – Yakobus, Kefas, dan Yohanes akan pergi kepada orang-orang yang bersunat, sementara Barnabas dan Paulus akan pergi memberitakan Injil kepada orang-orang yang tidak bersunat atau orang-orang non Yahudi, yaitu memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain di bumi ini. Dan kemudian itulah yang terjadi. Yakobus, gembala sidang di jemaat Yerusalem, yang adalah saudara Yesus adalah orang Yahudi. Dan iman Kristen yang ia ikuti diwarnai atau dipengaruhi cara penyembahan di bait suci di Yerusalem.  Ini disebut agama Kristen “Ebionitik.” Dan itu masih ada ketika Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 A.D., yaitu iman Kristen yang telah dikubur dalam reruntuhan tembok yang diporak-porandakan oleh Titus sang penakluk dari Romawi. Agama Ebionitik itu telah mati, dan itu mati bersama dengan Yakobus – gembala di Yerusalem dan semua kaum Ebionit. Namun pelayanan yang Paulus kerjakan adalah pekerjaan pelayanan yang unik dan khusus, yang terpisah dari pekerjaan pelayanan kedua belas rasul – itu adalah berkat Allah untuk masyarakat Yunani-Romawi. Apakah murid-murid pertama  disebut Kristen di Yerusalem? Tidak. Di sana mereka disebut sebagai “sekte Nazarene.” Di manakan murid-murid pertama kali disebut “Kristen”? Itu adalah di bawah pelayanan Paulus di Antiokhia. Dan di luar Anthiokhia, Roh Kudus telah memimpin Paulus dan Barnabas dalam pelayanan  misinya ke seluruh dunia Romawi. Dan Allah memberkati pelayanan pemberitaan Injilnya yang unik dan istimewa ini. Dan itulah apologia atau “pembelaan” berhubungan dengan pelayanannya yang ia lakukan di dalam surat kepada jemaat-jemaat di Galatia ini. 

 

 

KEISTIMEWAAN PRIBADI PAULUS

 

Selanjutnya saya ingin berbicara kekhususan atau keistimewaan Paulus. Ia berkata,

 

“Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi” (Galatia 1:15, 16).

 

Perhatikanlah ini: “Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya.” Di sini rasul Paulus menghubungkan kedaulatan Allah yang tak terselami dalam memilih kita sebelum kita dilahirkan. Rasul Paulus menegaskan bahwa sejak ia ada di dalam kandungan, Allah telah menetapkan untuk memberikan tugas suci dan mandat dari sorga kepadanya. Mungkin anda akan berkata, “Itu sesuatu yang aneh. Itu adalah sesuatu yang tidak umum.” Tidak. Itu dapat anda temukan berulang kali di dalam Alkitab, bahwa Allah memiliki kedaulatan untuk memilih bahkan sebelum anak itu dilahirkan atau masih ada di dalam kandungan. Sebagai contoh dalam Roma pasal sembilan, Paulus mendiskusikan tentang adanya pemilihan Allah, yaitu tujuan atau ketetapan Allah bagi kehidupan manusia. Dan ia memberikan ilustrasi untuk itu dengan bayi kembar dalam kandungan Ribka. Di sana ada Esau dan Yakub, namun sebelum mereka dilahirkan, Alkitab berkata bahwa Allah memilih Israel, yaitu Yakub, dan berkata, “Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda, seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau’” (Roma 9:12-13).   

 

Dalam Yeremia pasal pertama, ia menjelaskan bahwa Allah telah memanggil dia sebagai nabi sejak ia masih ada dalam kandungan ibunya (Yeremia 1:4-10). Anda juga dapat membaca lagi sebagai contoh dalam kehidupan Yohanes Pembaptis. Malaikat Gabriel berkata bahwa anak itu “akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya” (Lukas 1:15). Mungkin bagi kita hal-hal yang terjadi ini tidak penting, namun tidak demikian halnya bagi Allah. Ketika anda dilahirkan, di sana ada tujuan dan rencana bagi anda yang ada dalam pikiran Tuhan. Ada tugas, ada mandat, ada panggilan berhubungan dengan anda. Semua itu adalah ketetapan Allah sebelum Ia menghembuskan atau sebelum menempatkan jiwa di dalam tubuh anda.

 

Selanjutnya persiapan Paulus untuk menjadi rasul telah ditetapkan langsung dari sorga. Ia di-training di Sisilia, Tarsus, kota besar yang mana di sana terdapat universitas Yunani yang tersohor. Ia berbicara dalam bahasa Yunani dengan begitu fasih. Ia telah diajar berbahasa Yunani. Ia juga sering mengutip puisi-puisi Yunani. Ia sangat mengenal literatur-literatur dan kultur Yunani. Selama bertahun-tahun rasul Paulus pernah dididik di dunia intelektual Yunani. Namun demikian oleh pemeliharaan Tuhan dari sorga ia tidak jatuh ke dalam pendewaan kultur dan kehidupan serta filsafat Yunani. Dan agar ia tidak jatuh ke dalam pendewaan kultur dan kehidupan Yunani, ketika ia masih muda ia duduk di bawah kaki Gamaliel, salah satu dari tujuh rabi yang agung dari semua kisah rabinik dalam sejarah. Dan ia diajar oleh Gamaliel, dan betumbuh dalam iman agama Yudaisme, menjadi Farisi, salah satu sekte masyarakat Yahudi yang paling disipilin dan keras.

 

Dan bukan hanya itu, namun ia menjadi pembela iman agama Yahudi yang keras, ketika apa yang mereka anggap sebagai penyesatan itu datang, yaitu sekte Nazarene. Dan oleh sebab itu, ia menganiaya mereka sampai mati. Ketika mereka merajam Stefanus dengan batu, mereka meletakkan baju-baju mereka di bawah kaki orang muda yang bernama Saulus ini (Kisah 7:58). Dan ketika ia menerima surat kuasa dari imam besar untuk menangkap semua orang Kristen dan membawa mereka ke Yerusalem untuk diadili (Kisah 9:1, 2), beberapa dari mereka bahkan dibunuh, dan ada juga yang dilemparkan ke dalam penjara. Saulus dari Tarsus dan Sisilia ini sangat memelihara tradisi para tua-tua atau rabbinical religion, dan sangat membenci iman Kristen. Dan ini adalah ketetapan Allah dari sorga bahwa Ia dipersiapkan dalam pendidikan budaya Henelnistik dan di bawah bimbingan serta pengajaran Gamaliel, pengajar terbesar dari Yudaisme, yang bersemangat membela Allah Yehova. Dan kemudian di tengah semangatnya untuk menganiaya jemaat Tuhan, di tengah perjalanan menuju Damsyk, ia melihat terang yang begitu menyilaukan, yaitu Yesus Kristus sendiri. Ia menjadi buta oleh karena terang itu, ia jatuh ke tanah dan bertanya, “’Siapakah Engkau, Tuhan?’ Kata-Nya: ‘Akulah Yesus yang kauaniaya itu’. Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat… Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku… untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja” (Kisah 9:6, 16, 15). Dan ketika ia menceritakan kembali pengalamannya ini kepada Raja Yahudi, yaitu Agripa II, ia berkata:

 

Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu. Karena itulah orang-orang Yahudi menangkap aku di Bait Allah, dan mencoba membunuh aku. Tetapi oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain” (Kisah 26:19-23)

 

Betapa setianya dan apa sebenarnya yang membuat Saulus dari Tarus ini mendedikasikan dirinya sendiri untuk Injil kasih karunia Anak Allah? Tuhan telah berfirman kepadanya: “Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.”

 

Air mata adalah minumannya. Kesusahan adalah teman yang menemani perjalanannya. Kesepian adalah teman tidurnya. Ke manapun ia pergi, ia banyak mengalami aniaya, dilempari batu, dipenjarakan, dipukul tiga kali dengan cambukan Romawi yang sekali pukul meninggalkan empat puluh luka. Dan ketika pada akhir kunjungannya yang terakhir ke Yerusalem, dan saudara-saudara di sana bertanya kepada dia, ia menjawab,

 

Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” (Kisah 20:22-24).

 

Kita memiliki amanat dan mandat yang sama seperti itu. Kita tidak perlu belajar bahasa Yunani atau Ibrani untuk bersaksi tentang anugerah Kristus. Kita tidak perlu membaca sederetan panjang komentari, kita mungkin perlu mempelajari Kitab Suci ini supaya kita bisa bersaksi tentang apa yang Kristus telah lakukan bagi kita. Jika kemarin, ada orang yang begitu berdosa, namun hari ini ia mengenal Kristus untuk dirinya sendiri, orang itu dapat berdiri di bawah pohon atau di samping tembok dan berkata, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa” ( 1 Timotius 1:15). Ceritakan apa yang Kristus telah lakukan bagi tukang pandai besi yang sedang menempa besinya atau kepada petani yang siap membajak ladangnya. Seorang tukang kayu yang sedang memotong dan memahat kayu-kayunya dapat menceritakan tentang apa yang Yesus telah kerjakan kepada orang lain. Atau seorang sekertaris yang dapat berhenti mengetik sejenak untuk menceritakan kepada pimpinannya tentang apa yang Kristus telah lakukan baginya. Seorang ibu rumah tanggapun dapat menyampaikan kepada tetangga-tetangganya tentang apa kerinduan Yesus bagi mereka, yaitu agar mereka diselamatkan. Inilah kepenuhan Injil Allah di dalam Kristus Yesus. Seperti Paulus berkata, “Sebab itu,… kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat. Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu” (Kisah 26:19-20). Demikian juga kita harus memberitakan Injil dan melayani demi keselamatan jiwa-jiwa terhilang.

 

Ini adalah panggilan bagi kita hari ini. Dan itu adalah panggilan khusus bagi anda, yang Roh Kudus alamatkan panggilan itu kepada anda, untuk anda jawab dengan hidup anda. Lakukan itu sekarang. Kiranya Roh Tuhan memberikan kekuatan kepada anda untuk memberikan jawaban dari panggilan-Nya ini dan buatlah keputusan sekarang di dalam hati anda.