IMAN DAN KEMERDEKAAN
(FAITH AND FREEDOM )
Oleh Dr. W. A. Criswell
Diadaptasi Dr. Eddy Peter Purwanto
Khotbah ini dikhotbahkan pada kebaktian Minggu Pagi, 26 November 1972
di First Baptist Church in Dallas
Teks: Galatia 5:1-15
Anda yang sedang menyaksikan atau mendengarkan pelayanan kami ini melalui televisi dan radio kami ucapkan selamat bergabung dalam kebaktian kami di First Baptist Church di Dallas. Ini adalah gembala kami yang akan membawakan khotbah dengan judul, IMAN DAN KEMERDEKAAN. Dalam khotbah seri Surat Galatia, kita sudah sampai pada pasal kelima, dan saya akan membacakan dari teks ini:
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.
Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan.
Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.
Dahulu kamu berlomba dengan baik. Siapakah yang menghalang-halangi kamu, sehingga kamu tidak menuruti kebenaran lagi?
Ajakan untuk tidak menurutinya lagi bukan datang dari Dia, yang memanggil kamu.
Sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan.
Dalam Tuhan aku yakin tentang kamu, bahwa kamu tidak mempunyai pendirian lain dari pada pendirian ini. Tetapi barangsiapa yang mengacaukan kamu, ia akan menanggung hukumannya, siapapun juga dia.
Dan lagi aku ini, saudara-saudara, jikalau aku masih memberitakan sunat, mengapakah aku masih dianiaya juga? Sebab kalau demikian, salib bukan batu sandungan lagi.
Baiklah mereka yang menghasut kamu itu mengebirikan saja dirinya!
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" (Galatia 5:1-14)
Mari kita me-review sejenak – ketika Rasul Paulus, dalam perjalanan misinya yang pertama, ia telah memberitakan Injil kepada penduduk salah satu provinsi Romawi yaitu Galatia di pusat Asia Kecil, dan khotbah itu secara menakjubkan telah diterima mereka. Dan mereka akhirnya meninggalkan kehidupan hedoisme, paganisme, dan perzinahan, dan kemudian berbalik kepada Kristus untuk menerima keselamatan yang ajaib. Mereka menerima karunia Roh oleh karena iman. Ketika mereka bersukacita di dalam Tuhan, dan berkat Allah dan karunia-karunia Roh Kudus serta hadirnya kegerakan Roh Yesus di antara mereka dan di dalam mereka – ketika mereka bersukacita di dalam Tuhan, datanglah orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka, “Percaya di dalam Kristus itu memang baik, namun jika itu saja tidak akan dapat menyelamatkan kalian. Kalian harus menambahkannya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan atau usaha mentaati hukum Taurat juga.” Dan respon dari Rasul Paulus sangatlah keras. Sebagai contoh, dalam perikop yang kita telah baca, ia berkata di pasal lima ayat satu: Jika kamu kembali kepada hukum Taurat, maka kamu akan kembali dikenakan kuk perhambaan. Dalam ayat dua: Jika kamu ingin memelihara hukum Taurat agar diselamatkan, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. Ayat tiga: Kamu yang mau dibenarkan oleh hukum Taurat, kamu wajib melakukan seluruh hukum Taurat. Dan setelah kamu diperbudak olehnya, kamu masih tidak tahu apakah kamu sudah diselamatkan atau belum. Ayat empat: kamu yang ingin diselamatkan melalui usahamu sendiri dan dengan mentaati hukum Taurat, Kristus menjadi tidak berguna bagi kamu. Kamu tidak memerlukan Dia. Kamu lepas dari Dia dan ada di luar kasih karunia. Ayat lima: kamu yang ingin diselamatkan melalui upacara, ritual, ceremonial dan ketaatan terhadap hukum Taurat, maka kebenaran yang kamu harapkan telah hilang. Dan ayat enam: ia menyimpulkan seluruh maksud dari iman Kristen, iman yang bekerja oleh kasih, definisi dari seluruh berita Kekristenan. Rasul Paulus menegaskan bahwa semua itu, entah itu memelihata ritual-ritual, ceremonial, Taurat, ketaatan kepada perintah-perintah Taurat, semua itu tidak berguna.
Dan kemudian ia membawa kita kepada satu penyataan keselamatan yang kita temukan dalam Firman Allah yaitu melalui iman di dalam Yesus Kristus. Selanjutnya, kita akan mempelejari dengan hati-hati dan dengan sikap doa untuk kesempatan yang diberikan kepada kita ini. Macam iman seperti apakah yang menyelamatkan jiwa kita dari dosa dan membawa kita kepada Allah dan keselamatan? Macam iman seperti apakah itu? Yang pertama, ini bukan karena memelihata hukum Taurat. Ini bukan karena pengakuan akan kebenaran. Ini bukan karena mempercayai realitas Allah dan Kitab Suci. Ini sesuatu yang berbeda dengan persepsi dan pengakuan intelektual. Yakobus, pemimpin gereja di Yerusalem dalam pasal dua dari suratnya berkata, “Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar” (Yakobus 2:19). Mereka mengetahui semuanya tentang iman dan mereka mengetahuinya lebih intim dari pada yang kita lakukan. Kita tidak diselamatkan oleh pengetahuan, oleh pengakuan intelektual. Iman bukanlah persepsi dan pengetahuan. Saya dapat berbicara tentang Tuhan, menulis buku-buku tentang Tuhan, menyanyikan lagu-lagu pujian tentang Tuhan, berkhotbah tentang Tuhan, berdiskusi tentang Tuhan, mengetahui segala sesuatu tentang Tuhan namun masih terhilang. Lagi iman ini bukan karena menghafal pengakuan iman: “Aku percaya kepada Allah yang Mahakuasa, khalik langit dan bumi.” Ini bukanlah karena Anda bergabung menjadi anggota suatu organisai, atau gereja, atau kelompok philanthropic. Iman yang menyelamatkan adalah sesuatu yang sama sekali berbeda dengan dunia. Suatu kali saya menundukkan kepala saya di hadapan Tuhan dan bertanya kepada Allah, “Tuhan ketika aku mengucapkan perkataan seperti dalam Alkitab ini, “Orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Apakah yang dimaksud dengan percaya itu? Apakah iman yang menyelamatkan itu sehingga iblis percaya dan gemetar? Pengetahuan tentang fakta kebenaran Kristus, telah diketahui dan terus diterbitkan di sepanjang abad. Namun itu bukanlah apa yang dimaksud dengan iman yang menyelamatkan itu.
Dan ketika saya bertanya kepada Tuhan, kemudian masuklah ke dalam hati saya perikop yang ditulis oleh Paulus dalam II Timotius 1: 12: “Karena aku tahu kepada siapa aku harus percaya….” Iman – kepercayaan, “karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan” (2 Timotius 1:12). Iman yang menyelamatkan adalah komitmen hidupAnda kepada Kristus. Ini berarti menyerahkan seluruh jiwa Anda kepada Dia. Iman yang menyelamatkan adalah mempercayakan diri kita di dalam Kristus – percaya ke dalam Kristus, percaya ke atas Kristus. “Apa yang harus saya lakukan agar aku selamat? Percayalah di dalam Tuhan Yesus – ke dalam Tuhan Yesus, ke atas Tuhan Yesus dan engkau akan diselamatkan” (Kisah Rasul 16:30, 31). Apakah Anda pernah naik pesawat dengan pintu cockpit-nya terbuka? Apakah Anda pernah berada di pintu itu sambil mencari di antara ratusan tombol di panel itu? Jika misalnya saya berada dalam salah satu pesawat besar – tiga puluh ribu, atau tiga puluh lima ribu, atau tiga puluh sembilan ribu kaki di udara – apa yang harus saya lakukan? Apa yang harus saya lakukan jika pendaratan pesawat itu bergantung kepada saya? Saya tidak mengerti satu tombol pun dalam panel itu. Saya tidak tahu tombol yang mana yang harus dipencet atau diputar. Saya pasti akan mati. Saya percaya bahwa seorang pilot pastilah orang yang sudah ahli – menguasai semuanya itu, dan saya duduk di sana dalam pesawat itu dengan sangat nyaman yang akan membawa saya mendarat dengan aman. Percaya di dalam, percaya kepada, percaya ke dalam Dia – iman yang menyelamatkan adalah percaya di dalam Yesus.
Apakah Anda pernah dioperasi? Bagaimana Anda bisa mempercayakan hidup Anda sepenuhnya ke dalam tangan seorang dokter? Jika Anda telah dibius – bahkan tidak tahu apapun yang akan terjadi – Anda percaya kepada dia sepenuhnya. Serahkan hidup Anda ke tangan-Nya. Seperti itu lah iman yang menyelamatkan. Itu bukan menenggelamkan hidup Anda atau itu bukan hanya percaya sepenuhnya, namun itu juga berarti menyingkirkan semua pengharapan Anda selain di dalam Dia. Itu berarti penyangkalan terhadap diri kita sendiri dan datang kepada Kristus. Tidak ada sesuatupun yang lain yang bisa menyelamatkan. Ketika Tuhan berkata kepada para rasul-Nya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” (Yohanes 6:67). Dan akhirnya Petrus menjawab mewakili kedua belas rasul itu, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yohanes 8:68-69) yang harus datang ke dalam dunia. Ini adalah pengabaian semua pengharapan lain yang menawarkan keselamatan selain keselamatan di dalam Kristus.
Kristuslah Batu Karangku, Di atas Dia ku teguh;
Landasan hancur luluh, ….
Tak ada lain landasanku
Hanyalah pada darah-Mu;
Tak ada lain harapanku;
Ku bersandarkan nama-Mu
Bila nafiri menderu,
Aku menghadap pada-Mu;
Dahulu kotor dan keji,
Oleh-Mu ku jadi bersih
Kristuslah Batu Karangku, Di atas Dia ku teguh;
Landasan hancur luluh, …. .
Edward Mote, “The Solid Rock”].
Itu adalah iman yang menyelamatkan.
Selanjutnya, mengapa Tuhan memilih cara ini untuk menyelamatkan kita? Jawabannya yang pertama adalah karena tidak ada cara lain. Tidak ada alternatif lain. Tidak ada apapun yang lainnya. Perhatikanlah, jika saya mencari keselamatan melalui usaha saya sendiri, dengan kebenaran saya sendiri, apa yang akan saya lakukan dengan dosa-dosa saya di masa yang lalu? Perhatikanlah, jika saya mencoba menyelamatkan diri saya sendiri dengan usaha saya sendiri, kebenaran saya sendiri, apa yang harus saya lakukan dengan dosa-dosa saya di masa depan? Betapapun saya boleh berdiri di sini di hadapan Tuhan mulai saat ini saya akan hidup benar, tanpa dosa, berbudi luhur, tidak akan ada kesalahan atau membuat kesalahan dalam hidup saya. Jika saya bersumpah di hadapan Tuhan bahwa mulai saat ini saya akan hidup dalam hadirat-Nya dengan sempurna, saya tahu bahwa saya tidak akan dapat menepati sumpah saya. Kesalahan akan hadir dalam hidupku, dan kesalahan serta dosa akan tinggal dalam tubuh kedaginganku selama hidupku. Apa yang harus saya lakukan untuk dosa-dosaku di masa depan, sama seperti apa yang dapat saya lakukan dengan dosa-dosaku di masa lalu? Aku hanya dapat diselamatkan dengan melemparkan diriku sendiri ke atas kasih karunia dan kebaikan serta pengampunan Allah. Tidak ada cara lain selain itu.
Ayub berseru dalam Kitabnya di pasal ketujuh, “Kalau aku berbuat dosa, apakah yang telah kulakukan?” (Ayub 7:20). Dan Rasul Paulus menasehatkan dalam Kitab Roma pasal ketujuh, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 8:24). Di manapun, kapanpun dan bagaimanapun juga, jika saya diselamatkan, itu haruslah di dalam anugerah dan pengampunan Allah. Tidak ada cara lain.
Kedua, mengapa Allah memilih cara iman ini agar kita beroleh selamat? Karena di sini Allah menunjukkan Diri-Nya sendiri sebagai pribadi (being) yang murah hati, penuh pengampunan, penuh kemurahan dan kelemahlembutan. Dalam Kejadian pasal satu dan dalam Kejadian pasal dua, kita menemukan kisah Allah yang disingkapkan. Tidak ada manusia di sana. Itu datang melalui pewahyuan. Dan Allah menyingkapkan Diri-Nya sendiri sebagai being yang agung, sang Pencipta yang mahakuasa Pikirkan tentang seseorang yang dapat hanya dengan berkata jadilah, maka seluruh ciptaan itu ada. “Jadilah,’ maka itu pun jadi. Terang itu bersinar. Bintang-bintang ditempatkan pada orbit-nya masing-masing. Bumi diciptakan. Seluruh wahyu terdapat dalam Allah dalam Kitab Kejadian pasal satu dan dua ini. Allah adalah sang Pencipta yang agung – pantokrator. Permulaan pasal tiga, dan sampai akhir seluruh Alkitab, Allah menyatakan Diri-Nya sendiri sebagai sang penebus, sebagai being yang penuh rahmat, sebagai being yang penuh kasih mesra dan kelemahlembutan serta anugerah. Dan Itu lah sebabnya mengapa karunia keselamatan bukan melalui pekerjaan kita, namun kita menerimanya dari pemberian tangan-Nya atau karunia-Nya. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri” (Efesus 2:8-9). Itu artinya Tuhan ingin berkata, “Aku telah melakukannya. Aku telah membelinya. Aku telah memenangkannya.” Ini adalah anugerah atau pemberian Allah. Ini menyingkapkan hati yang penuh anugerah, rahmat, penebusan dari yang Mahakuasa. Mengapa Allah memilih menyelamatkan Anda melalui iman – melalui percaya? Bukan hanya karena tidak ada cara lain. Jika kita telah diselamatkan, itu adalah karena Ia penuh dengan rahmat bagi kita. Bukan hanya karena Allah memilih menganugerahkannya kepada kepada kita sebagai pemberian – bahwa kita harus mengenal Dia sebagai Allah yang penuh kasih karunia dan rahmat – namun keselamatan kita melalui iman adalah yang paling cocok dan sesuai dengan kita semua yang miskin, manusia berdosa yang sedang sekarat.
Apakah yang harus Anda katakan kepada manusia yang sedang sekarat? Apakah Anda akan berkata, “Lakukan ini. Lakukan perintah-perintah ini maka kamu akan hidup.” Ia tidak akan dapat melakukan semua itu. Karena ia adalah manusia yang sedang sekarat. Bagaimana agar dia dapat diselamatkan? Itu lah sebabnya mengapa Tuhan berfirman, yang dijelaskan dalam Injil Yohanes 3:14-15: “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:14, 15). Tidak perlu dipertanyakan lagi. Orang-orang itu sedang sekarat. Ia yang dipatuk ular, dan terkena bisa ular itu sedang sekarat. Apakah Anda akan berkata kepada orang yang sedang sekarat ini untuk melakukan sesuatu agar ia selamat? Orang yang berada di padang gurun yang diserang oleh ular berbisa dan sedang sekarat ini adalah gambaran dari kita semua. Anda dan Anda dan Anda dan saya dan kita semua, kita adalah orang-orang yang sedang sekarat. Apa yang Anda katakan kepada orang yang sedang sekarat ini agar ia diselamatkan? Di padang gurun itu, Injil itu berkata “Lihatlah maka kamu akan hidup.’ Dan itu adalah Injil dari keseluruhan wahyu Allah. Itu selalu menekankan, “Percaya dan percaya” (Trust and believe). Itu adalah, :Percaya dan diselamatkan.” Itu adalah, “Lihatlah maka akan hidup.”
Lihatlah maka engkau hidup, saudaraku, engkau hidup!
Pandanglah Yesus sekarang dan engkau hidup;
Ini dituliskan dalam Firman-Nya, haleluya!
Ini hanyalah agar engkau “melihat dan hidup”
[William A. Ogden, “Look and Live”].
Ini adalah yang cocok untuk kita manusia berdosa yang sedang sekarat yaitu bahwa kita hanya diselamatkan melalui percaya dan dengan iman.
Bukan hanya itu, namun ini juga terbuka bagi semua orang – orang-orang yang tanpa pengharapan, tanpa pengetahuan, tidak terdidik, tua atau pun muda. Allah membuka pintu keselamatan melalui iman untuk semua orang. Jika Ia berkata, “Belilah ini, tuan,’ maka semua dari kita yang begitu miskin ini, kita tidak akan dapat membayarnya. Jika Ia berkata, ‘Peliharalah perintah atau hukum-hukum dengan sempurna maka kamu diselamatkan,” maka tidak akan ada satu pun dari kita yang tahu bagaimana menjadi sempurna. Apapun yang disyaratkan Allah, tidak ada seorangpun dari kita yang dapat melakukan atau memenuhinya. Namun ketika Allah berkata, “Pecayalah, lihatlah, terimalah, ambilah, terimalah, ‘ maka beberapa dari kita dapat meresponinya. Kita semua dapat menerimanya. Saya telah memberitakan Injil di tengah-tengah Afrika yang paling gelap. Saya telah berkhotbah di India. Saya telah berkhotbah di Indonesia. Saya telah berkhotbah diperbatasan China. Saya telah berkhotbah di berbagai pulau. Saya telah berkhotbah di seluruh dunia. Saya telah melihat orang-orang yang terbelakang, kurang pendidikan, mereka hidup dalam kegelapan dan di tengah takhyul-takhyul – dan saya telah melihat mereka keluar dari kegelapan dan masuk ke dalam terang kemuliaan dari Injil Anak Allah hanya dengan memandang kepada Yesus. Pintu pertobatan terbuka bagi semua orang, orang yang tidak dapat melakukan apapun selain hanya memandang. Hanya dengan menerima. Baginya Allah memberikan hadiah yang luar biasa kepadanya, yaitu hidup yang kekal. Apa yang dapat dilakukan oleh penjahat yang disalibkan di sisi Yesus – apa yang dapat ia lakukan? Ia memandang Juruselamat yang disalibkan di tengah dan berkata, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (Lukas 23:42). Dan perkataan percayanya itu, perkataan imannya itu sudah cukup. Ia diselamatkan, karena Tuhan sendiri berkata kepadanya, “Hari ini -- semeron -- hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus" (Lukas 23:43). Mengapa Allah memilih cara itu agar kita dapat diselamatkan – karena itu terbuka untuk semua orang. Hanya itu yang cocok untuk kita manusia berdosa yang sedang sekarat. Ini menyatakan kebaikan dan kemurahan Allah. Itu adalah pemberian dari tangan-Nya dan tidak ada alternatif yang lain. Jika kita telah diselamatkan, itu adalah karena kebaikan dan kemurahan serta pengampunan Allah.
Selanjutnya yang terakhir, metode karya Tuhan. Oh, betapa dinamis dan ajaiblah karya Tuhan. Hanya oleh iman – dengan menenggelamkan hidup kita ke dalam Kristus. Kita menjadi manusia baru. Kita menjadi ciptaan baru. Kita ada di dalam Tuhan, dan telah diubahkan. Kita tidak sama lagi dengan manusia yang lama. Ini adalah kehidupan baru. Ini adalah kasih yang baru. Ini adalah fase yang baru. Ini adalah visi yang baru. 2 Korintus 5:17: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Ketika seseorang diselamatkan, ketika ia memberikan hatinya kepada Kristus, ia menjadi manusia baru. Ia menjadi berbeda dengan yang lalu. Anda tidak dapat mengubah manusia dengan hukum Taurat atau perbuatan baik. Anda tahu, Anda melihat itu ketika orang itu tidak memiliki pembaharuan itu dalam hatinya. Perhatikan ilustrasi yang ingin saya berikan ini: mari kita keluar dan mentaati Taurat dan kita tutup semua bar yang ada dan warung-warung penjual minuman keras yang ada. Mari kita tutup semua tempat yang menyediakan minuman keras. Karena dengan adanya semua itu orang yang melihat iklan dan berjalan melewatinya serta melihat posternya menyebabkan mereka tergoda. Namun saya ingin menunjukkan sesuatu kepada Anda. Ketika Anda melakukan semua itu – ketika Anda melakukan itu dan tidak mengubah hati masyarakat itu, apakah Anda tahu di mana Anda akan menemukan bar? Apakah Anda tahu di mana Anda akan menemukan warung penjual minuman keras? Anda akan menemukannya di rumah. Anda akan menemukannya di bar di samping rumah. Anda akan menemukan mereka membuat minuman keras di rumah. Anda akan menemukan bahan untuk membuat minuman keras di dapur, karena hati mereka belum diubah. Ketika manusia ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Ia menjadi manusia yang berbeda. Itu lah yang terjadi padanya ketika ia menjadi manusia baru di dalam Kristus, di dalam iman. Ia menjadi individu yang berbeda. Ia memiliki ketertarikan yang berbeda. Ia memiliki kasih yang berbeda. Ia memiliki hati yang berbeda. Ia memiliki jiwa yang berbeda. Ia memiliki cara pandang yang berbeda. Ia menjadi manusia yang berbeda
Kedua, ia memiliki motivasi yang baru dan motif yang berbeda. Ketika seseorang berpikir dapat menyelamatkan dirinya sendiri melalui mentaati hukum Taurat, ia hidup di bawah ketakutan di sepanjang hidupnya, “Jika saya tidak melakukan ini, saya akan dihukum.” Dan apa yang saya lakukan, itu keluar dari motivasi karena takut akan penghukuman dan neraka dan penghakiman, dan ia hidup tertidur di sepanjang hidupnya. Ada motif yang lebih besar dan lebih kuat. Itu lah sebabnya mengapa saya membaca perikop ini dalam Roma pasal tiga belas: “Karena firman,” aku berkata, “Jangan berzinah.” Itu adalah perintah. “Jangan membunuh.” Itu adalah perintah. “Jangan mencuri.” Itu adalah perintah. “Jangan mengingini.” Itu adalah perintah. “Jangan bersaksi dusta.” Itu adalah perintah. “dan firman lain manapun juga, sudah tersimpul dalam firman ini, yaitu: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” (Roma 13:9).
Marilah kita memperhatikan ini sebentar. Mari kita menguji motif ini. Beberapa hari yang lalu saya dibombardir oleh seseorang yang mendengarkan saya berkhotbah. Dan saya sangat berterimakasih untuk itu. Mereka tentu memperhatikan khotbah saya. Saya telah dibombadir oleh seseorang dengan surat-surat dari seseorang yang pernah memperhatikan khotbah saya ketika saya mengkhotbahkan seri Kitab Roma. Dan dengan menyindir dan sinis dan menghina ia menulis kepada saya dan berkata, “Jadi kita bebas, bebas, bebas” -- ia menuliskan kata BEBAS dengan huruf besar. “Kita tidak berada di bawah hukum Taurat, menurut apa yang Anda khotbahkan.” Tidak saya telah menguraikan secara terperinci tentang Kitab Galatia, “ Kita bebas.” Tidak, siapapun dia, penjahat, pezinah, dan orang-orang yang pernah mengikuti hawa nafsu kedangingan. Sehingga, ia menulis ini, “Jadi saya bebas. Luar biasa. Luar biasa. Saya akan tidur dengan wanita yang berbeda setiap malam.” Itu adalah salah satu ilustrasinya dalam surat yang dikirimkan kepada saya. Dan saya menjelaskan ini kepada Anda sebagai kutipan dari suratnya, namun saya perlu membuktikan apa yang ditekankan Paulus di sini. Dan ia tidak menyesal tentang apa yang ia katakan. “Aku,” – orang ini – “aku bebas. Aku akan tidur dengan wanita yang berbeda setiap malam. Aku tidak berada di bawah hukum, aku bebas. Aku akan melakukan itu setiap malam.”
Baiklah. Marilah kita melihat hal ini sebentar. Karena itu – sekarang, marilah kita memperhatikan perintah ini. Jangan berzinah.
Mari kita melihat motif di balik kebohongan itu.
Umpamanya orang itu, yang adalah manusia duniawi, umpamanya ia jatuh cinta kepada gadis yang sangat cantik. Umpamanya ia meminta gadis itu untuk menjadi istrinya dan umpamanya gadis itu memberikan hidupnya untuk dia. Katakan kepada saya, akankah ia senang untuk tidur dengan wanita yang berbeda setiap malam? Akankah ia seperti itu?
Jika ia benar-benar mencintainya, akankah ia senang menghancurkan hatinya dan menghancurkan imannya serta kasih dan hidupnya? Akankah ia lakukan itu? Akankah ia seperti itu?
Apa alasannya?
Baiklah. Mari kita ambil satu contoh berikut ini. Jangan membunuh. Ada seseorang yang ramah kepada Anda dan dia sangat baik dengan Anda, dan apakah Anda akan membalasnya dengan menikam punggungnya atau menembak jantungnya.
Atau satu contoh lagi, jangan mencuri. Anda memiliki seorang anak lelaki yang sangat Anda kasihi. Dan ia ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Anda tidak memiliki uang untuk menyekolahkan anak Anda itu. Dan anak itu bekerja keras, dan ia bekerja keras untuk mengumpulkan uang supaya bisa melanjutkan kuliah. Dan saya tahu tentang semua itu. Ingin belajar, ingin melanjutkan pendidikan. Dan anak itu bekerja keras dan ia adalah anak Anda. Dan Anda sangat mengasihi anak itu. Namun Anda mencuri yang telah ia kumpulkan.
Katakan kepada saya bahwa kasih adalah motif yang tidak lebih dinamis untuk kebenaran. Jika orang itu mengasihi Anaknya, ia tidak akan dapat melakukannya. Jika ia mencoba pun, ia tidak akan dapat melakukannya.
Dan jika ada perintah yang lain, tidak ada motif yang begitu penting, begitu dinamis di dunia ini yang seperti motif dari kasih, komitmen hidup, untuk Tuhan ketahui, untuk Tuhan lihat, dan saya memberikan hidup saya kepada-Nya.
Dan oh, ada suatu perubahan dalam keinginan, hasrat, dan nilai-nilai. Seluruh dunia menjadi berubah, karena Anda telah berubah.
Ini adalah kasih yang dinamis yang Paulus bicarakan di sini. Saya mengutip ini dari Kitab Roma. Ia menulis hal yang sama lagi di pasal sembilan: Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Karena kasih tidak akan menyakiti siapapun. Jika saya benar-benar mengasihi Anda, saya akan rindu membantu Anda dan mendukung Anda dan menjadi berkat bagi Anda. Saya tidak ingin mengganggu Anda. Saya tidak mau merintangi Anda. Saya tidak mau menghancurkan hati Anda atau hidup Anda jika saya mengasihi Anda.
Metode kasih, bukan satu-satunya yang diberikan kepada hati yang baru dan bukan sekedar lukisan dari motif yang baru, namun itu adalah suatu persekutuan atau hubungan yang baru.
Saya tidak tinggal dirumah bapa sebagai budak, yang mencoba untuk melakukan sesuatu demi upah, atau demi mendapatkan gaji. Dan ketika saya menghambakan diri atau bekerja di sepanjang hidup saya, saya tetap saja, sampai akhirnya, tetap saja budak, tetap saja hamba, tetap saja mencari uang.
Namun ketika saya diadopsi ke dalam keluarga Allah. Saya adalah anak-Nya. Saya adalah ahli waris. Dan apa yang saya lakukan, saya tidak melakukan sesuatu untuk bayaran atau untuk upah atau untuk gaji atau untuk uang sama seperti budak. Karena apa yang saya lakukan sekarang, saya melakukannya karena saya adalah anak Raja itu. Saya adalah anak sorgawi. Saya menjadi ahli waris bersama Yesus Kristus. Saya adalah anggota keluarga Allah.
Dan seperti itulah yang saya maksudkan bahwa saya bebas. Saya bebas.
Dalam Yohanes pasal delapan, Tuhan berkata, sunguh, sungguh, sungguh, sungguh Aku berkata kepada kamu, setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka.
Bergabunglah menjadi ahli waris bersama Kristus. Dan saya memiliki kehidupan yang penuh puji-pujian sorgawi.
Saya tidak pergi ke gereja karena perintah. Seluruh hidup saya mengasihi gereja. Saya tidak memuji Tuhan karena perintah. Seluruh hidup saya telah mengasihi puji-pujian ini.
Saya tidak bersekutu dengan orang-orang Kristen karena perintah, karena Taurat. Saya mengasihi persekutuan bersama dengan orang-orang Kristen. Saya mengasihi Anda.
Jadi berkat dan kebaikan dan kemuliaan Allah atas orang-orang yang datang kepada Kristus melalui iman. Bukan karena paksaan. Bukan karena perintah. Tetapi keluar dari roh kita dengan sendirinya.
Oh, Tuhan, dalam kepenuhan jiwaku, aku sujud di hadirat-Mu. Aku memuji nama-Mu. Dan jika Tuhan memberikan aku hidup seribu tahun lagi, sepanjang seribu tahun itu juga, Tuhan, aku mau memuliakan dan memuji Engkau.
Saya lebih baik menjadi orang Kristen dari pada menjadi apapun di dunia ini. Saya lebih baik berjalan bersama Tuhan dari pada melakukan yang lain di bumi ini.
Saya memiliki kasih kepada Allah di dalam hati saya karena iman. Ia berbicara kepada saya dan saya telah mendengar suara-Nya dan menjawabnya dengan hidup saya.