AKU TIDAK MENDAPATI  KESALAHAN APA PUN PADANYA

(I FIND NO FAULT IN HIM)

 

01-15-89

Yohanes18:38

 

            Anda sekarang menjadi bagian dari Gereja First Baptist Dallas.

Saya tidak dapat membingkai kata-kata untuk menyatakannya—kedalaman dari hati saya, dan ucapan terima kasih kita kepada Steve Mauldin, yang merupakan wakil presiden dari Gaylord Publishing Company di Kota Oklahoma dan manager dari stasiun televisi sebelas di Fort Worth. 

            Dia telah membuka pintu bagi kita. Dan melalui siaran ini, untuk setiap ibadah selanjutnya, setiap hari minggu pada pukul delapan pagi, ibadah pagi kita akan disiarkan melalui saluran sebelas ini.

            Dan bagi ribuan orang dari anda yang sedang menyaksikannya, kami memuji Allah atas anda. Dan kami percaya bahwa di dalam pemeliharaan sorga dan di dalam anugerah dari Tuhan kita yang luar biasa, bahwa orang banyak itu akan bertumbuh secara rohani ketika mereka mendengarkan pemberitaan injil yang menyelamatkan dari Yesus, Kristus kita yang hidup.

            Di dalam menjaga tema kita tahun ini—Berbagi Yesus Sekarang!—dan juga untuk menjaganya di dalam rangkaian seri khotbah kita melalui Injil Yohanes, saya telah memiliki sebuah khotbah tekstual pada hari ini.

            Dan itu terdapat di dalam Yohanes 18:38. Pilatus berkata kepada mereka berkenaan dengan Yesus: “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.”          Dan hal itu diulangi selama lima kali dalam kisah pengorbanan Tuhan kita. 

            Sebagai contoh di dalam pasal berikutnya—di dalam pasal 19:4—dia berkata: “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.”

            Dan di dalam ayat 6 pasal 19, dia mengulanginya: “Sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.”

            Dan di dalam Lukas 23 ayat 4, pengakuan yang sama dibuat oleh prokurator Roma dari Propinsi Yudea: Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.

            Di dalam kitab Matius pasal dua belas, dimulai dari ayat sembilan, kita memiliki catatan permulaan dari permusuhan terhadap Juruselamat kita. Dan hal itu berkenaan dengan kontroversi hari Sabat.

            Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka.

Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia.

Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?

Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat."

Lalu kata Yesus kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain.

Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.

            Anda tahu, ketika anda membaca pasal itu, mereka menyampaikan sebuah kalimat dalam sebuah cara yang mereka perlihatkan, bahwa mereka mengharapkan Tuhan untuk menyembuhkan orang itu.

            “Mereka bertanya kepadaNya dan berkata, “Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia.

            Mereka benar di dalam penilaian itu. Siapa pun yang menderita atau sakit dan berada di hadapan Allah, hal itu akan menggerakkan hati Juruselamat kita. Dia menyembuhkan mereka.

            Di dalam Injil yang pertama ini, tercatat bahwa Juruselamat kita, ketika Dia melihat orang banyak sama seperti domba yang tidak memiliki seorang gembala, Dia tergerak oleh belas kasihan kepada mereka.

            Yesus digerakkan oleh belas kasihan merupakan ceminan dari namaNya. Hatinya digerakkan oleh rasa sakit umat manusia.

            Di dalam Injil Yohanes pasal sebelas, di situ disampaikan bahwa ketika Yesus melihat kesedihan dari Maria dan Marta atas kematian saudara mereka Lazarus—pasal di dalam Alkitab versi King James menulis—“Yesus menangis.” Yesus mengucurkan air mata.

            Luka umat manusia—rasa sakit dari kehidupan umat manusia memiliki gema di hatiNya. Itulah sebabnya mengapa musuh yang sengit ini mengajukan pertanyaan itu. Mereka tahu bahwa Dia akan menyembuhkan orang yang lumpuh ini. 

            Dan ketika Dia melakukannya, “Mereka mengadakan persekongkolan sehingga mereka dapat membinasakanNya.” Tetapi aku—aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.

            Lagi, kali ini tercatat dalam kitab Lukas pasal 15: “Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.”

            “Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi adan ahli-ahli Taurat, katanya, “‘Houtos’ --  ‘Houtos’ --  ‘orang ini’ --  ‘pria ini’ --  ‘Houtos’ – Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”’ 

            Yesus, sahabat orang-orang berdosa. Sebuah tuduhan terhadap Tuhan kita dimana mereka berusaha membunuhNya karena Dia adalah seorang sahabat dari orang-orang berdosa.

            Satu hal yang menjadi ciri tentang Tuhan kita Yesus: Dia tidak pernah menarik diri dari orang-orang berdosa. Tidak pernah. Sebaliknya, Dia adalah sahabat mereka.           

            Apakah anda mengingat tentang kisah seorang wanita pelacur? Ketika Tuhan kita menjadi tamu di rumah Simon orang Farisi, perempuan itu datang dan berlutut di kakiNya dan membasuh kaki itu dengan air matanya, dan mengeringkannya dengan rambutnya. Dan Yesus tidak pernah menolaknya.

            Dan Simon, orang Farisi itu berkata: “Orang ini, jika Dia adalah seorang nabi, Dia akan mengetahui siapakah perempuan ini dan tidak akan mengijinkan wanita itu untuk menyentuhNya.” Yesus tidak pernah menolak atau menjauhkan diri dari orang-orang berdosa seperti kita.

            Merupakan satu hal yang aneh tentang Dia, bahwa berdasarkan hukum, jika seseorang menderita kusta, dia harus menutupi mulutnya. Dan ketika dia berjalan, dia harus berseru: “Najis, najis.”

            Dan di dalam kisah Juruselamat kita di dalam kitab Matius pasal sembilan, Dia dikerumuni oleh orang banyak. Dan orang yang sakit kusta ini berjalan menghampiri Dia.

            Lalu, bagaimanakah anda dapat berjalan menghampiri Tuhan ketika Dia dikerumuni oleh orang banyak dari berbagai sisi?

            Tetapi, ketika orang yang sakit kusta itu dengan tangan yang menutupi mulutnya serta berseru, “Najis, najis,” setiap orang menyingkir darinya. Dia berjalan di tengah-tengah lingkaran orang yang menghindar darinya. 

            Yesus tidak. Dia tetap berdiri di sana. Dan orang yang sakit kusta itu menghampiriNya. Dan ketika dia melakukannya, Alkitab berkata bahwa Yesus mengulurkan tanganNya dan menjamah dia. Saudaraku itu adalah separuh penyembuhan. Dia merasakan kehangatan dari tangan yang lembut yang penuh kasih dari seseorang yang pernah dia dapatkan selama hidupnya. Yesus menjamahnya. Itulah Tuhan kita, sahabat orang-orang berdosa.        

            Ketika Dia disalibkan, Dia disalibkan di antara dua orang pencuri. Dan akhir nubuatan dari Yesaya pasal 53 menyebutkan bahwa Dia terhitung di antara para penjahat.  Dia sama seperti kita. Dia adalah sahabat kita, Yesus.

            Dan pasal yang hebat itu ditutup dengan perkataan: “Dan Dia menanggung banyak dosa.”         

            Mereka berkata,  “Houtos”  -- “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia.” Tetapi aku—aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.

            Di dalam sebuah pasal yang dramatis yang terdapat kitab Markus, Dia dan murid-muridNya datang ke Yerusalem. “Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!" Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia”

            Betapa merupakan sebuah perdagangan yang sibuk! Apakah anda seorang penyembah Yehova dan membawa seekor anak domba untuk dibawa ke bait Allah untuk dikorbankan, ahli Taurat dan imam-imam akan memeriksa korban anda secara teliti.

            Dan mereka akan menemukan beberapa kesalahan yang tidak masuk akal sehingga anda harus membelinya dari mereka.

            Mereka menjual korban. Dan dengan hukum mereka, sebagai perintah untuk memberikan hadiah kepada Tuhan ke bait Allah, anda tidak dapat menggunakan uang, yang berlaku sehari-hari. Tetapi anda harus menukarnya dengan sejumlah uang tertentu yang telah mereka tetapkan.

            Dan ketika anda menukar uang anda kepada mereka, mereka memberikan nilai tukar yang tidak sebanding. Dan semua keuntungan itu mereka masukkan ke dalam kantong mereka. Mereka memperkaya diri mereka sendiri, yaitu orang-orang Saduki yang menguasai bait Allah.          

            Itu merupakan hal yang sama ketika imam menjual surat penghapusan dosa pada masa Martin Luther yang menimbulkan reformasi yang besar.

            Dan ketika Tuhan Yesus berkata, “Jangan kamu membuat rumah BapaKu sebagai tempat berjualan. Sebab rumahKu akan disebut rumah doa. Dan kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun.”

            “Dan ahli-ahli Taurat berusaha untuk membinasakan Dia.” Tetapi aku—aku tidak mendapati kesalahan apa pun dariNya.

            Dan sekali lagi, di dalam konfrontasi yang terakhir dari minggu sebelum paskah, Dia berada di Yerusalem. “Ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala mengamat-amati Yesus. Mereka menyuruh kepada-Nya mata-mata yang berlaku seolah-olah orang jujur, supaya mereka dapat menjerat-Nya dengan suatu pertanyaan.

Kemudian mereka mengutus orang-orang Herodian. Orang-orang itu mengajukan pertanyaan ini kepada-Nya: "Guru, kami tahu, bahwa segala perkataan dan pengajaran-Mu benar dan Engkau tidak mencari muka, melainkan dengan jujur mengajar jalan Allah.

Apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"

Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka yang licik itu, lalu berkata kepada mereka:  "Tunjukkanlah kepada-Ku suatu dinar; gambar dan tulisan siapakah ada padanya?" Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar."

Lalu kata Yesus kepada mereka: "Kalau begitu berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!"

            Di dalam Injil Lukas pasal dua puluh tiga, Dia berbicara panjang lebar tentang hal itu. Ketika mereka membawa Tuhan kita ke hadapan prokurator, Propinsi Roma Yudea, mereka berkata, “Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diriNya Ia mengatakan bahwa Ia adalah Kristus yaitu raja, untuk memberontak terhadap pemerintahan Roma.”    

            Sebenarnya, Yesus mengkhotbahkan tentang perdamaian dan kasih, bukan pemberontakan dan revolusi. 

            Sebenarnya Dia berkata: “Kita memiliki sebuah kewajiban kepada pemerintahan sipil. Kepada Kaisar dan takhtanya kita harus memberikan penghormatan.”

            Dan ketika Dia berkata, “Aku adalah Raja,” maksudNya, “Aku adalah raja atas jiwa dan hati serta pintu masuk ke dalam hadirat Allah.” Dan aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.

            Dan di dalam konfrontasi yang kedua pada minggu terakhir itu adalah ketika orang-orang Saduki menemui Dia, yang berkata bahwa tidak ada kebangkitan. Ketika anda meninggal, anda mati sama seperti sebuah batu. Dan mereka menceritakan kepadanya sebuah kisah.

            Dan Dia menjawabnya sebagaimana Dia mengajarkan tentang kebangkitan orang mati: “Tidakkah kamu membaca apa yang difirmankan Allah ketika ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.”

            Masa depan kita yang besar tidak terletak dalam sebuah kuburan, terkubur di pusat bumi, makan bagi cacing-cacing. Tetapi masa depan kita terletak di hadirat Allah, dibangkitkan, seperti yang anda lihat di dalam gambaran baptisan, untuk hidup bersama dengan Tuhan kita dan umat Allah serta malaikat di sorga sampai selama-lamanya.

            Dan di dalam janji yang besar itu, aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.

Dan konfrontasi yang ketiga pada hari itu dilakukan oleh salah satu ahli Taurat.

            Seorang dari mereka, seorang ahli Taurat bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?”

            Dan Tuhan berkata: “Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu, ialah: kasihilah sesamamu manusia sama seperti dirimu sendiri.”

Ibadah kita kepada Allah tidak berada di dalam pemujaan dan ritual-ritual. Tetapi ibadah kita kepadaNya adalah dengan mengasihiNya dengan segenap hati kita dan untuk menjadi baik satu dengan yang lain. 

            Dan aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.

Akhirnya Dia disalibkan sebagai seorang penjahat.

            Dan di dalam injil Matius, setelah menggambarkan penyalibannya disebutkan: “Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: ‘Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!”’

            Dan ketika saya membaca hal itu, respon saya adalah, “Oh Tuhan, lakukanlah. Turunlah dari salib dan berikan ketakukan yang besar di dalam jiwa mereka.”

Tidak. Ketika Dia turun, dia akan menjadi mayat dan suatu hari kita juga demikian. Dia akan terbaring di kuburan pada suatu hari, demikian juga dengan kita. 

            Dan puji Tuhan, hari yang ketiga Dia bangkit dari antara orang mati, demikian juga dengan kita pada suatu hari. Dan Aku tidak menadapati kesalahan apa pun padaNya. 

            Demikian juga imam-imam kepala mencemoohNya bersama dengan ahli Taurat dan tua-tua dan berkata: “Dia menyelamatkan orang lain. DiriNya sendiri tidak dapat Dia selamatkan.”

Dia membayar hukuman atas kejahatan dan dosa-dosa kita. Dan jika Dia menyelamatkan kita, Dia tidak dapat menyelamatkan diriNya. Dia mati untuk kita. Dan Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya. 

            Kemudian mereka berseru: “Ia menaruh harapanNya pada Allah: Baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah.”

Tuhan, Tuhan, bagaimana Allah menjawab! Dia menolak untuk melihat penderitaan Anak! Dia mengguncangkan bumi, dan bukit-bukit batu terbelah. Dan seluruh bumi berkumpul bersama dalam ketakukan ketika Tuhan menjawab dari sorga.

            Bahkan Allah berkata: “Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.”    

            Dan Paulus, sang rasul, utusan dan duta besar Allah, di dalam II Korintus 4:5, berkata: “Bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan.”

            Dan ayat selanjutnya: “Sebab Allah yang telah berfirman: dari dalam gelap akan terbit terang! Ia juga membuat terangNya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.” 

Bukan kita tetapi Dia. Di dalam kita, kesalahan dan rasa takut. Bukan di dalam Dia; karena di dalam Dia, aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya.

            Lima puluh dua tahun yang lalu, setelah lulus dari seminari dan menjadi pendeta di gereja saya yang sepenuh waktu, berlokasi di sebuah pusat kabupaten, pada hari sabtu semua petani yang berasal dari tempat yang hanya diketahui oleh Tuhan—terlihat bagi saya bahwa mereka berasal dari ujung bumi—berkumpul di pusat kota kabupaten itu. 

            Ketika saya melihat orang banyak itu, saya mengambil Alkitab saya dan pergi ke halaman ruang pengadilan dan berdiri di sana serta memberitakan injil setiap hari sabtu kepada orang banyak yang berkumpul di halaman ruang pengadilan itu.

            Sebagaimana waktu berlalu, saya melakukan sesuatu yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Ketika saya melihat orang banyak itu, dengan sebuah mikropon kecil, saya berkata kepada mereka, “Anda tidak pergi ke gereja. Dan anda tidak beribadah kepada Tuhan dengan umat Allah. Mengapa anda tidak pergi ke gereja? Dan mengapa anda tidak beribadah kepada Tuhan”

            Saya berkata, “Ini ada mikropon. Datanglah dan beritahukan kepada kami mengapa anda tidak pergi ke gereja. Dan mengapa anda tidak beribadah kepada Juruselamat kita.”

            Saudaraku yang terkasih, anda tidak pernah melihat sesuatu yang terbuka seperti sebuah kotak Pandora pada hari anda dilahirkan. Oh, mereka berkumpul di sana untuk maju ke depan. Dan satu demi satu, mereka berdiri di depan mikropon itu. Dan itu merupakan sesuatu yang sulit untuk dipikirkan.

            Mereka menggambarkan sesuatu yang jahat tentang pengkhotbah. Oh, anda dapat melakukan hal itu di Dallas ini, satu demi satu. Kotor dan tragis, mereka menjelaskan mengapa mereka tidak pergi ke gereja. Dan kemudian pengalaman mereka dengan pengkhotbah.

            Kemudian mereka menjelaskan tentang para diaken dan hal-hal yang berkenaan dengan pengalaman mereka tentang diaken. Kemudian mereka menjelaskan bagaimana pengalaman mereka dengan anggota jemaat. Itu merupakan sebuah cerita yang kotor.

            Dan ketika hal itu selesai. Saya pergi ke rumah. Saya tidak pernah merasakan kekecewaan yang seperti itu dalam hidup saya—seorang muda yang baru saja memulai pelayanan. Saya tidak pernah mendengar hal-hal seperti yang mereka sebutkan.

            Saya merasa bahwa saya telah membuat kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan di dalam hidup saya, ketika saya membuka pintu bagi mereka untuk menilai suatu tragedi atau kesalahan dan kegagalan.

            Tidakkah anda tahu, ketika saya memalingkan hal itu ke atas pikiran saya pada hari-hari selanjutnya, sesuatu datang ke dalam hati saya? Ketika saya mendengarkan kembali terhadap apa yang disampaikan oleh orang-orang itu, ketika mereka memberitahukan tentang kesalahan pengkhotbah, dan ketika mereka menghitung dosa-dosa para diaken dan ketika mereka menjelaskan ketidak hadiran orang-orang percaya di dalam jemaat Tuhan, hal itu datang ke dalam hati saya. Dan hal itu datang ke dalam pikiran saya. Tidak seorang pun dari mereka yang pernah berkata tentang sesuatu yang melawan Dia. Tidak ada satu pun.

            Segala sesuatu tentang seorang pengkhotbah dan segala adalah tentang seorang diaken dan anggota jemaat. Tetapi tidak ada sesuatu pun yang menentang Yesus. Tidak ada satu pun.

            Tidakkah anda tahu ketika saya memikirkannya kembali, ada orang-orang yang telah mempelajari karakterNya, semangatNya, kehidupanNya, pelayananNya, anugerahNya dan kematianNya. Tetapi kritik yang paling keras dan orang kafir yang paling keras pun tidak akan menyampaikan sesuatu yang menentangNya.

            Di akhir abad dua puluh, Bob Ingersol adalah seorang kafir yang paling terkenal yang pergi menjelajahi kota-kota untuk mengkritik Alkitab, kesalahan Musa. 

            Dia sedang duduk bersama di atas kereta bersama dengan Gubernur Lew Wallace, yang merupakan kepala dari wilayah New Mexico.

            Dan dia berkata kepada sahabatnya Lew Wallace, “Mengapa anda tidak mempelajari Tuhan? Mempelajari Alkitab dan menulis sebuah buku menentang Dia.”        

            Hal itu disetujui oleh Lew Wallace dan dia belajar tentang Tuhan. Dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan Kristus. Dan ketika dia menulis bukunya, dia memberi judul Ben-Hur:  A Story of the Christ.  Dia menjadi seorang pengikut Juruselamat kita, Tuhan Yesus Kristus yang saleh dan sederhana.

Di dalam seluruh sejarah. Tidak ada yang dapat dibandingkan dengan Dia. Bahkan di dalam karangan, tidak pernah ada orang yang diciptakan seperti Dia.

            Dengan seluruh kejeniusan seorang Homer atau seorang Dante atau seorang Shakespeare, tidak ada satu pun yang diciptakan sama seperti Dia.

            Saudaraku yang terkasih, ketika seseorang berkata keempat injil adalah dipalsukan, tantanglah seseorang untuk menulis yang kelima, untuk menciptakan sebuah karakter seperti Yesus. Tidak ada seorang pun yang sama seperti Dia.  . 

            Dan jika saya jatuh ke dalam nyala api neraka dan penghukuman, tidak ada kesalahan di dalam anugerahNya yang menebus. Kesalahan berada di dalam diri saya. Dan jika saya menolak untuk percaya dan menerima Dia, tidak ada kesalahan di dalam belas kasihanNya. Kesalahan berada di dalam saya.

            Dan jika saya menolak untuk percaya kepada janjiNya, kesalahan tidak berada di dalam kesetiaanNya yang tetap. Kesalahan itu berada di dalam diri saya. Seluruh ciptaan dan neraka itu sendiri dan seluruh bumi dan seluruh waktu dan kekekalan membuat pengakuan yang sama seperti prokurator Roma itu: Aku tidak mendapati kesalahan apa pun padaNya, pada Yesus Juruselamat kita. 

Oh, Tuhan Allah, betapa merupakan sebuah keistimewaan dan sebuah kebahagiaan serta kemuliaan untuk berlutut di kakiMu, untuk memilikiMu sebagai Tuhan dari hidup saya dan memadang ke depan, kepada kekekalan yang telah Engkau buka bagi kami, gerbang kemuliaan!

            Terpujilah namaMu, Juruselamat yang mulia, Tuhan Yesus!

Sekarang bolehkah kita berdoa bersama-sama?

 

Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM