KEMATIAN KRISTUS DI KOTA ITU
(CHRIST'S DEATH IN THE CITY)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 19:20
04-16-89
Dan ini adalah pendeta yang sedang menyampaikan khotbah yang berjudul: Kristus Mati Di Kota. Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Yohanes, kita berada di bagian yang paling Maha Kudus, sanctum sanctorum.
Dan di dalam Injil Keempat ini, dalam pasal sembilan belas ayat dua puluh, Rasul Yohanes menulis, “Sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota.”
Merupakan tujuan Allah bahwa AnakNya akan diekspos secara terbuka dan orang banyak dapat melihatnya. Setiap bagian dari hidupNya. Tidak ada yang disembunyikan. Dia dipamerkan di hadapan seluruh dunia.
Setan berusaha untuk menghalangi tujuan Allah itu. Dia berusaha untuk membunuhnya ketika Dia masih bayi. Dan dunia tidak akan pernah mengenalNya. Setan berusaha untuk menghancurkanNya di Nazaret, pada awal pelayananNya. Dan anda tidak akan pernah mendengar tentang Dia.
Kemudian Setan berusaha untuk membunuh Dia di Getsemani ketika Dia berdoa sendirian. Tetapi, bertentangan dengan tujuan si jahat, merupakan tujuan Allah bahwa Yesus diekspos di hadapan umum.
Para artis ini sangat baik. Mereka sangat mulia ketika mereka membuat sebuah lukisan Yesus yang berada di atas salib. Mereka selalu menempatkan sebuah kain cawat yang melilitNya. Tetapi sesungguhnya tidak demikian.
Ketika Yesus disalibkan, Dia telanjang. Diekspos secara terbuka. Setiap bagian dari anatomiNya. Setiap bagian dari hidupNya. Setiap bagian dari langkahNya, jalanNya dan hari-hariNya.
Dan sebuah salib ditegakkan di atas jalan raya yang tepat di dekat gerbang kota. Dan tidak hanya itu, tetapi Yosefus berkata—sejarahwan bangsa Yahudi—Yosefus berkata bahwa pada waktu Paskah, ada sekitar tiga juta lebih para peziarah yang berkumpul di Yerusalem, tidak hanya dari Palestina, tetapi juga dari seluruh ujung peradaban dunia.
Tuhan kita ditampilkan di hadapan umum. Dia disalibkan di hadapan orang banyak.
Tidak hanya itu, tetapi di dalam Yesaya pasal lima puluh tiga dan di tempat lainnya, menyebutkan bahwa Dia terhitung di anatara para pemberontak. Keempat Injil secara hati-hati menunjukkan bahwa Dia tidak hanya disalibkan sendirian. Dia disalibkan bersama dengan para penjahat, para penghasut, pembuat masalah, pembunuh dan pencuri. Dan pada masa pelayananNya, Dia adalah sahabat para pemungut cukai dan orang-orang berdosa.
Dan ketika Dia mati, Dia mati di tengah-tengah penjahat dan pembunuh: orang-orang berdosa. Dia diidentifikasikan dengan mereka.
Itu adalah sebuah hal yang menakjubkan. Bahwa Tuhan kita akan disalibkan bersama dengan para pembunuh. Dan cara Dia dipersembahkan sebagai sebuah korban bagi Allah merupakan sebuah ciptaan dari Kekaisaran Roma yang merasa yakin bahwa tidak ada penghasut yang akan bangkit dari antara budak dan pemberontak dan penjahat dari dunia ini.
Ada sekitar seratus juta orang di dalam Kekaisaran Roma dan enam puluh juta di antara mereka adalah para budak. Dan penyaliban merupakan sebuah ciptaan dari kepemimpinan Kekaisaran Roma untuk melihat bahwa para budak dari peradaban dunia ini tidak bangkit untuk menentang tuan mereka, dan hal itu telah dilaksanakan bagi para pembunuh dan penjahat pada masa itu. Itu adalah sebuah alat hukuman mati yang melampauai segala hal yang pernah dipikirkan oleh manusia—penyaliban—mengakibatkan rasa sakit yang nyeri dan penderitaan yang sangat dalam.
Itu merupakan sebuah penyiksaan.
Kadang-kadang rasa nyeri dari orang yang telah melakukan kejahatan yang berada di atas salib akan diderita hingga tujuh, delapan atau sembilan hari. Dan luka-luka yang terdapat di tangan dan di kaki. Dan rasa haus yang dalam, rasa sakit yang sangat nyeri serta ganggren dan semuanya itu adalah cara untuk mati yang bagi kita merupakan sesuatu yang sukar unuk digambarkan atau diungkapkan.
Tetapi tidak hanya bahwa hal itu sangat tragis di dalam rasa sakit dan penderitaannya, tetapi bagi seorang Yahudi hal itu melampaui kata-kata yang penuh dengan kecemaran.
Di dalam Kitab Ulangan pasal dua puluh satu, hukum berkata, “Terkutuklah setiap orang yang digantung di atas sebuah tiang.” Dan itulah yang dikutip oleh Palus di dalam kitab Galatia. Terkutuklah! Terkutuklah!
Seperti yang anda tahu, cara pelaksanaan hukuman mati dalam bagian bangsa Yahudi adalah dengan dilempari dengan batu. Dan ketika Roma datang dengan penyaliban mereka, dengan memakukan seorang penjahat ke atas sebuah tiang—O, bagi seorang Yahudi, hal itu sukar untuk dipikirkan.
Dan betapa lebih lagi ketika kita memandang kemurnian dan kekudusan, serta ketidakberdosaan dari kehidupan Tuhan kita. Bahwa Dia akan memikul penderitaan salib, merupakan sesuatu yang hampir melampaui apa yang mampu ditanggung oleh hati kita.
Ketika Dia ditinggikan di antara bumi dan langit; ketika Dia ditinggikan di jalan raya dekat kota itu, di tempat itu berkumpul di hadapan Dia seluruh ciptaan dunia. Semua umat manusia.
Di sana ada orang-orang yang memandang Dia dengan jijik, menolak tawaran dari anugerah dan belas kasihan serta kasih karuniaNya.
Dan mereka lalu lalang di hadapan salibNya. Dan di dalam sikap yang mencemooh, “Hai! Engkau yang mau merubuhkan dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diriMu, turunlah dari salib itu.”
“Hai! Engkau yang berusaha menyelamatkan orang lain, biar kami lihat Engkau menyelamatkan diriMu sendiri.” Dan di bawah kaki salib itu prajurit Roma—empat prajurit Roma—membuang undi atas jubahNya.
Dan hal yang terjadi selanjutnya adalah Tuhan kita menyampaikan perkataanNya yang pertama dari atas salib, “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Kita tidak dapat masuk ke dalam pilihan yang paling pokok yang membawa kita jauh dari Allah: menolak juruselamat kita, dan hanya membiarkan Dia mati. Dan kita melewatkanNya.
Kemudian, kedua penjahat yang berada di sampingnya—salah satu dari antara mereka memiliki sebuah hati yang sama dengan para pencemooh itu—“Engkau—Engkau—Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diriMu dan kami.” Dan yang lainnya menegor dia dan berkata, “Bagaimana engkau dapat menghukum Dia ketika kita berada dalam sebuah hukuman dan sebuah kondisi yang tragis seperti ini? Kita memang selayaknya mendapatkannya, tetapi Orang ini tidak melakukan apa-apa yang setimpal dengan hukuman mati.”
Dan kemudian dia berpaling ke salib yang berada di tengah, salib Tuhan kita, penyamun dan pembunuh serta perjahat yang bertobat ini berkata, “Tuhan, ingatlah aku apabila Engkau datang sebagai raja.”
Iman yang luar biasa, orang yang sekarat ini menyebutkan Kristus akan memiliki sebuah kerajaan! “Tuhan, ketika Engkau masuk ke dalam kerajaanMu, panggillah namaku. Ingatlah akan aku.”
Dan Tuhan kita berkata kepadanya, “Hari ini,” semeron, sesungguhnya hari ini juga, semeron,—“Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus.”
Saya ingin menunjukkan dua hal sebelum saya meninggalkan hal itu.
Yang pertama. Sering kali, selama enam puluh dua tahun saya menjadi pendeta, saya sering ditanya, “Pendeta, ketika kita meninggal, kemanakah kita akan pergi? Kemana kita akan pergi?”
Begitu banyak pengajaran yang menyebutkan bahwa kita tertidur di dalam kuburan dan kita tidak memiliki eksistensi dan sensivitas.
Saudaraku, Yesus berkata, “Semeron –Hari ini—Hari ini juga, engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus.”
Kemanakah anda akan pergi ketika anda meninggal? Anda akan bersama dengan Tuhan pada hari itu juga, pada momen itu juga.
Sekarang, pengamatan yang kedua tentang hal itu: Kita pergi ke sebuah tempat lanjutan yang disebut firdaus atau pangkuan Abraham. Kita tidak pergi ke sorga. Kita pergi ke sebuah tempat lanjutan. Alasannya ada dua.
Yang pertama. Anda tidak memiliki tubuh anda. Tubuh anda berada di luar sana, di kuburan, kembali ke dalam debu tanah. Anda tidak memiliki tubuh anda.
Dan kedua. Anda belum diberikan upah yang menjadi milik anda. Anda tidak meninggal ketika anda meninggal. Kehidupan anda masih tetap tinggal. Pengaruh anda semasa anda hidup masih terus berlanjut. Dan itu hanya pada akhir zaman bahwa Allah akan mengumpulkan semua pengaruh yang dihasilkan oleh hidup anda. Dan itu akan menjadi hadiah anda yang kekal. Dan selanjutnya, itu anda akan memperoleh semuanya pada akhir masa ketika anda dibangkitkan—jadi, ketika kita meninggal kita pergi ke sebuah tempat yang bernama firdaus, sebuah tempat yang disebut pangkuan Abraham.
Jika saya dapat mengambil sebuah kebalikan dari hal itu. Betapa merupakan sebuah tragedi, ketika seorang yang terhilang meninggal, dia pergi ke sebuah tempat yang bernama Tartarus atau nyala api.
Ya, Allah, betapa tragis jika mati tanpa Allah, mati tanpa Kristus, mati dengan tidak ada pengampunana atas dosa!
Betapa manisnya, pengajaran, pemeliharaan anugerah bagi kita yang menemukan perlindungan di dalam Dia!
“Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus.” Dan ketika Tuhan masuk ke dalam kemuliaan, dia bergandengan tangan dengan orang berdosa yang terhilang yang telah diselamatkan oleh anugerah dari Pribadi yang telah tersalib.
Betapa luar biasanya injil itu, jika kita mendengarnya dan membuka hati kita terhadap pesan Kristus!
Itu merupakan sebuah hal yang menakjubkan bagi saya ketika Tuhan kita sekarat, Dia mengingat ibuNya. Betapa mulia! IbuNya berdiri di sana bersama dengan Rasul Yohanes. Dan Tuhan kita berkata kepada Yohanes, “Yohanes, inilah ibumu.”
“Dan kepada ibuNya, “Ibu, inilah anakmu.”
Dan ketika Tuhan kita pergi ke sorga dan dia berada di bumi ini, Tuhan kita mengingat ibuNya. Dan Yohanes merawatnya. Membawa dia pada hari itu ke dalam rumahnya sendiri.
Saya sangat lega bahwa Tuhan kita begitu mulia, penuh belas kasihan, bijaksana dan begitu dermawan. Selalu. Kita memiliki Juselamat yang menakjubkan! Tuhan yang luar biasa!
Pada pukul dua belas siang, seluruh bumi diliputi kegelapan. Dan kira-kira pada jam tiga—dan salah seorang penulis menyatakan Tuhan kita berkata, “Eli, Eli, lama sabachthani?”
Dan penulis yang lain menulisnya “Eloi, Eloi, lama sabachthani?”
Apa yang terjadi di sana adalah bahwa kebanyakan orang Yahudi adalah Yahudi Hellenis. Mereka adalah Diaspora. Mereka terpencar. Mereka tidak tinggal di Yerusalem.
Sama seperti hari ini, dengan seluruh orang Yahudi yang kembali ke tanah suci, tentau saja mereka semua berada di luar tanah suci.
Lalu, orang Yahudi Hellenis itu tidak terbiasa dengan bahasa Aramik dan mereka tidak terbiasa mendengar pembicaraan dalam bahasa Ibrani, yang mana sebuah mujijat Yeremia terpenuhi pada hari ini.
Mereka masih berbicara dalam bahasa mereka. Akhirnya mereka tidak lagi menggunakannya. Bahasa mereka telah hilang pada saat pembuangan ke Babel, dan tidak pernah dipulihkan hingga generasi kita yang sekarang ini.
Lalu, ketika Yahudi Hellenis mendengar seruan Tuhan kita, ketika Dia berseru “Eloi,” mereka berpikir bahwa Dia sedang memanggil Elia.
Dan bukankah sangat luar biasa, bahwa seorang asing dari ujung bumi tidak terkesan dengan kemuliaan dan kemampuan serta kekuatan Kristus yang sekarat itu?
Dan mereka berkata, “Baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia.” Bukankah itu sebuah hal yang luar biasa? Tidak ada orang yang memikirkan hal itu bagi orang lain, Elia akan datang. Mereka melakukannya di sana.
Bahkan seorang asing, Yahudi Hellenis yang berasal dari ujung bumi—beberapa dari antara mereka berasal dari Inggris Raya tempat leluhur saya berasal. Beberapa Yahudi Helenis itu datang dari Inggris Raya, ketika mereka mendengar Tuhan kita berseru, mereka mencari Elia. Luar biasa!
Di dalam kegelapan itu, ada tiga hal yang diucapkan oleh Tuhan kita.
Yang pertama, seruan yang paling singkat dari tujuh perkataan Yesus di atas kayu salib: “Dipso,” di dalam bahasa Yunani, Dua kata dalam bahasa Inggris dan Indonesia, “Aku haus.”
Saya tidak dapat memikirkan persamaan yang paling umum dari Juruselamat dengan umat manusia dari pada kata, “Aku haus.” Dia adalah Pencipta yang agung, Yesus.
“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.”
“Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang dijadikan.” Itu berarti seluruh sungai dan mata air dan samudera diciptakan oleh tanganNya yang mahakuasa. Dan kemudian Dia berseru, “Aku haus.”
Ketika sumber mata air keluar dari jiwaNya, “Aku haus.”
Kemudian hal itu selesai. “Sudah selesai.” Semua nubuatan. Semua tipe, semua janji menemukan pemenuhannya di dalam Dia. “Sudah selesai.”
Dan seluruh korban menemukan makna mereka di dalam Dia. Kita tidak lagi mempersembahkan hewan.
Dan kemudian Dia menundukkan kepalaNya: “Ya Bapa, ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu,” dan Dia meninggal.
Betapa merupakan sebuah hal yang luar biasa, memandang salib itu! “Sudah selesai.”
Dan tetesan-tetesan darah jatuh di dalam debu tanah
Tetesan-tetesan darah berbisik
Kepada debu tanah:
“Sudah selesai.”
Dan debu tanah
Berbisik kepada rumput:
“Sudah selesai.”
Dan rumput berbisik
Kepada herba:
“Sudah selesai.”
Dan herba berbisik
Kepada pohon-pohon:
“Sudah selesai.”
Dan pohon-pohon berbisik
Kepada burung-burung yang berada di dahan mereka
“Sudah selesai.”
Dan burung-burung meluncur ke atas
Berseru kepada awan-awan:
“Sudah selesai.”
Dan awan-awan berseru kepada bintang-bintang
“Sudah selesai.”
Dan bintang-bintang berseru
Kepada para malaikat di sorga
“Sudah selesai.”
Dan para malaikat sorgawi
Lalu lalang di jalan emas
Dari Kota Allah
Dan berseru: “Sudah selesai.”
Sudah selesai.
Penebusan telah sempurna.
Tujuan Keselamata dari Allah sekarang telah dubuat menjadi jelas. Dan jalan terbuka bagi orang-orang yang terhilang, orang berdosa kembali kedalam hadirat kekudusan dan ketidakterbatasan Allah. “Sudah selesai.”
Kebanyakan dari anda sangat familiar dengan Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus yang menghadap Pilatus dan meminta tubuhNya. Dan Pilatus, tahu dengan kata-kata yang telah kita sampaikan pada permulaan tadi—kadang-kadang penderitaan penjahat itu dapat bertahan seminggu atau lebih di atas salib.
Dan ketika dua anggota Sanhedrin yang saleh itu berkata, “Dia sudah mati,” Pilatus tidak mempercayai perkataan mereka dan menyelidikinya melalui kepala pasukan Roma, “Apakah Dia sudah mati?”
Dan kepala pasukan itu menjawab, “Dia sudah mati. dan untuk lebih meyakinkan, kami mematahkan tulang para penjahat itu yang berada di sampingNya. Tetapi kami yakin Dia sudah mati, kami tidak mematahkan tulangNya.”
“Salah satu prajurit kita menikam lambungNya dengan tombak. Dan ketika dia menarik tombaknya segera saja darah dan air mengalir keluar. Dia telah mati.”
Dan mereka menurunkan mayat Tuhan Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah. Dan dengan hati-hati serta penuh kelembutan mereka membaringkan mayat itu di dalam kuburan Yusuf dari Arimatea.
Ketika anda melihat pemandangan itu dan melihat kematian Tuhan kita, siapakah yang melakukannya? Siapakah yang telah menyalibkan Juruselamat? Yudas yang melakukannya. Dia yang melakukannya, pengkhianat itu.
Pontius Pilatus yang melakukannya. Dia melakukannya, prokurator yang bimbang.
Bangsa Yahudi yang melakukannya. Mereka yang telah melakukannya.
Prajurit Roma yang melakukannya.
Jika anda menyelidiki hati anda, selamanya di hadapan Allah anda akan berkata, “Tuhan, saya yang melakukannya.”
Kita yang menancapkan paku ke dalam tanganNya. Dan kita yang memahkotainya dengan duri. Dan kita yang menikam lambungNya dengan tombak. Kita yang melakukannya.
Dosa-dosa kita dibawa Juruselamat kita ke Golgota. Dan dosa-dosa kita yang memakukanNya ke atas kayu salib. O, Allah, betapa kasihMu penuh dengan kelimpahan sehingga Engkau menderita bagiku dan bagi kami, sehingga dosa-dosa kami dihapuskan, bahwa suatu hari kami dapat berdiri di hadapan Allah dengan murni dan kudus seakan kami tidak pernah melakukan kesalahan, dan diundang oleh malaikat yang murni, untuk diundang ke dalam kota dari orang-orang kudus Allah!
O, Tuhan, bagaimanakah kami dapat mengucap syukur kepadaMu dengan selayaknya? Allah Mahabesar, Untuk apa yang telah Yesus lakukan bagi kami!
Alih basaha: Wisma Pandia, ThM