YESUS TUHAN KITA-DARAHNYA (LUKA-LUKANYA)
[JESUS OUR LORD- HIS BLOOD (WOUNDS)]
Dr. W. A. Criswell
04-17-81
Yohanes19:31-32
Tema bagi seri khotbah minggu ini adalah: “Yesus Tuhan kita.” Hari Senin, “WajahNya”; hari Selasa, “BahuNya”; hari Rabu, “TanganNya”; kemarin, “Air MataNya”; dan hari ini—hari ketika Dia disalibkan: Luka-LukaNya, DarahNya.
Di dalam Kitab Yohanes, dimulai dari ayat 31—Yohanes 19:31: “Karena hari itu hari persiapan….” Di dalam bahasa Yunani modern, itu adalah nama hari Jumat di dalam bahasa mereka.
Karena hari itu “hari persiapan,” karena hari itu hari Jumat, “mayat-mayat itu tidak tergantung pada kayu salib—sebab Sabat itu adalah hari yang besar.” Itu tidak hanya Sabat, tetapi hari itu adalah Hari Raya Roti Tidak Beragi, dan yang mengikuti sesudahnya adalah Paskah.
“Maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan.
Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus;
Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya,
Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.
Peristiwa dari hari itu sangat familiar bagi kita. Ketika Tuhan disalibkan, mereka menancapkan sebuah paku paku besar ke dalam tanganNya dan tangan yang lainnya dan kemudian ke dalam dua kakiNya. Hal itu menimbulkan empat luka. Dan akhirnya, tombak menusuk lambungNya dan membuat luka yang kelima.
Biasanya hal itu akan menyebabkan penderitaan yang luar biasa sekitar dua atau tiga hari bagai seseorang yang disalibkan hingga mati. Tetapi Yesus mati setelah disalibkan selama enam jam.
Markus 15:41 menjelaskan keheranan Pilatus bahwa Yesus telah mati. Dan dia memanggil kepala pasukan yang memimpin eksekusi penyaliban itu untuk memastikan bahwa Yesus telah mati, ketika orang-orang Yahudi datang kepada Pilatus untuk memindahkan tiga orang yang disalibkan itu, karena mayat yang tidak dikuburkan akan mencemari tanah, karena hari itu merupakan hari persiapan untuk hari Sabtu, hari Sabat, itulah sebabnya mereka meminta Pilatus untuk membunuh ketiga orang itu sehingga mereka dapat disingkirkan.
Itu merupakan sebuah kebiasaan yang tidak biasa. Orang-orang Roma menyebut hal itu sebagai sebuah crucifragium. Di dalamnya, prajurit-prajurit mengambil tukul kayu dan memukul dan menghancurkan tubuh orang yang disalibkan itu, supaya mereka tidak melarikan diri karena mereka biasanya dapat tetap hidup selama dua atu tiga hari. Dan sahabat-sahabatnya mungkin datang dan mengambil mereka, dan untuk alasan lain maka alat pemukul itu mereka gunakan untuk memukul dan mematahkan tulang-tulang mereka.
Kemudian prajurit-prajurit yang melakukan eksekusi itu datang dan dengan tukul kayu yang berat itu memukul orang yang pertama dan menyebabkan kematiannya. Dan mereka memukul orang yang kedua dan menyebabkan kematiannya. Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Dia sudah mati, mereka tidak mematahkan tubuhNya.
Yohanes berkata bahwa hal itu untuk menggenapi nubuatan bahwa tidak boleh ada tulang yang dipatahkan di dalam korban Anak Domba Paskah—tidak akan ada tulang yang akan dipatahkan. Dan mereka tidak mematahkan atau memotong tubuh Tuhan Yesus.
Tetapi, salah satu prajurit itu—hanya untuk meyakinkan, salah satu prajurit itu mengambil sebuah tombak dan menikam lambungNya. Dan ketika Dia mati, segera mengalir keluar darah dan air.
Hal itu membuat sebuah kesan yang dalam atas Yohanes. Dia berkata bahwa “Aku melihat hal itu sendiri dan yang memberikan kesaksian ini. Dan kesaksian itu benar. Dan aku menulisnya supaya kamu juga percaya.”
Begitu dalam dan tidak dapat dihilangkan, kesan yang ditimbulkan atas rasul yang dikasihi itu sehingga ketika dia mencapai usia hampir seratus tahun, dia menuliskan pemandangan itu. Di dalam 1 Yohanes 5 ayat 6 dan 8, dia berkata:
Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.
Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.
Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
—Roh Allah membawa kesaksian dari korban penebusan Tuhan kita.
Air, seringkali di dalam Perjanjian Baru, hal itu merupakan sebuah tipe dan sebuah tanda, dan sebuah figure, yang membersihkan dari pesan injil, dari Firman Tuhan. Sebagai contoh, Tuhan berkata di dalam Yohanes 15:3: “Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.” Dan Paulus menulis di dalam Efesus 5:26: “Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan mamandikannya dengan air dan firman.”
Tuhan kita datang sebagai seorang saksi terhadap anugerah yang menyelamatkan dari injil Allah. Dan hal itu diakui dan ditegaskan dalam baptisanNya, di dalam penyucian di dalam air, ketika suara Allah diperdengarkan dan Roh Kudus dalam bentuk seekor burung merpati datang ke atasNya. Yohanes tidak pernah melupakan hal itu.
Air yang mengalir keluar dari jantungNya yang pecah itu segera diikuti oleh darah yang mengalir—ketika anda berbicara dengan seorang dokter tentang hal itu, dia akan berkata bahwa hal itu bukan sebuah fenomena yang tidak umum. Di sekitar jantung, ahli anatomi akan menjelaskan dengan lebih baik, adalah sebuah membran yang disebut pericardium, sebuah kantung jantung. Itu adalah sebuah membran yang menahan jantung. Dan jantung berdetak bersama dengan membrane itu.
Dan ketika hati Yesus dipecahkan oleh tusukan tombak itu, darah mengalir ke dalam membran, ke dalam kantung selaput jantung, darang mengalir keluar ke dalam membran, ke dalam kantung jantung. Dan berada di sana untuk sesaat, serum lipid, air yang jernih merupakan bagian dari darah, terpisah dari gumpalan yang membeku. Dan hal itu menyebabkan, ketika jantung ditusuk, kantung selaput jantung ditusuk, segera saja mengalir air dan darah.
Saya pikir hal itu benar tanpa disadari oleh seorang dokter, karena pemazmur, di dalam Mazmur 69:20 menulis tentang penderitaan Juruselamat kita” “Cela telah mematahkan hatiku.” Dia mati dengan sebuah jantung yang putus, secara literal.
Cela itu telah mematahkan hatiku, dan aku putus asa; aku menantikan belas kasihan, tetapi sia-sia, menantikan penghibur-penghibur, tetapi tidak kudapati.
Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam.
Menggenapi Kitab Suci itu, Tuhan kita mati dengan sebuah jantung yang putus.
Sekarang, saya akan berbicara tentang korban penebusan dari Juruselamat kita, Luka-lukaNya, darahNya.
Yang pertama itu adalah sebuah tubuh yang nyata. Ini bukanlah metafora. Ini bukanlah hiperbola. Ini bukanlah kiasan. Ini bukanlah bersifat rohani. Ini bukanlah sebuah bahasa lambang.
Itu adalah tubuh yang nyata. Ini adalah darah merah tua dari hidup Tuhan kita yang mengalir keluar ke dalam dunia yang gelap dan jahat ini.
Itu adalah tubuh yang nyata. Anda dapat mencucukkan jari anda di dalam genangan yang ada di kaki salib. Anda dapat mengelapnya dari wajahNya dengan sapu tangan anda. Anda dapat menampungnya dalam sebuah ember, ketika mengalir dari jantungNya. Itu adalah tubuh yang nyata.
Di dalam Imamat 17 ayat 11, di dalam hukum Musa, Yehova berkata:
Karena nyawa mahluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan perdamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan perdamaian dengan perantaraan nyawa.
Ini adalah tubuh yang nyata. Itu adalah darah kehidupan dari Tuhan kita yang mengalir keluar.
Yang kedua: Itu adalah sebuah subtistusi, penggantian yang nyata. Saya ulangi, ini bukanlah bahasa lambang. Ini bukan metonim atau metafora. Ini bukanlah syair, khayalan, filosofi, gambaran yang dramatis. Ini adalah sebuah pengorbanan yang nyata, pengganti penebusan.
Di dalam hukum Allah, dan ada dua yang selalu diletakkan bersama-sama. Di dalam hukum Allah, “jiwa yang berdosa harus mati.” “Upah dosa adalah maut.”
Allahlah yang melekatkannya kedua hal itu bersama-sama. Ketika saya berdosa, saya menghadapi hukuman kematian yang mengerikan dan tidak dapat dielakkan. “Jiwa yang berdosa harus mati.”
Dan di dalam tipologi Perjanjian Lama, di dalam Kovenan Musa, ketika seseorang berdosa, dia membawa ke atas altar sebuah korban yang menggantikan tempatnya. Hal itu dapat berupa seekor lembu jantan atau seekor kambing jantan atau seekor anak domba. Dan binatang itu diikat ke salah satu tanduk, yang terdapat di empat sudut altar. Dan di sana, orang yang berdosa itu akan meletakkan tangannya di atas kepala korban, dan mengidentifikasikan dirinya dengan korban itu. Dan di dalam pengakuan dosa-dosanya, hewan itu seakan-akan adalah dirinya.
Dan ketika binatang itu dikorbankan, ketika darahnya dicurahkan, hal itu diterima sebagai pembayaran atas hutang dosa-dosanya. Hal itu telah dibayar penuh. Hutang telah terbayar. Di dalam korban hidup, kematian telah membayar hukuman.
Kita melihat hal itu setiap hari, ketika kita membaca surat kabar ketika di sana ada kematian—tidak peduli terhadap kejahatan apa. Kitab telah ditutup. Hukuman telah dibayar.
Demikian juga di dalam hukum Musa. Dosa membawa kematian. Dan pengganti terhadap orang-orang berdosa adalah sebuah binatang yang dikorbankan, seekor lembu jantan, seekor kambing jantan, seekor anak domba.
Di dalam Kitab Ibrani pasal sembilan, penulis berkata bahwa darah seekor lembu jantang atau seekor kambing jantan tidak akan pernah cukup untuk membasuh dosa kita. Dan dia berkata di dalam Ibrani pasal sembilan, korban yang dibawa itu sebagai sebuah ingatan, setiap kali hal itu dilakukan, terhadap kelalaian kita dan kelemahan kita serta pemberontakan kita. Dan hal itu harus dilakukan secara berulang-ulang.
Tetapi ia berkata, bahwa di dalam kematian Kristus, di dalam kematian pengganti dari Tuhan kita, Dia hanya mati satu kali bagi kita bagi seluruh dunia, hingga orang yang hidup pada akhir masa. Bagi kita yang hidup di zaman akhir dari sejarah dunia ini. Dan di dalamnya, Kristus mati hanya satu kali.
Kita tidak membutuhkan darah seekor lembu jantan atau seekor kambing jantan atau seekor anak domba, karena cukup satu kali saja kematian penggantian yang dilakukan oleh Anak Allah. Dia mati sekali untuk semua.
“Dan Ia menyatakan diriNya untuk menanggung dosa dan untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka.”
Saya selalu mengajarkan bahwa orang yang memiliki ide yang paling jelas terhadap penggantian penebusan dari kematian Tuhan kita adalah Barabbas. Seorang tentara Roma datang ke pintu penjara dan memanggil dan berkata, “Yang manakah Barabbas?”
Dan pengawas penjara menunjuk kepada seorang pembunuh dan seorang penjahat, seorang pembuat kekerasan, dan berkata, “Itu dia.”
Dan tentara Roma berkata, “Bawa dia keluar.”
Dan pengawas penjara, dengan para penbantunya dan para penjaga, menarik Barabbas keluar, untuk dihukum mati. Tetapi ketika dia sampai di pintu, tentara Roma itu memberitahukan kepada Barabbas, “Kamu bebas. Kamu telah dimaafkan. Kamu telah diampuni. Kamu boleh pergi.” Dia meninggalkan penjara itu dalam keheranan dan keterkejutan.
Dan ketika dia berjalan keluar, dia melihat kumpulan orang banyak. Dia bergabung dengan orang banyak itu. Dan di bagian depan dari kerumunan orang banyak itu ada seorang yang kelelahan dan keletihan, yang sedang memikul sebuah salib yang berat. Dia mengikuti orang banyak itu menuju sebuah bukit yang disebut Golgota.
Dan di sana, Barabbas melihat. Di sisi yang satu merupakan seorang pengikutnya. Dan di sisi yang lain adalah salah satu dari sahabat-sahabatnya, seorang penjahat, pembunuh dan pemberontak.
Dan ketika dia melihat, salib yang ditengah dinaikkan. Dan di atasnya adalah Yesus, Tuhan.
Saya pikir, tidak seorang pun, yang pernah hidup, memiliki gambaran yang jelas dari kematian penggatian Kristus seperti Barabbas. Itu adalah salibnya. Dan Tuhan mati baginya.
Bagaimanakah Yesus dapat mati bagi kita semua? Hal karena Dia adalah: Allah beserta kita, Allah di dalam kita. Dan kita semua dapat merasakannya—kita dibuat dalam gambar dan rupaNya—kita semua dapat merasakan kehadiran Allah di dalam kita. Dan itu adalah Tuhan yang telah mati menggantikan kita. Itu adalah penggantian yang nyata. Dia telah mati bagi saya, bagi kita.
Yang terakhir: Itu adalah sebuah keselamatan yang nyata—pengalaman yang pragmatik. Hal itu membawa kepada kita, keselamatan yang nyata.
Di dalam Keluaran 12 ayat 13, Tuhan berfirman: “Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu.” Malam ini firman Allah, “Malaikat maut akan melewati seluruh tanah Mesir. Tetapi, ketika Aku melihat darah di depan rumah, ditampilkan secara umum, diakui di hadapan umum, yang diletakkan di sana dalam bentuk sebuah salib pada ambang batas atas dan pada kedua tiang pintu—Apabila aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari padamu.”
Saya dapat membayangkan dengan baik, seseorang yang berada di dalam rumah, di bawah darah pada malam yang mengerikan itu. Dan dia mulai ragu, dan sama seperti anda dan saya yang kadang-kadang ragu, “Apakah saya telah bertobat dengan benar? Apakah iman saya cukup sejati? Apakah kasih saya dalam dan abadi? Apakah saya cukup layak untuk diselamatkan, dan bagaimana seandainya, sebelum mencapai akhir, saya jatuh ke dalam pemberontakan? Apakah saya sungguh-sungguh diselamatkan?” Seberapa sering hal yang datang ke dalam hati saya!
Allah berkata, “Apabila Aku melihat darah itu,” bukan apabila aku melihat pertobatanmu yang layak, bukan apabila Aku melihat ujian kualitas iman kamu, bukan apabila Aku menilai kedalam kasih kamu atau ibadah kamu.”
Saya tidak diselamatkan oleh kualitas kebenaran saya atau pemahaman pikiran saya atau prestasi saya di dalam persepsi teologi. Saya diselamatkan dalam tindakan kepercayaan yang sederhana di dalam korban penebusan, anugerah yang menyelamatkan dari Tuhan saya: DarahNya.
Dan ketika saya tiba di sorga, saya tidak akan berseru dan berkata, “O, Layaklah Anak Domba dan saya, untuk apa yang telah kami lakukan, Yesus dan saya. Layaklah Anak Domba dan pertobatan saya. Layaklah Anak Domba dan iman saya. Layaklah Anak Domba dan pekerjaan baik saya. Layaklah Anak Domba dan karakter saya yang mulia.”
Yang akan terjadi adalah, “Layaklah Anak Domba yang telah disembelih, yang telah menebus kita kepada Allah oleh darahNya.”
“Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu.” Kita diselamatkan oleh darah dari Pribadi yang telah tersalib.
Apakah yang dapat membasuh dosa-dosaku? Dapatkah oleh pertobatanku? Dapatkah oleh imanku? Dapatkah oleh pekerjaan baikku?
Apa yang dapat membasuh dosa-dosaku?
Tiada yang lain selain darah Yesus
Apa yang dapat membuatku pulih kembali?
Tiada lain selain darah Yesus
Yang mengalir dengan berharga
Yang membuatku putih seperti salju
Tiada lain yang dapat kutemukan
Selain darah Yesus
Adalah Dia, dan hanya Dia, yang telah menyelamatkan kita. Dan hidup saya adalah mengalir keluar di dalam kasih dan pujian dan ucapan syukur, sekarang, besok, di dalam sorga dan selama-lamanya atas apa yang telah Yesus lakukan bagi saya: sebuah keselamatan yang nyata.
Saya berpikir hari ini, jika anda dapat—Saya selalu berdoa singkat dan kita akan bubar. Saya pikir, hari ini, di dalam ucapan syukur atas apa yang telah Yesus lakukan bagi kita, sehingga kita berlutut di bawah salibNya dan bersyukur kepadanya dalam sebuah cara yang mendalam.
Alih bahasa: Wisma Pandia, ThM