PERMULAAN DARI TANDA-TANDA
(THE BEGINNING OF SIGNS)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 2:1-11
09-21-86
Ini adalah Gembala dari Gereja First Baptist Dallas, yang sedang menyampaikan khotbah. Sebuah eksposisi dari sebelas ayat pertama dari Injil Yohanes pasal kedua.
Dan kita akan berpaling ke dalam bagian itu dan membacanya secara bersama-sama. Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Yohanes, kita telah sampai ke dalam pasal 2. Dan sekarang, khotbah kita adalah sebuah eksposisi dari sebelas ayat yang pertama dari pasal itu, yang berjudul : Permulaan dari Tanda-Tanda.
Sekarang mari kita membaca firman Allah itu secara bersama-sama. Yohanes 2:1-11, mari kita baca secara bersama-sama:
Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ;
Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu.
Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur."
Kata Yesus kepadanya: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."
Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!"
Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan merekapun mengisinya sampai penuh.
Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta." Lalu merekapun membawanya.
Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu--dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya--ia memanggil mempelai laki-laki,
dan berkata kepadanya: "Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."
Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
Permulaan dari tanda-tanda: sēmeion, jamak sēmeia—tanda-tanda, diterjemahkan di sini dengan “Mujizat,” tidak hanya sekali itu. Tetapi selalu menggunakan sēmeion, tanda.
Dan Injil Yohanes menulis tujuh tanda-tanda yang telah dibuat oleh Yesus. Dia berkata, sebagaimana dia menyimpulkannya dalam pasal 20 dari injilnya.
Memang masih banyak sēmeia—tanda lain—yang dibuat Yesus di depan mata murid-muridNya…
Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya.
Yohanes memilih tujuh sēmeia—tanda-tanda—dari Tuhan Yesus dan Injilnya. Salah satu diantaranya adalah memberi makan 5,000 orang. Selanjutnya adalah mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir. Dan yang terakhir dari ketujuh tanda itu adalah membangkitkan Lazarus dari kematian.
Dan tanda yang pertama—“permulaan dari tanda-tanda—adalah yang baru saja anda baca, mengubah air menjadi anggur di pesta perkawinan di Kana Galilea:
“Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.”
Ketika wanita Samaria bersaksi tentang Tuhan kepada penduduk Sikhar di Samaria mereka percaya akan kesaksiannya. Kemudian, ketika mereka melihat Yesus, mereka berkata, “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kau katakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.” Itu adalah hal yang identik dengan apa yang terjadi di sini. Murid-murid percaya kepada Tuhan Yesus karena kesaksian dari Yohanes Pembaptis. Tetapi sekarang, mereka melihat keajaiban dari Anak Allah sendiri. Dan mereka percaya kepadaNya.
Itu adalah sebuah kata yang indah yang dipilih oleh Yohanes di sini: Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya. Dan, phaneroō—phaneroō—itu adalah arti kata itu “untuk membawa cahaya, untuk menyingkapkan,” yang diterjemahkan di sini dengan “menyatakan.” Apa yang telah dia lakukan di dalam sēmeia, yang luar biasa ini, Ia telah menyatakan. Dia telah menyingkapkan. Dia telah membawa kehidupan keilahianNya. Jika hal-hal yang luar biasa itu merupakan sebuah penyingkapan yang telah dilakukan oleh Yesus—dibawa ke dalam kehidupan—keilahianNya, hal itu berarti bahwa keilahianNya telah berada di dalam diriNya bahkan sebelum Dia menyingkapkan mukjizat itu kepada orang-orang.
Itu adalah manifestasi. Yang telah dibawa ke dalam kehidupan yang nyata, yaitu sēmeion, tanda-tanda. Tetapi hal itu telah berada di dalam Dia sebelumnya, bahkan sebelum hal itu dinyatakan.
Itu adalah sebuah hal yang luar biasa. Tuhan adalah Allah yang berada di Nasareth selama 30 tahun dalam keberadaan yang tidak dikenal, dalam kondisi pribadi yang sama seperti tiga tahun dalam pelayanNya. Dia tetap Allah—Allah yang sempurna—ketika Dia seorang pemuda, Dia menaati kedua orangtuaNya, ketika Dia mengasihi saudara laki-laki dan saudari perempuanNya. Ketika dia sebagai seorang tukang kayu, Dia mungkin membuat kuk, atau kursi atau bahkan sebuah boneka untuk anak perempuan, Dia tetap seorang Allah dan memiliki keilahian yang penuh di dalam diriNya, baik di dalam kehidupan umum yang biasa juga sama seperti ketika Dia menyingkapkan diriNya, saat Dia membawa ke dalam kehidupanNya tanda-tanda yang luar biasa yang menunjukkan keilahianNya.
Bukankah itu merupakan sebuah hal yang luar biasa? Allah yang hidup dalam keadaan manusia seperti umumnya, dan di dalam hal yang biasa, sama seperti ketika Dia hidup dan mengadakan hal-hal yang ajaib dan luar biasa. Dia memiliki keilahian yang sama, baik dalam kehidupanNya yang biasa dan dalam kehidupanNya yang tidak biasa. Sama juga dengan kemanusiaanNya, Dia tetap sama baik dalam keadaanNya yang luar biasa dan dalam keadaanNya yang biasa. KeilahianNya juga tetap sama, tidak berkurang dalam kehidupannya yang umum dan dalam kehidupanNya yang penuh dengan mukjizat.
Lihatlah ke arah kita. Kita berpikir bahwa kita akan semakin lebih diyakinkan tentang keilahian Tuhan kita ketika Dia menyembuhkan orang yang lumpuh dan berkata, “Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Kita merasa semakin lebih diyakinkan tentang keilahianNya ketika Dia berkata kepada orang lumpuh yang sama, “AnakKu, dosa-dosamu sudah diampuni.” Kita semakin lebih yakin—kita—di dalam kelemahan kita ketika kita berpikir tentang keilahian Anak Allah yaitu pada saat Dia memberi makan 5000 orang dari pada saat Dia berkata, “Akulah roti yang telah turun dari sorga.” Kita semakin lebih diyakinkan dalam kelemahan kita sebagai manusia tentang keilahian Tuhan kita ketika Dia membangkitkan Lazarus dari kematian dari pada ketika Dia berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup.”
Bagiamanapun, di dalam kemanusiaan kita yang lemah, kita dapat melihat Allah dalam gempa bumi dan di dalam api serta dalam badai dari pada dalam sebuah suara yang lembut. Kita berpikir bahwa kita dapat melihat Dia dengan lebih dan dapat mendengar Dia lebih baik dalam hal-hal yang ajaib, suara yang kuat yang berputar-putar dari pada gerak yang sederhana seperti dalam memberikan secangkir air bagi orang yang haus. Kita berpikir kita dapat melihat Allah di dalam guruh dan kilat dari pada dalam tetesan embun. Akan tetapi, Allah tetap sama baik dalam hal-hal yang biasa dan hal-hal yang luar biasa.
Hal itu sangat ditekankan dalam Alkitab, di dalam kehidupan Tuhan Yesus.
Dia tetap hebat di dalam hal-hal kecil dan hal-hal yang umum serta hal-hal biasa yang ada di dalam kehidupan, seperti: menjalin relasi, dalam keluarga, dalam rumah, dalam persahabatan, dalam pekerjaan, dan dalam perjalanan yang dilakukan.
Yohanes Pembaptis adalah seorang yang memiliki kerohanian yang ideal dalam Israel kuno. Dia adalah seorang asketik, seorang yang sangat cermat, seorang yang keras. Dia mempermalukan setiap instink alamiah. Dia adalah seorang tidak menyia-nyiakan waktu dan diterima sebagai seorang nabi.
Tetapi Yesus sangat berbeda dan bertolak belakang. Dia tinggal di dunia yang lain. Yesus adalah seorang yang sangat ramah, seorang yang suka berteman dan berkumpul. Dia datang, makan dan minum.
Mereka berkata, “Dia adalah seorang yang pelahap dan peminum.” Dia tidak pernah menolak sebuah undangan. Anda dapat membaca tentang kehidupannya sebanyak empat kali dalam kitab yang suci. Setiap kali Dia sering diundang, dan Dia menerima undangan: ke rumah Simon orang Farisi, ke rumah pemungut cukai yang dibenci yaitu Zakheus, ke perkawinan ini, ke pesta perkawinan.
Dia berada di tengah-tengah masyarakat. Dia menyukai kehidupan yang seperti itu: berbaur dengan masyarakat, berinteraksi dengan mereka, berbicara dengan mereka, dan melakukan pendekatan dengan mereka. Mereka menyentuh Dia, dan menanyakan banyak pertanyaan serta berbicara dengan mudah bersama dengan Dia. Itu adalah gambaran kehidupan Yesus: berjalan dan tinggal diantara orang-orang, berbaur dan menerima setiap orang.
Saya tidak tahu bagiamana dengan Yohanes Pembaptis: yang begitu keras, asketik dan tinggal dalam dunianya sendiri. Tetapi Yesus, seorang sahabat yang baik, pribadi yang terbaik yang membuka hati anda, datang hanya untuk melihat Dia atau mengundang Dia ke dalam rumah anda, ke dalam keluarga anda, biarkan Dia duduk dan berbicara dengan anak-anak. Ambillah seorang bayi, letakkan di pangkuanNya. Dia akan memberkati mereka. Itulah Allah. Itu adalah sebuah hal yang luar biasa, bahwa betapa baiknya seorang pribadi Yesus dan sebelum khotbah ini ditutup, kita ingin melihat, seperti apakah pribadi Yesus itu.
Apakah anda memperhatikan bagaimana Dia mengubah air menjadi anggur? Anggur jenis apakah itu? Yang telah dibuat oleh Yesus. Pemimpin pesta itu berkata, “Saya tidak pernah merasakan anggur yang seperti ini. Ini adalah anggur yang berbeda.” Saya berpikir bahwa penyelidikan dan penilaian dari peimpin pesta itu benar. Itu adalah anggur yang berbeda.
Di dalam pelaksanaan Perjamuan Tuhan, Juruselamat kita berkata, “Mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai kerajaan Allah telah datang.” Di dalam pasal sembilan belas dari kitab Wahyu, kita akan duduk bersama dengan Yesus di perjamuan kawin Anak Domba.
Itu adalah anggur yang telah dibuat oleh Yesus: anggur yang akan kita minum di perjamuan kawin Anak domba. Dan anggur itu tidak akan membuat anda mabuk. Dan anggur itu tidak akan membunuh dan menghancurkan syaraf-syaraf yang ada di otak anda. Anggur yang akan dibawa kepada kita, penuh dengan sukacita dan kesenangan dari kehadiran Tuhan. Itu yang telah Dia lakukan.
Sekarang, yang lainnya: jika itu adalah sebuah sēmeion, jika itu adalah sebuah tanda, maka ia tentu memiliki makna. Hal itu juga menunjuk kepada hal yang lain. Apakah artinya ini “permulaan dari tanda-tanda?” Apakah ini? Hal ini sangat jelas kelihatan, ketika anda melihat ke dalam firman Tuhan.
Dan di dalam rumah, di Kana Galilea ada enam tempayan yang terbuat dari batu—batu yang sangat besar—yang dapat menampung banyak air. Dan setiap tempayan ini dapat menampung sekitar 30 galon air, antara 25 sampai 30 galon air, antara 2 sampai tiga buyung air. Dan ada enam tempayan yang terbuat dari batu di tempat itu.
Berdasarkan tradisi pembasuhan orang Yahudi, ketika tamu datang, dia membasuh kakinya di tempayan batu yang besar itu. Dan mereka juga membasuh bejana-bejana serta panci-panci di tempat itu juga.
Ketika saya mendengar orang yang menjelaskan firman Tuhan, beberapa hal mereka sebutkan menjadi sebuah hal yang lucu bagi saya, yang tidak pernah dapat anda pikirkan di dalam hidup anda. Dan ini adalah salah satu diantaranya.
Apa yang mereka sampaikan adalah bahwa Yesus mengubah 163 galon air menjadi anggur. Dan kemudian mereka mengambilnya dari tempayan itu. Dan membawanya kepada pemimpin pesta. Dan mereka meminumnya. Apa yang akan anda pikirkan tentang seorang Yahudi yang meminum air dari air tempat membasuh kaki? Apa yang akan anda pikirkan tentang hal itu? Hal itu sangat menggelikan. Itu adalah sebuah kebodohan.
Apa yang telah terjadi sangatlah jelas. Tuhan berkata kepada pelayan-pelayan itu, “Kalian ambillah air dari tempat yang dalam itu dan bawalah—cedoklah dan penuhilan keenam tempayan ini.” Kemudian antleō—itu adalah kata yang digunakan di sini, antleō, yang berarti “ambillah dari tempat yang dalam (cedoklah).”
“Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Dan pada saat air itu dicedok dan dibawa kepada pemimpin pesta, mukjizat terjadi. Tidak semua 163 atau 165 galon air itu yang berubah menjadi anggur di tempat pembasuhan kaki. Penuhi tempat pembasuhan kaki itu dan cedoklah sekarang. Mukjizat terjadi setelah mereka mencedok air dari tempayan itu.
Kata antleō itu juga dapat anda lihat di dalam Yohanes pasal empat, ketika Tuhan berkata kepada wanita Samaria, “Engkau akan minum air yang Kuberikan kepadamu.” Dan perempuan itu berkata, “Bagiamana mungkin Engkau memberikan air untuk aku minum? Engkau tidak memiliki sesuatu untuk menimbanya dari sumur yang sangat dalam. Di sana ada kata yang sama: “Menariknya/menimbanya.” “Engkau tidak memiliki sesuatu untuk menimbanya. Bagaimana Engkau akan memberikan aku air dari tempat yang dalam?” Itu adalah kata antleō—“Mengambilnya/mencedoknya dari tempat yang dalam dan membawanya kepada pemimpin pesta.”
Yohanes berkata bahwa itu adalah sebuah sēmeion, sebuah tanda. Jadi, apa yang menjadi tanda di dalamnya sangat terlihat jelas. Di dalam Talmud, nomor enam adalah nomor dari ketidak sempurnaan dan sesuatu yang tidak lengkap. Sama seperti nomor tujuh adalah nomor untuk kesempurnaan, dan untuk kepenuhan, nomor enam selalu digambarkan dalam Alkitab sebagai nomor dari sesuatu yang tidak lengkap dan tidak sempurna.
Jadi, di sini dikatakan, ada enam—ada enam tempayan air yang disediakan untuk pembasuhan, menurut tradisi pembasuhan orang Yahudi, berdasarkan upacara pembasuhan dan ritual orang Yahudi. Tempayan itu berjumlah enam—mereka merepresentasikan perjanjian yang lama. Mereka merepresentasikan Kovenan Lama, Perjanjian Lama, dengan seluruh upacara dan segala ritualnya.
Enam tempayan air, dan Tuhan berkata kepada pelayan-pelayan, “Penuhi mereka hingga meluap. Penuhi tempayan-tempayan itu hingga luber. Sekarang bawa—cedoklah dan bawa kepada pemimpin pesta.” Dan itu adalah sebuah sēmeion. Itu adalah sebuah tanda. Semua bayangan dan semua tipe serta simbol-simbol sekarang semuanya telah dipenuhi, dipenuhi hingga meluap. Dan dibawa kepada pemimpin yang sekarang, pelaksanaan yang baru, dispensasi yang baru, Kovenan yang baru dari anugerah dan kemuliaan serta kehadiran Allah. Itu adalah sēmeion.
Sekarang, di dalam waktu yang singkat ini, biarkan saya menyampaikan tiga hal tentang anggur yang baru, Kovenan baru, dispensasi yang baru. Yang lama telah dipenuhi dan semua bayangan serta tipenya, sekarang telah ditemukan semua artinya dalam kemuliaan dari Injil yang baru dari Anak Allah. sekarang ada tiga hal di dalam sēmeion itu: tanda itu, pemenuhan dari Perjanjian Lama.
Nomor satu: Kita memiliki sebuah tempat yang baru. Di dalam Kovenan Lama, di dalam pelaksanaan yang lama, di dalam Perjanjian Lama, mereka melakukan ibadah di Yerusalem. Hanya di Yeruslem terdapat Bait Allah, dimana Tuhan berkata, “NamaKu akan berada di sana.” Hanya di Yerusalem: ada altar. Hanya di Yerusalem ada imam. Dan di sana, di Yerusalem, mereka mempersembahkan korban sekali dalam setahun.
Apakah anda mengingat Abimelek dan Zadok pergi ke Rumah Tuhan? Dan di sana, mereka mempersembahkan korban kepada Allah. Secara berulang-ulang anda akan menemukan di dalam Perjanjian Lama mereka mengadakan ibadah kepada Allah di Yerusalem.
Dispensasi yang baru, pesan Injil yang baru: semua tempat adalah tempat yang baik untuk memanggil nama Tuhan. Tempat di mana anda tinggal: itu adalah tempat yang indah untuk membuka hati anda kepada Tuhan. Di sudut dapur sama baiknya dengan katedral yang besar untuk beribadah kepada Tuhan. Semua tempat adalah tempat yang baik untuk menyerukan nama Tuhan.
Seseorang telah berkata kepada saya, “Saya sedang mengendarai mobil saya, dan mendengarkan anda sedang berkhotbah melalui radio. Dan khotbah itu membuat hati saya bertobat. Saya menepikan mobil saya di sisi jalan dan berhenti serta menundukkan kepala saya di atas stir mobil. Dan di sana saya memberikan hati saya kepada Yesus.” Tempat yang indah untuk melayani Allah, untuk menemukan Tuhan! Setiap tempat adalah tempat yang baik untuk menyerukan namaNya. Di sebuah meja, tempat anda bekerja, di meja tempat anda bersama anak-anak, di atas tempat tidur sebelum anda bekerja, mengendarai mobil di jalan raya, di dalam ruangan kelas, di dalam kantor—itu adalah tempat yang baru, itu adalah dispensasi yang baru. Menyembah Allah di setiap tempat.
Nomor dua: hal itu membawa kepada korban yang baru. Pikirkan tentang akhir dari semua korban bakaran ini, korban penghapus salah, korban penghapus dosa, anak sapi gemuk, sapi jantan dan kambing jantan serta domba dan lembu jantan. Pikirkan tentang akhir dari seluruh korban yang ada di Kovenan yang Lama, di dalam dispensasi yang lama.
Bahkan Mikha, sang nabi berseru di depan Allah dan berkata:
"Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?
Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?"
Di dalam pengulangan dari korban-korban ini—yang berlangsung selama ribuan tahun—korban yang dilakukan secara berulang-ulang ini menunjukkan ketidak-efektifan mereka. Semua korban itu tidak dapat menghapus dosa. Dan mereka harus dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang.
Tetapi Tuhan kita, Juruselamat kita—darah dari lembu jantan serta kambing jantan tidak dapat menghapuskan dosa—Tetapi di akhir masa kemunculan Yesus Tuhan kita, yang darahnya telah menghapuskaan semua dosa-dosa kita. Dan semua korban perjanjian lama itu memperlihatkan atau simbol yang menandakan bahwa Dia akan datang yang terpisah dari dosa dan membawa kepada keselamatan. Korban dari Tuhan kita telah melakukannya, selamanya, dan menghapuskan seluruh sistem korban yang telah berlangsung selama ribuan tahun—persembahan darah ke hadapan Allah. Betapa hal itu merupakan sebuah tanda yang hebat-sēmeia yang luar biasa!
Dan yang ketiga adalah: Bukan hanya sebuah tempat yang baru, tetapi setiap tempat; bukan hanya sebuah korban yang baru yang mengakhiri semua korban masa lalu; tetapi juga sebuah undangan yang baru. Betapa merupakan sebuah hal yang ajaib dan luar biasa!
Lihatlah. Penulis Ibrani menggambarkannya seperti ini:
Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai,
Kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka,
Sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: "Bahkan jika binatangpun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu."
Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar."
Tetapi kita—
Anda dan saya, Kita—kita tidak datang ke gunung Sinai yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada penghukumannya dan kematiannya—
Tetapi kita datang ke Bukit Sion…
Oh, oh!
Dan, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,
Dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,
Dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.
Di dalam Kovenan Lama, jika seseorang mengumpulkan kayu api pada hari sabat, maka hukum berkata bahwa dia harus dilempari dengan batu hingga mati—nyala api dan kilat serta kekelaman dan kegentaran dan penghukuman serta kematian. Tetapi kita—Kita di undang ke Bukit Kalvari. Dan setiap orang dapat berlutut dan melihat ke atas Tuhan kita yang menderita.
“Datanglah kepadaKu,” Dia berkata, “Semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Belas kasihan dan kasih karunia dari Tuhan Yesus: Betapa ramahnya Dia dan betapa mudahnya untuk ditemui! Orang-orang berdosa, kita semua sama, telah berdosa, tetapi Tuhan telah mati untuk kita; membersihkan dan memurnikan serta mengampuni semuanya di dalam darahNya yang mulia; hati yang terbeban, Dia berbagi dengan hal itu.
Seperti yang dikatakan oleh penulis Ibrani, “Siapa pun, datanglah mendekat ke takhta anugerah sehingga kamu akan menemukan kasih karunia dan anugerah pertolongan pada waktu yang dibutuhkan.” Yesus adalah sahabat kita. Dia berjalan bersama dengan kita seperti seorang rekan. Dia menolong kita sama seperti kawan sekerja kita. Dia berjalan di samping kita dan tidak pernah khawatir.
Betapa mulianya undangan untuk datang kepada Engkau!
Yesus kawan yang sejati
Bagi kita yang lemah
Tiap hal boleh dibawa
Dalam doa padaNya
[Joseph Scriven, “Yesus Kawan yang Sejati”]
Allah adalah bagi kita. Dia adalah penebus kita dan Juruselamat kita dan sahabat kita dan suatu hari menjadi pengantara dan perantara kita yang agung.
O Allah, bahwa ada jalan yang membuat saya dapat berbicara tentang Engkau dengan lebih fasih dan lebih menggerakkan dan mengasihi serta penuh dengan penyembahan! Semoga Allah mengangkat ungkapan kita yang menjadi penghalang dari kasih dan pujian serta menggunakannya sebagai permohonan bagi hati anda.
“Pendeta, ini adalah hari Allah bagi saya. Dan di sini saya berdiri. Hari ini saya membuka hati saya kepada kehendak sorga dan kehendak Allah. Dan saya meminta Tuhan untuk menjadi Juruselamat saya dan sahabat saya.”
“Pendeta, hari ini seluruh keluarga saya, kami semua datang ke depan. Kami meletakkan seluruh hidup kami ke dalam jemaat yang terkasih ini. Kami akan bertumbuh dalam anugerah bersama dengan orang-orang yang mulia ini.”
Atau untuk menjawab panggilan yang ada di dalam hati anda: “Allah telah berbicara kepada saya dan saya menjawabnya dengan seluruh hidup saya.” Buatlah keputusan saat ini.
Dan dalam sebuah kesempatan, ketika kita bernyanyi, turunilah salah satu tangga ini, telusurilah salah satu lorong ini, dan katakan, “Saya di sini pendeta, saya telah membuat karunia itu di dalam hidup saya, untuk datang kepada Tuhan. Dan saya ada di sini.”
Sekarang, bolehkah kita berdoa bersama-sama?
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.