KRISTUS DAN ORANG BIJAKSANA
(CHRIST AND THE SOPHISTICATED URBANITE)
Dr. W. A. Criswell
10-12-86
Ini adalah gembala dari Gereja First Baptist Dallas yang sedang membawakan khotbah yang berjudul: Kristus dan Orang Bijaksana. Dan saya ingin supaya anda mendengarkannya dengan seluruh pikiran anda dan pemahaman anda serta kemampuan anda yang berasal dari dalam hati anda serta jiwa anda.
Mari kita berpaling ke dalam Yohanes pasal 3. Di dalam seri khotbah kita melalui Injil keempat ini, kita telah telah sampai ke dalam sebuah bagian yang luar biasa dan yang memiliki makna yang dalam dari seluruh Alkitab dan memiliki arti yang paling dalam dari seluruh literatur manusia. Yohanes pasal tiga dan kita akan membaca dari ayat pertama hingga ayat yang keenam. Yohanes pasal 3:1-6, mari kita baca bersama-sama:
Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi.
Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."
Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah."
Kata Nikodemus kepada-Nya: "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?"
Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
Hanya untuk memperkenalkan untuk sebuah konfrontrasi bahwa sebuah sebuah pertobatan merupakan hal yang sangat penting. Sesuatu yang menarik perhatian kita. Orang yang datang kepada Yesus ini memiliki sebuah kedudukan yang tinggi dan dia sedang mencarii sebuah jawaban dari seseorang yang tidak memiliki kedudukan yang penting. Dia datang pada waktu malam. Dan ada sebuah alasan untuk hal itu. Di dalam Yohanes pasal tujuh, ada sebuah pertentangan diantara sekte orang Farisi. Dan Nikodemus adalah seseorang membela keberadaan seseorang yang tidak memiliki kedudukan yang berasal dari Galilea, dan namaNya adalah Yesus.
Dan para sarjana Farisi berkata, “Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.”
Dan lagi, sebagaimana perbincangan itu terus berlangsung, mereka berkata: “Kamu selidikilah kitab Musa, firman di dalam Perjanjian Lama. Mesias yaitu Kristus Tuhan tidak berasal dari Galilea. Dia berasal dari Yudea, dari Betlehem.”
Jadi anggota dari kalangan imam-imam ini mendatangi Yesus pada malam hari. Tidak seorangpun yang melihat dia. Saya berkata bahwa orang ini memiliki rasa tertarik yang cukup tinggi. Nikodemus adalah seseorang yang terpelajar, memiliki kemampuan yang tinggi dan kedudukan yang terhormat. Dia digambarkan di sini sebagai orang Farisi. Bagi kita hal itu berarti sebuah “kemunafikan” tetapi seorang Farisi yang sejati adalah seseorang yang memiliki dedikasi terhadap studi tentang Allah. Orang-orang Farisi adalah seorang sarjana. Dan mereka memberikan diri mereka untuk belajar hukum. Contoh-contoh yang hebat dari mereka adalah Shamai dan Hilel, Gamaliel serta Saulus dari Tarsus yang menggambarkan dirinya sebagai salah satu orang Farisi yang terkemuka, orang-orang inilah yang mendirikan fondasi dari Negara Yahudi—Yahudi tinggal dan berada di bawah pemikiran orang-orang Farisi, dan di dalam abad pemikiran orang Farisi.
Mereka adalah orang-orang yang memiliki pengaruh. Mereka tinggal dan berada saat Bait Allah dihancurkan dan bangsa Yahudi dibinasakan.
Nikodemus adalah seorang Farisi. Dia digambarkan sebagai sebagai seorang penguasa Yahudi. Dia adalah anggota dari Sanhedrin, dari pengadilan yang tertinggi dan dewan tertinggi yang ada di bangsa Yahudi. Adalah dia bersama dengan Yusuf dari Arimatea yang memberikan kepada Tuhan sebuah pemakaman yang terhormat. Bahkan Yesus menyebutkan bahwa dia adalah salah satu pengajar di Israel.
Dia adalah salah seorang doktor hukum. Dia merupakan gambaran dari seorang sarjana terkemuka yang dihasilkan dari antara orang Israel. Tetapi dengan semua hal itu, hatinya tetap kosong. Dan dia telah mencari jawaban di balik pemikiran dunia.
Dia mengetahui semua hal yang telah disampaikan oleh para sarjana dunia. Dia telah mendengar banyak hal yang berhubungan dengan masalah teologi yang telah didiskusikan. Dia telah membaca dan membaca berulang-ulang dari tulisan para sarjana. Tetapi hatinya tetap kosong.
Dia sama seperti orang muda yang kaya yang berasal dari Perea yang datang kepada Yesus dan berlutut di depanNya. Dan melihat ke arah Yesus, dan Yesus menggambarkan dia sebagai orang yang memiliki segalanya, yang dapat disediakan oleh hukum, yang dapat disediakan oleh agama, yang dapat disediakan oleh pengaruh dan kekayaan.
Dia melihat ke arah Tuhan dan berkata, Apa lagi yang masih kurang padaku?” Itu adalah gambaran dari Nikodemus. Kita akan melihat ke atas dia sebagai orang yang memiliki budi yang halus, seseorang yang memili tempat yang positif dan kedudukan serta prestasi. Dan dia datang kepada Yesus untuk memperoleh sebuah jawaban.
Yang pertama dari semua, dan saya memiliki tiga hal dari hal ini—yang pertama dari semua, dia datang kepada Yesus di luar dari sebuah ibadah yang dilakukan dengan ritual keagamaan yang berulang-ulang. Ibadah kepada allah atau dewa-dewa pada masa itu sangat indah dan sangat mengesankan, sekalipun di lakukan di Aleksandria atau di Delphi—apakah anda pernah melihat bekas-bekas kuil yang ada di Delphi?—Atau sekalipun hal itu dilakukan di Efesus—kuil-kuil di sana masuk ke dalam tujuh keajaiban dunia—atau sekalipun hal itu berlangsung di Athena di Parthenon di puncak Akropolis ataupun hal itu berada di Korintus atau di Roma, ibadah yang dilakukan terhadap dewa-dewa adalah sesuatu yang sukar untuk dilukiskan.
Berhala-berhala, tempat ibadah yang luas, imam-imam, korban-korban persembahan, ritual-ritual, tari-tarian, mereka semuanya sangat indah. Puncak Akropolis di Athena, di Parthenon itu sendiri, di mana orang-orang Athena melakukan penyembahan, didirikan oleh Pheidas sendiri.
Bukankah hal itu adalah sebuah hal yang asing dimana orang-orang yang pintar dan memiliki budaya yang tinggi tidak pernah bergerak ke hal-hal yang lebih sederhana? Selalu menuju ke hal yang lebih kompleks. Segala sesuatu kecuali untuk muncul di hadapan Allah dengan jiwa-jiwa yang telanjang.
Demikian juga dengan Bait Allah di Yerusalem, berlangsung seperti hal itu. pesannya terbatas dan terkungkung dalam ritualisme dan upacara-upacara. Anda mendengar Veo Gray telah bernyanyi bahkan koin yang akan dipersembahkan kepada Allah harus dari jenis tertentu, sesuatu yang berbeda. Dan merpati serta sapi jantan dan lembu jantan yang akan dipersembahkan sebagai korban harus suci seluruhnya. Itulah sebabnya para nabi dengan penuh semangat serta dengan suara yang keras mengecam upacara ibadah yang bersifat ritualistik pada masa mereka.
Nabi Yesaya di dalam pasal pertama dari kitabnya memulai dengan kecaman: “Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; Apabila kamu menadahkan tanganmu tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya.” Di dalam Kitab Yeremia pasal tujuh, Yeremia sang nabi berkata, “Sungguh pada waktu aku membawa nenek moyangmu keluar dari tanah Mesir Aku tidak mengatakan atau memerintahkan kepada mereka sesuatu tentang korban bakaran atau korban sembelihan. Hanya berikut inilah yang telah Kuperintahkan kepada mereka: Dengarkanlah suaraKu, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umatKu.”
Atau bagian yang terkenal itu dari Mikha 6:6‑8: “Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun? Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?" "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"
Itu adalah pesan yang disampaikan oleh Yesus kepada orang pintar yang halus budi ini yang datang kepada Yesus di luar dari sebuah keyakinan rohani yang diulang-ulang.
Tuhan kita langsung menuju ke sasaran yang paling utama, “Engkau harus dilahirkan anothen, dari atas, di dalam hatimu, di dalam jiwamu.”
Tidak ada sebuah ritual yang dapat menggantikan tempat dari sebuah ketaatan, penyembahan yang penuh, yang berasal dari hati yang paling dalam di hadapan Tuhan. Seperti yang disampaikan oleh Samuel kepada Saul “Adalah lebih baik untuk taat dari pada memberikan korban persembahan.” Tidak akan pernah ada sebuah pertunjukan yang dilakukan dengan cermat yang dapat mengambil tempat dari ibadah yang dilakukan dengan roh.
Tidak akan pernah ada sebuah sikap tubuh dalam doa yang dapat mengambil tempat dari sebuah hati yang penuh kasih. Tidak ada sebuah hal seperti menyiksa diri hingga membekukan pembuluh darah yang dapat menghapus dosa-dosa kita. Dan tidak ada pengakuan dosa yang dibisikkan kepada telinga seorang imam yang dapat menggantikan tempat dari pertobatan yang sejati. Ritual dan upacara bukan merupakan hal yang dicari oleh Allah terhadap orang-orang yang datang ke hadapanNya, tetapi sebuah hati yang murni yang ada di dalam pandanganNya. Dan sebuah Roh, sebuah jiwa, sebuah kehidupan yang dilahirkan anothen dari atas.
Nomor dua: Dia datang kepada Tuhan. Orang pintar ini, dia datang kepada Tuhan di luar dari moralitas yang formal, moralitas dari orang-orang urban. Moralitas formal ditemukan dalam hitungan kesederhanaan hidup, di dalam ketenangan hati dan kebijaksanaan serta kerajinan. Hal-hal ini adalah adalah semboyan utama dalam urusan komunitas.
Untuk menjadi jujur, untuk menjadi seseorang yang memiliki integritas, untuk membuat persahabatan dan pengaruh dari orang-orang serta berurusan dengan adil, untuk menjual hal-hal yang baik, untuk sukses dan untuk masuk ke dalam sorga, ini adalah urusan moralitas. Ini adalah kehalusan budi yang sempurna.
Anda masih ingat pada tahun 1956, ketika dibentuk sebuah komite untuk memilih pengusaha muda nomor satu di Amerika, anda masih mengingatnya? Akhirnya terpilih dua orang pria. Mereka dipilih dari sejumlah pengusaha muda yang paling terkemuka di Amerika. Dan kedua orang itu memiliki sebuah unsur nama yang sama yaitu Billy. Salah satunya berasal dari North Carolina, yaitu Billy Graham dan yang lainnya berasal dari Texas yang bernama Billy Sol Estes. Ketika pilihan terakhir dibuat, apakah anda mengingat siapakah yang akhirnya terpilih sebagai pengusaha muda yang paling terkemuka di Amerika?
Mereka memilih Billy Sol Estes, perwujudan dan inkarnasi dari kesusksesan di dunia bisnis. Dan orang muda itu, Billy Sol Estes itu adalah orang yang menghabiskan kebanyakan dari akhir hidupnya dalam sebuah penjara.
Itu adalah moralitas dari kaum urban—untuk menjadi sukses. Hal itu tidak pernah menjadi cita-cita duniawi, moralitas formal membuat sebuah perbedaan antara manusia luar dan yang di dalam batin, antara apa yang dilakukan di luar dan apa yang terdapat di dalam diri manusia itu.
Saya sangat mengingat tentang masa-masa depresi, menyusuri jalanan kota Cicero, sebuah daerah penggiran kota di bagian selatan kota Chicago—Daerah itu dikuasai oleh Al Capone, gangster yang sangat jahat.
Tetapi hukum tidak pernah dapat menyentuhnya. Dia suka membagi-bagikan makanan, dia peduli terhadap orang miskin. Satu-satunya alasan yang membuat Al Capone pernah dipenjara adalah karena adanya sebuah kesalahan di dalam catatan pajaknya. Mereka tidak dapat menyentuhnya. Al capone adalah sahabat dan pejuang bagi orang-orang miskin.
Ketika saya masih seorang pemuda, Tammany Hall adalah gubernur dari Kota New York. Tammany Hall adalah salah satu pejabat yang paling korup dalam sejarah pemerintahan kota itu. Tetapi dia tidak dapat disentuh oleh hukum karena dia memberikan banyak batu bara kepada janda-janda yang miskin. Tidak ada sebuah perbedaan yang dibuat oleh moralitas urban, antara apa yang ada di luar dan apa yang ada di dalam. Anda akan menemukannya di sini sepanjang waktu dan setiap hari di dalam hidup anda. Mereka mengadakan lomba pacuan kuda untuk anak-anak yang lumpuh. Atau kita memiliki sebuah lotere untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Moralitas kaum Urban.
Dia datang kepada Tuhan Yesus, Nikodemus yang pintar ini, bertanya kepada Yesus tentang sebuah pertanyaan, tentang manfaat, tentang kebijaksanaan, dan sebuah kesuksesan. Dan Tuhan mengesampingkan dan membuang semua hal-hal yang tampak dari luar yang disebut sebagai kebaikan atau kesalehan atau moralitas. Dan Dia beranjak ke dalam hati dari jiwa dan hati dari kehidupan.
Diri anda yang sesungguhnya adalah apa yang membuat anda baik atau buruk, bukan karena perbuatan baik yang anda lakukan untuk membuat anda hidup anda terus berlanjut atau untuk membuat hidup anda sukses. Berbuat baik bukan karena upahnya; berbuat jujur bukan karena itu adalah sebuah penilaian bisnis yang baik, untuk menjadi saleh bukan karena pahalanya. Tetapi untuk menjadi saleh dan baik serta jujur karena hati anda, karena jiwa anda, karena hidup anda—sesuatu yang terletak di dalam batin anda.
Jika mayoritas penduduk adalah orang Kristen dan banyak gubernur adalah orang Kristen dan badan pembuat hukum adalah orang Kristen dan para hakim adalah orang Kristen, anda tidak akan membutuhkan hukum untuk melawan para penyuap atau yang mengkhianati kepercayaan dari masyarakat atau untuk menghadapi permintaan dari orang-orang yang berpengaruh.
Pikirkanlah tentang hal itu. Ketika hati ini benar di hadapan Tuhan—suatu kali saya pernah mendengar seorang pengusaha muda yang sangat sukses—memiliki pengaruh, kaya, dan tinggal bersama dengan ibunya yang saleh—dan dia membawa kepada ibunya sebuah urusan bisnis.
Hal itu bernilai jutaan dolar bagi orang muda itu. Tetapi ketika dia menyampaikan hal itu di hadapan ibunya dia menuinjukkan kepadanya bahwa kesepakatan itu tidak adil: “Hal itu adalah sebuah kecurangan dan tidak benar. Dan hal itu mendatangkan keuntungan, sekalipun hal itu mendatangkan jutaan dolar bagi saya.”
“Ibu, apa yang harus saya lakukan?”
Dan dia menjawab putranya dengan sebuah cara yang tidak lazim. Dia berkata: “Nak, ketika waktu sarapan pagi tiba, saya berdiri di bawah tangga dan saya berkata, ‘John.’ Dan tidak ada sebuah jawaban. Saya naik ke atas tangga dan mengetuk pintu kamarmu. Dan saya membuka pintu dan berkata, ‘John,’ sudah waktunya untuk sarapan. Dan kamu berada di sana sedang tidur, John.”
Dia berkata: “Nak, saya benci melihat hari dimana saya datang ke bawah tangga pada saat sarapan dan berkata, ‘John,’ dan menemukan kamu dengan mata yang terbuka lebar.”
Ada sesuatu di dalam hidup yang lebih bernilai dan lebih berharga dari pada seluruh uang dan semua kesuksesan di dalam dunia—yaitu hati yang benar di hadapan Allah. Itu adalah perkataan dari Tuhan Yesus. Anothen, dari atas.
Saya memiliki hal yang lainnya. Orang pintar ini datang kepada Yesus, di luar dari kedudukannya. Budaya yang semu adalah sama seperti sebuah lapisan yang tipis. Kosong dan steril.
Suatu ketika saya melihat sekelompok wisatawan Amerika berada di the King David Hotel di Jerusalem. Mereka berada di sana selama tiga hari. Dan selama tiga hari mereka minum dan mengadakan pesta di dalam kegembiraan. Dan di sekeliling mereka, seluruh tanah di sekitar mereka di Isreal adalah Tempat Allah. Dan mereka sedang mabuk-mabukan dan mengadakan pesta di dalam hotel.
Budaya yang semu adalah sesuatu yang sangat dangkal serta yang paling tidak menguntungkan dari semua budaya manusia yang saya pikirkan bagi kehidupan manusia. Saya mendengar seorang wanita yang berkata bahwa dia sangat menyukai opera Wagnerian. Dia menyukai musik Wagnerian karena suaranya yang sangat keras sehingga dia dapat berbicara kepada temannya dan tidak seorangpun yang dapat mendengar apa yang dia katakan. Sebuah apresiasi yang luar biasa terhadap musik klasik!
Saya pernah mendengar seorang wanita yang memiliki kediaman mewah. Dan dia mengundang seorang pianis yang terkenal yaitu Wladyslaw Szpilman untuk mempersembahkan sebuah program konser di rumahnya yang mewah itu.
Dan pada saat pianis itu memainkan pianonya, dia datang menghampiri Wladyslaw Szpilman, pianis yang terkemuka itu.
Dan saya juga pernah mendengarkan dia bermain piano.
Dia menghampiri pianis Polandia itu. Dan dengan semua pengetahuannya dan kemampuannya dia berkata, “Siapa yang telah menulis potongan yang indah itu?”
Dan pianis itu menjawab: “Beethoven."
Dan wanita itu berkata, “Apakah dia masih tetap menghasilkan sebuah karya (composing) ?”
Dan pianis itu menjawab: “Tidak nyonya. Dia telah terurai (decomposing).”
Saya mendengar sekelompok wanita—saya tidak sedang menjelekkan wanita pada saat ini, ini hanya sebuah contoh saja. Saya mendengar sekelompok wanita sedang berada dalam sebuah konser, dan mereka sedang berbicara, dan salah satu dari mereka berkata: “Kalian tahu, itu sangat indah. Itu adalah paduan enam suara dari Lucia."
Dan yang lain berkata: “Oh, bukan. Itu berasal dari *** **** ***."
Dan yang lain berkata: “Ada sebuah tanda yang besar di sebelah sana. Saya akan melihat apa yang dissebutkan di situ.”
Dan dia berkata: “Kalian semua salah. Itu adalah Refrain dari Spitting."
Seorang wanita yang terhormat sedang melihat pelukis terkenal di Inggris sedang melukis sunset. Dan dia berkata kepada seniman yang hebat itu: “Saya tidak pernah melihat sunset seperti itu.”
Dan dia berkata, “Oh, tetapi nyonya, bukankah anda berharap bahwa anda dapat melihatnya?”
Lapisan yang tipis dari budaya yang semu, kepintaran kaum urban, tetapi menyedihkan dan tragis tentang kehidupan rohani dari orang-orang yang berada di dalamnya.
Apa yang diterima harus terlebih dahulu digambarkan dengan lengan besi dari kesimpulan kita yang terbatas. Berdoa atau tidak berdoa, didasarkan atas kesimpulan logika kita. Percaya atau tidak percaya, berdasarkan penilaian dari manusia. Beribadah atau tidak beribadah didasarkan atas apa yang kita pikirkan, berdasarkan pemahaman dan pengetahuan kita.
Segala sesuatu diselidiki berdasarkan respon dari pikiran orang-orang kafir. Dan kita menjadi agamawan sama seperti Cicero atau seperti Seneka atau seperti Markus Aurelius.
Mengapa, karena hal itu adalah sesuatu tidak dapat dipikirkan, bahwa kita akan didorong ke dalam agama yang bersifat takhyul tentang jiwa dan Allah serta kekekalan. Hal-hal ini yang berhubungan dengan hati dan jiwa dan iman adalah tidak nyata. Hal yang nyata adalah pesawat terbang, bom, jalan lingkar dan pencakar langit serta perusahaan-perusahaan. Hal-hal ini adalah hal yang paling utama dalah hidup. Tetapi hati, pandangan, doa dan ibadah serta Allah, semua hal ini menjadi miliki dari hal yang bersifat takhyul yang tidak diketahui dan dapat diabaikan.
Pria ini, Nikodemus datang kepada Yesus dan ingin mengetahui seandainya ada sebuah jawaban dibalik pemikiran manusia, dibalik filsafat, dibalik ilmu pengetahuan. Dan Tuhan menjawabnya dalam sebuah kebenaran yang kekal dan luar biasa. Ada hal-hal yang bersifat fisik. Dia berkata: “Apa yang dilahirkan dari daging adalah daging.” Mereka adalah sesuatu yang nyata.
Dunia ini nyata. Planet ini nyata. Kehidupan kita nyata. Semua urusan kita nyata. Tetapi kata Tuhan kita, ada juga suatu dunia rohani. “Apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh. Dan kerohanian adalah sesuatu yang nyata, memiliki substansi sama seperti fisik. Dan di dalam penilaian saya, seperti yang saya lihat dan seperti yang saya rasakan, nampak bagi saya bahwa fakta-fakta yang besar dalam hidup dan hal-hal yang paling berharga adalah hal-hal yang bersifat rohani, yang bersifat sorgawi. Bolehkah saya menyebutkan beberapa diantaranya? Kemudian saya akan melanjutkan.
Ini adalah sebuah realitas rohani—bahwa seorang manusia diciptakan dalam rupa dan gambar Allah, bahwa kehidupan Allah sendiri yang dihembuskan ke dalam fisik alamiahnya. Dia lebih dari sekedar sebuah antomi yang terbuat dari debu tanah. Dia juga memiliki kesamaan dengan Allah.
Hal yang bersamaan dan merupakan akibat yang wajar serta tambahan dari kepribadian manusia adalah kudus dan tidak pernah ditujukan untuk sebuah kecemaran. Setiap orang mendapat kasih sayang serta bernilai di dalam pandangan sang Pencipta. Itu adalah realitas rohani.
Ini adalah realitas rohani yang lain—bahwa sesorang dapat diubahkan. Bahwa dia dapat dilahirkan kembali. Bahwa dia dapat diagungkan. Beberapa orang dari jemaat kita ditempat ini telah diubahkan secara luar biasa, meninggalkan kehidupan yang kotor dan sekarang hidup dalam terang kemuliaan dari Allah. Tetapi, saya merasa telah mempermalukan mereka. Tetapi itu adalah sebuah realitas yang nyata—kemungkinan untuk berubah dalam kehidupan seorang manusia.
Ketika masih muda, saya duduk dalam sebuah jemaat dan mendengarkan seorang pengkhotbah yang telah diselamatkan dari dalam selokan. Beberapa siswa terbaik yang sedang belajar untuk menjadi pengkhotbah di Pusat Studi Alkitab kita telah di selamatkan oleh misi kita, yang kita lakukan di dalam kota, mereka berhasil keluar dari sampah masyarakat.
Selalu ada kemungkinan untuk berubah, kecendrungan untuk naik, dan menjadi baik dalam kehidupan seorang manusia. Itu adalah realitas rohani.
Bolehkah saya menyebutkan nama yang lain? Kemungkinan untuk taat dalam kehidupan manusia terhadap sebuah ide yang mulia dan sebab-sebab yang mulia. Suatu ketika saya duduk di pedalaman Nigeria di Afrika Barat. Saya sedang duduk dengan Dr. Jerry Ranking yang menjadi pemimpin Badan Misi Luar Negeri kita. Dan saya duduk disampingnya, dan sedang mendengarkan sebuah laporan tahunan dari pekerjaannya dari seorang dokter yang bekerja di ladang misi. Dan pada saat jeda laporan itu, Dr. Jerry Ranking berpaling kepada saya dan berkata, “Saya ingin anda melihat dengan baik ke arah dokter muda itu.”
Dia berkata, “Dia mendapat predikat terbaik pada lulusan sarjana kedokteran. Dan ketika dia menerima gelar kedokterannya, dia ditawarkan sebuah posisi yang penting serta berpengaruh dan sejumlah uang dari beberapa klinik yang terkemuka. Tetapi dia lebih memilih untuk menjadi seorang misionari.”
Dan pada waktu itu, saudara yang terkasih di dalam Tuhan, gaji dari seorang dokter misionari adalah seribu dolar setahun. Dia datang untuk menemui saya, Dr. ***. Dia datang untuk menemui saya di Dallas ini. Dan saya telah memperkenalkannya kepada jemaat kita.
Apa yang saya lakukan—saya berkata: “Saya merasa tidak layak untuk berdiri di hadapannya.”
Itu adalah sebuah realitas rohani. Itu adalah sebuah kehidupan dari manusia Allah. Itu adalah sebuah keluhuran jiwa yang hanya datang dari sorga itu sendiri. Saya ingin mengatakan bahwa hal-hal rohani merupakan hal yang nyata sama seperti hal-hal fisik.
Dan sekarang, bagian yang terakhir yang merupakan sebuah permohonan. Allah menciptakan kita bagi diriNya sendiri. Dan kapan saja, di mana saja, perkara-perkara Kristus digambarkan dengan sungguh-sungguh, ada sesuatu di dalam hati manusia yang akan memberikan respon. Mungkin ia akan membunuhnya. Dia mungkin menyangkalnya. Dia mungkin menghancurkannya. Dia mungkin menolaknya. Dia mungkin melawannya. Tetapi akan selalu ada di sana. Allah membuat kita bertanggungjawab kepada Juruselamat kita.
Sungguhkah Juruselamatku telah mencucurkan darah,
Dan apakah penguasaku telah mati?
Akankah Dia mencurahkan kepala yang suci itu
Bagi seekor cacing seperti aku?
Untuk kejahatan yang telah aku lakukan
Dia tergantung di atas kayu?
Belas kasihan yang luar biasa! Anugerah yang tak dapat terselami
Dan kasih yang melebihi segalanya!
Tetapi tetesan kedukaan takkan pernah mampu membayarnya
Hutang kasih yang aku miliki
Inilah aku Tuhan, kuberikan seluruh hidupku,
Hanya ini yang dapat aku lakukan.
Itu adalah sebuah realitas rohani. Itu adalah sebuah fakta sorgawi. Dan untuk menjawab panggilan Allah di dalam hati anda adalah dengan pengalaman yang penuh kasih dan yang paling berharga yang pernah anda ketahui di dalam hidup anda. Dan itu adalah permohonan yang kami buat untuk anda pada hari ini.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.