MATEMATIKA ROHANI
(SPIRITUAL MATHEMATICS)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 4:14
04-12-87
Khotbah kita hari ini berjudul Matematika Rohani. Ini adalah sebuah khotbah tekstual. Di dalam seri khotbah kita melalui Injil Yohanes, kita telah berada di pasal empat. Minggu kemarin kita telah sampai kepada ayat 13.
Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi.” Itu adalah khotbah minggu yang lalu. Pada hari Tuhan ini, kita akan melanjutkan dari teks yang sebelumnya: “Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Pege, diterjemahkan di sini sebagai “mata air,” kemungkinan terjemahan lain adalah sebuah “sumber.” Di tempat lain di Perjanjian baru kata pege diterjemahkan dengan “sumber.”
Di dalam surat Yakobus pasal tiga, dia berkata bahwa sebuah sumber tidak akan memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama. Dia harus memancarkan salah satunya.
Di dalam Kitab Wahyu pasal tujuh, Allah akan menuntun umatNya kepada pege, sumber mata air yang kehidupan. Sebuah sumber air yang memancar keluar—hallomai, mata air kehidupan.
Di dalam kitab Kisah Rasul pasal tiga, orang lumpuh yang disembuhkan oleh Petrus, di situ dikatakan dia melonjak, memuji Allah. itu adalah hallomai, melonjak, memancar keluar. Betapa merupakan sebuah simbol dramatis yang luar biasa! Apa yang Allah lakukan di dalam kita adalah sebuah bagian yang mengalir keluar dan terus menerus dipenuhi oleh berkat—matematika rohani.
Kita semua mengetahui tentang matematika kuno. Apa yang anda berikan akan berkurang dari anda. Anda mengurangi ketika anda memberi. Tetapi matematika rohani mengikuti hukum mereka sendiri. Matematika kuno tidak memiliki keabsahan di dalam matematika rohani. Di dalam dunia rohani, di sana ada penggandaan oleh pembagian. Dan di sana ada penambahan oleh pengurangan. Melimpah, semakin diberi akan semakin berlimpah, dan semakin tercurah. Dan ketika semakin melimpah maka hal itu akan semakin dicurahkan.
Dan semakin kita memberi dan berbagi, maka kita semakin melimpah dengan pege hallomai, sumber yang mengalir keluar, tercurah di dalam hidup kita. Itu adalah prinsip dari sebuah pencurahan di dalam hidup kita yang diilustrasikan di dalam kata-kata Tuhan kita.
Dia berkata barangsiapa yang meninggalkan—dan Dia menyebutkan setiap orang yang kita kasihi—karena untuk Tuhan, maka dia akan memperoleh ratusan kali lipat dan akan beroleh hidup yang kekal. Tuhan kita berkata, “Berilah maka akan diberikan kepadamu timbangan yang penuh, yang tidak berguncang.” Prinsip dari sebuah pencurahan di dalam hidup. Kecuali kita berpikir bahwa hal itu adalah tidak biasa atau unik atau ganjil, saya melihatnya dalam setiap kerja keras di kehidupan manusia.
Seseorang akan belajar dan menulis sebuah buku atau sebuah tesis atau sebuah pesan atau sebuah khotbah. Dia belajar dan dia menulis. Dan tahun berikutnya dia akan melakukannya dengan lebih baik. Ada seseorang yang menggambar sebuah lukisan. Atau seorang seniman yang membuat patung. Tahun berikutnya dia akan melakukannya dengan lebih baik. Ada seorang arsitektur dengan sebuah rancangan yang indah. Dan tahun berikutnya dia akan memiliki sebuah kemampaun untuk meningkatkannya—melakukannya dengan lebih baik.
Di sini ada seorang atlet. Minggu yang lalu dia bergabung dengan gereja kita, salah satu atlet yang terkenal, seorang gelandang football yang professional dari liga Kanada. Dia memulai sebagai seorang yang muda, tetapi tahun berikutnya yang mengikuti, dia melakukannya dengan lebih baik, dan menjadi lebih baik dalam tahun-tahun berikutnya. Hati kita seperti itu. Jiwa kita dan hidup kita juga seperti itu. Di dalam hal yang mengalir keluar dari sana akan semakin lebih dan semakin lebih untuk berbagi dan memberi.
Ketika saya masih seorang pemuda dan seorang pendeta dalam sebuah desa yang kecil. Saya masih ingat dengan jelas. Anda tahu saya baru memulai pelayanan. Saya sering berada di rumah salah satu orang Kristen yang saleh dan seorang ibu Kristen yang manis. Dan dia memiliki banyak anak.
Di sana ada sekelompok anak-anak, sebuah keluarga besar. Tetapi setiap kali saya di rumah itu, dia akan selalu berkata kepada saya tentang Robert kecil. Robert kecil itu telah meninggal. Anaknya yang dia kasihi itu telah meninggal. Dan dia akan menangis saat bercerita kepada saya tentang Robert kecil. Dan pada suatu hari saya berkata kepadanya, “Lihat dari semua anak-anak ini yang anda miliki. Lihatlah kearah mereka. Rumah yang penuh dengan anak-anak yang lain. Dan anda menangis serta meratap atas Robert kecil. Dengan semua anak-anak ini, bagaimana anda tidak pernah berhenti untuk mengenang dia dalam ingatan anda?”
"Oh," dia berkata dengan keheranan kepada saya, “Jika saya memiliki empat belas anak, dan salah satu dari mereka meninggal, saya akan merindukan yang satu itu seakan-akan saya hanya memiliki satu orang anak.”
Bukankah itu adalah sebuah kebenaran yang tidak ternilai? Mengasihi anak ini. Jika anda memiliki anak yang lain, mengasihi anak itu. Yang satu lagi. Kelihatannya tidak ada akhir bagi pencurahan yang berkelimpahan di dalam hati manusia—semakin berlipat berganda.
Betapa lebih tajam, lebih dramatis dan lebih berkuasa kebenaran itu di dalam kehidupan rohani kita? Jika anda ingin menggenangi kolam sumber rohani anda, maka biarkan anda menekan semua kebaikan Allah, kehadiran Allah dalam menjawab doa, bersaksi tentang anugerahNya dan kebaikanNya. Tetapi jika anda ingin kehidupan yang lebih dan mengalami pertumbuhan serta penuh dengan kelimpahan, maka bagikanlah dan curahkanlah hal itu.
Seperti dalam 2 Raja-raja, roti yang mereka makan tidak habis dan minyak yang dicurahkan juga tidak habis-habis. Tetapi hal itu tercurah hingga berkelimpahan. Dan ketika saya memikirkan hal itu, matematika rohani ini—kelimpahan, kepenuhan ini, serta penggandaan ini—saya melihatnya dalam setiap area di dalam iman Kristen. Saya melihatnya di dalam Tuhan kita, di dalam Juruselamat kita yang penuh berkat.
Saya telah berkata beberapa waktu yang lalu tentang bagian dari kitab Suci yang telah kita baca yang merupakan salah satu bagian yang utama dalam teologi Alkitab. Lihatlah ke dalamnya. Hanya satu kata di dalamnya untuk sejenak: “Tuhan kita Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, morphe Allah.” Walaupun morphe , bagaimanapun rupa Allah yang ada di dalamnya, Jesus adalah morphe itu. Dia berada di dalam rupa itu. Sukar bagi saya untuk menyadari bahwa roh memiliki sebuah rupa, sebuah morphe, tetapi hal itu ada. Dia berada di dalam morphe Allah.
“Dan walaupun dalam morphe Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri.” Semua hal itu telah diterjemahkan dari satu kata—di sana ada sebuah kata kenos yang berarti “kosong,” Kenoo yang artinya “mengosongkan diri.”
Dan Paulus berkata tentang Tuhan kita bahwa Dia kenoo—Dia telah mengosongkan diriNya sendiri, Dia telah mencurahkan keluar diriNya sendiri. Semua kekuatan dan maksud dan anugerah serta kasih dari Tuhan kita dicurahkan keluar sama seperti sebuah mata air yang terus-menerus memancar.
Ada suatu anugerah di dalam Tuhan dan suatu kasih di dalam Juruselamat kita, yang jika anda menyentuhnya ujung jubahNya saja maka anda akan sembuh. Dan di atas kayu salib, ketika darahNya yang berwarma merah tercurah keluar, itu adalah sumber yang berkelimpahan yang menjadi berkat yang terus mengalir sepanjang semua generasi selanjutnya.
Betapa merupakan sebuah hal yang luar biasa di dalam hidup Tuhan kita, mencurahkan hidupNya, mengosongkan diriNya. Dan sumber yang menjadi berkat yang terus-menerus bertambah dan bertambah dan berkelimpahan di dalam anugerah dan kebaikan Tuhan.
Itu adalah himne yang indah dari William Cowper. Mereka menyanyikan lagu itu ketika saya diselamatkan.
Tercurah darah yang kudus
Di bukit golgota
Yang mau bertobat ditebus
Terhapus dosanya
Terhapus dosanya
Dan baris berikutnya—jika anda pernah mengunjungi makam dari Charles Haddon Spurgeon di kota London, di atas nisan batunya terdapat tulisan ini:
Sejak kupandang salibMu
Dengan iman teguh
Aku masyurkan kasihmu
Seumur hidupku
Seumur hidupku.
(Nyanyian Pujian No. 186)
Sepanjang generasi demi generasi, pencurahan hidup dari Tuhan kita semakin bertambah di dalam berkat yang melimpah. Ini adalah kebenaran yang sama dengan Firman Allah yang Suci. Kitab Suci ini yang selalu saya khotbahkan, yang saya pelajari, yang saya baca, yang saya renungkan serta meditasikan, dan setelah anda menyelesaikannya selama bertahun-tahun, di sana ada sebuah sumber yang sangat kaya dan penuh—tanpa berkurang dari sebelumnya sama seperti ketika anda memulainya. Saya telah mengkhotbahkan Kitab ini selama enam puluh tahun sebagai seorang pendeta. Dan terlihat bagi saya bahwa seakan saya baru memulai. Saya dengan usaha yang keras telah menyentuh ujung jubah. Hal itu tidak ada henti-hentinya. Tidak ada habis-habisnya. Berkelimpahan dan tidak terhingga.
Hudson Taylor adalah pendiri dari China Inland Mission. Saya tidak pernah memiliki kesempatan untuk melihatnya. Dia meninggal sebelum masa saya. Tetapi saya telah mendengarkan anaknya, Howard Taylor. Dia menggambarkan sebuah kunjungan di sana di pedalaman Cina. Dia menjelaskan tentang sebuah kunjungan dari seorang petugas pengadilan dari penguasa di Tibet.
Dan petugas itu berkata kepada Howard Taylor, "Penguasa telah menulis sebuah kitab kepada kami. Aturan-aturan dan hal-hal lainnya, anda tahu, tentang pengadilan dan kehidupan militer. Dan dia meminta agar kami membaca kitab itu. Dan saya telah membacanya selama bertahun-tahun. Tetapi hal itu sangat menjemukan. Sangat kering dan penuh dengan pengulangan.”
“Tetapi,” katanya, "kitab anda”—kata utusan dari Tibet ini yang kepada utusan Allah yang Mahatinggi—“Kitab anda. Kitab anda terlihat sepertinya tidak pernah kering. Selalu menarik! Tidak pernah diulang-ulang—selalu segar dan berkelimpahan!"
Betapa benarnya hal itu! Bacalah dan pelajarilah serta renungkanlah, berdoalah atasnya dan lakukanlah sepanjang hidup anda. Dan akhir dari itu ia akan tetap segar dan penuh dan melimpah serta meluap sebagaimana pada waktu pertama kali anda membacanya. Matematika rohani—dan hal itu sangat benar dengan karunia kita. Kita semua yang memiliki karunia-karunia. Kita semua, setiap orang dari kita.
Dan Paulus menulis dalam suratnya ke Korintus bahwa berkat dari semua karunia yang berbeda ini diperkaya dan dikuduskan serta dipenuhi dengan berkat di dalam tubuh Kristus yaitu jemaat. Sebuah karunia—setiap orang dari kita memiliki sebuah karunia. Beberapa dari antara kita memiliki beberapa karunia. Dan karunia-karunia kita itu masing-masing berbeda. Karunia anda berbeda dengan karunia saya. Kita semua dengan karunia kita yang berbeda.
Dan ketika kita semua datang bersama-sama di dalam rumah tangga iman dan tubuh Kristus, semua karunia kita oleh jemaat Allah, kumpulan dari orang-orang kudus. Untuk membagikan karunia anda, untuk mencurahkannya ke dalam pekerjaan Allah yang telah diberikan Tuhan ke dalam hati anda, yang memperkaya hati anda. Dan hal itu tidak akan berkurang, tetapi semakin berlipat ganda. Lakukanlah apa yang telah Allah perbuat bagi anda untuk anda lakukan, dan anda akan bertumbuh di dalam jiwa anda dan melimpah di dalam hidup anda.
Hal itu sama seperti sungai Yorda yang mengalir ke Laut Galilea. Laut itu menjadi kaya dan berlimpah-limpah. Burung-burung beterbangan diatasnya. Ikan-ikan berenang di dalamnya. Kota-kota besar didirikan di sekitarnya. Kemudian mengalir ke Laut Mati, dan tidak ada burung yang terbang diatasnya, tidak ada kota yang dibangun di sekitarnya, dan tidak ada sebuah perahu diatasnya. Karena laut itu mati.
Karunia-karunia kita sama seperti itu. Apa yang telah Allah berikan kepada kita untuk dilakukan, apapun itu—untuk bernyanyi atau untuk bermain, atau untuk mengajar, atau untuk bersaksi atau untuk belajar atau untuk menjadi pelayan Allah, bagaimana pun Allah memampukan kita dan memanggil kita dan untuk membagikan apa yang kita miliki—adalah untuk melipat gandakan karunia yang ada di dalam kita. Itu adalah sebuah kelimpahan, sebuah sumber yang memancar keluar. Beberapa dari kita memilikinya secara umum. Salah satunya adalah waktu. Allah memberikan waktu bagi setiap orang dari kita. Dan untuk berbagi hal itu bersama Allah dan bersama satu dengan yang lainnya dalam berkat yang saling menguduskan.
Menyediakan waktu untuk pergi ke gereja—saya tidak mengerti bagaimana orang-orang melewatkan rumah Allah. Saya sangat menikmati saat saya berada di dalamnya. Hanya untuk berada di sini dan mendengarkan nyanyian Sion dan musik Allah adalah seperti sebuah penyembahan di dalam hati saya. Waktu, untuk membagi waktu bersama satu sama lain dan bersama dengan Allah.
Dan kita semua memiliki sesuatu yang kecil. Saya memiliki sedikit uang, untuk memberikan beberapa penny dari hal itu untuk pekerjaan Kristus adalah sebuah berkat. Apapun yang ada di dalam tangan saya, untuk membagikannya kepada Allah—akan menggandakan hal itu. Sembilan persepuluh dari apa yang anda miliki akan semakin lebih bertambah dibanding dengan sepuluh per sepuluh yang tetap anda simpan untuk diri anda sendiri. Itulah Allah. Itu adalah hidup yang berkelimpahan, menggunakan karunia-karunia kita kepadaNya.
Dan bolehkah saya menyimpulkan? Memberikan tangan ini kepada Allah, sehingga saya dapat bekerja untukNya, kaki yang saya miliki sehingga saya dapat berjalan untukNya, sebuah hati yang saya miliki sehingga saya dapat berjuang untukNya, mata yang saya miliki sehingga saya dapat belajar untukNya, sebuah pikiran yang saya miliki sehingga saya dapat berpikir untuk Dia, dan sebuah kehidupan yang saya miliki sehingga saya dapat mencurahkan seluruhnya kepadaNya.
Saya tidak dapat berpikir tentang segala sesuatu yang lain yang lebih dipenuhi dengan ennui, atau sebuah kebosanan atau kejenuhan untuk memberikan hidup saya kepada pertunjukan yang sia-sia dan pesta-pesta dan ambisi sosial serta kejayaan yang saya hidupi untuk diri saya sendiri.
Saudara yang terkasih! Betapa merupakan sebuah hal yang sia-sia dan penuh dengan kekosongan dan ketiadaan dari semua hal itu! Matematika rohani—akhir dari jenis yang menghidupi diri sendiri yang akhirnya jatuh ke dalam sesuatu yang tidak memiliki tujuan, kekosongan dan kehampaan.
Tetapi, O Allah, untuk mengambil hidup anda dan mencurahkannya kepada Dia merupakan sebuah hidup yang berkelimpahan dan penuh dengan berkat. Sebagaimana banyak dari antara anda yang telah berada di sini dalam waktu yang sangat lama, saya telah datang kemari dan menggembalakan di tengah-tengan gereja ini, dalam sebuah hati yang sedang berada dalam tekanan dari perang Dunia Kedua. Dan telah masuk ke dalam konflik itu dan satu tahun setengah kemudian setelah perang itu berlalu, Amerika menjadi meningkat serta terkenal di dalam theater Eropa. Sebuah respon yang luar biasa dalam teater barat.
Ketika saya datang kemari, seorang dokter yang terkasih dari gereja ini membawa saya ke Rumah Sakit McCloskey di Temple, Texas. Sangat jelas kelihatan bagi saya koridor yang panjangnya bermil-mil. Tempat itu adalah sebuah tempat berkumpul bagi tentara Amerika yang telah diamputasi yang telah berperang di bagian daratan yang lain. Saya berjalan menelusuri koridor-koridor itu. Ada orang yang telah kehilangan matanya. Ada orang yang telah kehilangan kaki mereka. Ada orang yang telah kehilangan lengan mereka. Ada orang yang telah kehilangan tangan dan kaki serta paha mereka.
Hal itu seakan-akan tidak ada habisnya terlihat oleh saya. Seberapa berharganya kemenangan? Seberapa berharganya kebebasan? Seberapa berharganya Amerika? Di tengah-tengah perang itu, sebuah kapal yang membawa tentara Amerika dari Eropa, yang beberapa diantaranya telah terluka di dalam konflik. Dan seorang ibu turun ke dok kapal itu untuk menyambut putranya. Dia telah terluka di dalam perang. Dan ibu itu tidak tahu seberapa parah anaknya itu telah terluka. Dan ketika kapal itu datang, dia berada di dok itu untuk menerima kembali anaknya laki-laki. Hal pertama yang datang adalah orang-orang sakit yang dapat berjalan. Dan kemudian selanjutnya yang keluar dari tangga kapal adalah orang-orang yang berada di kursi roda. Dan dia mencari wajah dari setiap wajah orang, dan dia menemukan anaknya berada di atas kursi roda yang ditutupi dengan sebuah selimut tentara. Dia bergegas menghampiri kursi roda tersebut. Dan berbicara kepada anknya itu, dan dia berkata, “Nak, berdirilah. Sambutlah ibumu ini!”
Dan pemuda itu menjawab, “Ibu, saya tidak bisa. Paha saya telah hilang.”
Ibunya kemudian berlutut disampingnya dan berkata, “Kalau begitu letakkanlah lenganmu ke bahu ibumu yang tua ini.”
Dan putranya itu menjawab, “Ibu, saya tidak bisa. Lengan saya telah hilang.”
Ibunya menjerit dengan histeris, “Oh anakku! Ini adalah perang yang sangat mengerikan. Kamu telah kehilangan kakimu. Kamu telah kehilangan lenganmu. Kamu telah kehilangan tanganmu. Kamu telah kehilangan semua bagian tubuhmu.”
Dan pemuda itu menjawab, “Kehilangan mereka? Tidak ibu, saya telah memberikan mereka.”
Betapa seorang putra yang luar biasa dari bangsa yang besar! “Saya telah memberikan mereka.” Itulah anak Allah dan prajurit salib dan pengikut Kristus: “Tuhan tangan ini, saya memberikan mereka kepadamu. Kaki ini, bolehkah mereka berjalan untukmu. Hati ini, bolehkah bertarung untukmu. Pikiran ini bolehkan mereka berpikir untukmu. Dan hidup ini saya berikan kepadaMu.”
Dan dalam melakukannya, Allah memberikannya kembali dengan melipatgandakannya. Sebuah kelimpahan, mata air yang memancar dengan berlimpah-limpah dari anugerah dan kehadiran serta kemurahan dan kasih karunia dari Tuhan kita! Tidak ada sesuatu di dalam hidup ini yang dapat dibandingkan dengan kekayaan dari upah yang kita dapatkan selain dari pada memberikan hati anda kepada Tuhan Yesus. Sebuah mata air yang berkelimpahan dengan berkat!
Sekarang, bolehkah kita berdoa?
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.