SATU HAL YANG MENJADI PERHATIAN ANDA
(ONE THING CONCERNS YOU)
Dr. W. A. Criswell
Yohanes 5:1-8
05-03-87
Satu Hal Yang Menjadi Perhatian Anda—hanya satu—dan hal itu didasarkan atas kunjungan seorang pria yang terhormat dari Kapernaum, sebuah kota yang terletak di pantai utara Galilea. Seorang pria yang terhormat datang ke Kana, yang turun melalui daerah selatan Galilea, untuk menemui Yesus sehubungan dengan masalah anaknya, yang hampir mati.
Saya dapat merasakan kepedihannya, sama seperti ketika saya dipanggil oleh seorang diaken yang anaknya sedang menghadapi kematian—dan akhirnya anaknya itu meninggal—dan permohonannya bersama dengan saya adalah: “Pendeta,” dia berkata, “Beritahukanlah kepada Allah untuk melakukan sesuatu, jika Dia akan menyelamatkan anak kami, meluangkan anak kami, memberikan hidup dan nafas kepada anak kami.”
Jadi, pria yang terhormat ini datang kepada Tuhan Yesus dengan permintaan itu. Dan Tuhan menjawabnya dengan sebuah cara yang sangat mencengangkan…sebuah simpati? Belas kasihan? Kasih? Dia menjawab dengan sebuah cara yang kelihatannya sangat kasar, berbeda dan kejam! Tuhan menjawab kepada ayah yang sedang patah hati itu: Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Itu adalah sebuah ujian; ada sebuah tujuan di dalam apa yang Tuhan sampaikan kepadanya.
Dia dikelilingi dan diikuti dari setiap sisi oleh orang-orang banyak yang menginginkan Dia untuk menampilkan hal-hal mujizat—hal-hal ajaib dan tanda-tanda. Kita juga pada hari ini sama dengan mereka. Beberapa hal yang tidak biasa—itu adalah apa yang orang Farisi minta kepadaNya: “Tunjukkanlah kepada kami sebuah tanda dari sorga (beberapa mujizat) dan kami akan percaya kepadaMu (kami akan menerima Engkau) menerima hal-hal yang Engkau sampaikan tentang diriMu—Mesias dan Juruselamat dunia.” Mereka mengikuti Dia dengan pemikiran itu, mendekati Dia dengan dengan hal-hal itu: “Tunjukkanlah kami sebuah tanda dan kami akan percaya kepadaMu.”
Salah satu hal yang paling tidak biasa yang anda baca di dalam Alkitab adalah, setelah Tuhan memberi makan lima ribu orang dengan makan siang yang sedikit itu, mereka datang kepadaNya dan berkata: “Perlihatkanlah sebuah tanda kepada kami sama seperti yang dilakukan oleh Musa di padang gurun, ketika dia memberi makan orang-orang dengan manna yang berasal dari sorga, tiga puluh tujuh tahun, memberi mereka makan dengan manna yang berasal dari sorga. Engkau dapat melakukan hal itu. Engkau dapat melakukan hal itu! Perlihatkanlah kami tanda dari sorga! Beri kami makan selama tiga puluh tujuh tahun dan kami akan percaya kepadaMu dan menerima Engkau sebagai Tuhan Mesias kami.”
Bukankah itu adalah sebuah hal yang mengherankan? Tetapi seluruh dunia sama seperti itu: ketika Yesus berada di depan Pilatus, dan Pilatus mengetahui bahwa Dia berasal dari Galilea, dia mengirim Yesus kepada Herodes Antipas yang menjadi raja Galilea. Dan Herodes Antipas, Alkitab berkata bahwa dia sangat senang melihat Yesus karena dia menginginkan supaya Yesus melakukan beberapa mujizat di hadapannya. Dan ketika Yesus menolak untuk melakukannya, Herodes menghina dan mengolok-ngolok serta mengirimnya kembali ke Pilatus. Itulah sebabnya Yesus berkata kepada pria yang patah hati ini: “Apakah sebuah mujizat yang kamu cari? Apakah sebuah tanda, atau sebuah keajaiban, yang kamu inginkan?”
Dan terhadap perkataan itu, pria itu menjawab “O Tuhan, Saya tidak tertarik dengan sebuah tanda. Saya tidak tertarik terhadap sebuah mujizat. Aku ingin Engkau menyembuhkan anakku sehingga anakku itu dapat hidup. Tolonglah Tuhan!”
Dan Tuhan menjawab dan berkata: “Menit ini juga anakmu telah sembuh.” Dan pria terhormat itu—percaya kepadaNya, percaya kepadaNya tanpa sebuah peneguhan oleh tanda sama sekali, hanya menerima firman Kristus terhadap apa yang Dia sampaikan dan lakukan—dia berpaling, dan meninggalkan Yesus serta kembali pulang. Dan ketika dia tiba, anaknya telah sembuh.
Dia bertanya: “Kapankah anak itu menjadi kuat dan sembuh?”
Dan ketika pelayannya menjawab, “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang,” itu adalah waktu yang sama ketika Yesus berkata kepadanya, “Pergilah, anakmu hidup.” Dan bukan hanya dia yang percaya tetapi seisi rumah itu percaya bersama-sama dengan dia—itulah kisahnya.
Sekarang permohonan kita pada hari ini: dengan memperhatikan masalah keselamatan kita: apakah kita pergi ke sorga atau tidak; apakah Yesus sebagai pribadi yang mengampuni dosa kita atau tidak; apakah kita diselamatkan atau tidak, Yesus menanyakan satu pertanyaan, hanya satu, yakni: “Apa yang menarik, yang berkenaan dengan anda? Apakah itu bahwa anda diselamatkan, bahwa anda diampuni, bahwa anda memiliki hak untuk masuk ke dalam sorga? Apakah hal itu? Atau apakah sesuatu yang lain?
Apa yang menjadi perhatian anda? Saudara yang terkasih! Sebagaimana saya bekerja dan bersaksi, dan bagaimana orang-orang menjawabnya—“Apa yang membuat anda tertarik ?”
Ada seorang yang sudah tua, yang memohon dan berdoa, dan dia berkata kepada saya: “Saya takut bahwa saya tidak dapat bertahan.” Dia tidak tertarik untuk diselamatkan, dan bertobat, serta menerima Tuhan—dia tertarik dalam hal apakah dia dapat bertahan atau tidak—seorang tua yang telah siap mengakhiri pengembaraannya di dunia ini.
Sebuah contoh lain: Seorang pria memberi jawaban kepada saya ketika saya menekankan kepadanya pengakuan terhadap Kristus, dia berkata: “Saya sama baiknya dengan orang-orang yang berada di gereja anda. Gereja itu penuh dengan orang-orang yang munafik; dan saya sama baiknya dengan orang-orang yang berada di dalamnya.” Apa yang menjadi perhatian anda? Apakah anda telah terhilang, bahwa anda harus diselamatkan, atau membandingkan hidup membandingkan hidup anda dengan orang lain? Pada hari penghakiman terakhir, ketika kita akan berdiri di hadapan Allah, apa yang akan anda katakan—membandingkan hidup anda dengan orang lain yang anda gambarkan sebagai seorang yang munafik?
Allah yang mahabesar! Apa yang membuat anda tertarik? Apa yang menjadi perhatian anda? Lihat lagi: seorang pria yang kepadanya saya tekankan seruan dari Tuhan kita, dan dia membalas: “Saya akan melakukannya pada suatu hari, tetapi bukan sekarang—nanti pada suatu hari!” Apa yang membuat anda tertarik? Dia: “Saya tertarik pada suatu hari tertentu, dalam sebuah masa yang saya pilih dan saya tetapkan.”
Tuhan yang berada di sorga! Apa yang membuat anda tertarik? Ambil lagi sebuah contoh yang lain—yang memberikan jawaban kepada saya ketika saya menekankan kepadanya seruan dari Tuhan kita—dia menjawab: “Saya tidak tahu harus bergabung dengan gereja yang mana. Semua perbedaan denominasi ini membuat saya bingung; dan saya tidak tahu harus bergabung dengan gereja yang mana.”
Apa yang membuat anda tertarik? Apa yang menjadi perhatian anda? Bahwa anda telah terhilang? Bahwa anda tidak memiliki Allah sebagai Sahabat anda dan Juruselamat anda—atau sesuatu yang lain? Jika seseorang telah digigit oleh ular yang sangat berbisa di mana Allah berkata bahwa itu sebagai sebuah hukuman di padang gurun. Dan Musa meninggikan sebuah ular tembaga di tengah-tengah perkemahan—“dan siapa yang melihatnya akan hidup”—dan seseorang telah digigit oleh ular yang berbisa. Apa yang menjadi kepetingannya yang paling utama? “Hanya melihatnya saudaraku, dan kamu akan hidup!”
“Tetapi saya tidak tertarik untuk melihatnya sehingga saya tetap hidup. Saya tertarik dengan…” Dan segala hal yang berhubungan dengan ular-ular, dengan gigitan, dan hal-hal yang berhubungan dengan karakter yang kecil dari binatang yang berbisa itu dan seterusnya dan seterusnya—diskusi dan segala percabangannya.
Tuhan Allah! Apa yang membuat kita tertarik? Apa yang diinginkan oleh hati kita dan yang menjadi perhatian kita? Jika saya berada di atas Titanic, ketika kapal itu tenggelam di Atlantik Utara, mengapa saya harus tertarik dengan patahan es yang menghancurkan kapal itu? Apa yang menarik perhatian saya adalah: “Apakah di sana ada sebuah kapal penyelamat???”
Apa yang menjadi perhatian anda jika anda berada di luar dari anugerah dan pengampunan dari Kristus? Apa yang membuat anda tertarik? Jika ada seorang prajurit dalam sebuah pertempuran dan terluka oleh pecahan mortir, dia akan bertanya: “Apakah ada seorang dokter???”
Apa yang membuat saya tertarik? Itulah yang ditanyakan Yesus kepada pria ini: “Apa yang menjadi perhatian kamu? “Tuhan,” katanya, “Hanya satu hal—supaya anakku selamat.”
Apa yang membuat anda tertarik ke dalamnya jika anda terhilang? “Tuhan, supaya aku beroleh selamat.”
Dia menanyakan sebuah pertanyaan lain: “Apa yang kamu inginkan? Apakah kamu ingin melihat sebuah tanda atau sebuah mujizat? Apa yang kamu inginkan?
Dan tentu saja, orang ini menjawab: “Tuhan, supaya anakku boleh sembuh—supaya dia hidup!”
Apa yang kamu inginkan? Aku dikelilingi oleh orang yang sangat banyak yang akan berkata: “Aku menginginkan sebuah mujizat terjadi di dalam hidupku: sesuatu yang hebat dan luar biasa dan pengalaman yang menakjubkan.”
Saya tidak menyangkalnya sebab beberapa orang diselamatkan dalam sebuah cara yang ajaib. Rasul Paulus adalah satu diantaranya. Dia bertemu dengan Yesus dalam cahaya yang lebih terang dari pada matahari siang pada jalan menuju Damsyik dan telah diselamatkan dengan cara yang luar biasa.
Saya tidak menyangkal beberapa pertobatan dengan cara itu. Saya hanya memberi pengakuan bahwa secara praktikal banyak pertobatan berlangsung dalam cara yang sederhana, dan jelas dan komitmen yang sedehana dalam mengikuti Tuhan Yesus dan menerima Tuhan Yesus. Petrus diselamatkan dengan cara itu. Yohanes diselamatkan dengan jalan itu. Yakobus diselamatkan dengan cara yang demikian. Kita semua secara praktikal diselamatkan dengan sebuah komitmen yang sederhana kepada Tuhan. Menunggu Allah untuk mengangkat kita di dalam hal-hal yang bersifat mujizat dan kebiasaan yang ajaib dan menempatkan kita ke dalam Kerajaan Allah adalah sama dengan mencobai Tuhan sendiri.
Apa yang anda inginkan di atas semua hal yang lain? Apa yang anda butuhkan? Saya berpikir tentang wanita yang mengalami sakit pendarahan: “Jika saja aku dapat menyentuh ujung jubahnya, maka aku akan sembuh.”
Apa yang anda inginkan? Saya berpikir tentang Bartimeus yang buta: “Tuhan, Tuhan, agar aku dapat menerima penglihatanku! Tuhan, Tuhan, agar aku dapat melihat!”
Saya berpikir tentang penyaliban yang tragis itu, ketika penyamun yang sekarat itu berpaling kepada Yesus, dan berkata: “Tuhan, Tuhan, ketika Engkau memasuki kerajaanMu, maukah Engkau mengingat aku? Maukah Engkau memanggil namaku? Maukah Engkau mengingat aku yang sekarat di sini, di sampingMu. Tuhan maukah Engkau mengingat akan aku?
Apa yang anda inginkan? Kadang-kadang hal itu tersembunyi dari kita, apa yang sesungguhnya kita inginkan. Saya mendengar seorang pria yang memiliki keinginan besar terhadap permata. Dan kepadanya telah diberitahukan, “Di atas bagian yang lain dari padang gurun yang luas ini, di sana terdapat permata.” Dan dia mempersiapkan perjalanannya, serta jalurnya, melewati pasir yang menghanguskan menuju tempat dimana dia dapat menemukan permata. Di dalam perjalanannya dia tersesat dan hampir binasa di padang gurun itu, ketika dia tersandung oleh sesuatu, dan di dalam usahanya yang terakhir menemukan sebuah kantong air yang terkubur setengah di dalam pasir. Dan dia menghampirinya serta memungutnya—sebuah kantong air. Dia hampir mati karena kehausan—sebuah kantong air—dia membukanya dan meminumnya sehingga memulihkan kekuatannya. Dan ketika dia menemukan sebuah permata yang sangat indah. Di dalam penderitaan yang menyakitkan, dia melemparkannya. Dan terkubur di sana di dalam pasir!
Apa yang anda butuhkan? “Hanya meminum air.” Tuhan Allah, kiranya Tuhan menyingkapkannya kepada kami, dan membuka mata kami, terhadap apa yang sesungguhnya kami butuhkan. Saya pernah mendengar pada suatu ketika tentang seorang penyair yang hebat yaitu Rudyard Kipling, datang ke Amerika, mengadakan sebuah perjalanan ke kota-kota besar di Amerika; dan di San Francisco dia menjadi sakit dan hampir mati. Tetapi Allah sangat baik dan menyelamatkannya. Tetapi di dalam sakitnya yang parah, Rudyard Kipling berharap sesuatu—berkata tentang sesuatu. Dan seorang dokter mendekatkan telinga untuk mendengar apa yang disampaikan oleh penyair yang hebat itu. Dan dia terus mengulang-ulang dan berkata: “Saya membutuhkan Allah, Saya membutuhkan Allah.” Secara mendasar dan pada akhirnya, dan secara pokok, hal itu merupakan sebuah teriakan dari jeritan hati setiap jiwa yang hidup: “Tuhan Allah! Saya menginginkan Enkau! Saya membutuhkan Allah!”
Sekarang ini yang terakhir: Pria yang terhormat ini percaya kepada perkataan Yesus dan dia kembali, di atas jalannya—tidak ada tanda, tidak ada keajaiban, tidak ada mujizat, tidak ada sebuah penegasan. Dia hanya percaya kepada perkataan Yesus dan dia diberkati dengan luar biasa. Itu adalah cara kita diperkenalkan kepada Tuhan kita. Itu adalah cara bagaimana kita masuk ke dalam kerajaan Kristus—hanya percaya kepada ucapanNya; percaya kepada Tuhan.
Dan ketika saya berpikir tentang hal itu—jalan keselamatan hanya melalui percaya; dengan komitmen, dengan iman, dengan keyakinan—ketika saya berpikir tentang hal itu, hal itu tidak berbeda dengan semua orang yang hidup yang menjadi bagian dari setiap orang dari kita. Kita semua hidup oleh iman, dengan percaya.
Saya berpikir tentang beberapa hal yang menjadi pengalaman saya: beberapa kali saya berada di atas pesawat yang kecil, yang hanya memiliki dua buah tempat duduk. Hanya ada seorang pilot dan saya yang berada dalam sebuah pesawat yang kecil—sebuah hal yang kecil yaitu ketika angin bertiup, hal itu dapat mendorongnya berkeliling seperti daun-daun yang gugur. Saya telah berada di atas sebuah pesawat yang kecil dan di dalam pesawat yang kecil itu, beberapa kali saya masuk ke dalam awan yang sangat hitam, sama seperti waktu tengah malam di atas pegunungan yang ketinggiannya mencapai ribuan kaki. Dan sebagaimana saya duduk di sana, di atas pesawat itu, tidak ada sebuah alat yang dapat saya pergunakan atau yang saya kenal—saya hanya percaya kepada pilot yang mengemudikannya.
Suatu ketika, seperti yang anda tahu, di salah satu pesawat yang kecil itu, saya pergi ke hutan Amazon, dan hanya percaya kepada pilot yang di sana. Dan tentu saja—hidup saya berada di tangannya, dan saya hanya percaya kepada pilot itu.
Tiga kali saya berada di rumah sakit, di atas sebuah meja operasi. Dan dua kali saya melihat ke arah muka seorang dokter. Dan saya tidak memiliki suatu pikiran apapun tentang dia. Sebelum saya tertidur, sebelum mereka membuat saya tertidur, saya hanya melihat ke arahnya dan tidak memiliki ide, siapakah dia—hanya percaya kepadanya dengan sepenuhnya, hanya percaya.
Ketika saya pergi ke bank—hanya percaya kepada bank; apapun yang saya miliki, itu adalah sebuah investasi—dan semua yang saya miliki hanya sepotong kertas yang kecil. Anda memiliki sebuah aksi, atau anda memiliki sebuah ikhtisar, atau anda hanya memiliki sebuah hal yang kecil di dalam sebuah amplop—hanya percaya. Seluruh hidup kita berlangsung dalam cara seperti itu—hanya percaya. Bagiamana saya mengetahui apa yang ditempatkan oleh ahli farmasi itu di dalam resep itu, di dalam botol yang kecil itu? Hanya percaya—semua hidup berlangsung dalam cara yang seperti itu.
Dapatkah saya tidak melanjutkannya, di hadapan Tuhan Yesus, dapatkah saya tidak mempercayaiNya? Mempercayakan Dia bersama dengan anak-anak—dan Allah memberkati, dan memelihara dan mengawasi anak-anak yang terkasih ini—percaya kepadaNya terhadap anak-anak kita; mempercayakan kepadaNya rumah kita; mempercayakan kepadaNya usaha kita—berdoa tentang hal itu—mempercayakan kepadaNya jiwa kita; percaya kepadanya dengan seluruh hidup kita. Percaya kepadaNya. Dia begitu berharga. Percaya Yesus—hanya itu.
Kemarin sore, seseorang telah meletakkan ke atas tangan saya sepotong kertas. Dan ketika saya membacanya, saya sangat gembira oleh hal itu.
Aku mengarahkan mataku atas seseorang yang kukenal
Dia kuat dan lurus, murni dan benar
Kehidupan Kristus terpancar di wajahnya
Kata-katanya sangat lembut, dan penuh dengan anugerah
Oh, ini yang aku pikirkan, seorang yang saleh
Di depan hidupnya, milikku yang aku rencanakan
Demikian juga dengan kehidupan kekristenannya akan menjadi keyakinanku
Tetapi, berpikir tentang kasihnyakepada Tuhannya
Dia jua adalah seorang manusia, yang dapat mengecewakanku
Aku melihat dia tersandung dan jatuh pada suatu hari
Dan meraba-raba sendirian di dalam kekecewaan yang hampir membuat pingsan
Aku kehilangan keyakinanku dan kehilangan jalanku
Lalu aku mengarahkan pandanganku kepada Anak Allah
Dan menjejakkan kakiku seperti telapak yang berbaris maju
Dan berpikir tentang pencobaan yang penuh dan kedukaan yang menyerang
Dia telah melewati ujian. Dia tidak pernah gagal
Sekarang aku tidak akan tersandung atas orang kudus yang jatuh itu
Karena aku percaya kepada Kristus di dalam seluruh hidupku
Mengarahkan mata kita kepada Tuhan—bukan di atas manusia, bukan atas gereja, bukan atas orang-orang kudus—mengarahkan mata kita di atas Dia dan percaya kepadaNya, memberikan hidup kita, hati kita, jiwa kita, tujuan kita dan takdir kita—berikanlah hal itu semua kepadaNya. Dan Dia tidak akan pernah mengecewakan!
Itu adalah undangan kami yang pertama bagi anda.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.